Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PESPEKTIF EKONOMI ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah : Pendidikan Agama Islam
Dosen pengampu : H. Wahyudin, M.Pd i

DISUSUN OLEH :

Alya Wiki Asharin (2020411030)

Nyimas Dinda Genesia (2020411029)

Renaissance Ayu Diva (2020411045)

MPI 1A
MANAJEMEN PATISERI

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG


2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Islam mempunyai cara pandang tersendiri dalam masalah ekonomi, tidak dari sudut pandang
kapitalis, sosialis, maupun gabungan dari keduanya. Islam memberikan perlindungan hak
kepemilikan individu, sementara untuk kepentingan masyarakat didukung dan diperkuat, dengan
tetap menjaga keseimbangan kepentingan publik dan individu serta menjaga moralitas.

Sistem ekonomi kapitalis dan sosialis sangat bertolak-belakang dengan sistem ekonomi yang
ditawarkan oleh Islam, menurut kedua jenis pandangan ekonomi baik kapitalis maupun sosialis,
Islam adalah sebuah sistem kepercayaan yang hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,
sehingga mereka tidak dapat menerima Islam sebagai pandangan terhadap ekonomi.Sistem ekonomi
kapitalis dan sosialis tidak memperbolehkan dicampurnya antara ekonomi dengan urusan agama,
karena hal itu dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi, mereka juga menganggap
bahwa Islam adalah agama yang terlalu banyak peraturan. Hal inilah yang menjadi salah satu
pembenaran bagi mereka bahwa ekonomi tidak selayaknya disatukan dengan Islam.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ekonomi dan ekonomi islam ?
2. Apa saja prinsip-prinsip dalam ekonomi islam ?
3. Apa saja karakteristik ekonomi islam ?

C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dari ekonomi dan ekonomi islam
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip ekonomi islam
3. Untuk mengetahui karakteristik ekonomi islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekonomi

Ekonomi bersumber dari bahasa Yunani, yaitu oicos dan nomos yang berarti rumah
dan aturan. Ekonomi merupakan aturan-aturan untuk menyelenggarakan kebutuhan hidup
manusia dalam rumah tangga, baik dalam rumah tangga rakyat maupun dalam rumah
tangga negara. Dengan kata lain pengertian ekonomi adalah semua yang menyangkut hal-
hal yang berhubungan dengan perikehidupan dalam rumah tangga, dan dalam
perkembangannya kata rumah tangga bukan hanya sekedar merujuk pada suatu keluarga
yang terdiri dari suami, isteri dan anak-anaknya, melainkan rumah tangga yang lebih luas
yaitu rumah tangga bangsa, negara dan dunia. Ekonomi juga dikatakan sebagai ilmu yang
menerangkan cara-cara menghasilkan, mengedarkan, membagi serta memakai barang dan
jasa dalam masyarakat sehingga kebutuhan materi masyarakat dapat terpenuhi
sebaikbaiknya. Kegiatan ekonomi dalam masyarakat adalah mengatur urusan harta
kekayaan baik yang menyangkut kepemilikkan, pengembangan maupun distribusi.

Selain ekonomi, kita juga mengenal ilmu ekonomi,Ilmu ekonomi ini adalah suatu
cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang aktivitas manusia yang muncul karena
adanya keterbatasan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.Ilmu ekonomi juga dapat
dikatakan sebagai ilmu yang membahas tentang perilaku ekonomi dan akibat dari perilaku
ekonomi.

Secara umum, dapat dikatakan bahwa ekonomi adalah sebuah bidang kajian tentang
pengurusan sumber daya material individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia.Karena ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan
tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang
dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan atau
distribusi.

B. Pengertian Ekonomi Islam

Dalam bahasa Arab istilah ekonomi diungkapkan dengan kata al-Iqtisad, yang secara
bahasa berarti kesederhanaan dan kehematan. Berdasarkan makna ini, kata al-Iqtisad
berkembang dan meluas sehingga mengandung makna ‘ilm al-Iqtisad, yakni ilmu yang
berkaitan dengan kesederhanaan atau membahas ekonomi.

M. Akram Khan mendefinisikan ekonomi Islam secara dimensi normatif dan dimensi
positif.Ia berpendapat bahwa ekonomi Islam bertujuan untuk melakukan kajian tentang
kebahagian hidup manusia yang ingin dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya alam
atas dasar bekerjasama dan berpartisipasi.

Muhammad Abdul Manan mendefinisikan ekonomi Islam dengan ilmu pengetahuan


sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.
Muhammad Nejatullah ash-Sidiqy mendefinisikan ekonomi Islam dengan respon
pemikir Muslim terhadap tantangan ekonomi pada masa tertentu dengan berpedoman pada
Alquran, Sunnah, akal (ijtihad), dan pengalaman.

Kursyid Ahmad mendefinisikan ilmu ekonomi Islam dengan sebuah usaha sistematis
untuk memahami masalah-masalah ekonomi dan tingkah laku manusia secara relasional
dalam perspektif Islam.

Berdasarkan berbagai definisi ekonomi Islam di atas dapat disimpulkan bahwa


ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku Muslim (yang beriman) dalam
ekonomi yang mengikuti Alquran, Hadis Nabi Muhammad, dan qiyas.

Persoalan ekonomi merupakan persoalan yang kompleks, Nabi Muhammad


saw.dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan Bukhari, Muslim, dan Nasai dari Zubair bin
Awwam yang artinya: “seseorang yang mebawa tali (pada pagi hari) berangkat mencari dan
mengumpulkan kayu bakar ke bukit-bukit,lalu menjualnya, memakannya, dan
menyedekahkannya lebih baik daripada hidup meminta-minta kepada manusia lainnya” (HR.
Bukhari dan Muslim). Dari Hadis Nabi tersebut, secara tersirat Beliau menegaskan persoalan
ekonomi dalam beberapa bagian:
1. Mencari dan mengumpulkan kayu bakar diartikan sebagai usaha untuk
melakukan produksi
2. Menjualnya diartikan melakukan distribusi (pembagian)
3. Memakannya diartikan sebagai konsumsi (pemakaian)
4. Menyedekahkan diartikan sebagai kegiatan sosial.

C. Prinsip ekonomi islam

Islam telah mengajarkan segala sesuatunya dalam Al-Qur’an baik itu urusan
dunia maupun ukhrawi. Berdasarkan definisi para ahli yang telah dibahas
sebelumnya, maka terdapat berbagai prinsip yang harus dipegang teguh dalam
menjalankan ekonomi Islam. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam didasarkan atas empat
nilai universal, yakni:

1. Tauhid : Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam, dengan tauhid manusia


menyaksikan bahwa “tidak ada sesuatu pun yang layak disembah selain Allah”.
Dalam Islam segala sesuatu yang ada tidak diciptakan dengan sia-sia, tetapi memiliki
tujuan. Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Karena
itu segala aktivitas manusia dalam hubungannya dengan alam dan sumber daya
serta manusia (mu’amalah) dibingkai dengan kerangka hubungan dengan Allah.
Karena kepadaNya manusia akan bertanggung jawab termasuk aktivitas ekonomi
dan bisnis.

2. Adil : Definisi adil yaitu tidak mendzalimi dan tidak didzalimi. Implikasi ekonomi dari
nilai ini adalah bahwa pelaku ekonomi tidak dibolehkan untuk mengejar keuntungan
pribadi bila hal itu merugikan orang lain atau merusak alam. Arti “Adil” sendiri yaitu
sama berat, tidak berat sebelah, berpihak kepada yang benar, berpegang pada
kebenaran, tidak sewenang-wenang.
َ‫نهى َع ِن ال َفحشاءِ َوال ُمن َك ِر َوال َبغيِ ۚ َي ِع ُظ ُكم لَ َعلَّ ُكم َت َذ َّكرون‬ ٰ ُ‫حسان َوإيتاءِ ذِي الق‬
ٰ ‫ربى َو َي‬ ِ ‫دل َواِإل‬ َ ِ‫ِإنَّ هَّللا َ َيأ ُم ُر ب‬
ِ ‫الع‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran” (QS. An-Nahl/16:90).

3. Khilafah : Status khalifah dalam Islam sebagai pengemban amanat pemerintah


memainkan peranan yang kecil tetapi sangat penting dalam perekonomian. Peran
utamanya adalah untuk menjamin perekonomian agar berjalan sesuai dengan
syariah, dan untuk memastikan tidak terjadi pelanggaran terhadap hak-hak manusia.

4. Prinsip keseimbangan : Keseimbangan yang dimaksudkan bukan hanya berkaitan


dengan keseimbangan antara kebutuhan duniawi dan ukhrawi, tapi juga berkaitan
dengan keseimbangan kebutuhan individu dan kebutuhan kemasyarakatan (umum).
Islam menekankan keselarasan antara lahir dan batin, individu dan masyarakat.
Keseimbangan dalam ekonomi syariah juga mengandung makna keseimbangan
dalam mendistribusikan kekayaan yang dimiliki negara, seperti zakat, sedekah,
ganimah (harta rampasan perang), fai (harta rampasan perang tidak melalui
peperangan), kharaj (pajak atas daerah yang ditaklukkan dalam perang), ushr (zakat
tanaman) dan sebagainya.

D. Karakteristik ekonomi islam

Membicarakan dinamika ekonomi di dunia sangatlah kompleks.  Kita tahu bahwa


ada satu sistem yang ideal dan solutif untuk mengatasi problematika ekonomi dunia yaitu
sistem ekonomi islam. Menurut Yusuf Al-Qardhawi bahwa ekonomi islam adalah ekonomi
yang berasaskan  ketuhanan, berwawasan kemanusiaan, berakhlaq dan ekonomi
pertengahan. Dari pengertian yang diberikan Yusuf Al-Qardhawi tersebut, maka muncul
empat nilai-nilai utama yang terdapat dalam ekonomi islam sehingga menjadi karakteristik
ekonomi islam, diantaranya:
 Iqtishad Rabbani (Ekonomi Ketuhanan): Ekonomi Islam merupakan Ekonomi
Ilahiyah, dimana titik awal atau sumber ekonomi islam sendiri berasal dari Allah
SWT, kemudian juga ditujukan untuk Dia semata-mata dalam rangka menggapai
ridho-Nya. Semua aktifitas ekonomi ketika dilakukan dengan berdasarkan nilai-nilai
islam dan diniatkan ikhlas maka akan bernilai sebuah ibadah. Tentunya sejalan
dengan prinsip diciptkannya manusia di muka bumi, yakni sebagai Hamba Allah
untuk beribadah kepada-Nya.

 Iqtishad Akhlaqi (Ekonomi Akhlaq): Akhlaq merupakan nilai-nilai yang elok dalam


diri seseorang berupa perilaku. Yang membedakan ekonomi islam dengan ekonomi
lain yaitu dalam penyertaan akhlaq dalam berekonomi. Layaknya sebuah ilmu
pastilah tak bisa dilepaskan dengan unsur akhlaq. Akhlaq adalah urat nadi
kehidupan.
 Iqtishad Insani (Ekonomi Kerakyatan): Manusia dalam sistem ekonomi islam adalah
sebagai tujuan sekaligus sebgai sasaran, sejalan dengan tujuan penciptaan manusia
sebagai Khalifah (Qs. Al-Baqarah:30). Untuk itu manusia dianjurkan untuk bekerja
dan berinovasi dengan sungguh-sungguh. Dengan begitu maka akan tercipta bahwa
manusia adalah tujuan kegiatan ekonomi sekaligus sebagai pelaku ekonomi.

 Iqtishad Wasathi (Ekonomi Pertengahan): Karakterisitik ekonomi islam adalah sikap


pertengahan, seimbang (tawazun) antara dua kutub (aspek duniawi dan ukhrawi)
yang berlawanan dan bertentangan. Bahwa artinya kita harus adil dan seimbang
dalam berkehidupan baik ibadah maupun muamalah. Dalam sistem islam, bahwa
individualisme dan sosialime bertemu dalam bentuk pertemuan yang harmonis.
Dimana kebebasan individu seimbang dengan kebebasan masyarakat. Bahkna
menurut Yusuf Al-Qardhawi nilai pertengahan atau keseimbangan merupakan ruh
atau jiwa dalam ekonomi islam.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Ekonomi adalah ilmu yang menerangkan cara-cara menghasilkan, mengedarkan, membagi


serta memakai barang dan jasa dalam masyarakat sehingga kebutuhan materi masyarakat
dapat terpenuhi sebaik baiknya. Ekonomi Islam sebagai sebuah aturan (nizam) yang dapat
memecahkan problematika kehidupan manusia, yang bertitik tolak dari pandangan dasar
tentang manusia dan kehidupan ini (aqidah). Ekonomi dalam islam mengacu kepada istilah Al-
Iqtisad, yang berarti kesederhanaan dan kehematan.

Dalam Islam pun memiliki prinsip prinsip yang harus dipegang teguh dalam menjalankan
ekonomi Islam, yaitu Tauhid atau meyakini kebenaran seluruh ajaran Allah yang diturunkan dan
disebarkan oleh para Rasul-Nya dan meyakini bahwa tiada tuhan selain Allah SWT. Berlaku Adil,
yaitu tidak berat sebelah, berpihak kepada yang benar, berpegang pada kebenaran, tidak
sewenang-wenang. Khilafah , yang memiliki peran menjamin perekonomian agar berjalan
sesuai dengan syariah, dan untuk memastikan tidak terjadi pelanggaran terhadap hak-hak
manusia. Prinsip keseimbangan, keseimbangan disini mencakup keseluruhan, termasuk
keseimbangan kebutuhan individu dan kebutuhan kemasyarakatan (umum), Keseimbangan
dalam ekonomi syariah, dan juga kebutuhan duniawi dan ukhrawi.

Ekonomi islam memiliki karakteristik, diantaranya: Iqtishad Rabbani (Ekonomi Ketuhanan),


Iqtishad Akhlaqi (Ekonomi Akhlaq), Iqtishad Insani (Ekonomi Kerakyatan), dan Iqtishad
Wasathi (Ekonomi Pertengahan).

Anda mungkin juga menyukai