Mata Kuliah: Dasar-Dasar Ekonomi Islam UIN ANTASARI BANJARMASIN Tahun 2017 Setidaknya ada empat landasan filosofis ilmu ekonomi islam yang merupakan paradigma yang membedakannya dari ilmu ekonomi konvensional (Adiwarman Karim, 2001). Landasan filosofis tersebut adalah: 1. Tauhid 2. keadilan dan keseimbangan 3. kebebasan 4. tanggung jawab. TAUHID
Dalam sistem ekonomi syariah, tauhid merupakan landasan fundamental.
Dengan landasan ketauhidan ini segala sesuatu yang ada merupakan ciptaan Allah swt dan hanya Allah pula yang mengatur segala sesuatunya terhadap ciptan-Nya tersebut, termasuk mekanisme hubungan pengaturan rezeki terhadap hamba-hamba-Nya, seperti pemilikannya, cara perolehannya dan pembelanjaannnya (Tauhid rububiyyah). Untuk itu para pelaku ekonomi (manusia) harus mentaati segala kaidah yang telah ditetapkan oleh Allah secara kaffah, termasuk dalam bidang aktivitas perekonomian. Ketaatan tersebut bukan hanya dalam kehidupan sosial belaka, tetapi meliputi hal-hal yang bersifat etik dan moral (Tauhid uluhiyyah). Dalam pandangan dunia holistic, tauhid bukanlah hanya ajaran tentang kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi lebih jauh mencakup pengaturan tentang sikap manusia terhadap Tuhan dan terhadap sumber- sumber daya baik manusia maupun alam sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam pandangan tauhid, manusia sebagai pelaku ekonomi hanyalah sekedar trustee (pemegang amanah). Oleh sebab itu, manusia harus mengikuti ketentuan Allah dalam segala aktivitasnya, termasuk aktivitas ekonomi. Ketentuan Allah yang harus dipatuhi dalam hal ini tidak hanya bersifat mekanistis dalam alam dan kehidupan sosial, tetapi juga yang bersifat etis (uluhiyyah) dan moral (khuluqiyyah). manusia adalah agen langsung atau wakil Allah (khalifah) dalam proses penciptaanya. Konsep Khalifah atau dalam pengertian pengelolaan disebut Khilafah, menyediakan basis bagi sistem prekonomian dimana kerjasama dan gotong royong, atau disebut co-determinasi, menggantikan kompetisi yang selama ini menjadi ciri dominan dalam proses interksi ekonomi. Kalaupun ada, kemungkinan hanya kompetisi pada tingkat keberhasilan yang berbeda dalam memperoleh materi. Dalam konsep kepemilikan ekonomi islam, ianya hanya merupakan pemeliharaan milik tuhan, dan bukan hak mutlak perorangan. Konsep pengelolaan berarti bahwa mereka yang berhasil memperoleh kemakmuran haruslah tanpa mengorbankan orang lain, kemudian menggunakannya untuk menolong sesama. Kepemilikan bukan terminal bagi kehidupan manusia, tetapi sejatinya hanyalah sekedar transital. Dari beberapa penjelasan diatas dapat dilihat betapa konsep tauhid dalam Islam benar-benar memberikan implikasi ekonomis dalam aktivitas ekonomi Islam. Hal dapat juga dilihat secara langsung dari isntrumen- isntrumen ekonominya seperti zakat, infaq, shadaqah, wakaf dan penolakan terhadap segala bentuk kezaliman (la tazlim wa la tuzlam), kemudharatan (la dharar wa la dhihar), kecurangan (al-thaffif), penipuan (al-ghiss), ketidak pastian (al-gharar), monopoli (al-ikhtikar), spekulasi (al- maisir), riba (al-riba) yang semua pada dasarnya merupakan ajaran-ajaran Islam yang berbasis pada tauhid. KEADILAN DAN KESEIMBANGAN
Sistem ekonomi syariah memandang keadilan dan keseimbangan
merupakan sesuatu hal yang mutlak untuk diamalkan olek pelaku ekonomi. Perlunya hal ini berulangkali ditegaskan dalam Al-Quran. Keadilan dan keseimbangan merupakan syarat mutlak untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat. Keadilan dan keseimbangan ini harus teraplikasi sedemikian rupa antara anggota masyarakat yang melakukan hubungan ekonomi. Artinya keadilan dan keseimbangan tersebut bukan hanya pada tataran teoritis tetapi juga dalam tataran teknis. Misalnya dua orang melakukan hubungan ekonomi (contohnya penjual-pembeli, pengusaha-pekerja) berada pada tempat yang sejajar dan berkeadilan. Allah menegaskan bahwa Ia sangat mencintai orang-orang yang berlaku adil (QS, 60: 8). Keadilan dan keseimbangan secara alamiah dapat dilihat dari hukum tatanan yang harmonis alam semesta (sunnatullah). Walaupun demikian, keadilan dan keharmonisan bukanlah hanya karakteristik alami saja, melainkan sebagai suatu hal yang harus diperjuangkan keberadaannya di dalam kehidupan. Dalam ekonomi islam, keadilan dan keseimbangan harus tercermin pada terwujudnya pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, sebab keduanya merupakan dua sisi dari satu entitas. Pembangunan dengan demikian bukan berarti pertumbuhan pendapatan secara nominal, melainkan juga distribusi pendapatan tersebut secara merata. Sumberdaya pada hakikatnya adalah anugerah dari Allah, oleh karena itu tidak beralasan kalau kekayaan itu hanya terpusat pada segelintir orang saja. Rezki yang diperoleh manusia sejatinya adalah kolektif, yang didalamnya terdapat peran dan keterlibatan banyak orang. Islam membolehkan adanya perbedaan pendapatan, karena memang manusia diciptakan tidak sama watak, kemampuan (potensi) dan pengabdiannya kepada masyarakat. Ada beberapa syarat yang menentukan terciptanya keseimbangan dan keadilan ditengah-tengah masyarakat, yaitu : 1. Hubungan-hubungan dasar antara konsumsi, distribusi dan produksi harus berhenti pada suatu keseimbangan tertentu demi menghindarkan pemusatan kekuasaan ekonomi dan bisnis dalam genggaman segelintir orang. 2. Keadaan perekonomian yang tidak konsisten dalam distribusi pendapatan dan kekayaan harus ditolak, karena Islam menolak daur tertutup yang menjadi semakin menyempit. 3. Sebagai dari akibat pengaruh sikap egalitarian, maka dalam ekonomi Islam tidak diakui adanya hak milik yang terbatas maupun sistem pasar yang bebas tak terkendali. KEBEBASAN
Dalam sistem ekonomi syariah, kebebasan merupakan hal pokok.
Kebebasan disini dimaksudkan bahwa manusia bebas untuk melakukan aktivitas ekonomi sepanjang tidak ada larangan dari Allah swt. Dengan demikian pelaku ekonomi dalam sistem ekonomi syariah diberikan keleluasaan untuk berkreatifitas dan berinovasi dalam mengembangkan kegiatan ekonomi. Di dalam Fiqih Muammalah berlaku sebuah kaedah, pada dasarnya sebuah aktivitas muamalah itu diperbolehkan selama tidak ada dalil yang melarangnya. Konsekuensi dari kaedah ini adalah, dalam aktivitas Muamalah (ekonomi Islam) manusia diberikan kebebasan yang seluas- luasnya untuk mengembangkan kreatifitasnya, melakukan inovasi-inovasi ekonomi sesuai dengan kebutuhan manusia (pasar) yang terus menerus mengalami perubahan Walaupun demikian di dalam ajaran Islam makna kebebasan bukan dalam makna liberalisme, melainkan sangat terkait dengan nilai tauhid dan pengaruhnya dalam membentuk kepribadian diri, karena semua aktivitas dan perilaku tanggung jawab sebagai peribadi di hadapan Allah. Sehingga dengan kebebasan yang bertanggung jawab lahirlah nilai pengabdian (ibadah) hamba yang tulus kepada Allah sebagai pemilik dan penguasa alam semesta (the Creator of universe) PERTANGGUNGJAWABAN
Dalam sistem ekonomi syariah manusia sebagai khalifah pemegang
amanah Allah di muka bumi. Dalam melakukan aktivitas (termasuk aktivitas ekonomi) diberikan keleluasaan untuk memilih apa yang terbaik untuk dirinya. Namun demikian sebagai hamba Allah kepadanya akan diminta pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang dilakukannya itu. pertanggung jawaban adalah konsekuensi logis dari kebebasan yang diberikan Allah kepada manusia. Kebebasan dalam mengelola sumber daya alam dan kebebasan dalam melakukan aktivitas ekonomi inilah yang sejatinya akan dipertanggung jawabkan manusia dihadapan Allah nantinya. kebebasan itu sendiri adalah amanah Allah yang harus di implementasikan manusia dalam aktivitas kehidupannya. Oleh karenanaya, perlu ditetapkan batasan apa yang bebas dilakukan manusia dengan tetap bertanggung jawab atas semua yang dilakukannya Dari sini terlihat jelas bahwa aksiomia kebebasan berhubungan erat dengan aksiomia tanggung jawab, sementara tanggung jawab merupakan konsekuensi dari amanah yang diberikan kepada manusia sebagai khalifah. Allah telah memberikan al-quran sebagai pedoman bagaimana seharunya manusia mengatur alam ini. Akhirnya manusia dianggap bertanggung jawab terhadap tindakan apa yang dilakukan TERIMA KASIH
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro