Definisi tentang ekonomi Syariah telah banyak dikemukakan oleh para ahli dengan reaksi yang berbeda-beda. Meskipun demikian, secara makna pada dasarnya para ahli tersebut memiliki kesamaan. Dalam bahasa Arab, ekonomi Syariah seringkali diistilahkan dengan al-iqthishad. Al-iqthisad secara bahasa artinya al-qashdu yang bermakna pertengahan dan berkeadilan. Sedangkan secara istilah didefinisikan sebagai aturan yang berkaitan dengan produksi, mendistribusikan, dan mengkonsuminya (Mufid, 2017). Segala aspek ini dikerjakan secara berkeadilan, sehingga ekonomi Syariah juga dikatakan sebagai ekonomi rakyat berkeadilan, bukan mengaktualisasi ekonomi konglomerat seperti halnya ekonomi kapitalis yang beriorentasi pada pemilik modal yang besar, dan bukan juga ekonomi otoriter seperti ekonomi sosialis yang hanya beriorentasi pada kebijakan mutlak oleh pemerintah dalam aspek perekonomian (Hidayatullah, 2020). Ekonomi Syariah mengakui kepemilikan yang multijenis (multitype ownership) dengan batas-batas tertentu. Koridor-koridor di dalam ekonomi Syariah tidak hanya didasari atas hukum-hukum kenegaraan tetapi juga dari sumber hukum Islam, bahkan uniknya dalam ekonomi syariah terdapat nilai-nilai ketuhanan yang dimaknai sebagai dimensi pengawasan dan pusat pengendalian diri secara personal atas segala aktivitas yang dikerjakan oleh manusia. Hal ini sangat masuk akal karena orientasi ekonomi syariah bukan saja untuk dunia tetapi juga akhirat. Sebagai salah satu cabang ekonomi pengetahuan, ekonomi syariah lahir melalui pengkajian keilmuan yang panjang. Meskipun pada awalnya terjadi pesimisme terhadap eksistensi ekonomi syariah ini dalam masyarakat yang dikarenakan adanya pemahaman tentang dikotonomi antara agama dan keilmuan. Akan tetapi saat ini sudah terkikis. Para ekonom barat pun telah mengakui keberadaan ekonomi Islam sebagai ilmu ekonomi yang memberikan warna kesejukan dalam perekonomian dunia (Thian, 2021). Bahkan dalam kenyataannya lembaga-lembaga keuangan berbasis syariah pun sudah banyak beroperasi di negara-negara barat. B. Karakteristik Ekonomi Syariah 1. Ekonomi Ketuhanan Ekonomi syariah bersumber dari wahyu Allah Swt dalam bentuk syariát Islam. Ekonomi syariah dalam posisinya sebagai ekonomi ketuhanan atau ekonomi ilahiya dimana titik awal dan sumber ekonomi syariah sendiri berasal dari Allah Swt. Kemudian manusia dalam menjalankan segala aktifitas mu’amalah di muka bumi ini semata-mata ditujukkan untuk-Nya. 2. Ekonomi Akhlak Akhlak adalah salah satu aspek yang sangat diperhatikan dalam ekonomi syariah. Bahkan posisi akhlak menepati posisi yang paling tinggi. Kedudukan akhlak yang sangat tinggi dalam ekonomi syariah telah banyak digambarkan secara tersirat. Misalnya larangan menimbun harta (QS. At-Taubah: 34-35), larangan memakan harta secara bathil (QS. An- Nisa: 29), dan sebagainya. Larangan-larangan seperti ini sebenarnya secara makna mengajak kepada manusia untuk menumbuhkan pribadi yang mulia karena tujuan akhirnya adalah menciptakan roda perekonomian yang lebih berkemanusiaan atau perekonomian yang berakhlak. 3. Ekonomi Pertengahan Karakteristik ini menempatkan ekonomi syariah sebagai ekonomi yang dapat menyeimbangkan dua hal yang tidak boleh salah satunya diabaikan. Ekonomi syariah adalah ekonomi yang mampu menyeimbangkan dua hal yang tidak boleh dan salah satunya diabaikan. Ekonomi syariah adalah ekonomi yang mampu menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat, mampu menyeimbangkan antara hak milik pribadi dan umum, dalam hal ibadah dan mu’amalah. Dalam sistem Islam individualisme dengan sosialisme bertemu dalam bentuk harmonis. Dimana kebebasan individu seimbang dengan kebebasan masyarakat. Bahkan menurut Yusuf Qardawi bahwa nilai pertengahan atau keseimbangan merupakan ruh atau jiwa dalam ekonomi syariah. 4. Ekonomi Berkeadilan Konsep keadilan ekonomi dalam ekonomi Islam berbeda jauh dengan konsep ekonomi sosialis dan kapitalis. Konsep keadilan ekonomi dalam Islam selain didasarkan pada komitmen spiritual juga didasarkan atas konsep-konsep persaudaraan universal sesame manusia (Suryani, 2011). Sehingga ada keseimbangan dunia dan akhirat. Atau dalam ekonomi syariah, harus mampu mewujudkan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah Swt dan juga hubungan antara manusia dengan manusia lainnya. Tidak ada eksploitasi kekayaan yang berlebihan dan segala bentuk kejahatan-kejahatan ekonomi lainnya yang dapat mengganggu dan merusak makhluk lainnya di muka bumi ini. C. Aturan-aturan Permainan Ekonomi Islam Aturan-aturan permainan ekonomi adalah perangkat perintah dan aturan sosial, politik, agama, moral dan hukum yang mengikat masyarakat. Lembaga-lembaga sosial disusun sedemikian rupa untuk mengarahkan individu-individu sehingga mereka secara baik melaksanakan aturan-aturan ini dan mengontrol serta mengawasi penampilan ini. Aturan-aturan ini bersumber pada kerangka konseptual masyarakat dalam hubungannya dengan Tuhan, kehidupan, sesama manusia, dunia, sesama makhluk dan tujuan akhir manusia. Ada beberapa aturan permainan ekonomi Islam tanpa mendalami berbagai implikasi yang timbul daripadanya. Adapun uraiannya sebagai berikut: Alam semesta, termasuk manusia adalah milik Allah. Manusia sebagai khalifah diberikan kuasa untuk melaksanakan tugasnya dan mengambil keuntungan dan manfaat sebanyak-banyaknya sesuai dengan kemampuannya. Allah telah menetapkan kewajiban-kewajiban dan perilaku manusia. hukum Allah (syari’ah) yang menetapkan ketentuan tersebut harus diawasi oleh masyarakat secara keseluruhan.; Semua manusia tergantung pada Allah. Maka dari itu masyarakat dapat bertanggung jawab terhadap setiap kegagalan masyarakat dalambekerja sama dan melakukan kerja kolektif.; Status khalifah berlaku umum bagi semua manusia. Allah menciptakan manusia dengan kemampuan yang berbeda-beda sehingga manusia diperintahkan untuk hidup bersama, bekerja sama, dan saling memanfaakan keterampilan mereka masing-masing.; Individu-individu memiliki kesamaan dalam harga dirinya sebagai manusia. apabila ada perbedaan maka hak-hak dan kewajiban-kewajiban mereka harus diatur sedemikian rupa sehingga tercipta keseimbangan. Kekuatan ekonomi dibedakan dengan kekuatan politik, antara lain karena adanya fakta bahwa tujuan-tujuan besar dan banyak rinciannnya ditekankan dalam al-Qur’an dan sunnah.; Dalam Islam bekerja dinilai sebagai kebaikan dan kemalasan dinilai sebagai kejahatan. Dalam al-Qur’an dan hadis menjelaskan bahwa manusia diwajibkan untuk bekerja. Kewajiban masyarakat dan badan yang mewakilinya adalah menyediakan kesempatan-kesempatan kerja kepada para individu.; Kehidupan adalah proses dinamik menuju peningkatan. Islam menyuruh manusia untuk melakukan perbaikan diri sehingga menjadi lebih baik lagi.; Jangan membuat kemudaratan terhadap manusia.; Menurut Islam tidak cukup hanya mempercayai niat seseorang untuk melakukan kebaikan. Namun setiap muslim dianjurkan untuk beramal salih sebanyak-banyaknya, mematuhi ajaran-ajaran Islam dalam semua aspeknya supaya mendapatkan ridha Allah SWT. D. Perbedaan Dasar Ekonomi Islam dan Konvensional Perbedaan dasar antara ekonomi Islam dan konvensional boleh dilihat dari beberapa sudut yaitu: 1. Sumber (Epistemology) Sebagai sebuah ad-din yang syumul, sumbernya berasaskan kepada sumber yang mutlak yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Kedudukan sumber yang mutlak ini menjadikan Islam itu sebagai suatu agama (addin) yang istimewa dibanding dengan agama-agama ciptaan lain. Al-Qur'an dan As-Sunnah ini menyuruh kita mempraktikkan ajaran wahyu tersebut dalam semua aspek kehidupan termasuk soal muamalah. Perkara-perkara asas muamalah dijelaskan di dalam wahyu yang meliputi suruhan dan larangan. Suruhan seperti makan dan minum menjelaskan tentang tuntutan keperluan asasi manusia. Penjelasan Allah SWT. tentang kejadian-Nya untuk dimanfaatkan oleh manusia (QS. Yasin ayat 34-35, 72-73) (QS. an-Nahl ayat 5- 8, 14, 80) menunjukkan bahwa alam ini disediakan begitu untuk dibangunkan oleh manusia sebagai Khalifah Allah (QS. al-Baqarah ayat 30). Larangan-larangan Allah SWT. seperti riba (QS. al-Baqarah ayat 275) perniagaan babi, judi, arak, dan lain-lain karena perkara-perkara tersebut mencerobohi fungsi manusia sebagai khalifah tadi. Oleh karena itu, sumber rujukan untuk manusia dalam semua keadaan termasuk persoalan ekonomi ini adalah lengkap. Kesemuanya itu menjurus ke pada suatu tujuan yaitu pembangunan seimbang rohani dan jasmani manusia berasaskan tauhid. Sedangkan ekonomi konvensional tidak bersumber atau berlandaskan wahyu. Oleh karena itu, ia lahir dari pemikiran manusia yang bisa berubah berdasarkan waktu atau masa sehingga diperlukan maklumat yang baru. Kalau ada ketikanya diambil dari wahyu tetapi akal memprosesnya mengikuti selera manusia sendiri karena tujuannya mendapat pengiktirafan manusia bukan mengambil pengiktirafan Allah SWT. Itu bedanya antara sumber wahyu dengan sumber akal manusia atau juga dikenal sebagai falsafah yang lepas bebas dari ikatan wahyu. Tujuan yang tidak sama akan melahirkan implikasi yang berbeda kerana itu pakar ekonomi Islam bertujuan untuk mencapai al-falah di dunia dan akhirat, sedangkan pakar ekonomi konvensional mencoba menyelesaikan segala permasalahan yang timbul tanpa ada pertimbang an mengenai soal ketuhanan dan keakhiratan tetapi lebih mengutama kan untuk kemudahan manusia di dunia saja. 2. Tujuan Tujuan ekonomi Islam membawa kepada konsep al-falah (kejayaan) di dunia dan akhirat, sedangkan ekonomi sekuler untuk ke puasan di dunia saja. Ekonomi Islam meletakkan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini di mana segala bahan-bahan yang ada di bumi dan di langit adalah diperuntukan untuk manusia. Kesemuanya bertujuan untuk beribadah kepada Allah SWT. Dalam kaitan ibadah, kita mengenal ada ibadah yang khusus ada pula ibadah yang umum. Manusia merupakan makhluk sosial (zone politicon) karena itu dalam soal pemilikan harta terdapat harta milik individu dan juga terdapat harta yang menjadi hak masyarakat umum. 3. Konsep Harta Di dalam Islam, harta bukanlah merupakan tujuan hidup tetapi sekedar wasilah atau perantara bagi mewujudkan perintah Allah SWT َاي َو َم َماتِي هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين َ قُلْ ِإ َّن َ َصاَل تِي َونُ ُس ِكي َو َمحْ ي Katakankah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al-An’am: 162) Merealisasikan perintah Allah SWT. yang sebenarnya ini akan membawa kepada ketenangan hidup yang hakiki. Setiap Muslim percaya bahwa Allah SWT. merupakan Pencipta yang mampu memberikan ketenangan hakiki. Maka dari itu harta bukanlah tujuan utama ke hidupan tetapi adalah sebagai jalan bagi mencapai nikmat ketenangan kehidupan di dunia hingga ke alam akhirat. Ini berbeda dengan ekonomi konvensional yang meletakkan keduniaan sebagai tujuan yang tidak mempunyai kaitan dengan Tuhan dan akhirat sama sekali. Ini sudah tentu berlawanan dengan Islam. Untuk merealisasikan tujuan hidup menurut aliran konvensional ini, mereka membentuk sistem sistem yang mengikuti selera nafsu mereka guna memuaskan kehendak materill mereka semata. Oleh karena itu, sistem konvensional mempunyai tujuan keuntungan tanpa memedulikan nilai wahyu, maka mereka mengutamakan kepentingan individu atau kepentingan golongan tertentu serta menindas golongan atau individu yang lemah dan berprinsip siapa kuat dialah yang berkuasa (survival of the fittest). Konsep hak milik pribadi dalam Islam bersifat unik, dalam arti bahwa pemilik mutlak segala sesuatu yang ada di bumi dan langit adalah Allah, manusia hanyalah khalifah di muka bumi. Pada umumnya terdapat ketentuan syariat yang mengatur hak milik pribadi.
Dalam ekonomi konvensional, dikenal dua kekuatan sistem ekonomi yang
mendominasi, yaitu Ekonomi Kapitalis dan Ekonomi Sosialis. Terdapat dua negara adidaya sebagai representasi dari dua sistem ekonomi tersebut, Amerika dan Sekutu Eropa Baratnya merupakan bagian kekuatan dari Sistem Ekonomi Kapitalis, sedangkan Sistem Ekonomi Sosialis diwakili oleh Uni Soviet dan Eropa Timur serta negara China dan Indochina seperti Vietnam dan Kamboja. Dua sistem ekonomi tersebut lahir dari dua muara ideologi yang berbeda sehingga persaingan dari dua sistem ekonomi tersebut hakikatnya merupakan pertentangan dua ideologi politik dan pembangunan ekonomi. Sistem ekonomi konvensional atau juga dikenal dengan sistem ekonomi klasik atau tradisional, diawali dengan terbitnya buku The Wealth of Nation karangan Adam Smith pada tahun 1776. Pemikiran Adam Smith memberikan inspirasi dan pengaruh besar terhadap pemikiran para ekonom sesudahnya dan juga pengambil kebijakan negara. Sistem ekonomi klasik adalah suatu filosofi ekonomi dan politis. Awalnya ditemukan pada suatu tradisi keringanan yang bersifat memberi batasan dari kekuasaan tenaga politis, yang memberi gambaran tentang pendukungan kebebasan setiap individu. Teori itu juga bersifat membebaskan setiap individu untuk mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba sebesar-besarnya, serta melakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas dengan berbagai cara. Hal ini mengakibatkan terbentuknya sekelompok orang yang kaya dan sekelompok orang yang miskin. Kaum kaya akan semakin kaya dan kaum miskin akan semakin miskin. 1. Sistem Ekonomi Kapitalis Sistem kapitalis memandang bahwa manusia adalah pemilik satu-satunya terhadap harta yang telah diusahakan. Tidak ada hak orang lain di dalamnya. Ia memiliki hak mutlak untuk membelanjakan sesuai dengan keinginannya. Sosok pribadi dipandang memiliki hak untuk memonopoli sarana-sarana produksi sesuai kekuasaannya. Ia mengalokasikan hartanya hanya pada bidang yang memiliki nilai guna materi (profit Oriented). Kapitalisme sebagai sistem ekonomi muncul pada abad ke 16, yang didorong dengan munculnya industri sandang di inggris. Perkembangan industri sandang di inggris didukung oleh bahan baku wool yang diproduksi di dalam negeri. Kapitalisme berkembang ketika terjadi revolusi industri di inggris yang ditandai peralihan dari dominasi modal perdagangan di atas modal bagi industri menuju kearah dominasi modal industri atas modal perdagangan. Proses terjadi cepat akhirnya muncullah Adam Smith yang dikenal sebagai bapak kapitalisme. Jiwa kapitalisme terlihat jelas pada egoisme, kebebasan menumpuk harta kekayaan, mengembangkan dan membelanjakan. 1.1 Ciri-ciri Sistem Ekonomi Kapitalis 1. Kebebasan memiliki harta secara perorangan. Hak milik perorangan merupakan eleman penting kapitalisme. Dalam paham kapitalisme tidak berlaku istilah hak milik berfungsi sosial. Pemberian hak milik secara mutlak akan menciptakan perilaku individu untuk menggunakan semaksimal mungkin sumber daya yang dimiliki dan berdampak pada distribusi pendapatan masyarakat. 2. Persaingan bebas/free competition. Persaingan bisa terjadi antar produsen dalam menghasilkan produk, persakingan bisa terjadi antara penyalur produk, persaingan bisa terjadi antara karyawanuntuk mendapatkan pekerjaan, persaingan bisa terjadi antar pemilik modal dan seterusnya. 3. Kebebasan penuh. Kapitalisme identik dengan kebebasan (liberalisme/laisses faire), yang dianggap sebagai iklim yang paling sesuai dengan sendi kapitalisme. Liberalisme adalah suatu paham yang berpendapat dan bercita-cita bahwa manusia dilahirkan di dunia mempunyai hak untuk bebas seperti yang diinginkannya. 4. Mementingkan diri sendiri. Aktivitas individu diyakini tidak akan membawa kekacauan, bahkan sebaliknya akan membawa kemakmuran bangsa-bangsa. Adam Smith mengatakan “Bukan berkat kemurahan hati tukang daging, tukang pembuat birdan, tukang roti kita dapat makan siang, akan tetapi karena mereka memperhatikan kepentingan pribadi mereka. Kita bicarakan bukan kepada rasa kemanusiaan mereka melainkan cinta mereka kepada diri mereka sendiri”. 5. Harga sebagai penentu. Faham serba bebas (laissez faire) akan menciptakan keseimbangan baru yang mampu membawa kepada kemakmuran masyarakat. Apabila terjadi kelebihan faktor produksi, maka akan tidak terserap oleh pasar sehingga akan terjadi pengurangan faktor produksi tersebut karena mekanisme pasar dan sebaliknya. Kondisi semacam ini akan dapat memunculkan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi 6. Campur tangan pemerintah minimum. Doktrin laissez faire sistem ekonomi merupakan orde alamiah (natural order) yang tunduk pada hukum alam (natural law). Campur tangan pemerintah dalam bidang ekonomi akan menghambat proses pengaturan diri (self regulation). 2. Sistem Ekonomi Sosialis Sosialisme berasal dari kata sosial, sesuatu yang menyangkut aspek hidup masyarakat. Sosialisme adalah suatu doktrin politik yang menekankan pemilikan kolektif dari alat-alat produksi, memberikan suatu peran yang besar pada negara dalam menjalankan perekonomian dengan kepemilikan masyarakat luas atas industri. Sistem ekonomi sosalisme adalah sistem ekonomi dimana ekonomi diatur penuh oleh negara. Dalam sistem ini jalannya perekonomian sepenuhnya menjadi tanggungjawab negara atau pemerintah pusat. Sistem ekonomi sosialis biasa disebut juga dengan sistem ekonomi yang terpusat. Kenapa disebut dengan terpusat. Karena segala sesuatunya harus diatur oleh negara dan juga dikomandokan dari pusat. Pemerintahlah yang menjadi penguasa dari seluruh kegiatan ekonomi ini. Sistem perekonomian sosialis merupakan sistem perekonomian yang menginginkan kemakmuran dari masyarakatnya dan terlaksana merata sehingga tidak ada lagi penindasan ekonomi yang terjadi. Guna mewujudkan kemakmuran yang merata di masyarakat, perekonomian harus diatur oleh pemerintah. Oleh sebab itu, hal tersebut dapat mengakibatkan potensi dan juga daya kreasi masyarakat akan mati sehingga tidak adanya kebebasan dari individu di dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi. Dalam sistem ekonomi sosialis ini, dasar yang digunakan berasal dari ajaran Karl Marx, dia berpendapat bahwasanya jika kepemilikan pribadi dihapuskan maka tidak akan memunculkan masyarakat yang berkelas-kelas hingga dapat menguntungkan bagi semua pihak. 2.1 Ciri-ciri Sistem Ekonomi Sosialis 1. Kepemilikan harta dikuasai negara 2. Disiplin politik yang tegas dan keras 3. Tiap warga negara dipenuhi kebutuhan pokoknya 4. Proyek pembangunan dilaksanakan negara 5. Posisi tawar menawar individu terbatas