Anda di halaman 1dari 24

Modul Ekonomi Syariah

PERTEMUAN 1:
PENGERTIAN, TUJUAN, SEJARAH DAN
PERKEMBANGAN EKONOMI SYARIAH

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Pengertian, Tujuan, Sejarah dan
Perkembangan Ekonomi Syariah. Melalui Risetasi, Anda harus mampu :
1.1 Mendefinisikan pengertian Ekonomi Syariah secara tepat
1.2 Mendefinisikan tujuan ekonomi syariah
1.3 Menarasikan sejarah dan perkembangan ekonomi syariah dari masa
Nabi Muhammad SAW sampai masa sekarang di Indonesia

B. URAIAN MATERI

Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh


sendi kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga
diatur dalam Islam dengan prinsip-prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita,
sesungguhnya bukan milik manusia, melainkan hanya anugerah dari Allah swt agar
dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kepentingan umat manusia yang pada akhirnya
semua akan kembali kepada Allah swt untuk dipertanggungjawabkan.

1.1 Pengertian Ekonomi Syariah


Sistem ekonomi syariah berbeda dengan sistem ekonomi konvensional
sebab ekonomi syariah sangat bertolak belakang dengan ekonomi kapitalis yang
lebih bersifat individual dan sosialis yang memberikan hampir semua tanggung
jawab kepada warganya, ekonomi syariah menetapkan bentuk perdagangan yang
boleh dan tidak boleh di transaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu
memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil,

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 1


Modul Ekonomi Syariah

kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas


luasnya kepada setiap pelaku usaha.
Dalam ekonomi syariah terdapat dua hal pokok yang menjadi landasan
hukum sistem ekonomi syariah yaitu: Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah, hukum-
hukum yang diambil dari kedua landasan pokok tersebut secara konsep dan prinsip
adalah tetap (Tidak Dapat Diubah).
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi
manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari
dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.
Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah swt
memerintahkannya, sebagaimana firman-Nya dalam QS. At Taubah: 105, "Dan
katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang
beriman akan melihat pekerjaan itu". Kerja membawa pada kemampuan,
sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW: "Barang siapa diwaktu harinya
keletihan karena bekerja, maka di waktu itu ia mendapat ampunan". (HR. Thabrani
dan Baihaqi).
Definisi Ekonomi Syariah
1. Menurut Wikipedia. Ekonomi syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial
yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang dilhami oleh
nilai-nilai Islam. Ekonomi syariah berbeda dari Sistem Ekonomi
kapitalisme, sosialisme, maupun negara kesejahteraan (Welfare State).
Berbeda dari kapitalisme karena Islam menentang eksploitasi oleh pemilik
modal terhadap buruh yang miskin, dan melarang penumpukan kekayaan.
Selain itu, ekonomi dalam kaca mata Islam merupakan tuntutan kehidupan
sekaligus anjuran yang memiliki dimensi ibadah yang teraplikasi dalam
etika dan moral.
2. Menurut Monzer Kahf dalam bukunya The Islamic Economy menjelaskan
bahwa ekonomi Islam adalah merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang
bersifat interdisipliner dalam arti kajian ekonomi syariah tidak dapat berdiri
sendiri, tetapi perlu penguasaan yang baik dan mendalam terhadap ilmu-
ilmu syariah dan ilmu-ilmu pendukungnya juga terhadap ilmu-ilmu yang

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 2


Modul Ekonomi Syariah

berfungsi sebagai tool of analysis seperti matematika, statistic, logika dan


ushul fiqih.
3. Menurut M.A. Manan adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai islam.
4. Menurut Dr. Mardani, Pengertian Ekonomi Syariah atau Pengertian
Ekonomi Islam yaitu usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh orang per
orang atau kelompok orang atau badan usaha yang berbadan hukum atau
tidak berbadan hukum dalam rangka memenuhi kebutuhan yang bersifat
komersial dan tidak komersial menurut prinsip syariah.
5. M.Umer Chapra, ekonomi islam adalah sebuah pengetahuan yang
membantu upaya realisasi kebahagian manusia melalui alokasi dan
distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang
mengacu pada pengajaran islam tanpa memberikan kebebasan individu atau
tanpa prilaku makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidak
seimbangan lingkungan
6. Kursyid Ahmad, Ilmu ekonomi islam adalah sebuah usaha sistematis untuk
memahami masalah-masalah ekonomi dan tingkah laku manusia secara
relasional dalam persfektif islam
Dari pengertian ekonomi syariah diatas, dapat disimpulkan bahwa
Pengertian Ekonomi Syariah atau Pengertian Ekonomi Islam adalah sistem
ekonomi yang bersumber dari wahyu yang transendental (alquran dan hadist) dan
sumber interpretasi dari wahyu yang disebut dengan ijtihad.

1.2 Tujuan Syariah


Ekonomi Islam Atau Syariah mempunyai tujuan untuk memberikan
keselarasan bagi kehidupan di dunia. Nilai Islam bukan semata-semata hanya
untuk kehidupan muslim saja, tetapi seluruh mahluk hidup di muka bumi. Esensi
proses Ekonomi Islam adalah pemenuhan kebutuhan manusia yang berlandaskan
nilai-nilai Islam guna mencapai pada tujuan agama. Ekonomi Islam menjadi
rahmat seluruh alam, yang tidak terbatas oleh ekonomi, sosial, budaya dan politik
dari bangsa. Ekonomi Islam mampu menangkap nilai fenomena masyarakat

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 3


Modul Ekonomi Syariah

sehingga dalam perjalanannya tanpa meninggalkan sumber hukum teori ekonomi


Islam, bisa berubah.
Segala aturan yang diturunkan Allah swt dalam sistem Islam mengarah
pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan
kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula
dalam hal ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai ketenangan di
dunia dan di akhirat.
Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof. Muhammad Abu Zahrah
mengatakan ada tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa Islam
diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, yaitu:
1. Penyucian jiwa agar setiap muslim boleh menjadi sumber kebaikan bagi
masyarakat dan lingkungannya.
2. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakupi
aspek kehidupan di bidang hukum dan muamalah.
a. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama
menyepakati bahwa maslahah yang menjadi puncak sasaran di atas
mencakupi lima jaminan dasar yaitu: a).Kamaslahatan keyakinan
agama (al din), b). Kamaslahatan jiwa (al nafs), c). Kamaslahatan akal
(al aql), d). Kamaslahatan keluarga dan keturunan (al nasl), e).
Kamaslahatan harta benda (al mal)
1.3 Sejarah dan Perkembangan Ekonomi Islam
Dalam Encyclokipaedia Britania, Jerome Ravetz berkata, ”Eropa masih
berada dalam kegelapan, sehingga tahun 1000 Masehi di mana ia dapat dikatakan
kosong dari segala ilmu dan pemikiran, kemudian pada abad ke 12 Masehi, Eropa
mulai bangkit. Kebangkitan ini disebabkan oleh adanya persinggungan Eropa
dengan dunia Islam yang sangat tinggi di Spanyol dan Palestina, serta juga
disebabkan oleh perkembangan kota-kota tempat berkumpul orang-orang kaya
yang terpelajar
Joseph Schumpeter dalam buku History of Economics Analysis, Oxford
University, 1954, mengatakaan, adanya great gap dalam sejarah pemikiran
ekonomi selama 500 tahun, yaitu masa yang dikenal sebagai dark ages. Masa
kegelapan Barat tersebut sebenarnya adalah masa kegemilangan Islam. Ketika

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 4


Modul Ekonomi Syariah

Barat dalam suasana kegelapan dan keterbelakangan itu, Islam sedang jaya dan
gemilang dalam ilmu pengetahuan dan peradaban. The dark ages dan
kegemilangan Islam dalam ilmu pengetahuan adalah suatu masa yang sengaja
ditutup-tutupi barat, karena pada masa inilah pemikiran-pemikiran ekonomi Islam
dicuri oleh ekonom Barat. Proses pencurian itu diawali sejak peristiwa perang salib
yang berlangsung selama 200 tahun, yakni dari kegiatan belajarnya para
mahasiswa Eropa di dunia Islam.
Transmisi ilmu pengetahuan dan filsafat Islam ke Barat telah dicatat
dalam sejarah. Dalam hal ini Abbas Mirakhor menulis,
The transmission mechanism of Islamic sciences and philosophy to the
Eoropeans has been recorded in the history of thought of these
disciplines. It took a variaty of forms. First, during the late elevent and
early twelfth centuries, a band of western scholars such as Constantine
the African and Adelard of Bath, travel to Muslim countries, learned
Arabic and made studies and brought what they could of the newly
acquired knowledge with them back to Eorope. For example, one such
student Leonardo Fibonacci or leonardo of Pisa (d.1240) who traveled
and studied in Bougie in Algeria in the twelfth century , learned
arithmatic and mathematic of Al-Khawarizmi and upon his return he
wrote his book Liber Abaci in 1202

Di sinilah terjadi pencurian ilmu ekonomi Islam oleh Barat. Hal ini telah
banyak dikupas oleh para sejarahwan. Dari teks di atas dapat diketahuai bahwa
dalam abad 11 dan 12 M, sejumlah pemikir Barat seperti Constantine the African
dan delard of Bath melakukan perjalanan ke Timur Tengah, belajar bahasa Arab
dan melakukan studi serta membawa ilmu-ilmu baru ke Erofa. Leonardo Fibonacci
atau Leonardo of Pisa (d.1240), belajar di Bougioe, Aljazair pada abad ke 12. Ia
juga belajar aritmatika dan matematikanya Al-Khawarizmi. Sekembalinya dari
Arab, ia menulis buku Liber Abaci pada tahun 1202.
Selanjutnya Abbas Mirakhor menyimpulkan, “The importance of this
work is noted by Harro Bernardelli (!8) who make a case for dating the beginning
of economic analysis in Europe to Leonardo’s Liber Abaci”.
Kemudian banyak pula mahasiswa dari Itali, Spanyol, dan Prancis
Selatan yang belajar di pusat kuliah Islam untuk belajar matematika, filsafat,
kedokteran, kosmografi, dan ekonomi. Setelah pulang ke negerinya, mereka
menjadi guru besar di universitas-universitas Barat. Pola pengajaran yang

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 5


Modul Ekonomi Syariah

dipergunakan adalah persis seperti kuliah Islam, termasuk kurikulum serta


metodologi ajar-mengajarnya. Universitas Naples, Padua, Salero, Toulouse,
Salamaca, Oxford, Monsptellier dan Paris adalah beberapa universitas yang meniru
pusat kuliah Islam.
Sejarah juga mencatat bahwa ilmuwan terkemuka Raymond Lily (1223-
1315 M), belajar di universitas Islam. Sepulangnya ke Erofa ia banyak menulis
tentang kekayaan khazanah keilmuan Islam dan selanjutnya mendirikan The
Council of Vienna (1311) dengan lima buah fakultas yang mengajarkan bahasa
Arab sebagai mata kuliah utama. Dengan pengusaan bahasa Arab, mereka
menerjemahkan karya-kaarya Islam ke bahasa latin.
Salah satu materi yang diterjemahkan adalah berkenaan dengan ilmu
ekonomi Islam. Beberapa penerjemah tersebut antara lain, Michael Scot, Hermaan
the German, Dominic Gusdislavi, Adelard Bath, Constantine the African, John of
Seville, Williem of Luna Gerard of Cremona, Theodorus of Antioch. Alfred of
Sareshel dan banyak lagi deretan penerjemah Barat yang tak bisa disebutkan di
sini. Tapi, beberapa penerjemah Yahudi perlu juga dipaparkan. Mereka antara lain,
Jacob of Anatolio, Jacon ben Macher, Kalanymus ben kalonymus, Moses ben
Salomon, Shem Tob ben Isac of Tortosa, Salomon Ibn Ayyub, Todros Todrosi,
Zerahoyah Gracian, Faraj ben Salim dan Yacub ben Abbob Marie.
Karya-karya intelektual muslim yang diterjemahkan adalah karya-karya
Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibnu Rusydi, Al-Khawarizmi,
Ibnu Haytam, Ibnu Hazam, Jabir Ibnu Hayyan, Ibnu Bajja, Ar-Razi, Abu ‘Ubaid,
Ibnu Khaldun, Ibnu Taymiyah, dan sebagainya.
Schumpeter menyebut dua kontribusi ekonom scholastic, Pertama,
penemuan kembali tulisan-tulisan Aristoteles tentang ekonomi. Kedua, towering
achievement (capaian hebat) St.Thomas Aquinas. Scumpeter menulis dalam
catatan kakinya nama Ibnu Sina dan Ibnu Rusydi yang berjasa menjembatani
pemikiran Aristoteles ke St. Thomas. Artinya, tanpa peranan Ibnu Sina dan Ibnu
Rusydi, St.Thomas tak pernah mengetahui konsep konsep Aristoteles. Karena itu
tidak aneh, jika pemikiran St.Thomas sendiri banyak yang bertentangan dengan
dogma-dogma gereja sehingga para sejarawan menduga St.Thomas mencuri ide-
ide itu dari ekonomi Islam.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 6


Modul Ekonomi Syariah

Dugaan kuat itu sesuai dengan analisa Capleston dalam bukunya A


History of Medieval Philosofy, New York, 1972, “Fakta bahwa St.Thomas Aquinas
memetik ide dan dorongan dari sumber-sumber yang beragam, cenderung
menunjukkan bahwa ia bersifat eklektif dan kurang orisinil. Sebab kalau kita
melihat doktrin dan teorinya, ia sering mengatakan, “ini sudah disebut Ibnu Sina”
(Avicenna), atau “ini berasal langsung dari Aristoteles”. Berdasarkan realitas ini
kita dapat mengatakan bahwa tak ada sesungguhnya yang orisinil atau istimewa
dari St. Thomas tersebut. Sekaitan dengan itu Harris dalam bukunya The
Humanities, 1959, menulis, “Tanpa pengaruh peripatetisisme orang Arab, teologi
Thomas Aquinas dan pemikiran filsafatnya tak bisa dipahami”.
Beberapa pemikiran ekonomi Islam yang disadur ilmuwan Barat antara
lain, teori invisible hands yang berasal dari Nabi Saw dan sangat populer di
kalangan ulama. Teori ini berasal dari hadits Nabi Saw. sebagaimana disampaikan
oleh Anas RA, sehubungan dengan adanya kenaikan harga-harga barang di kota
Madinah. Dalam hadits tersebut diriwayatkan sebagai berikut :
‫ ن هللا هو الخالق القابض الباسط‬: ‫غال السعر فسعر لنا رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬
‫الرازق المسعر وانى أرجوا أن ألقى ربى وليس أحد منكم يطلبنى بمظلمة ظلمتها اياه بدم‬
‫وال مال (رواه الدارمى‬
“Harga melambung pada zaman Rasulullah SAW. Orang-orang ketika itu
mengajukan saran kepada Rasulullah dengan berkata: “ya Rasulullah
hendaklah engkau menetukan harga”. Rasulullah SAW.
berkata:”Sesungguhnya Allah-lah yang menetukan harga, yang menahan
dan melapangkan dan memberi rezeki. Sangat aku harapkan bahwa kelak
aku menemui Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu
menuntutku tentang kezaliman dalam darah maupun harta.”

Dengan hadits ini terlihat dengan jelas bahwa Islam jauh lebih dahulu
(lebih 1160 tahun) mengajarkan konsep invisible hand atau mekanisme pasar dari
pada Adam Smith. Inilah yang mendasasari teori ekonomi Islam mengenai harga.
Rasulullah SAW dalam hadits tersebut tidak menentukan harga. Ini menunjukkan
bahwa ketentuan harga itu diserahkan kepada mekanisme pasar yang alamiah
impersonal. Rasulullah menolak tawaran itu dan mengatakan bahwa harga di pasar
tidak boleh ditetapkan, karena Allah-lah yang menentukannya.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 7


Modul Ekonomi Syariah

Sungguh menakjubkan, teori Nabi tentang harga dan pasar. Kekaguman


ini dikarenakan, ucapan Nabi Saw itu mengandung pengertian bahwa harga pasar
itu sesuai dengan kehendak Allah yang sunnatullah atau hukum supply and
demand.
Maka sekali lagi ditegaskan kembali bahwa teori inilah yang diadopsi
oleh Bapak Ekonomi Barat, Adam Smith dengan nama teori invisible hands.
Menurut teori ini, pasar akan diatur oleh tangan-tangan tidak kelihatan
(invisible hands). Bukankah teori invisible hands itu lebih tepat dikatakan God
Hands (tangan-tangan Allah).
Selanjutnya ilmuwan Barat bernama Gresham telah mengadopsi teori
Ibnu Taymiyah tentang mata uang (curency) berkulitas buruk dan berkualitas baik.
Menurut Ibnu Taymiyah, uang berkualitas buruk akan menendang keluar uang
yang berkualitas baik, contohnya fulus (mata uang tembaga) akan menendang
keluar mata uang emas dan perak. Inilah yang disadur oleh Gresham dalam
teorinya Gresham Law dan Oresme treatise.
St. Thomas menyalin banyak bab dari Al-Farabi. St. Thomas juga belajar
di Ordo Dominican mempelajari ide-ide Al-Gazhali. Teori pareto optimum diambil
dari kitab Nahjul balaghah, karya Imam Ali. Bar Hebraeus, pendeta Syriac
Jacobite Church, menyalin beberapa bab dari kitab Ihya Ulumuddin, karya al-
Gahazali. Pendeta Spanyol Ordo Dominican bernama Raymond Martini, menyalin
banyak bab dari tahafut al-falasifa, dan Ihya al-Ghazali. Bahkan Bapak ekonomi
Barat, Adam Smith (1776) dengan bukunya The Wealth of Nation diduga keras
banyak mendapat inspirasi dari buku Al-Amwalnya Abu ‘Ubaid (838). Judul buku
Adam Smith saja persis sama dengan judul buku Abu ‘Ubaid yang berjudul Al-
Amwal. Hiwalah yang dipraktekkan sejak zaman Nabi, baru dikenal oleh praktisi
perbankan konvensional tahun 1980-an dengan nama anjak piutang.
Menurut Dr Sami Hamond, seorang ahli perbankkan dari Yordan, cek
pertama ditarik di dunia ini bukan oleh tukang besi Inggris tahun 1675 di London
sebagaimana disebutkan dalam textbook Barat, tetapi dilakukan oleh Saifudawlah
Al-Hamdani, putra mahkota Aleppo yang berkunjung ke Bagdad pada abad X
Masehi. Penukaran mata uang mengakui keabsahan cek yang dikeluarkan putera
mahkota karena ia mengenal tanda tangannya. Dalam Encyclopedia of Literates,

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 8


Modul Ekonomi Syariah

menurut Hamond, juga diceritakan seorang penyair bernama Jahtha menerima


selembar cek yang ia gagal menguangkannya. Ini terjadi juga pada abad ke 10
Masehi. Sejarah itu menunjukkan bahwa pada abad ke 10 yang lalu cek sudah
dikenal dalam ekonomi Islam. Seorang pengelana Persia Naser Kashro yang pergi
ke kota Bashrah pada abad ke 10 M menceritakan, bahwa uang yang dibawanya
diserahkan pada penukar mata uang dan ia menerima kertas berharga, semacam
traveller cheques yang dipakai dalam berbelanja
Selain contoh di atas masih banyak lagi konsep ekonomi Islam yang
ditiru Barat. Beberapa institusi dan model ekonomi yang ditiru oleh Barat dari
dunia Islam adalah syirkah (lost profit sharing), suftaja (bills of excahange),
hiwalah (Letters of Credit), funduq (specialized large scale commercial institutions
and markets which developed into virtual stock exchange), yakni lembaga bisnis
khusus yang memiliki skala yang besar yang dikembangkan dalam pasar modal.
Funduq untuk biji-bijian pertanian dan tekstil ditiru dari
Baghdad, Cordova dan Damaskus. Demikian juga darut tiraz (pabrik yang
dibangun oleh negara untuk usaha eksploitasi tambang besi dan perdagangan besi)
di Spanyol Menurut penjelasan Labib, insitusi yang mirip dengan darut tiraz
adalah institusi ma’una, (sejenis bank privasi yang dibangun di dunia Islam
ditemukan di di Eropa Tengah dengan nama Maona. Insitusi ini digunakan di
Tuscani yang berfungsi sebagai sebuah perusahaan umum yang mengembangkan
dan menggali tambang besi serta melakukan perdagangan besi tersebut dalam skala
yang amat luas. Selanjutnya wilayatul hisbah, yakni polisi ekonomi (pengawas
ekonomi perdagangan) yang sudah ada sejak masa Rasul Saw, juga ditiru oleh
Barat.

1.3.1 Perkembangan Pemikiran Teori Ekonomi Islam


Perkembangan teori ekonomi Islam dimulai dari diturunkannya ayat-ayat
tentang ekonomi dalam al-Qur’an, seperti: QS. Al-Baqarah ayat ke 275 dan 279
tetang jual-beli dan riba; QS. Al-Baqarah ayat 282 tentang pembukuan transaksi;
QS. Al-Maidah ayat 1 tentang akad; QS. Al-A’raf ayat 31, An-Nisa’ ayat 5 dan 10
tentang pengaturan pencarian, penitipan dan membelanjakan harta. Ayat-ayat ini,
menurut At-Tariqi, menunjukkan bahwa Islam telah menetapkan pokok ekonomi

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 9


Modul Ekonomi Syariah

sejak pensyariatan Islam (Masa Rasulullah SAW) dan dilanjutkan secara metodis
oleh para penggantinya (Khulafaur Rosyidin). Pada masa ini bentuk permasalaan
perokonomian belum sangat variatif, sehingga teori-teori yang muncul pun belum
beragam. Hanya saja yang sangat subtansial dari perkembangan pemikiran ini
adalah adanya wujud komitmen terhadap realisasi visi Islam rahmatan lil ‘alamin.
Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam dari sejak masa nabi sampai sekarang
dapat dibagi menjadi 6 tahapan.
Tahap Pertama (632-656M), Masa Rasulullah SAW. Tahap Kedua
(656-661M), pemikiran ekonomi Islam di Masa Khulafaur Rosyidin. Tahap
Ketiga atau Periode Awal (738-1037), Pemikir Ekonomi Islam periode ini
diwakili Zayd bin Ali (738M), Abu Hanifa (787 M), Awzai (774), Malik (798),
Abu Yusuf (798 M), Muhammad bin Hasan Al Syaibani (804), Yahya bin Dam
(818 M), Syafi’I (820 M), Abu Ubayd (838 M), Amad bin Hambal (855 M), Yahya
bin Hambal (855 M), Yahya bin Umar (902 M), Qudama bin Jafar (948 M), Abu
Jafar al Dawudi (1012 M), Mawardi (1058 M), Hasan Al Basri (728 M), Ibrahim
bin Dam (874 M) Fudayl bin Ayad (802 M), Makruf Karkhi (815 M), Dzun Nun
Al Misri (859), Ibn Maskawih (1030 M), Al Kindi (1873 M), Al Farabi (950 M),
Ibnu Sina (1037).
Tahap Keempat atau Periode Kedua (1058-1448 M). Pemikir
Ekonomi Islam Periode ini Al Gazali (1111 M), Ibnu Taymiyah (1328 M), Ibnu
Khaldun (1040 M), Syamsuddin Al Sarakhsi (1090 M), Nizamu Mulk Tusi (1093
M), Ibnu Masud Al kasani (1182 M), Al-Saizari (1993), fakhruddin Al Razi (1210
M), Najnudin Al Razi (1256 M), Ibnul Ukhuwa (1329 M), Ibnul Qoyyim (1350
M), Muhammad bin Abdul rahman Al Habshi (1300 M), Abu Ishaq Al Shatibi
(1388 M), Al Maqrizi (1441 M), Al Qusyairi (857), Al Hujwary (1096), Abdul
Qadir Al Jailani (1169 M), Al Attar (1252 M), Ibnu Arabi (1240), Jalaluddin Rumi
(1274 M), Ibnu Baja (1138 M), Ibnulk Tufayl (1185 M), Ibnu Rusyd (1198 M).
Tahap Kelima atau Periode Ketiga (1446-1931 M). Shah Walilullah Al
Delhi (1762 M), Muhammad bin Abdul Wahab (1787 M), Jamaluddin Al Afghani
(1897 M), Mufti Muhammad Abduh (1905 M), Muhammad Iqbal (1938 M), Ibnu
Nujaym (1562 M), Ibnu Abidin (1836), Syeh Ahmad Sirhindi (1524M).

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 10


Modul Ekonomi Syariah

Tahap Keenam atau Periode Lanjut (1931 M – Sekarang).


Muhammad Abdul Mannan (1938), Muhammad Najatullah Siddiqi (1931 M),
Syed Nawad Haider Naqvi (1935), Monzer Kahf, Sayyid Mahmud Taleghani,
Muhammad Baqir as Sadr, Umer Chapra.
Hasil pemikiran ekonomi Islam dari beberapa pemikir di atas sebagai
berikut:
Zaid bin Ali (80-120H./699-738M), adalah pengagas awal penjualan
suatu komoditi secara kredit dengan harga yang lebih tinggi dari harga tunai.
Abu Hanifah (80-150H/699-767M), Abu Hanifah lebih dikenal sebagai
imam madzhab hukum yang sangat rasionalistis, Ia juga menggagas keabsahan dan
kesahihan hukum kontrak jual beli dengan apa yang dikenal dewasa ini dengan
bay’ al-salām dan al-murābahah.
Al-Awza’i (88-157H./707-774M.). Nama lengkapnya Abdurahman al-
Awza’i yang berasal dari Beirut, Libanon dan hidup sezaman dengan Abu Hanifah.
Ia adalah pengagas orisinal dalam ilmu ekonomi syariah. Gagasan-gagasanya,
antara lain, kebolehan dan kesahihan sistem muzara’ah sebagai bagian dari bentuk
mura`bahah dan membolehkan peminjaman modal, baik dalam bentuk tunai atau
sejenis.
Imam Malik Bin Anas (93-179H./712-796M.). Imam Malik lebih dikenal
sebagai penulis pertama kitab hadis al-Muwatha’, dan Imam Madzhab hukum.
Namun, ia pun memiliki pemikiran orisinal di bidang ekonomi, seperti: Ia
menganggap raja atau penguasa bertanggungjawab atas kesejahteraan rakyatnya.
Para pengusaha harus peduli terhadap pemenuhan kebutuhan dasar rakyat. Teori
istislah dalam ilmu hukum Islam yang diperkenalkanya mengandung analisis nilai
kegunaan atau teori utility dalam filsafat Barat yang di kemudian hari
diperkenalkan oleh Jeremy Benthan dan John Stuart Mill. Di samping itu, ia pun
tokoh hukum Islam yang mengakui hak negara Islam untuk menarik pajak demi
terpenuhinya kebutuhan bersama.
Abu Yusuf (112-182H./731-798H.). Abu Yusuf adalah seorang hakim
dan sahabat Abu Hanifah. Ia dikenal dengan panggilan jabatanya (al-Qadli
Hakīm) Abu Yusuf Ya’qub Ibrahim dan dikenal perhatianya atas keuangan
umum serta perhatianya pada peran negara, pekerjaan umum, dan perkembangan

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 11


Modul Ekonomi Syariah

pertanian. Ia pun dikenal sebagai penulis pertama buku perpajakan, yakni Kitab al-
Kharaj. Karya ini berbeda dengan karya Abu ‘Ubayd yang datang kemudian. Kitab
ini, sebagaimana dinyatakan dalam pengantarnya, ditulis atas permintaan dari
penguasa pada zamanya, yakni Khalifah Harun al-Rasyid, dengan tujuan untuk
menghindari kedzaliman yang menimpa rakyatnya serta mendatangkan
kemaslahatan bagi penguasa. Oleh karena itu, buku ini mencakup pembahasan
sekitar jibayat al-kharaj, al-‘usyur, al-shadaqat wa al-jawali (al-jizyah).
Tulisan Abu Yusuf ini mempertegas bahwa ilmu ekonomi adalah bagian
tak terpisahkan dari seni dan menejemen pemerintahan dalam rangka pelaksanaan
amanat yang dibebankan rakyat kepada pemerintah untuk mensejahterakan
mereka. Dengan kata lain, tema sentral pemikiran ekonominya menekankan pada
tanggungjawab penguasa untuk mensejahterakan rakyatnya. Ia adalah peletak dasar
prinsip-prinsip perpajakan yang dikemudian hari “diambil” oleh para ahli ekonomi
sebagai canons of taxation. Sedangkan pemikiran kontroversialnya ada pada
pandanganya yang menentang pengendalian harga atau tas’ir, yakni penetapan
harga oleh penguasa. Sedangkan Ibn Taymiyyah memperjelas secara lebih rinci
dengan menyatakan bahwa tas’ir dapat dilakukan pemerintah sebagai bentuk
intervensi pemerintah dalam mekanisme pasar. Hanya saja, ia mempertegas, kapan
tas’ir dapat dilakukan oleh pemerintah dan kapan tidak, dan bahkan kapan
pemerintah wajib melakukanya.
Al-Farabi (260-339 H/870-950 M). Al Farabi mengemukakan tentang
tingkat-tingkat pertumbuhan ekonomi manusia, yaitu 1) Madinatu an Nawabit,
masyarakat kayu-kayuan atau negara liar; 2) Madinatu al Bahimiyyah, masyarakat
binatang atau negara primitif; 3) Madinatu adl-dlaruroh, negara kebutuan; 4)
Madinatu al hissah wa as-saqro, negara keinginan; 5) Madinatu A-Tabadul auw al-
badalah, negara bertukar kebutuhan; 6) Madinatu An-Nadzalah, negara kapitalis;
7) Madinatu al-Jama’iyyah, negara anarki atau masyarakat komunis; 8) Madinatu
al fadhilah, Negara utama.
Abu ‘Ubayd al-Qasim bin Sallam (157-224H/774-738M). Pembahasan
ekonomi syariah dalam karya Abu ‘Ubayd, al-Amwa’l, diawali dengan enam belas
buah hadis di bawah judul haqq al-ima`m ‘ala` al-ra’iyyah, wa haqq al-ra’iyyah ala
al-ima`m (hak pemerintah atas rakyatnya dan hak rakyat atas pemerintahnya).

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 12


Modul Ekonomi Syariah

Buku ini dapat digolongkan sebagai karya klasik dalam bidang ilmu
ekonomi syariah karena sistimatika pembahasanya dengan merekam sejumlah ayat
Al-Quran dan Hadis di bidangnya. Bab pertama buku ini, umpamanya, diawali
dengan mengutip hadis yang menyatakan bahwa agama itu adalah kritik: al-din al-
nshihat; disusul hadis yang menyatakan bahwa setiap orang adalah “penggembala”
yang bertanggungjawab atas gembalaanya yang secara tegas dicontohkan: seorang
pemimpin adalah penggembala rakyatnya dan bertanggung jawab atasnya; seorang
suami bertanggung jawab atas gembalanya, yakni keluarganya; seorang isteri
adalah penggembala dan bertanggung jawab atas rumah suaminya dan anak-
anaknya; seorang pekerja penggembala harta tuannya dan bertanggung jawab
atasnya. Kemudian ia pun mengutip sejumah hadis tentang pemimpin yang adil
dan fajir. Pemimpin yang adil adalah yang melaksanakan amanat
kepemimpinannya, taat kepada hukum-hukum Allah dan Rasul-Nya sehingga ia
berhak mendapat ketaatan dari rakyatnya; akhirnya ia pun mengutip atsar Sahabat
yang mengingatkan kepada kaum Muslimin agar selalu berdzikir kepada Allah
manakala dalam keadaan ragu, ketika bersumpah, dan ketika mengadili atau
menetapkan dan memutuskan hukum.
Abu ‘Ubayd seolah-olah ingin menyatakan bahwa masalah ekonomi tak
terpisahkan dari tanggung jawab pemerintah atau penguasa. Dengan kata lain, ilmu
ekonomi syariah adalah bagian tak terpisahkan dari ilmu hukum ketata-negaraan.
Sedangkan pada bab-bab berikutnya ia menjelaskan aneka jenis harta yang
dikuasai negara dan hak rakyat atas harta termaksud dengan cara yang lebih terurai
dan selalu berdasarkan rujukan Alquran dan Sunnah. Kitab ini, jika dilihat dari
tehnis penulisannya dengan mengutamakan pengutipan hadis-hadis dan ayat-ayat
Alquran, mirip dengan kitab fiqh atau hukum Islam pertama karya Imam Malik, al-
Muwatha’, yang isinya adalah koleksi hadis-hadis yang bertajuk dan petunjuk
hukum Islam.
Ibnu Sina (270-428 H/980-1037). Ia mengemukakan pendapatnya antara
lain: a) manusia adalah makhluk berekonomi; b) ekonomi membutukan negara; c)
perkembangan ekonomi melalui perkembangan ekonomi keluarga ekonomi
masyarakat, dan ekonomi negara; d) ekonomi negara ia berpendapat bahwa tujuan
politik negara harus diarahkan kepada keseragaman seluruh masyarakat dalam

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 13


Modul Ekonomi Syariah

mewujudkan perekonomian dan kestabilan ekonomi harus dijaga; e) Prinsip yang


lain adalah arta milik berasal dari warisan dan hasil kerja; f) wajib bekerja untuk
mendapatkan harta ekonomi menurut jalannya yang sah; g) pengeluaran dan
pemasukan harus diatur dengan anggaran; h) pengeluaran wajib atau nafaqah yang
sifatnya konsumtif harus dikeluarkan sehemat mungkin, pengeluaran untuk
kepentingan umum (masyarakat dan negara) yang sifatnya wajib juga harus
dicukupkan dengan hati yang iklas; i) setiap orang harus mempunyai rencana
simapanan yang menjadi jaminan baginya pada saat kesukaran atau saat
diperlukan.
Abu Hamid al-Ghazali (450-505 H/1058-1111). Tokoh yang lebih
dikenal sebagai sufi dan filosof serta pengkritik filsafat terkemuka ini melihat
bahwa: a) perkembangan ekonomi bertolak dari hd) akikat dunia terdiri dari 3
unsur, yaitu materi, manusia dan pembagunan. Ketiga unsur ini interdependence;
b) perkembangan ekonomi perlu adanya transportasi; c) uang bukanlah komoditi,
melainkan alat tukar; d) perkembangan ekonomi meningkat menjadi ekonomi Jasa,
yaitu hubungan jasa di antara manusia; e) perlu adanya pemerintah; f) mata uang
negara Islam; g) perlunya institut perbankan; h) hati-hati terhadap riba; i) Dua jalur
transaksi perbankan, pribadi dan negara.
Al-Mawardi (w. 450 H.). Penulis al-Ahkam al-Sulthaniyyah,[16] adalah
pakar dari kubu Syafi’iyyah yang menyatakan bahwa institusi negara dan
pemerintahan bertujuan untuk memelihara urusan dunia dan agama atau urasan
spiritual dan temporal (li hara`sat al-di`n wa al-umur al-dunyawiyyah). Jika kita
amati, persyaratan-persyaratan kepala negara dalam karyanya, maka akan segera
nampak bahwa tugas dan fungsi pemerintah dan negara yang dibebankan di atas
pundak kepala negara adalah untuk mensejahterakan (al-falah) rakyatnya, baik
secara spiritual (ibadah), ekonomi, politik dan hak-hak individual (privat: hak
Adami) secara berimbang dengan hak Allah atau hak publik. Tentu saja termasuk
di dalamnya adalah pengelolaan harta, lalu lintas hak dan kepemilikan atas harta,
perniagaan, poduksi barang dan jasa, distribusi serta konsumsinya yang
kesemuanya adalah obyek kajian utama ilmu ekonomi.
Tusi (1201-1274). Tusi adalah penulis buku dalam bahasa Persia, Akhlaq
–i-Nasiri yang menjelaskan bahwa: Apabila seseorang harus tetap menghasilkan

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 14


Modul Ekonomi Syariah

makanan, pakaian, rumah, dan alat-alatnya sendiri, tentu dia tidak akan dapat
bertahan hidup karena tidak akan mempunyai makanan yang cukup untuk jangka
lama. Akan tetapi, karena orang bekerja sama dengan lainya dan setiap orang
melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya sehingga menghasilkan konsumsi
yang lebih dari cukup untuk dirinya sendiri. Keadilan hukum pun mengendalikan
pertukaran produk barang-barang yang menjamin ketersediannya untuk semua
orang. Dengan demikian, Tuhan dengan segala kebijaksanaan-Nya, membedakan
aktivitas dan cita rasa orang sedemikian rupa, sehingga mereka mungkin
melakukan pekerjaan yang berbeda-beda untuk saling membantu. Perbedaan-
perbedaan inilah yang melahirkan sruktur internasional dan sistem ekonomi umat
manusia. Maka terjadilah kerjasama timbal balik. Timbulah berbagai bentuk
kontrak sosial.
Ibnu Taymiyyah (1262-1328). Ibnu Taymiyyah dalam kitabnya, al-
Siyasat al-Syar’iyyah fi` Ishlah al-Ra’iy wa al-Ra’iyyah menegaskan tugas, fungsi
dan peran pemerintah sebagai pelaksana amanat untuk kesejahteraan rakyat yang ia
sebut ada al-amanat ila hliha. Pengelolaan negara serta sumber-sumber
pendapatanya menjadi bagian dari seni oleh negara (al-siyasat l-syariyyah)
pengertian al-siyasah al-dusturiyyah maupun al-siyasat al-maliyyah (politik hukum
publik dan privat). Sedangkan dalam karya lainya, al-Hisbah fi al-Islam, lebih
menekankan intervensi pemerintah dalam mekanisme pasar; pengawasan pasar;
hinga akuntansi yang erat kaitanya dengan sistem dan prinsip zakat, pajak, dan
jizyah. Dengan demikian, seperti halnya Abu ‘Ubayd, nampaknya Ibn Taymiyyah
mempunyai kerangka pikir yang sejalan dalam pendapat yang menyatakan bahwa
ekonomi syariah, baik sistem maupun hukumnya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari sistem pemerintahan dan ketatanegaran.
Ibn Khaldun (1332-1406). Cendekiawan asal Tunisia ini lebih dikenal
sebagai Bapak ilmu sosial. Namun demikian, ia tidak mengabaikan perhatianya
dalam bidang ilmu ekonomi. Walaupun kitabnya, al-Muqaddimah, tidak
membahas bidang ini dalam bab tertentu, namun ia membahasnya secara
berserakan di sana sini. Ia mendefinisikan ilmu ekonomi jauh lebih luas daripada
definisi Tusi. Ia dapat melihat dengan jelas hubungan antara ilmu ekonomi dengan
kesejahteraan manusia. Referensi filosofisnya yang merujuk kepada “ketentuan

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 15


Modul Ekonomi Syariah

akal dan etika” telah mengantarnya kepada kesimpulan bahwa ilmu ekonomi
adalah pengetahuan normatif dan sekaligus positif. Terminologi jumhur yang
berarti massa yang digunakanya menunjukkan bahwa mempelajari ekonomi adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan massa, bukan individu. Individu adalah bagian
dari jumhur. Hukum ekonomi dan sosial berlaku pada massa, bukan pada individu
yang terkucil. Ia melihat hubungan timbal balik antara faktor-faktor: ekonomi,
politik, sosial, etika dan pendidikan. Ia pun mengetengahkan gagasan ilmu
ekonomi yang mendasar, yakni; pentingnya pembagian kerja, pengakuan terhadap
sumbangan kerja terhadap teori nilai, teori mengenai pertumbuhan penduduk,
pembentukan modal, lintas perdagangan, sistim harga dsb. Pemikiranya kiranya
dapat disejajarkan dengn penulis klasik sekaliber Adam Smith, Ricardo, Malthus
dan penulis neo klasik sekaliber Keynes.
Di Indonesia, Secara informal ilmu ekonomi islam dikembangkan oleh
elemen masyarakat mulai dari mahasiswa, akademisi maupun para profesional.
Diantaranya adalah Internasional Institute of Islamic Thougt yang telah
menyelenggarakan Kuliah Informal ekonomi Islam di beberapa perguruan tinggi
terkemuka di Indonesia. Kuliah Informal Ekonomi Islam telah diselenggarakan di
Universitas Indonesia, Universitas Islam Negeri, Universitas Gajah Mada dan
Universitas Brawijaya.
Para pemikir ekonomi Islam diwakili oleh tokoh-tokoh yang menulis
buku ekonomi Islam dan banyak dijadikan rujukan (dengan tidak
mengesampingkan pemikir ekonomi Islam yang lain) antara lain: Syafi’i Antonio,
Dawan Rahardjo, Adiwarman Karim, Suroso Imam Zadjuli, M. Akhyar Adnan,
Muhammad. Seiring dengan perkembangan pemikiran ekonomi Islam tersebut,
beberapa perguruan tinggi yang mengawali membuka pendidikan tinggi ekonomi
Islam adalah UNAIR dengan S-3 ekonomi Islam, UII dengan Ekonomi Islam di
Magister Studi Islamnya (1997), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Islam Tazkia,
Sekolah Tinggi Ilmu Syariah dengan Jurusan Muamalahnya (1997). Dari tiga
pendidikan tinggi tersebut berkembang sarjana, master dan doktor Ekonomi Islam
yang mewarnai wacana ekonomi Islam di Indonesia. Secara de jure, Jurusan
Ekonomi Islam pertama kali yang mendapat izin operasional dari Depag adalah
Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ilmu Agama Islam UII (2003). Perkembangan

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 16


Modul Ekonomi Syariah

ekonomi Islam di Pendidikan Tinggi setelah itu terjadi sangat kuatnya, di IAIN,
UIN, STAIN, PTAI Swasta, sampai Perguruan Tinggi Umum juga membuka
konsentrasi atau jurusan Ekonomi Islam.
Di samping itu, perkembangan pemikiran juga mengemuka dalam
seminar, simposium dan kajian yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi, ikatan
profesi, lembaga keuangan dan pusat studi. Tahun 1997 Pusat Penelitian dan
Pengembangan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
menyelenggarakan Seminar Nasional Metodologi Penelitian Ekonomi Islam dan di
Tahun 2002 menyelenggarakan Simposium Nasional Sistem Ekonomi Islami.
Magister Studi Islam UII dengan mengusung konsentrasi Islam-nya juga
menyelenggarakan Seminar Internasional Ekonomi Islam di Yogyakarta pada
tahun 2002, dan melanjutkan isu-isu seminar internasional tersebut dalam Kajian
Intensif yang diselenggarakannya selama tahun 2004-2005. Tahun 2004, Pusat
Pengkajian Bisnis dan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya
Malang menyelenggarakan Simposium Nasional Sistem Ekonomi Islami II. Tahun
2005, Ikatan Ahli ekonomi Islam Indonesia menyelenggarakan Simposium
Internasional Ekonomi Islam dan Muktamar I Ikatan Ahli Ekonomi Islam
Indonesia, di Medan Sumatera Utara.
1.3.2 Perkembangan Praktik Ekonomi Islam
Praktek perbankan di zaman Rasulullah dan Sahabat telah terjadi karena
telah ada lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsi-fungsi utama opersional
perbankan, yakni: 1) menerima simpanan uang; 2) meminjamkan uang atau
memberikan pembiayan dalam bentuk mudharabah, musyarakah, muzara’ah dan
musaqah; 3) memberikan jasa pengiriman atau transfer uang. Istilah-istilah fiqh di
bidang ini pun muncul dan diduga berpengaruh pada istilah teknis perbankan
modern, seperti istilah qard yang berarti pinjaman atau kredit menjadi bahasa
Inggris credit dan istilah suq jamaknya suquq yang dalam bahasa Arab harfiah
berarti pasar bergeser menjadi alat tukar dan ditransfer ke dalam bahasa Inggris
dengan sedikit perubahan menjadi check atau cheque dalam bahasa Prancis.
Fungsi-fungsi yang lazimnya dewasa ini dilaksanakan oleh perbankan
telah dilaksanakan sejak zaman Rasulullah hingga Abbasiyah. Istilah bank tidak
dikenal zaman itu, akan tetapi pelaksanaan fungsinya telah terlaksana dengan akad

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 17


Modul Ekonomi Syariah

sesuai syariah. Fungsi-fungsi itu di zaman Rsulullah dilaksanakan oleh satu orang
yang melaksanakan satu fungsi saja. Sedangkan pada zaman Abbasiyah, ketiga
fungsi tersebut sudah dilaksanakan oleh satu individu saja. Perbankan berkembang
setelah munculnya beragam jenis mata uang dengan kandungan logam mulia yang
beragam. Dengan demikian, diperluan keahlian khusus bagi mereka yang bergelut
di bidang pertukaran uang. Maka mereka yang mempunyai keahlian khusus itu
disebut naqid, sarraf, dan jihbiz yang kemudian menjadi cikal bakal praktek
pertukaran mata uang atau money changer.
Peranan bankir pada masa Abbasiyah mulai populer pada pemerintahan
Khalifah al-Muqtadir (908-932). Sementara itu, suq (cek) digunakan secara luas
sebagai media pembayaran. Sejarah pebankan Islam mencatat Saefudaulah al-
Hamdani sebagai orang pertama yang menerbitkan cek untuk keperluan kliring
antara Bagdad, Iraq dengan Alepo (Spanyol).
Mengingat penting dan strategisnya institusi dan sistem perbankan untuk
menggerakan roda perekonomian, maka berbagai upaya dilakukan ahli ekonomi
Islam. Pertengahan tahun 1940-an Malaysia mencoba membuka bank non bunga,
namun tidak sukses. Akhir tahun 1950-an Pakistan mencoba mendirikan lembaga
perkreditan tanpa bunga di pedesaan. Sedangkan uji coba yang relatif sukses
dilakukan oleh Mesir dengan mendirikan Mit Ghamr Local Saving Bank tahun
1963 yang disambut baik oleh para petani dan masyarakat pedesaan. Namun,
keberhasilan ini terhenti karena masalah politik, yakni intervensi pemerintah
Mesir. Dengan demikian, operasional Mit Ghamr diambil alih oleh National Bank
of Egypt dan Bank Sentral Mesir (1967). Baru pada masa rezim Anwar Sadat
(1971) sistim nirbunga dihidupkan kembali dengan dibukanya Nasser Social Bank.
Keberhasilan di atas mengilhami para petinggi OKI hinga akhirnya berdirilah
Islamic Development Bank (IDB) bulan Oktober 1975. Kini IDB memiliki lebih
dari 43 kantor di negara anggotanya dengan Jedah menjadi kantor pusatnya.
Ilmu ekonomi Islam adalah suatu yang tidak bisa dipungkiri lagi adalah
suatu ilmu yang tumbuh dan menjadi gerakan perekonomian Islam sejak
seperempat abad yang lalu. Namun demikian, pergeseran orientasi dari pemikiran
ekonomi ke gerakan tak terpisahkan dari hapusnya institusi Khilafah tahun 1924
dan upaya menghidupkanya kembali yang gagal hingga terbentuknya Organisasi

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 18


Modul Ekonomi Syariah

Konfrensi Islam. Dengan kata lain, salah satu produk penting yang menyertai
kelahiran OKI adalah terpicunya pemikiran ekonomi Islam menjadi gerakan
perekonomian Islam. Gerakan itu ditandai dengan diselengarakan Konfrensi
Ekonomi Islam secara teratur. Pemantapan hati negara-negara anggota OKI untuk
mengislamisasi ekonomi negaranya masing-masing tumbuh setelah Konferensi
Ekonomi Islam III yang diselenggarakan di Islamabad Pakistan bulan Maret 1983.
Hasilnya, sejumlah pemerintahan Islam sudah mendirikan Departemen
atau Fakultas Ekonomi Islam di universitas-universitas mereka, bahkan sudah
mulai meng-Islamkan lembaga pebankan mereka. Gerakan ekonomi syariah adalah
suatu upaya membentuk Sistem Ekonomi Islam (SEI) yang mencakup semua aspek
ekonomi sebagaimana didefinisikan oleh Umer Chapra dalam, The Future of
Economics. Namun demikian, dewasa ini terkesan bahwa ekonomi Islam itu
identik dengan konsep tentang sistem keuangan dan perbankan Islam.
Kecenderungan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut: Pertama, perhatian
utama dan menonjol para ulama dan cendekiawan Muslim adalah transaksi
nonribawi sesuai petunjuk Al-Quran dan Sunnah; kedua, peristiwa krisis minyak
1974 dan 1979 dan keberanian Syekh Zakki Yamani, Menteri Perminyakan Arab
Saudi, untuk melakukan embargo miyak sebagai senjata menekan Barat dalam
menopang perjuangan Palestina. Tindakan ini ternyata memiliki dua mata pisau.
Pertama, Barat menyadari kekuatan dunia Islam yang dapat mengancam kehidupan
ekonomi Barat; kedua, hasil penjualan minyak dunia Islam secara nyata telah
melahirkan kekuatan finansial negara-negara Islam di kawasan Timur Tengah,
Afrika Utara dan Asia Tenggara. Negara-negara itu menjadi Negara petro dolar
yang menimbulkan pemikiran untuk “memutarkan” uang mereka melalui lembaga
keuangan syariah.
Mengiringi kondisi obyektif di atas perkembangan pemikiran di bidang
ilmu ekonomi syariah menjadi gerakan pembangunan SEI semakin terpacu dan
tumbuh disertai factor-faktor lain yang mendahuluinya, yaitu: Pertama, telah
terumuskannya konsep teoritis tentang Bank Islam pada tahun 1940-an; Kedua,
lahirnya ide dan gagasan mendidirikan Bank Islam dalam Keputusan Konfrensi
Negera-negara Islam se-Dunia bulan April 1968 di Kuala Lumpur; ketiga, lahirnya

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 19


Modul Ekonomi Syariah

negara-negara Islam yang melimpah petro dolarnya. Maka, pendirian bank Islam
menjadi kenyataan dan dapat dilaksanakan tahun 1975.
Konferensi Negara-negara Islam sedunia, 21-27 April 1969 memberi
dampak positif berupa perkembangan bank Islam atau bank syari’ah di berbagai
negara yang ditengarai lebih dari 200 lembaga keuangan dan investasi syari’ah
yang berkembang sejak tahun 1975. Pada tahun tersebut, perkembangan sistem
ekonomi syari’ah secara empiris diakui dengan lahirnya Islamic Development
Bank (IDB).

1.3.3 Gerakan Ekonomi Islam di Indonesia


Akar sejarah pemikiran dan aktivits ekonomi Islam Indonesia tak bisa
lepas dari awal sejarah masuknya Islam di negeri ini. Bahkan aktivitas ekonomi
syariah di tanah air tak terpisahkan dari konsepsi lingua franca. Menurut para
pakar, mengapa bahasa Melayu menjadi bahasa Nusantara, ialah karena bahasa
Melayu adalah bahasa yang populer dan digunakan dalam berbagai transaksi
perdagangan di kawasan ini. Para pelaku ekonomi pun didominasi oleh orang
Melayu yang identik dengan orang Islam. Bahasa Melayu memiliki banyak kosa
kata yang berasal dari bahasa Arab. Ini berarti banyak dipengaruhi oleh konsep-
konsep Islam dalam kegiatan ekonomi. Maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas
ekonomi syariah tidak dalam bentuk formal melainkan telah berdifusi dengan
kebudayaan Melayu sebagaimana terceriman dalam bahasanya. Namun demikian,
penelitian khusus tentang institusi dan pemikiran ekonomi syariah nampaknya
belum ada yang meminatinya secara khusus dan serius. Oleh karena itu, nampak
kepada kita adalah upaya dan gerakan yang dominan untuk penegakan syariah
Islam dalam kontek kehidupan politik dan hukum. Walaupun pernah lahir Piagam
Jakarta dan gagal dilaksanakan, akan tetapi upaya Islamisasi dalam pengertian
penegakan syariat Islam di Indonesia tak pernah surut.
Pemikiran dan aktivitas ekonomi syariah di Indonesia akhir abad ke-20
lebih diorientasikan pada pendirian lembaga keuangan dan perbankan syariah.
Salah satu pilihanya adalah gerakan koperasi yang dianggap sejalan atau tidak
bertentangan dengan syariah Islam. Oleh karena itu, gerakan koperasi mendapat
sambutan baik oleh kalangan santri dan pondok pesantren. Gerakan koperasi yang

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 20


Modul Ekonomi Syariah

belum sukses disusul dengan pendirian bank syariah yang relatif sukses. Walaupun
lahirnya kedahuluan oleh Philipina, Denmark, Luxemburg dan AS, akhirnya Bank
Islam pertama di Indonesia lahir dengan nama Bank Mu’amalat (1992). Kelahiran
bank Islam di Indonesia hari demi hari semakin kuat karena beberapa faktor: 1)
adanya kepastian hukum perbankan yang melindunginya; 2) tumbuhnya kesadaran
masayarakat manfaatnya lembaga keuangandanperbankan syariah; 3) dukungan
politik atau political will dari pemerintah. Akan tetapi, kelahiran bank syariah di
Indonesia tidak diimbangi dengan pendirian lembaga-lembaga pendidikan
perbankan syariah. Sejak tahun 1990-an ketika Dirjen Bimbaga Islam Depag RI
melakukan posisioning jurusan-jurusan di lingkungan IAIN, penulis pernah
mengusulkan kepada Menteri Agama dan para petinggi di Depag RI agar
mempersiapkan institusi untuk mengkaji kecenderungan dan perkembangan
ekonomi syariah di tanah air. Usaha maksimal saat itu ialah memilah jurusan
Muamalat/Jinayat pada Fakultas syariah IAIN menjadi dua, yakni Jurusan
Muamalat dan Jurusan Jinayah-Siyasah.
Maraknya perbankan syariah di tanah air tidak diimbangi dengan
lembaga pendidikan yang memadai. Akibatnya, perbankan syariah di Indonesia
baru pada Islamisasi nama kelembagaanya. Belum Islamisasi para pelakunya
secara individual dan secara material. Maka tidak heran jika transaksi perbankan
syariah tidak terlalu beda dengan transaksi bank konvensional hanya saja ada
konkordansi antra nilaisuku bungan dengan nisbah bagihasil. Bahkan terkadang
para pejabat bank tidak mau tahu jika nasabahnya mengalami kerugian atau
menurunya keuntungan. Mereka “mematok” bagi hasil dengan rate yang benar-
benar menguntungkan bagi pihak bank secara sepihak. Di lain pihak, kadangkala
ada nasabah yang bersedia mendepositkan dananya di bank syariah dengan syarat
meminta bagi hasilnya minimal sama dengan bank konvensional milik pemerintah.
Terlepas dari kekurangan dan kelebihan perbankan syariah, yang pasti dan faktual
adalah bahwa ia telah memberikan konstribusi yang berarti dan meaningfull bagi
pergerakan roda perekonomian Indonesia dan mengatasi krisis moneter.
Munculnya praktek ekonomi Islam di Indonesia pada tahun 1990-an yang
dimulai dengan lahirnya Undang-undang No. 10 Tahun 1992 yang mengandung
ketentuan bolehnya bank konvensional beroperasi dengan sistem bagi hasil.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 21


Modul Ekonomi Syariah

Kemudian pada saat bergulirnya era reformasi timbul amandemen yang melahirkan
UU No 7 Tahun 1998 yang memuat lebih rinci tentang perbankan syariah.
Undang-undang ini mengawali era baru perbankan syari’ah di Indonesia, yang
ditandai dengan tumbuh pesatnya bank-bank syari’ah baru atau cabank syari’ah
pada bank konvensional. Maka praktek keuangan syari’ah di Indonesia
memerlukan panduan hukum Islam guna mengawal pelaku ekonomi sesuai dengan
tuntunan syari’at Islam. Perkembangan berikutnya, MUI sebagai payung dari
lembaga-lembaga organisasi keagamaan (Islam) di Tanah Air menganggap perlu
dibentuknya satu badan dewan syariah yang bersifat nasional (DSN) dan
membawahi seluruh lembaga keuangan, termasuk di dalamnya bank-bank syariah.
Hal ini untuk memberi kepastian dan jaminan hukum Islam dalam masalah
perbankan syariah sejak diberlakukannya Undang-undang No. 7 Tahun 1992
tentang perbankan yang memberikan peluang didirikannya bank syariah.
DSN-MUI sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 2005 telah banyak
mengeluarkan fatwa-fatwa tentang ekonomi Islam (mu’amalah maliyah) untuk
menjadi pedoman bagi para pelaku ekonomi Islam khususnya perbankan syari’ah.
Dalam metode penerbitan fatwa dalam bidang mu’amalah maliyah diyakini
menggunakan kempat sumber hukum yang disepakati oleh ulama suni; yaitu Al-
Quran al Karim, Hadis Nabawi, Ijma’ dan Qiyas, serta menggunakan salah satu
sumber hukum yang masih diperselisihkan oleh ulama; yaitu istihsan, istishab,
dzari’ah, dan ‘urf.
Dalam proses penerbitan fatwa diperkirakan mempelajari empat mazhab
suni, yaitu imam mazhab yang empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali
disamping pertimbangan lain yang bersifat temporal dan kondisional. Oleh karena
itu, perlu mengkaji secara seksama dan perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui sifat fatwa-fatwa MUI dalam bidang ekonomi Islam dari segi metode
perumusannya, sisi ekonomi di sekelilingnya dan respons masyarakat terhadap
fatwa-fatwa itu.
Di Indonesia, atas prakarsa Majelis Ulama Indonesia bersama kalangan
pengusaha muslim sejak 1992 telah beroperasi sebuah bank syari’ah, yaitu Bank
Muamalat Indonesia (BMI) yang sistem operasionalnya mengacu pada No. 72
tahun 1992 tentang bank bagi Hasil. Pada tahun 1998, disahkan Undang-undang RI

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 22


Modul Ekonomi Syariah

No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang
perbankan. Secara legal, perbankan syari’ah telah diakui sebagai subsistem
perbankan nasional.
Di antara lembaga keuangan syari’ah yang berkembang secara pesat di
tengah sistem perbankan yang sedang sakit adalah antara lain bank syari’ah, BPRS
dan BMT. Bank Syari’ah berkembang berdampingan dengan bank-bank
konvensional. Hal tersebut dibuktikan dengan munculnya Bank BNI Syari’ah,
Bank Mandiri Syari’ah, Bank Bukopin Syari’ah, Bank Danamon Syari’ah, BII
Syariah. Di samping itu berkembang juga lembaga keuangan syari’ah yang bersifat
mikro, yang bergerak di kalangan ekonomi bawah, yaitu BMT (Baitul Maal wat-
Tamwil).

C. LATIHAN SOAL
1. Sebutkan pengertian ekonomi Islam menurut para tokoh ekonomi Islam dan
menurut anda definisi mana yang tepat untuk menjelaskan pengertian
ekonomi Islam !
2. Sebutkan fase-fase perkembangan pemikiran ekonomi Islam dari mulai
awal perkembangan sampai saat ini. Dan ciri-ciri apa sajakah yang
membedakan pemikiran ekonomi Islam pada setiap periode ?
3. Dalam beberapa tulisan disebutkan bahwa ilmu ekonomi Barat
(konvensional) mengadopsi pemikiran ekonomi Islam, setujukah anda
dengan pendapat tersebut ? berikan argumentasi yang tepat !
4. Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia jauh ketinggalan dengan
perkembangan ekonomi Islam di Malaysia, padahal jumlah penduduk
Indonesia lebih banyak dari Malaysia, berikan pendapat anda mengenai
sebab-sebab perkembangan ekonomi Islam di Indonesia ketinggalan dari
Malaysia !

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 23


Modul Ekonomi Syariah

D. DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman A. Karim, Refleksi dan Proyeksi Ekonomi Islam Indonesia. Diakses


dari http://www.dilibrary.net/images/topics/Materi%20-
%20Adiwarman.pdf. Tanggal 30 Januari 2007.
At-Tariqi, Abdullah Abdul Husain. Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar dan Tujuan.
(Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004)
Cf. The Muqaddimah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dri bhasaArab
oleh Franz Rosenthal (3 jilid) diterbitkan oleh Bollingen Foundation Inc.,
New York
Dawam Raharjo, Menegakan Syariat Islam di Bidang Ekonomi, dalam Adiwarman
Karim, Bank Islam: analisis fiqh dan Keuangan, IIIT Indonesia, Jakarta,
2003
Durant, Will, The Age of Faith, New York, Simon and Schuster, Encyclopaedia of
Islam, New Editoin, 1950
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam: Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Ekonisia,
2002), hal. 149. Penulis buku ini menkompilasi dari Sumber M. Najatullah
Siddiqi (1995), M. Aslam Hannaef (1995), dan A. Karim (2001).
Javed Ansari, Ekonomi Islam antar Neoklasik dan Strukturalis: Laporan dari
Islamabad dalam Islamisasi Ekonomi: Suatu Sketsa Evaluasi dan Prospek
Gerakan Perekonomian Islam, (Amrullh dkk., e.,) PLP2M, Yogyakarta,
1985, hal. 100-111.
Mardani, 2011. Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia. Penerbit PT Refika
Aditama : Bandung.
Muhammad Abdul Mannan. 1997. Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta:
PT Dana Bhakti Prima Yasa.
Muhammad Abu Zahrah, Abu`Hani`fah, Cairo, Dar al-Fikr al-‘Araby
Schumpeter, Joseph. A., History of Economic Analysis, Oxford University Press
(New York), 1954
Zainul Arifin, Memahami Bank Syari’ah, Jakarta, Alpabet,2000,

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 24

Anda mungkin juga menyukai