MUAMALAH/EKONOMI ISLAM
Disusun oleh :
1. Avifah Azzahra (2310942026)
2. Intan Akasi (2310942039)
3. Naura Inayah (2311213005)
4. Hazari Nabila P. (2310711014)
5. Anevy Rafa (2310931028)
Dosen :
Drs. H. Mursal Sah M.Ag
Universitas Andalas
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb
Dengan mengucap Syukur Alhamdulillah. Bahwasanya kami telah dapat membuat makalah
agama walaupun tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang kami hadapi, tiada daya dan
upaya kecuali dengan pertolongan Allah SWT. Walaupun demikian, tentu makalah ini masih
terdapat kekurangan dan belum dikatakan sempurna karena keterbatasan kemampuan kami.
Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak kami harapkan
agar dalam pembuatan makalah di waktu yang akan datang bisa lebih baik lagi. Harapan
kami semoga makalah ini berguna bagi siapa saja yang membacanya.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………… ii
PENUTUP………………………………………………………………………………….. 13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….
14
ii
BAB I
Dalam sebuah sistem perekonomian islam terdapat beberapa prinsip-prinsip yang harus
dipegang teguh dalam menjalankan kegiatan perekonomian. Prinsip Muamalah/Ekonomi
islam ini terbagi menjadi dua, prinsip umum dan prinsip khusus.
1
4. Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan. Segala bentuk
muamalah yang mengandung unsur penindasan tidak dibenarkan. Keadilan adalah
menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya dan memberikan sesuatu hanya pada
yang berhak, serta memperlakukan sesuatu sesuai posisinya. Implementasi
keadilan dalam aktivitas ekonomi berupa aturan prinsip muamalah yang melarang
adanya unsur riba, zalim, maysir, garar, dan haram. Di dalam terminologi fikih,
adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan sesuatu hanya
pada yang berhak sertamemperlakukan sesuatu pada posisinya (wadh‘ al-syai` fi
mahallih).
3. Pengurusan dana yang amanah, yaitu menyampaikan hak apa saja kepada
pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan tidak mengurangi hak
orang lain.
4. Pencatatan proses transaksi. Di antara upaya penjagaan dalam sebuah transaksi dari
terjadinya sengketa, lupa, kehilangan, dan lainnya maka syariah memerintahkan
otentifikasi (tautsiq) melalui pencatatan, kesaksian, jaminan gadai guna menjaga
setiap hak dari pemiliknya.
2
BAB II
Tujuan ekonomi islam tidak bisa dilepaskan dari tujuan penciptaan manusia di
muka bumi. Ini karena, kegiatan berekonomi tidak bisa dipisahkan dari akitivitas
manusia di muka bumi. Inilah mengapa islam juga mengatur segala sesuatunya yang
berkaitan dengan aktivitas manusia dalam berekonomi. Manusia diciptakan bukan
semata untuk menjadi seorang pertapa yang tidak ikut dalam aktivitas keduniaan,
bukan pula sebagai manusia bumi yang tidak mempedulikan aturan Alah dalam setiap
tindak tanduknya. Namun Allah menciptakan manusia agar manusia menjadi khalifah
(wakil Allah) yang mempunyai tugas memakmurkan bumi, yaitu menciptakan
kemakmuran dengan segala kreasi menuju kebaikan. (QS 2:30). Untuk kepentingan
inilah Allah telah memberikan (menyediakan) segala sesuatunya yang akan manusia
butuhkan di muka bumi ini (QS 2:29). Oleh karenanya, “kebajikan” tdak bisa
diartikan sebagai seberapa banyak seseorang mempunyai dan bisa menikmati
kekayaan atauapun kekuasaan. Bukan pula kebajikan itu berupa penghindaran diri
dari hiruk pikuk dunia dan menyendiri hanya kepada tuhannya. Namun kebajikan itu
adalah seberapa banyak kita membuat kemaslahatan untuk sesama. Islam
menghendaki bahwa setiap aktivitas manusia tidak hanya bernilai duniawi (material)
semata, tetapi seharusnya juga bernilai spiritual. Termasuk juga dalam setiap aktivitas
berekonomi, harus juga membawa muatan spiritual, dalam arti harus terdapat
kesesuaian dengan tujuan dan nilai-nilai islam. Tujuan dan nilai-nilai ekonomi islam
adalah:
2) Keadilan Ekonomi Keadilan sosial tidak akan banyak berarti tanpa dibarengi
dengan praktik keadilan ekonomi sehingga setiap orang bisa menyumbangkan
kontribusinya untuk produktifitas, dan tidak terjadi saling merugikan dan
eksploitasi antara satu pihak atas pihak yang lain.
“Bukan seorang yang beriman, ketika ia makan dengan enak, sementara ada
tetangganya yang kepalaran.” HR Bukhari
Sebuah system yang disediakan oleh Islam dalam kaitannya untuk terjadinya
redistribusi kekayaan ini terdiri atas:
3) Pembagian harta dari mereka yang meninggal dunia (waris). Dengan nisbah
yang telah diatur oleh syariat, pembagian warisan akan mendistribusikan
kekayaan orang yang sudah meninggal ke banyak golongan, dan tidak hanya
mengalir ke satu orang saja.
4
Sebagai pedoman terdapat kaidah ushul fiqih dalam kaitannya untuk menjamin
hak-hak setiap orang dalam sebuah masyarakat:
1. Kepentingan orang banyak harus didahulkukan daripada kepentingan individu.
3. Kerugian yang lebih besar tidak dapat dilakukan untuk menghindari kerugian
yang lebih kecil. Kemanfaatan yang lebih besar tidak bisa dikalahkan karena
(menghendaki) manfaat yang lebih kecil. Atau konsekuensi dari kaidah diatas
adalah: Kerugian yang lebih kecil bisa ditanggung demi untuk menghindarkan
dari kerugian yang lebih besar, atau kemanfaatan yang lebih kecil bisa
dikorbankan demi untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar.
5
BAB III
BENTUK-BENTUK TRANSAKSI
Macam-macam Muamalah
3.1 Jual-Beli
Dalam Islam ada beberapa syarat untuk pelaku jual-beli agar pelaksanaanya tetap sesuai
syariat Iskam, di antaranya:
1. Ada uang dan barang yang dijadikan sebagai alat transaksi di mana keduanya
harus halal dan suci, bermanfaat, barang dapat diserahterimakan, dan kondisi
barang diketahui oleh pelaku jual-beli, serta merupakan milik penjual sendiri.
2. Penjual dan pembeli harus memenuhi syarat sebagai orang yang berakal sehat,
baligh/dewasa, dan melakukan transaksi tersebut atas kemauannya sendiri tanpa
unsur paksaan.
3. Adanya akad atau ijab qabul yang disebutkan oleh penjual, “Saya menjual benda
ini kepada Anda dengan harga…” Lalu dijawab oleh pembeli, “Baik, saya akan
membeli benda ini dengan harga yang telah disebutkan.”
3.2 Khiyar
Khiyar adalah salah satu kegiatan transaksi muamalah yang memberikan
kebebasan kepada penjual atau pembeli untuk mwmutuskan apakah meneruskan
transaksi jual-beli atau membatalkan transaksi tersebut.
a. Khiyar Syarat adalah proses yang dijadikan syarat dalam suatu transaksi jual-beli.
b. Khiyar Majelis adalah proses yang penjual dan pembeli berada di tempat yang sama
dimana berlangsungnya proses transaksi atau tawar-menawar tersebut. Penjual maupun
pembeli memiliki hak yang sama untuk membatalkan transaksi jika ada sesuatu yang
tidak sesuai dengan keinginan mereka.
c. Khiyar cacat (aibi) artinya pembeli diberi hak untuk dapat mengembalikan barang
yang telah dibeli jika ditemukan ada kecacatan sehingga mengurangi kualitas dan fungsi
dari nilai barang tersebut.
6
3.3 Riba
Riba sangat dilarang dalam agama Islam karena riba merupakan haram dan hal
tersebut diatur dalam Al Quran. Riba diharamkan karena pengertian riba merupakan nilai
bunga yang dilebihkan dari penukaran barang atau pinjam-meminjam uang. Contohnya
seperti , saya meminjam uang kepada Avifah sebesar Rp90.000,00. Namun, Arivah
meminta saya untuk mengembalikan sebanyak Rp100.000,00. Maka uang Rp10.000,00
yang harus dikembalikan tersebut adalah riba dan hal ini dilarang dalam agama Islam.
Dalam peraturan ekonomi syariah, riba pun terbagi lagi ke dalam beberapa jenis sebagai
berikut:
3.4 Utang-Piutang
Transaksi utang-piutang dilakukan dengan cara menyerahkan harta atau benda kepada
seseorang dengan perjanjian bahwa harta atau benda tersebut akan dikembalikan dalam
kurun waktu tertentu. Dalam transaksi ini, ada tiga rukun yang harus dipenuhi, yaitu:
Agar menjauhi riba maka barang atau harta yang dikembalikan harus sesuai dengan yang
dipinjam. Jika ada kelebihan yang diberikan oleh si pembayar utang atas kemauannya
sendiri, maka harta atau barang tersebut halal. Sebaliknya, jika orang yang memberi
piutang meminta tambahan saat harta atau barang dikembalikan, maka tambahan tersebut
haram hukumnya. Hal ini dikarenakan tidak ada kesepakatan yang disetujui bersama
sebelumnya.
7
3.5 Sewa-Menyewa
Sewa-menyewa tidak hanya dalam pada barang, namun juga kontrak tenaga kerja.
Ada kesepakatan bersama yang harus dipenuhi dalam kontrak kerja. Kesepakatan tersebut
terkait dengan jenis pekerjaan, jam kerja, lama kerja, gaji, sistem pembayaran, dan
tunjangan-tunjangan.
3.6 Syirkah
Syirkah artinya akad yang dilakukan oleh kedua belah pihat atau lebih yang
sama_sama melakukan kesepakatan untuk membangun suatu usaha dengan tujuan
mendapatkan keuntungan
1. Adanya dua belah pihak yang akan menjalankan akad atau ‘aqidani.
2. Disebut dengan jelas objek akad atau ma’qud ‘alaihi yang mencakup modal dan
pekerjaan.
3. Adanya aktivitas pengelolaan atau tasharruf sebagai syarat sah akad syirkah.
1. Syirkah ‘abdan merupakan jenis syirkah yang mana kedua belah pihak atau
lebih tidak memberikan kontribusi modal (amal) dan hanya kontribusi kerja
2. Syirkah ‘inan merupakan syirkah di mana kedua belah pihak saling memberi
kontribusi baik dalam hal modal maupun kerja.
3. Syirkah wujuh merupakan kerja sama yang dilakukan berdasarkan kedudukan,
keahlian, dan ketokohan seseorang.
4. Syirkah mufawadhah merupakan syirkah yang dilakukan antara kedua belah
pihak dengan menggabungkan semua jenis syirkah yang telah disebutkan
sebelumnya.
8
3.7 Mudharabah
Akad mudharabah disebut juga sebagai akad kerja sama di mana pihak pertama
sebagai penyedia modal atau shahubul mal, dan pihak lainnya sebagai pengelila atau
mudarrib.
Mudharabah dibagi ke dalam dua jenis berdasarkan kentungan yang didapatkan, yaitu:
Pengertian Musaqah merupakan kerja sama yang dilakukan antara petani dan pemilik
kebun.
Jenis kesepakatannya yaitu pemilik kebun menyerahkan tanahnya kepada petani untuk
dikelola dan nati hasil panennya akan dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama.
3.9 Perbankan
Bank identik sebagai tempat menabung uang. Pengertian bank merupakan suatu
lembaga keuangan yang memiliki tugas untuk menghimpun dana masyarakat lalu
disalurkan menggunakan sistem bunga. Ada dua jenis bank yang saat ini berada di
tengah-tengah masyarakat, yaitu:
9
3.10 Asuransi Syariah
Asuransi syariah dikenal juga dengan istilah at-Ta’min yang memiliki arti perlindungan,
pertanggungan, ketenangan, dan keamanan. Asuransi juga merupakan bagian dari
transaksi muamalah yang mana dasar hukumnya adalah boleh (jaiz) dengan syarat dan
ketentuan tertentu.
Semua proses transaksi dan produk yang ditawarkan harus sesuai dengan ketentuan
hukum Islam. Apa yang diatur dalam hukum syariat Islam tidak lain adalah demi
kepentingan umat muslim itu sendiri. Sehingga sebagai muslim yang taat dan patuh, maka
harus mendukung penuh dengan melaksanakan prinsip dan praktik ekonomi Islam secara
utuh.
10
BAB IV
Definisi manajemen dalam Islam adalah sebagai ilmu sekaligus teknik (seni)
kepemimpinan. Hal ini manajemen dalam arti mengatur sesuatu agar dilakukan dengan baik,
tepat, dan terarah. Manajemen yang tepat merupakan watak yang melekat dalam hidup.19
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu proses sistematis
yang harus dijalankan dengan baik dalam mengelola usaha agar tercapai tujuan, baik usaha
kecil maupun usaha skala besar. Manajemen dipandang sebagai perwujudan amal saleh yang
harus bertitik tolak dari niat baik. Niat baik tersebut akan memunculkan motivasi untuk
mencapai hasil yang baik demi kesejahteraan bersama. Paling tidak, ada empat landasan
untuk mengembangkan manajemen menurut pandangan Islam yaitu, kebenaran, kejujuran,
keterbukaan, keahlian. Seorang menejer harus memiliki keempat sifat utama itu agar
manajemen yang dijalankannya mendapatkan hasil yang maksimal. Hal yang paling penting
dalam manajemen berdasarkan pandangan Islam adalah harus ada sifat atau jiwa
kepemimpinan.
11
BAB V
12
1.2 Sistem Ekonomi Sosialis
Sosialisme berasal dari kata sosial, sesuatu yang menyangkut aspek hidup masyarakat.
Sosialisme adalah suatu doktrin politik yang menekankan pemilikan kolektif dari alat-alat
produksi, memberikan suatu peran yang besar pada negara dalam menjalankan perekonomian
dengan kepemilikan masyarakat luas atas industri. Sistem ekonomi sosalisme adalah sistem
ekonomi dimana ekonomi diatur penuh oleh negara. Dalam sistem ini jalannya perekonomian
sepenuhnya menjadi tanggung jawab negara atau pemerintah pusat.Sistem ekonomi sosialis
biasa disebut juga dengan sistem ekonomi yang terpusat. Kenapa disebut dengan terpusat?
Karena segala sesuatunya harus diatur oleh negara dan juga dikomandokan dari pusat.
Pemerintahlah yang menjadi penguasa dari seluruh kegiatan ekonomi ini.Sistem
perekonomian sosialis merupakan sistem perekonomian yang menginginkan kemakmuran
dari masyarakatnya dan terlaksana merata sehingga tidak ada lagi penindasan ekonomi yang
terjadi.
13
PENUTUP
Kesimpulan :
Ekonomi Islam merupakan ekonomi yang diatur berdasarkan aturan yang ada pada
AL-Quran maupun Hadist yang sesuai dengan syariat dan perintah Allah SWT. Yang pastinya
sesuai dengan kebutuhan manusia serta menjunjung tinggi keadilan bagi seluruh umat
manusia. Tidak hanya itu Ekonomi Islam pun membawa banyak pengaruh positif apabila
dijalankan contohnya seperti berkurangnya orang yang kurang mampu secara ekonomi
karena pada Ekonomi Islam sangat menjunjung tinggi keadilan serta norma-norma dan
aturan-aturan baik lainnya. Sehingga apabila Ekonomi Islam tersebut dilaksanakan tidak ada
lagi orang yang kurang dalam ekonomi.
Saran :
Dengan penyusunan makalah ini, kami berharap kepada para pembaca dapat
memahami serta mengerti apa itu Ekonomi Islam dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan.
Serta dapat mengembangkan makalah ini menjadi lebih sederhana dan mudah dimengerti.
14
Daftar Pustaka
Ayub, Muhammad, 2007, Understanding Islamic Finance: A-Z Keuangan Syariah, Gramedia,
Jakarta
Warde, Ibrahim, 2009, Islamic Finance: Keuangan Islam dalam Perekonomian Global, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
Rozalinda,2017,Ekonomi Islam,Penerbit PT.Raja Grafindo Persada,Depok.
Danupranata,Gita , 2006, Ekonomi Islam, Unit penerbitan Fakultas Ekonomi UPFE-UMY
Yogyakarta.
K.Lubis Suhrawardi, 2000, Hukum Ekonomi Islam, Penerbit Sinar Grafika,Jakarta.
Rahman,Afzalur , 1995, Doktrin Ekonomi Islam, Penerbit PT.Dana Bhakti Wakaf,Jakarta.
Daud Ali, Muhammad,1998,Pendidikan Agama Islam, Penerbit PT.Raja Grafindo Persada
Jakarta.
Nasution,Mustafa Edwin,2007, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, PenerbitPrenada Media
Group,Jakarta.
Husain at-Tariqi,Abdullah Abdul, 2004, Ekonomi Islam Prinsip, Dasar Dan tujuan,
Penerbit,Magistra Insania PressYogyakarta.
Kahf,Monzer, 2000, Ekonomi Islam,Penerbit Aditya Media, Yogyakarta.
Adiwarman, Karim. 2007. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ibrahim, Azharsyah dkk. 2021. Pengantar Ekonomi Islam. Jakarta: Departemen Ekonomi dan
Keuangan Syariah - Bank Indonesia.
15