Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AGAMA

MUAMALAH/EKONOMI ISLAM

Disusun oleh :
1. Avifah Azzahra (2310942026)
2. Intan Akasi (2310942039)
3. Naura Inayah (2311213005)
4. Hazari Nabila P. (2310711014)
5. Anevy Rafa (2310931028)

Dosen :
Drs. H. Mursal Sah M.Ag

Universitas Andalas
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb

Dengan mengucap Syukur Alhamdulillah. Bahwasanya kami telah dapat membuat makalah
agama walaupun tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang kami hadapi, tiada daya dan
upaya kecuali dengan pertolongan Allah SWT. Walaupun demikian, tentu makalah ini masih
terdapat kekurangan dan belum dikatakan sempurna karena keterbatasan kemampuan kami.
Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak kami harapkan
agar dalam pembuatan makalah di waktu yang akan datang bisa lebih baik lagi. Harapan
kami semoga makalah ini berguna bagi siapa saja yang membacanya.

Wabilahi Taufik walhidayah Wasalamualaikum wr.wb.

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………… ii

BAB I PRINSIP EKONOMI ISLAM……………………………………………………… 1

BAB II TUJUAN EKONOMI ISLAM…………………………………………………….. 2

BAB III BENTUK-BENTUK TRANSAKSI………………………………………………. 5

BAB IV MANAJEMEN PENGELOLAAN EKONOMI ISLAM……………………… 10

BAB V PERBEDAAN KONSEP EKONOMI KAPITALISASI DAN SOSIALISASI


DENGAN EKONOMI ISLAM…………………………………………………………… 11

PENUTUP………………………………………………………………………………….. 13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….
14

ii
BAB I

PRINSIP EKONOMI ISLAM

Prinsip-prinsip ekonomi Islam yang merupakan bangunan ekonomi Islam didasarkan


atas lima nilai universal yakni : tauhid (keimanan), ‘adl (keadilan), nubuwwah (kenabian),
khilafah (pemerintah) dan ma’ad (hasil). Kelima nilai ini menjadi dasar inspirasi untuk
menyusun teori-teori ekonomi Islam .Namun teori yang kuat dan baik tanpa diterapkan
menjadi sistem, akan menjadikan ekonomi Islam hanya sebagai kajian ilmu saja tanpa
member dampak pada kehidupan ekonomi. Karena itu, dari kelima nilai-nilai universal
tersebut, dibangunlah tiga prinsip derivatif yang menjadi ciri-ciri dan cikal bakal sistem
ekonomi Islami. Ketiga prinsip derivatif itu adalah multitype ownership, freedom to act,
dan social justice.Di atas semua nilai dan prinsip yang telah diuraikan di atas,
dibangunlah konsep yang memayungi kesemuanya, yakni konsep Akhlak. Akhlak
menempati posisi puncak, karena inilah yang menjadi tujuan Islam dan dakwah para
Nabi, yakni untuk menyempurnakan akhlak manusia. Akhlak inilah yang menjadi
panduan para pelaku ekonomi dan bisnis dalam melakukan aktivitasnya. Nilai- nilai
Tauhid (Keesaan Tuhan), ‘adl (Keadilan), nubuwwah (Kenabian), khilafah (pemerintah,
dan ma’ad (hasil)

Dalam sebuah sistem perekonomian islam terdapat beberapa prinsip-prinsip yang harus
dipegang teguh dalam menjalankan kegiatan perekonomian. Prinsip Muamalah/Ekonomi
islam ini terbagi menjadi dua, prinsip umum dan prinsip khusus.

Adapun prinsip umumnya, ialah :

1. Muamalah pada dasarnya boleh (mubah).


“Pada dasarnya muamalah itu boleh, atau kaidah lain, pada
dasarnya muamalah itu halal hingga ada dalil yang tegak untuk
melarangnya.”

2. Muamalah yang dilakukan untuk mewujudkan kemasalahatan.


Hakikat kemaslahatan dalam Islam adalah segala bentuk kebaikan dan manfaat yang
berdimensi integral duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan
kolektif. Sesuatu dipandang mengandung maslahat jika memenuhi dua unsur, yakni
kepatuhan syariah (halal) dan bermanfaat serta membawa kebaikan (tayib) bagi
semua aspek secara integral yang tidak menimbulkan mudarat.

3. Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keseimbangan


(tawaazun).
Konsep ini meliputi berbagai segi antara lain keseimbangan antara pembangunan
material dan spiritual serta pemanfaatan dan pelestarian sumber daya. Selain itu,
keseimbangan kehidupan dunia dengan akhirat, keseimbangan pribadi dan jamaah,
keseimbangan antara aspek jasmani dan rohani, akal dan hati, antara das sein dan das
sollen, serta mengeliminasi setiap kesenjangan diantara manusia. Dalam hal ini, islam
mengupayakan pula agar pendistribusian harta kekayaan dilakukan secara
proporsional.

1
4. Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan. Segala bentuk
muamalah yang mengandung unsur penindasan tidak dibenarkan. Keadilan adalah
menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya dan memberikan sesuatu hanya pada
yang berhak, serta memperlakukan sesuatu sesuai posisinya. Implementasi
keadilan dalam aktivitas ekonomi berupa aturan prinsip muamalah yang melarang
adanya unsur riba, zalim, maysir, garar, dan haram. Di dalam terminologi fikih,
adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan sesuatu hanya
pada yang berhak sertamemperlakukan sesuatu pada posisinya (wadh‘ al-syai` fi
mahallih).

Sementara itu, prinsip khususnya, yaitu:

1. Objek transaksi harus halal.


Artinya dilarang melakukan aktivitas ekonomi terkait yang haram. Haram yang
dimaksud ialah mendapatkan harta/kekayaan dalam jalan penipuan, pencurian dan
tindakan kiriman lainnya

2. Adanya keridaan pihak-pihak yang bermualamah. Dasar asas ini


adalah an taradhin minkum (saling rela di antara kalian, Q.S. an-Nisa: 29). Asas ini
menyatakan bahwa segala transaksi yang dilakukan harus atas dasar kerelaan antara
masing-masing pihak sebagai prasyarat bagi terwujudnya transaksi. Jika dalam
transaksi tidak terpenuhi asas ini, berarti memakan sesuatu dengan cara batil.

3. Pengurusan dana yang amanah, yaitu menyampaikan hak apa saja kepada
pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan tidak mengurangi hak
orang lain.

4. Pencatatan proses transaksi. Di antara upaya penjagaan dalam sebuah transaksi dari
terjadinya sengketa, lupa, kehilangan, dan lainnya maka syariah memerintahkan
otentifikasi (tautsiq) melalui pencatatan, kesaksian, jaminan gadai guna menjaga
setiap hak dari pemiliknya.

2
BAB II

TUJUAN EKONOMI ISLAM

Tujuan ekonomi islam tidak bisa dilepaskan dari tujuan penciptaan manusia di
muka bumi. Ini karena, kegiatan berekonomi tidak bisa dipisahkan dari akitivitas
manusia di muka bumi. Inilah mengapa islam juga mengatur segala sesuatunya yang
berkaitan dengan aktivitas manusia dalam berekonomi. Manusia diciptakan bukan
semata untuk menjadi seorang pertapa yang tidak ikut dalam aktivitas keduniaan,
bukan pula sebagai manusia bumi yang tidak mempedulikan aturan Alah dalam setiap
tindak tanduknya. Namun Allah menciptakan manusia agar manusia menjadi khalifah
(wakil Allah) yang mempunyai tugas memakmurkan bumi, yaitu menciptakan
kemakmuran dengan segala kreasi menuju kebaikan. (QS 2:30). Untuk kepentingan
inilah Allah telah memberikan (menyediakan) segala sesuatunya yang akan manusia
butuhkan di muka bumi ini (QS 2:29). Oleh karenanya, “kebajikan” tdak bisa
diartikan sebagai seberapa banyak seseorang mempunyai dan bisa menikmati
kekayaan atauapun kekuasaan. Bukan pula kebajikan itu berupa penghindaran diri
dari hiruk pikuk dunia dan menyendiri hanya kepada tuhannya. Namun kebajikan itu
adalah seberapa banyak kita membuat kemaslahatan untuk sesama. Islam
menghendaki bahwa setiap aktivitas manusia tidak hanya bernilai duniawi (material)
semata, tetapi seharusnya juga bernilai spiritual. Termasuk juga dalam setiap aktivitas
berekonomi, harus juga membawa muatan spiritual, dalam arti harus terdapat
kesesuaian dengan tujuan dan nilai-nilai islam. Tujuan dan nilai-nilai ekonomi islam
adalah:

2.1 Kesejahteraan ekonomi dengan berpegang pada norma moral


Islam mendorong setiap manusia untuk bekerja dan mencela perbuatan
meminta-minta. Dalam hadits disebutkan bahwa sseorang yang mencari
penghidupan dengan jalan yang baik demi mencegah dirinya dari meminta-minta
untuk menafkahi keluarganya, dan untuk bisa berbuat baik dengan tetangga, kelak
di hari akhir akan menemui Tuhannya dengan wajah berseri-seri. Islam melarang
seseorang meminta-minta dan mendorong seseorang untuk bisa berbuat
menghidupi diri dan keluarganya. Itulah mengapa salah satu tujuan ekonomi
masyarakat islam adalah mewujudkan lingkungan ekonomi sehingga setiap
manusia mendapatkan kesempatan kerja sesuai dengan kemampuannya. Dalam
kerangka usaha agar masing-masing individu dalam lingkungan ekonomi bisa
mewujudkan kerja dan kemaslahatan dengan sebaik-baiknya itulah maka kita
membutuhkan aturanaturan baku yang kita pahami sebagai aturan Syariah.
Dengan kata lain, Syariah mempunyai tujuan untuk mewujudkan (menjamin) agar
setiap orang bisa memenuhi kebutuhannya dan menghindarkan diri dari
kesengsaraan, baik kesengsaraan dunia maupun akherat.
3

2.2 Persaudaraan dan Keadilan


Implikasi keadilan dalam konteks ini bisa kita terjemahkan kedalam: 1) Keadilan
sosial, dan 2) keadilan ekonomi.

1) Keadilan Sosial Setiap manusia mempunyai kedudukan yang sama di hadapan


Tuhannya, kecuali dibedakan karena ketakwaannya.

2) Keadilan Ekonomi Keadilan sosial tidak akan banyak berarti tanpa dibarengi
dengan praktik keadilan ekonomi sehingga setiap orang bisa menyumbangkan
kontribusinya untuk produktifitas, dan tidak terjadi saling merugikan dan
eksploitasi antara satu pihak atas pihak yang lain.

2.3 Kesetaraan disribusi pendapatan


Tanpa adanya kesetaraan distribusi pendpatan, maka rasa persaudaraan dan
keadilan akan sulit dicapai. Selain itu, (dalam tauhid/kepercayaan islam) karena
segala sesuatunya yang kita miliki dan yang ada di dunia ini, entah itu harta benda
kita, bumi, alam, bahkan pekerjaan dan kecerdasan yang ada pada setiap individu
pada hakekatnya adalah milik Allah yang dititipkan kepada manusia, maka tidak
satu alas an pun bagi kita untuk menahan sumber daya Allah hanya pada sebagian
orang saja. Untuk kepentingan itulah, Syariat Islam menekankan terjadinya
keadilan distribusi dan menyediakan sebuah system untuk terwujudnya keadilan
distribusi pendapatan, dengan harapan bahwa setiap individu mendapatkan
jaminan untuk bisa memperoleh standar kehidupannya secara baik dan terhormat.
Sebuah masyarakat yang tidak memberikan jaminan setiap warganya untuk
mendapatkan standard kehidupan dengan layak dan terhormat sungguh, bukan
masyarakat seperti yang diharapkan oleh syariah islam.

“Bukan seorang yang beriman, ketika ia makan dengan enak, sementara ada
tetangganya yang kepalaran.” HR Bukhari

Sebuah system yang disediakan oleh Islam dalam kaitannya untuk terjadinya
redistribusi kekayaan ini terdiri atas:

1) Memberikan bantuan dan memfasilitasi setiap orang untuk bisa mendapatkan


kesempatan kerja yang baik sesuai dengan kapabilitas dan kapasitasnya
masing-masing, serta memberikan upah pekerja dengan segera bagi mereka
yang mempunyai pekerja pada mereka.

2) Memungut Zakat dari golongan kaya untuk didistribusikan kepada golongan


miskin untuk memenuhi kebutuhan minimum atau meningkatklan taraf
kehidupannya. Dengan system Zakat inilah akan terbentuk perputaran
kekayaan sehingga tidak aka nada penumpukan harta di sebagian golongan
saja.

3) Pembagian harta dari mereka yang meninggal dunia (waris). Dengan nisbah
yang telah diatur oleh syariat, pembagian warisan akan mendistribusikan
kekayaan orang yang sudah meninggal ke banyak golongan, dan tidak hanya
mengalir ke satu orang saja.
4

2.4 Kebebasan Individu


Kepercayaan dalam syariat islam mengajarkan bahwa manusia diciptakan oleh
Tuhan dan mengabdi hanya kepada-Nya saja. “…..katakanlah! Aku hanya
diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya. Hanya
kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali.” QS 13:36

Pembatasan hak-hak seseorang tidak bisa dikenakan kepada orang merdeka,


berakal, dan baligh, kecuali bahwa ia melakukan perbuatan yang melukai
kepentingan orang lain atau kepentingan orang banyak. Bahkan terdapat
keharusan untuk melakukan pengendalian dan pembatasan bagi pekerja yang tidak
amanah, pegawai yang kotor, pejabat yang korupsi, hakim yang tidak adil, dan
kepada mereka yang mengabaikan hak-hak dan kepentingan umum, demi untuk
menghindarkan diri dari kerugian yang lebih besar lagi.

Sebagai pedoman terdapat kaidah ushul fiqih dalam kaitannya untuk menjamin
hak-hak setiap orang dalam sebuah masyarakat:
1. Kepentingan orang banyak harus didahulkukan daripada kepentingan individu.

2. Menghindari madharat (bahaya) dan menarik manfaat dua-duanya adalah


tujuan penerapan syariah. Namun, (dalam pertimbangan atas sebuah opsi)
menghindari madharat harus lebih didahulukan daripada menarik manfaat.

3. Kerugian yang lebih besar tidak dapat dilakukan untuk menghindari kerugian
yang lebih kecil. Kemanfaatan yang lebih besar tidak bisa dikalahkan karena
(menghendaki) manfaat yang lebih kecil. Atau konsekuensi dari kaidah diatas
adalah: Kerugian yang lebih kecil bisa ditanggung demi untuk menghindarkan
dari kerugian yang lebih besar, atau kemanfaatan yang lebih kecil bisa
dikorbankan demi untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar.
5
BAB III

BENTUK-BENTUK TRANSAKSI

Muamalah transaksi dalam perekonomian Islam. Pengertian muamalah merupakan


kegiatan tukar-menukar yang memberi manfaat tertentu atas barang atau sesuatu yang
ditukarkan.

Macam-macam Muamalah

3.1 Jual-Beli

Kegiatan jual-beli artinya suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat kesepakatan


tukar-menukar benda yang ingin dimiliki oleh pembeli dengan harga yang sesuai seperti
yang ditawarkan oleh penjual. Kegiatan jual-beli boleh dan halal hukumnya sebagaimana
yang tercantum dalam Al-Quran.

Dalam Islam ada beberapa syarat untuk pelaku jual-beli agar pelaksanaanya tetap sesuai
syariat Iskam, di antaranya:

1. Ada uang dan barang yang dijadikan sebagai alat transaksi di mana keduanya
harus halal dan suci, bermanfaat, barang dapat diserahterimakan, dan kondisi
barang diketahui oleh pelaku jual-beli, serta merupakan milik penjual sendiri.
2. Penjual dan pembeli harus memenuhi syarat sebagai orang yang berakal sehat,
baligh/dewasa, dan melakukan transaksi tersebut atas kemauannya sendiri tanpa
unsur paksaan.
3. Adanya akad atau ijab qabul yang disebutkan oleh penjual, “Saya menjual benda
ini kepada Anda dengan harga…” Lalu dijawab oleh pembeli, “Baik, saya akan
membeli benda ini dengan harga yang telah disebutkan.”

3.2 Khiyar
Khiyar adalah salah satu kegiatan transaksi muamalah yang memberikan
kebebasan kepada penjual atau pembeli untuk mwmutuskan apakah meneruskan
transaksi jual-beli atau membatalkan transaksi tersebut.

a. Khiyar Syarat adalah proses yang dijadikan syarat dalam suatu transaksi jual-beli.
b. Khiyar Majelis adalah proses yang penjual dan pembeli berada di tempat yang sama
dimana berlangsungnya proses transaksi atau tawar-menawar tersebut. Penjual maupun
pembeli memiliki hak yang sama untuk membatalkan transaksi jika ada sesuatu yang
tidak sesuai dengan keinginan mereka.
c. Khiyar cacat (aibi) artinya pembeli diberi hak untuk dapat mengembalikan barang
yang telah dibeli jika ditemukan ada kecacatan sehingga mengurangi kualitas dan fungsi
dari nilai barang tersebut.

6
3.3 Riba

Riba sangat dilarang dalam agama Islam karena riba merupakan haram dan hal
tersebut diatur dalam Al Quran. Riba diharamkan karena pengertian riba merupakan nilai
bunga yang dilebihkan dari penukaran barang atau pinjam-meminjam uang. Contohnya
seperti , saya meminjam uang kepada Avifah sebesar Rp90.000,00. Namun, Arivah
meminta saya untuk mengembalikan sebanyak Rp100.000,00. Maka uang Rp10.000,00
yang harus dikembalikan tersebut adalah riba dan hal ini dilarang dalam agama Islam.

Dalam peraturan ekonomi syariah, riba pun terbagi lagi ke dalam beberapa jenis sebagai
berikut:

 Riba Qordi merupakan proses pinjam-meminjam uang di mana sang peminjam


harus mengembalikan nilai uang yang dipinjam ditambah dengan
bunga/lebihnya.
 Riba Fadli merupakan proses pertukaran barang yang jenisnya sama namun
takaran timbangannya berbeda.
 Riba Nasi’ah merupakan prosesi akad jual-beli yang mana penyerahan barang
yang dibeli dilakukan beberapa hari kemudian.
 Riba Yadi merupakan akad jual-beli barang-barang yang sama jenisnya dan
sama timbangannya, namun saat melakukan proses serah terima penjual dan
pembeli berada dalam posisi yang terpisah.

3.4 Utang-Piutang

Transaksi utang-piutang dilakukan dengan cara menyerahkan harta atau benda kepada
seseorang dengan perjanjian bahwa harta atau benda tersebut akan dikembalikan dalam
kurun waktu tertentu. Dalam transaksi ini, ada tiga rukun yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Ada pelaku yang melakukan utang dan yang memberi piutang.


2. Ada barang atau harta sebagai objek utang-piutang.
3. Ada akad kesepakatan di antara pemberi piutang dan penerima utang.

Agar menjauhi riba maka barang atau harta yang dikembalikan harus sesuai dengan yang
dipinjam. Jika ada kelebihan yang diberikan oleh si pembayar utang atas kemauannya
sendiri, maka harta atau barang tersebut halal. Sebaliknya, jika orang yang memberi
piutang meminta tambahan saat harta atau barang dikembalikan, maka tambahan tersebut
haram hukumnya. Hal ini dikarenakan tidak ada kesepakatan yang disetujui bersama
sebelumnya.

7
3.5 Sewa-Menyewa

Dalam Islam Sewa-Menyewa dikenal sebagai Ijrah. Transaksi I I dilakukan


dengancara memberi imbalan tertentu kepada seseorang yang menyewakan barang atau
benda kepada orang lain. Ada beberapa syarat dan rukun ijrah, diantaranya :

1. Proses transaksi sewa-menyewa harus dilakukan karena memang atas kemauan


masing-masing.
2. Orang yang menyewakan maupun yang menyewa harus sama-sama berakal sehat
dan baligh.
3. Keadaan dan sifat barang harus ditentukan sedari awal.
4. Barang yang disewakan akan menjadi hak sepenuhnya pihak penyewa atau wali
penyewa selama kurun waktu yang telah disepakati bersama.
5. Harus disebutkan dengan jelas berapa lama penyewa akan memanfaatkan barang
tersebut.
6. Ada kesepakatan sejak awal terkait harga sewa dan cara pembayarannya
7. Kedua pihak harus mengetahui manfaat yang akan diambil dari barang tersebut.

Sewa-menyewa tidak hanya dalam pada barang, namun juga kontrak tenaga kerja.
Ada kesepakatan bersama yang harus dipenuhi dalam kontrak kerja. Kesepakatan tersebut
terkait dengan jenis pekerjaan, jam kerja, lama kerja, gaji, sistem pembayaran, dan
tunjangan-tunjangan.

3.6 Syirkah

Syirkah artinya akad yang dilakukan oleh kedua belah pihat atau lebih yang
sama_sama melakukan kesepakatan untuk membangun suatu usaha dengan tujuan
mendapatkan keuntungan

Rukun yang ada dalam akad syirkah adalah sebagai berikut:

1. Adanya dua belah pihak yang akan menjalankan akad atau ‘aqidani.
2. Disebut dengan jelas objek akad atau ma’qud ‘alaihi yang mencakup modal dan
pekerjaan.
3. Adanya aktivitas pengelolaan atau tasharruf sebagai syarat sah akad syirkah.

Macam-macam syirkah, yaitu:

1. Syirkah ‘abdan merupakan jenis syirkah yang mana kedua belah pihak atau
lebih tidak memberikan kontribusi modal (amal) dan hanya kontribusi kerja
2. Syirkah ‘inan merupakan syirkah di mana kedua belah pihak saling memberi
kontribusi baik dalam hal modal maupun kerja.
3. Syirkah wujuh merupakan kerja sama yang dilakukan berdasarkan kedudukan,
keahlian, dan ketokohan seseorang.
4. Syirkah mufawadhah merupakan syirkah yang dilakukan antara kedua belah
pihak dengan menggabungkan semua jenis syirkah yang telah disebutkan
sebelumnya.
8
3.7 Mudharabah

Akad mudharabah disebut juga sebagai akad kerja sama di mana pihak pertama
sebagai penyedia modal atau shahubul mal, dan pihak lainnya sebagai pengelila atau
mudarrib.

Mudharabah dibagi ke dalam dua jenis berdasarkan kentungan yang didapatkan, yaitu:

1. Mudharabah muqayyadah artinya usaha yang dijalankan akan dibatasi oleh


waktu, jenis usaha, dan tempat usaha.
2. Mudharabah mutlaqah artinya bentuk kerja sama yang dijalankan antara pemilik
modal dan pengelola modal cakupannya luas dan tidak ada batasan baik dari segi
waktu, jenis usaha, maupun tempat usaha.

3.8 Musaqah, Muzara’ah, dan Mukhabarah

Pengertian Musaqah merupakan kerja sama yang dilakukan antara petani dan pemilik
kebun.

Jenis kesepakatannya yaitu pemilik kebun menyerahkan tanahnya kepada petani untuk
dikelola dan nati hasil panennya akan dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama.

1. Muzara’ah adalah kerjasama yang dilaukan dalam bidang pertanian antara


petani yang menggarap sawah yang menyediakan benih tanaman dan pemilik
lahan itu sendiri.
2. Sedangkan Mukhabarah adalah kerjasama antara pemilik tanah dan petani,
namun benih disediakan oleh pemilik tanah.

3.9 Perbankan

Bank identik sebagai tempat menabung uang. Pengertian bank merupakan suatu
lembaga keuangan yang memiliki tugas untuk menghimpun dana masyarakat lalu
disalurkan menggunakan sistem bunga. Ada dua jenis bank yang saat ini berada di
tengah-tengah masyarakat, yaitu:

1. Bank Syariah/Islam merupakan lembaga keuangan yang menjalankan


operasionalnya dengan sistem syariah Islam dan memenuhi syarat yang bersih
dari riba.
2. Bank Konvensional merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi untuk
menghimpun dana dan disalurkan kepada yang memerlukan dengan sistem
bunga.

9
3.10 Asuransi Syariah

Asuransi syariah dikenal juga dengan istilah at-Ta’min yang memiliki arti perlindungan,
pertanggungan, ketenangan, dan keamanan. Asuransi juga merupakan bagian dari
transaksi muamalah yang mana dasar hukumnya adalah boleh (jaiz) dengan syarat dan
ketentuan tertentu.

Semua proses transaksi dan produk yang ditawarkan harus sesuai dengan ketentuan
hukum Islam. Apa yang diatur dalam hukum syariat Islam tidak lain adalah demi
kepentingan umat muslim itu sendiri. Sehingga sebagai muslim yang taat dan patuh, maka
harus mendukung penuh dengan melaksanakan prinsip dan praktik ekonomi Islam secara
utuh.

10
BAB IV

MANAJEMEN PENGELOLAAN EKONOMI ISLAM

Definisi manajemen dalam Islam adalah sebagai ilmu sekaligus teknik (seni)
kepemimpinan. Hal ini manajemen dalam arti mengatur sesuatu agar dilakukan dengan baik,
tepat, dan terarah. Manajemen yang tepat merupakan watak yang melekat dalam hidup.19
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu proses sistematis
yang harus dijalankan dengan baik dalam mengelola usaha agar tercapai tujuan, baik usaha
kecil maupun usaha skala besar. Manajemen dipandang sebagai perwujudan amal saleh yang
harus bertitik tolak dari niat baik. Niat baik tersebut akan memunculkan motivasi untuk
mencapai hasil yang baik demi kesejahteraan bersama. Paling tidak, ada empat landasan
untuk mengembangkan manajemen menurut pandangan Islam yaitu, kebenaran, kejujuran,
keterbukaan, keahlian. Seorang menejer harus memiliki keempat sifat utama itu agar
manajemen yang dijalankannya mendapatkan hasil yang maksimal. Hal yang paling penting
dalam manajemen berdasarkan pandangan Islam adalah harus ada sifat atau jiwa
kepemimpinan.

 Manajemen Pengelolaan Usaha dalam Islam


Sebelum menjalankan usaha agar tujuan mudah terealisasi tentunya diperlukan
manajemen diatur sebaik mungkin, dan dijalankan melalui proses yang sistematis atau suatu
rangkaian aktivitas yang satu sama lainnya saling bersusulan. Sesuai dengan fungsi
manajemen yaitu elemen-elemen dasar yang selalu ada dan melekat dalam proses manajemen
yang akan dijadikan acuan oleh menejer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai
tujuan.
Sebagaimana dalam aspek-aspek Islam yang lain, kombinasi antara budaya kerja
keras dan pencapaian kesempurnaan juga dimaksudkan untuk meningkatkan taraf kehidupan
spritual seseorang. Umat Islam dianjurkan sesering mungkin menunjukkan kepatuhannya
kepeda Allah SWT dan melalui peningkatan ilmu kepatuhan ini diharapkan bisa sesempurna
mungkin, khususnya melaksanakan ibadah-ibadah kepada Allah Swt. Dengan demikian hal
ini akan tetap berjalan jika seorang muslim tidak hanya mengadopsi budaya tersebut untuk
mengejar kehidupan dunianya saja, tetapi juga untuk keselamatan.

11
BAB V

PERBEDAAN KONSEP EKONOMI KAPITALISASI DAN SOSIALISASI


DENGAN EKONOMI ISLAM

Di dunia ada beberapa sistem ekonomi.Secara mudah sebutlah misalnya sistim


ekonomi kapitalis,marxis atau sosialis, dan sistem ekonomi islam.Sistem ekonomi kapitalis
dan sosialis sudah lama berkembang, sedangkan sistem ekonomi islam baru dikembangkan
tiga dekade terakhir ini.Namun asas-asasnya sudah ada sejak lima belas abad yang lalu, sejak
agama islam lahir.Sistem ekonomi islam adalah suatu system ekonomi yang didasarkan
padaajaran nilai-nilai islam.Sumber dari keseluruhan nilai tersebut sudah tentu al-qur,an,
hadist, ijma, dan qiyas.Nilai-nilai system ekonomi islam ini merupakan bagian integral dari
keseluruhan ajaran islam yang komprehensif dan telah dinyatakan Allah Swt sebagai ajaran
yang sempurna.Karena didasarkan pada nilai-nilai Ilahiah, sistem ekonomi islam tentu saja
akan berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis dan sosialis. Memang dalam beberapa hal,
sistem ekonomi islam merupakan kompromi antara kedua sistem tersebut, namun dalam
banyak hal sistem ekonomi islam berbeda sama sekali dengan kedua sistem tersebut. Sistem
ekonomi islam memiliki sifat-sifat baik dari kapitalisme dan sosialisasi.

1.1 Sistem Ekonomi Kapitalis


Sistem kapitalis memandang bahwa manusia adalah pemilik satu-satunya
terhadap harta yang telah diusahakan. Tidak ada hak orang lain di dalamnya.
Ia memiliki hak mutlak untuk membelanjakan sesuai dengan
keinginannya.Sosok pribadi dipandang memiliki hak untuk memonopoli
sarana-sarana produksi sesuai kekuasaannya. Ia mengalokasikan hartanya
hanya pada bidang yang memiliki nilai guna materi (profit Oriented).

Ciri-ciri Sistem Ekonomi Kapitalis:


1. Kebebasan memiliki harta secara perorangan Hak milik perorangan merupakan
eleman penting kapitalisme. Dalam paham kapitalisme tidak berlaku istilah hak milik
berfungsi sosial. Pemberian hak milik secara mutlak akan menciptakan perilaku
individu untuk menggunakan semaksimal mungkin sumber daya yang dimiliki dan
berdampak pada distribusi pendapatan masyarakat.
2. Persaingan bebas/free competition Persaingan bisa terjadi antar produsen dalam
menghasilkan produk, persakingan bisa terjadi antara penyalur produk, persaingan
bisa terjadi antara karyawan untuk mendapatkan pekerjaan, persaingan bisa terjadi
antar pemilik modal dan seterusnya.
3. Kebebasan penuh Kapitalisme identik dengan kebebasan ( liberalisme/laisses faire),
yang dianggap sebagai iklim yang paling sesuai dengan sendi kapitalisme.
Liberalisme adalah suatu paham yang berpendapat dan bercita-cita bahwa manusia
dilahirkan di dunia mempunyai hak untuk bebas seperti yang diinginkannya.

12
1.2 Sistem Ekonomi Sosialis
Sosialisme berasal dari kata sosial, sesuatu yang menyangkut aspek hidup masyarakat.
Sosialisme adalah suatu doktrin politik yang menekankan pemilikan kolektif dari alat-alat
produksi, memberikan suatu peran yang besar pada negara dalam menjalankan perekonomian
dengan kepemilikan masyarakat luas atas industri. Sistem ekonomi sosalisme adalah sistem
ekonomi dimana ekonomi diatur penuh oleh negara. Dalam sistem ini jalannya perekonomian
sepenuhnya menjadi tanggung jawab negara atau pemerintah pusat.Sistem ekonomi sosialis
biasa disebut juga dengan sistem ekonomi yang terpusat. Kenapa disebut dengan terpusat?
Karena segala sesuatunya harus diatur oleh negara dan juga dikomandokan dari pusat.
Pemerintahlah yang menjadi penguasa dari seluruh kegiatan ekonomi ini.Sistem
perekonomian sosialis merupakan sistem perekonomian yang menginginkan kemakmuran
dari masyarakatnya dan terlaksana merata sehingga tidak ada lagi penindasan ekonomi yang
terjadi.

Ciri-ciri Sistem Ekonomi Sosialis


 Kepemilikan harta dikuasai negara
 Setiap individu memilki kesamaan kesempatan dalam melakukan aktivitas ekonomi
 Disiplin politik yang tegas dan keras
 Tiap warga negara di penuhi kebutuhan pokoknya
 Proyek pembangunan dilaksanakan negara

1.3 Sistem Ekonomi Islam


Yang dimaksud dengan sistem ekonomi islam adalah ilmu ekonomi yang
dilaksanakan dalam praktek sehari-hari bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat
maupun pemerintah/penguasa dalam rangka mengorganisasikan faktor produksi,
distribusi dan pemanfaatan barang dan jasa yang dihasilkan tunduk dalam
peraturan/perundangundangan islam ( sunnatullah ).Dengan demikian, sumber
terpenting peraturan/perundang-undangan perekonomian islam adalah al-qur,an dan
sunnah.Namun demikian, sangat disayangkan hingga saat ini belum ada suatu literatur
yang mengupas tentang sistim ekonomi islam secara menyeluruh.Memang sudah agak
lama ummat islam mengalami suatu penyakit pluralisme ekonomi ( berada di tengah-
tengah sistim ekonomi liberal, komunis dan sosialis ).Hal itu ( pluralisme sistim
ekonomi ) muncul disebabkan oleh ketidakmampuan ummat islam melahirkan suatu
konsep sistim ekonomi islam ( menggabungkan sistim ekonomi dan syari,at ).

13
PENUTUP

Kesimpulan :
Ekonomi Islam merupakan ekonomi yang diatur berdasarkan aturan yang ada pada
AL-Quran maupun Hadist yang sesuai dengan syariat dan perintah Allah SWT. Yang pastinya
sesuai dengan kebutuhan manusia serta menjunjung tinggi keadilan bagi seluruh umat
manusia. Tidak hanya itu Ekonomi Islam pun membawa banyak pengaruh positif apabila
dijalankan contohnya seperti berkurangnya orang yang kurang mampu secara ekonomi
karena pada Ekonomi Islam sangat menjunjung tinggi keadilan serta norma-norma dan
aturan-aturan baik lainnya. Sehingga apabila Ekonomi Islam tersebut dilaksanakan tidak ada
lagi orang yang kurang dalam ekonomi.

Saran :
Dengan penyusunan makalah ini, kami berharap kepada para pembaca dapat
memahami serta mengerti apa itu Ekonomi Islam dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan.
Serta dapat mengembangkan makalah ini menjadi lebih sederhana dan mudah dimengerti.

14
Daftar Pustaka

Ayub, Muhammad, 2007, Understanding Islamic Finance: A-Z Keuangan Syariah, Gramedia,
Jakarta
Warde, Ibrahim, 2009, Islamic Finance: Keuangan Islam dalam Perekonomian Global, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
Rozalinda,2017,Ekonomi Islam,Penerbit PT.Raja Grafindo Persada,Depok.
Danupranata,Gita , 2006, Ekonomi Islam, Unit penerbitan Fakultas Ekonomi UPFE-UMY
Yogyakarta.
K.Lubis Suhrawardi, 2000, Hukum Ekonomi Islam, Penerbit Sinar Grafika,Jakarta.
Rahman,Afzalur , 1995, Doktrin Ekonomi Islam, Penerbit PT.Dana Bhakti Wakaf,Jakarta.
Daud Ali, Muhammad,1998,Pendidikan Agama Islam, Penerbit PT.Raja Grafindo Persada
Jakarta.
Nasution,Mustafa Edwin,2007, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, PenerbitPrenada Media
Group,Jakarta.
Husain at-Tariqi,Abdullah Abdul, 2004, Ekonomi Islam Prinsip, Dasar Dan tujuan,
Penerbit,Magistra Insania PressYogyakarta.
Kahf,Monzer, 2000, Ekonomi Islam,Penerbit Aditya Media, Yogyakarta.
Adiwarman, Karim. 2007. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ibrahim, Azharsyah dkk. 2021. Pengantar Ekonomi Islam. Jakarta: Departemen Ekonomi dan
Keuangan Syariah - Bank Indonesia.

15

Anda mungkin juga menyukai