Anda di halaman 1dari 15

TEORI AKUNTANSI

RMK
GAAP / PABU
(Dosen Pengempu : I Putu Budi Anggiriawan SE, M. Si, CPA)

Oleh
Kelompok 2:

1. Ni Putu Nisa Arilia Nandita (202033122007)


2. Putu Sri Ardi Rahayu (202033122013)
3. Ni Kadek Fenny Santika Dewi (202133122039)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN 2023
GAAP / PABU

1. Definisi GAAP / PABU


Prinsip Akuntansi yang berlaku umum (PABU) adalah seperangkat prinsip
akuntansi, standar dan prosedur yang digunakan perusahaan untuk menyusun
laporan keuangan mereka. PABU adalah kombinasi standar otoritatif (yang
ditetapkan oleh dewan pembuat kebijakan) dan hanya cara yang diterima secara
umum pencatatan dan pelaporan informasi akuntansi. Prinsip Akuntansi yang
berlaku umum (PABU) adalah suatu kerangka pedoman yang terdiri atas standar
akuntansi dan sumber-sumber lain yang yuridis, teoritis, dan praktis. Prinsip
Akuntansi yang berlaku umum (PABU) merupakan kerangka pedoman untuk
menentukan perlakuan akuntansi yang tepat atau wajar dalam suatu lingkungan
akuntansi (negara). PABU ini dibentuk oleh 2 pedoman yaitu: pedoman yang
ditentukan secara resmi oleh badan yang berwenang dalam bentuk standar akuntansi
atau juga pedman- pedoman yang baik dan tengah banyak dipraktikkan dapat
digunakan sebagai acuan bila hal tersebut tidak bertentangan dengan kerangka
konseptual atau didukung berlakunya secara autoritatif.
Miller et.al (1985: 17-19) menjelaskan bahwa authoritative pronouncements
itulah GAAP. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan “Authoritative pronouncements
are those rulings made by bodies that have been given the authority to establish
particular concept and practices as generally accepted” dan dalam penjelasan
mengenai Official Publications berupa Statements of Financial Accounting Concept
(SFAC) dinyatakan “Although these statements do not establish GAAP, they can be
used to support practices if GAAP are not explicitly spelled out elsewhere”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa GAAP menurut Miller adalah
standar yang ditetapkan oleh FASB serta APB Opinion dan ARB yaitu yang
termasuk dalam tingakatan pertama (authoritative pronouncement). Tingkatan
lainnya bukan GAAP tetapi dapat digunakan sebagai pedoman dalam praktik.
Akuntansi keuangan menghasilkan laporan keuangan yang bertujuan umum
(general purpose financial statement). Sekitar abad 15 profesi akuntansi berusaha
mengembangkan seperangkat standar yang dapat diterima umum dan dipraktikkan
secara universal. Standar umum ini dikenal dengan GAAP (Generally Accepted
Accounting Principle) atau PABU (Prinsip Akuntansi Berlaku Umum) yaitu standar
umum akuntansi dan perusahaan go public yang telah dikembangkan selama
bertahun-tahun, dan yang digunakan oleh bisnis untuk mengatur informasi
keuangan mereka menjadi catatan transaksi akuntansi yang ringkas dalam pelaporan
keuangan. PABU digunakan dalam penyusunan laporan keuangan yang meliputi:
1) Prinsip entitas (entity principle)
Entitas dalam akuntansi dapat berarti organisasi atau perusahaan yang
bertujuan untuk mencari laba atau bergerak dalam bidang social dan berdiri
terpisah dari pemilik atau pengelola organisasi tersebut. Entitas dalam proses
akuntansi diklasifikasikan dalam entitas pelaporan dan entitas akuntansi.
Entitas pelaporan merupakan satu kesatuan unit usaha secara keseluruhan dari
unit-unit yang ada dalam suatu organisasi atau badan usaha. Entitas pelaporan
dalam akuntansi berkewajiban menyajikan seluruh jenis laporan yang
mencerminkan kegiatan, posisi keuangan suatu perusahaan. Entitas akuntansi
berkewajiban melaporkan posisi dan aktivitas keuangannya untuk
diintegrasikan dengan entitas yang lain untuk menjadi laporan keuangan yang
disajikan oleh entitas laporan. Hal yang penting dalam konsep entitas adalah
keterpisahan keuangan pemilik dan keuangan perusahaan. Artinya, kekayaan
yang dimiliki dan dikuasai oleh individu pemilik perusahaan harus terpisah
dengan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan (untuk kegiatan usaha).
Sebagai contoh jika pemilik perusahaan membeli kendaraan pribadi
menggunakan uang pribadinya, maka tidak perlu dicatat oleh perusahaan. Akan
tetapi, jika pemilik perusahaan membeli kendaraan untuk keperluan pribadi
menggunakan uang perusahaan, perusahaan harus melakukan pencatatan.
2) Prinsip moneter (monetary principle)
Prinsip moneter mengharuskan bahwa data ekonomi dicatat dalam satuan
mata uang. Mata uang adalah pengukuran unit umum yang memungkinkan
pelaporan seragam data keuangan dan laporan- laporan. Sebagai contoh,
kendaraan yang dimiliki perusahaan dicatat dalam catatan akuntansi dalam
jumlah Rupiah atau Dolar, dan bukan dalam jumlah unitnya.
GAAP termasuk standar, konvensi, dan aturan yang diikuti oleh akuntan
untuk pencatatan dan meringkas dalam penyusunan laporan keuangan. Tujuan
dari GAAP adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang transparan
dan konsistensi dari satu organisasi ke yang lain IFRS (International Financial
Reporting Standards) atau SPKI (Standar Pelaporan Keuangan Internasional)
IFRS dianggap sebagai kumpulan standar “dasar prinsip” yang kemudian
menetapkan peraturan badan juga mendikte penerapan-peneran tertentu. IFRS
merupakan standard dan interpretasi yang diadopsi oleh International
Accounting Standards Board (IASB), yang meliputi:
a. International Financial Reporting Standards (IFRS) atau Peraturan
Standar Laporan Keuangan Internasional (setelah tahun 2001)
b. International Accounting Standards atau Peraturan Standar Akuntansi
Internasional (sebelum tahun 2001)
c. Interpretasi yang dikembangkan oleh International Financial Reporting
Interpretations Committee (IFRIC) atau Komite Interpretasi Laporan
Keuangan Internasional (setelah tahun 2001) yang dahulunya dikenal
sebagai Standing Interpretations Committee (SIC) (sebelum tahun 2001)
d. Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements
atau Kerangka Kerja untuk Persiapan dan Presentasi Laporan Keuangan
(1989)

2. Penerapan GAAP / PABU di Indonesia


Dalam akuntansi terapan di Indonesia kita mengenal yang namanya SAK
(Standar Akuntansi Keuangan) yang merupakan salah satu bagian dari
PABU/GAAP yang berlaku di Indonesia. Untuk saat SAK yang berlaku di Indonesia
telah dikonvergensi dengan IFRS.
GAAP adalah aturan akuntansi yang digunakan untuk menyiapkan,
menyajikan dan melaporkan laporan keuangan untuk berbagai entitas, termasuk
publik yang diperdagangkan dan swasta yang diselenggarakan perusahaan, non –
organisasi nirlaba dan pemerintah. Standar inilah yang menjadi tolak ukur atau
panduan proses pencatatan akuntansi di sebuah perusahaan.
Pada dasarnya Kerangka PABU yg populer dibagi 4, yaitu:
1) PABU versi APB (hierarki linear)
2) PABU versi rubin (SAS 40) /house of GAAP/ kerangka 1 pondasi
3) PABU versi SAS no. 69 (memisahkan entitas bisnis dan entitas
kepemerintahan)
4) PABU versi SPAP (desain Indonesia) / kerangka PABU dgn 3 pondasi atau
landasan.

Di Indoensia menerapkan kerangka PABU no 4 di mana kerangka PABU


tersebut didesain sendiri oleh Indonesia (SPAP) dan mengadopsi PABU versi SAS
no 69.
Selama ini, pemerintah mempunyai sistem pencatatan yang dapat
menghasilkan informasi keuangan untuk tujuan intern pemerintah bahkan untuk
tujuan luar organisasi. Pemerintah pusat mempunyai sistem pencatatan yang
memungkinkan disususunnya Perhitungan Anggaran Negara (PAN) yang
disampaikan kepada DPR. Pemerintah Daerah memiliki sistem pencatatan seperti
diatur dalam Manual Keuangan Daerah (MAKUDA) yang memungkinkan
dilakukannya pencatatan keuangan untuk tujuan intern pemerintah daerah dan
Realisasi Anggaran Belanja Daerah yang disampaikan kepada DPRD. Seluruh
proyek-proyek pemerintah menyelenggarakan pencatatan dan pelaporan untuk
tujuan proyek itu sendiri (manajemen) dan untuk pihak luar seperti KPKN, Bappeda,
Instansi Induk bahkan ke Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Secara khusus
proyek- proyek yang mendapat pinjaman/bantuan luar negeri menyusun laporan
keuangan yang ditujukan kepada pemberi pinjaman (lender) sesuai dengan kriteria
yang disetujui lender.

3. Kerangka Kerja GAAP / PABU di Indonesia


Dengan kerangka pikir yang sama dengan apa yang telah dibahas di muka dan
dengan mempertimbangkan faktor lingkungan di Indonesia, kerangka kerja PABU
yang dapat menjadi acuan baik bagi penyusun laporan keuangan maupun bagi
auditor untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan. Fondasi
kerangka kerja PABU adalah Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan ideologi.
Segala ketentuan yang berlaku atau diberlakukan di Indonesia tentunya tidak boleh
bertentangan dengan ideologi negara. Di atas landasan tersebut akan terletak
landasan konseptual yang akan menjadi pengarah praktik dan pengembangan
akuntansi di Indonesia. Landasan ini akan terdiri atas Konsep Dasar dan Kerangka
Acuan Pelaporan Finansial Indonesia. Penyusunan landasan ini merupakan tugas
yang cukup berat dan serius mengingat ketidak jelasan dalam landasan konseptual
ini akan menjadikan praktik akuntansi tidak terarah dan tidak membawa manfaat
dalam pencapaian tujuan pelaporan keuangan yang pada gilirannya juga tidak akan
bermanfaat sebagai sarana untuk mencapai tujuan negara. Landasan konseptual ini
akhirnya harus dijabarkan dan dioperasionalkan dalam bentuk aturan atau ketentuan
pelaksanaan Tingkat 1 yang menjadi acuan utama para praktisi (pengusaha,
manajemen, akuntan dan auditor) dalam pelaporan keuangan. Penjabaran ini
tentunya akan dilakukan oleh suatu badan yang netral yang sengaja dibentuk untuk
tujuan tersebut. Bila suatu prinsip akuntansi tidak ditentukan secara tegas dalam
sumber di Tingkat 1 dan juga tidak dinyatakan secara tegas dalam KAPFI maka para
praktisi dapat mengacu ke sumber pada Tingkat 2 atau Tingkat 3 dengan
mempertimbangkan kesesuaian konsep yang melandasinya dengan konsep yang
terdapat dalam KAPFI. Dengan demikian praktik yang terjadi masih tetap menuju
ke pencapaian tujuan yang terdapat dalam KAPFI. Berikut ini adalah adalah
gambaran yang lebih rinci mengenai isi komponen yang membentuk Kerangka
Kerja PABU di atas.
a. Konsep Dasar
Sebagai landasan konseptual bagi beroperasinya akuntansi, konsep dasar ini
merupakan abstraksi atau konseptualisasi faktor lingkungan politik, ekonomi,
hukum, sosial dan budaya yang mempengaruhi akuntansi atau dipandang harus
mempengaruhi akuntansi di Indonesia. Konsep dasar ini dapat ditentukan kalau
tujuan pelaporan keuangan di Indonesia dapat diidentifikasi dan dispesifikasi
secara jelas dan tegas. Konsep dasar ini dapat masuk dan dijadikan satu dengan
KAPFI.
b. Kerangka Acuan Pelaporan Finansial Indonesia.
Kerangka ini merupakan hasil perekayasaan untuk menentukan informasi yang
harus dihasilkan oleh akuntansi dan simbol-simbol serta pengukurannya yang
digunakan untuk merepresentasi kondisi fisik (faktor ekonomik) sehingga
informasi akuntansi yang dihasilkan serta cara pelaporannya akan mempunyai
peran yang nyata dalam rangka mencapai tujuan ekonomik negara. Kerangka
acuan ini akan memuat pernyataan:
1) Tujuan Pelaporan Finansial Indonesia
2) Karakteristik Kualitatif Informasi Finansial
3) Elemen-elemen Laporan Finansial
4) Pengukuran dan Pengakuan Elemen Laporan Finansial
KAPFI di atas mencakup kerangka untuk akuntansi komersial maupun
akuntansi nonprofit termasuk pemerintah. Dengan demikian, laporan audit
terhadap laporan keuangan organisasi nonprofit dan pemerintah akan tetap
dapat menggunakan frasa “sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum
Indonesia” untuk menyatakan kewajaran laporan keuangan tersebut.
c. Pernyataan Standar
Merupakan penjabaran secara operasional KAPFI dalam bentuk pengumuman
atau penerbitan resmi (oleh badan yang berwenang) yang berisi pedoman
tentang prinsip-prinsip akuntansi apa saja yang boleh digunakan untuk
memperlakukan (pengukuran, penilaian, pengakuan, penyajian dan
pengungkapan) suatu kejadian atau peristiwa atau elemen laporan keuangan.
Sebagai acuan praktik atau kode tertentu. Pembuatan standar ini dilakukan
melalui prosedur resmi yang saksama sehingga hasilnya dapat diandalkan.
d. Interpretasi
Bila ada hal-hal (misalnya pasal atau ungkapan) yang terdapat dalam suatu
standar yang menimbulkan banyak interpretasi bagi pemakainya, badan
penyusun standar dapat menerbitkan pengumuman resmi berupa Interpretasi
yang berisi klarifikasi mengenai hal yang bersifat meragukan tersebut.
Interpretasi ini tidak mengganti standar yang telah diterbitkan tetapi sekadar
menjelaskan.
e. Buletin Teknis
Karena standar hanya memuat ketentuan-ketentuan pokok, hal-hal yang bersifat
teknis pencatatan biasanya diserahkan kepada praktisi untuk menentukan
sendiri berdasarkan pertimbangan profesionalnya. Buletin ini dapat berisi
petunjuk teknis yang diberikan oleh penyusun standar atau badan otoritatif
lainnya untuk tujuan menjawab pertanyaan dari praktisi atau untuk tujuan
memberi contoh pelaksanaan teknis yang dianggap bermanfaat.
f. Peraturan Pemerintah
Banyak peraturan pemerintah yang mempengaruhi atau bahkan harus
dijalankan dalam kaitannya dengan penyusunan laporan keuangan dan
penyampaian informasi suatu industri tertentu. Misalnya peraturan pemerintah
mengenai BUMN, asuransi, dan perbankan; demikian juga, Keppres tentang
Pelaksanaan APBN dan Undang-Undang Perbendaharaan Negara untuk
pengauditan unit pemerintah. Karena harus dipenuhi dalam pelaporan
keuangan, sumber-sumber tersebut jelas merupakan bagian dari kerangka kerja
PABU.
g. Pedoman/Praktik Akuntansi Industri
Karena kebutuhan atau karena kepraktisan, dalam industri tertentu berkembang
praktik akuntansi yang banyak digunakan dalam industri tersebut. Untuk
kepentingan industri, badan yang berwenang dalam suatu industri tidak jarang
mengeluarkan pedoman akuntansi tertentu yang khusus berlaku dalam industri
tersebut. Karena pedoman tersebut berlaku umum dalam industri dan sudah
dikenal secara luas maka sumber ini jelas merupakan bagian dari kerangka kerja
PABU. Misalnya saja pedoman akuntansi (accounting manuals) untuk industri
pabrik gula, pedoman akuntansi untuk industri perbankan, dan pedoman
akuntansi untuk suatu unit pemerintah.
h. Simpulan Riset Akuntansi
Temuan para ahli mengenai perlakuan akuntansi yang dianggap baik dan
informatif dapat dijadikan basis untuk mengungkapkan informasi keuangan dan
dapat dijadikan basis untuk menentukan kelayakan perlakuan akuntansi tertentu
yang mungkin kejadiannya sangat khusus. Sumber ini juga menjadi bagian dari
kerangka kerja PABU. Tentu saja auditor harus menggunakan pertimbangan
profesionalnya untuk menentukan kelayakan perlakuan yang disarankan dalam
sumber ini dalam kaitannya dengan kondisi yang dihadapi auditor.
i. Praktik Akuntansi Yang Sehat
Praktik, konvensi, dan kebiasaan akuntansi/pelaporan yang dianggap sehat
dapat juga dijadikan acuan untuk menentukan kelayakan perlakuan akuntansi
tertentu.
j. Sumber Lain
Dalam hal kejadian yang sangat khusus atau yang masih baru dalam dunia
akuntansi (misalnya masalah off-balance sheet financing) yang perlakuannya
tidak dapat dicari dalam berbagai sumber sebelumnya, akuntan dapat
mendasarkan diri pada prinsip-prinsip akuntansi (termasuk metode dan teknik)
yang dibahas dalam buku teks atau yang disarankan para ahli. Tentu saja
kelayakan perlakuan harus dinilai atas dasar konsep yang terdapat dalam
KAPFI.

4. Penerapan GAAP / PABU di Amerika Serikat


Steven Rubin menggambarkan sruktur GAAP/PABU di AS bagaikan rumah
yang memiliki fondasi, yang disebut “House of GAAP”. Struktur GAAP tersebut
terdiri dari atas satu landasan operasional dan beberapa tingkat/level. Makin keatas
dan ke kanan maka tingkat otorisasinya (kekuatan untuk diterima umum) makin
lemah. Agar struktur bangunan GAAP tersebut kuat dan kokoh, bangunan tersebut
harus memiliki fondasi. Urutan tingkat otorisasi dari yang terkuat hingga terlemah:
1) FASB Statements, dikeluarkan oleh SFAS.
2) FASB Interpretations (IFAS)
3) APB Opinion (tahun ’59-’73), masih berlaku di Amerika Serikat dengan
catatan selagi tidak bertentangan dengan FASB Statements.
4) AICPA (Ikatan Akuntan Publik Amerika Serikat), yaitu penelitian dari pakar-
pakar akuntansi.
5) AICPA Industry Audit Guide, untuk industry tertentu yang mempunyai
spesifikasi yang khas, contohnya: perusahaan perkebunan.
6) AICPA Industry Accounting Guide
7) AICPA Staf of Position, yaitu perkataan/pernyataan AICPA tentang suatu
metode, prosedur yang mana yang jadi pedomannya.
8) FASB Technical Bulletins
9) AICPA Acc Inter
10) Prealent Industry Practies, yaitu praktek akuntansi yang sudah sering
muncul/sering digunakan.
11) APB Statements, yang mengeluarkan 4 pernyataan.
12) Paper, yaitu makalah-makalah yang dikeluarkan mengenai standar akuntansi
13) Other Professional Pronounce, contohnya: AAA, NAA, SEC.
14) FASB Concept
15) Tex Book, buku ajar.

5. Perbandingan Sistem Akuntansi Amerika Serikat dengan Indonesia


A. Sistem Akuntansi Indonesia
Penerapan sistem akuntansi di Indonesia sangat bergantung kepada
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, Meskipun beberapa
produk PABU di Indonesia diatur oleh lembaga- lembaga yang berwenang.

1) Regulasi dan Pembinaan Akuntansi


Pengaturan akuntansi di Indonesia oleh ikatan akuntan Indonesia
(IAI) dibawah pengawasan departemen keuangan IAI membawahi institute
akuntan public Indonesia menyusun standar akuntansi keuangan (SAK)
dan standar professional akuntan public (SPAP). IAI dibentuk pada 23
desember 1957. Pada tahun 1972 IAI bekerjasama dengan badan Pembina
pasar uang dan modal membentuk panitia penghimpun bahan-bahan dan
struktur GAAP dan struktur GAAS. Pada tahun 1994, IAI mengadopsi
standar IASC yang dituangkan dalam PSAK yang berlaku 1 januari 1995.
IAI juga menjadi anggota International Federation Accountant (IFAC).
Sebagai anggota IFAC, IAI berkewajiban:
a. Mengajak pemerintah dan badan penyusun standar agar laporan
keuangan perusahaan yang diterbitkan mematuhi International
Accounting Financial Reporting (IFRS).
b. Mengajak badan pasar modal, industri dan masyarakat bisnis agar
menerbitkan laporan keuangan menurut IFRS dan mengungkapkan
fakta dari setiap kepatuhannya.
c. Membantu pengembangan pengakuan IFRS secara internasional.
d. Memonitor kepatuhan terhadap IFRS melalui penelaahan quality
insurance yang ditetapkan SMO (statement of membership).
Realisasi kewajiban IAI sebagai anggota IFAC mengenai
penerapan IFRS di Indonesia diharapkan terjadi pada tahun 2008.

Saat ini IAI memiliki 59 SAK diantaranya dirujuk dari IAS 28


standar, diciptakan sendiri 11 standar dan dari FASB 17 standar, 2
Accounting Priciples Board Opinion dan 1 buletin. Indonesia telah
mengadopsi IFRS secara penuh pada Januari 2012. Dengan mengadopsi
penuh IFRS, laporan keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK tidak
memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan
IFRS. Namun, perubahan tersebut tentu saja akan memberikan efek di
berbagai bidang, terutama dari segi pendidikan dan bisnis.

2) Komponen-Komponen Pelaporan
Laporan keuangan berikut ini:
a. Neraca.
b. Laporan laba rugi komprehensif.
c. Laporan perubahan ekuitas.
d. Laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa
laporan arus kas atau laporan arus dana.
e. Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan.

3) Pengukuran akuntansi
a. Konsep Matching.
b. Penggabungan usaha menggunakan motede penyatuan kepentingan
atau pooling of interest dan metode pembelian (purchase).
c. Goodwill yang timbul akibat akuisisi dikapitalisasi dan diamortisasi
dalam 5 tahun paling lama 20 tahun.
d. Jumlah nilai buku yang melampaui nilai wajarnya dibebankan ke laba
atau earning.
e. Joint venture menggunakan metode ekuitas.

B. Sistem Akuntansi Amerika Serikat


Akuntansi di Amerika Serikat diatur oleh Badan Sektor Swasta (Badan
Standar Akuntansi Keuangan/FASB), hingga tahun 2002 Institut Amerika untuk
Akuntan Publik Bersertifikat.

1) Regulasi dan Penegakan Aturan Akuntansi


Pada tahun 2002 melalui Norwalk Agrement, FASB (Financial
Accounting Standards Board) dan IASB sepakat mengonvergensikan
GAAP (Generally Accepted Accounting Principles) milik FASB dan IFRS
milik IASB serta ditandatanganinya UU Sarbane – Oxley Act (GCG,
pengungkapan, pelaporan dan profesi audit), dengan pembentukan
organisasi nirlaba untuk mengatur audit dan auditor perusahaan publik.
Metode akuntansi penggabungan usaha, goodwill yang timbul dari
akuisisi, pencatatan investasi dalam perusahaan asosiasi, penyusutan,
akuntansi kemungkinan kerugian, leases keuangan, pajak tangguhan dan
pencadangan untuk perataan penghasilan sudah sama dengan IFRS.
Prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum (GAAP)
terdiri dari seluruh standar, aturan, dan regulasi keuangan yang harus
diperhatikan ketika menyusun laporan keuangan, laporan keuangan
seharusnya menyajikan secara wajar posisi keuangan suatu perusahaan dan
hasil operasinya sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secar
umum.
2) Pelaporan Keuangan
Laporan tahunan yang semestinya dibuat sebuah perusahaan AS
yang besar meliputi :
a. Laporan manajemen
b. Laporan auditor independen
c. Laporan keuangan utama (laporan laba rugi,arus kas,laba
komprehensif, ekuitas pemegang saham)
d. Diskusi manajemen dan analisis atas hasil operasi dan kondisi
keuangan
e. Pengungkapan atas kebijakan akuntansi dengan pengaruh paling
penting terhadap laporan keuangan
f. Catatan atas laporan keuangan
g. Perbandingan data keuangan tertentu selama lima atau sepuluh tahun
h. Data kuartal terpilih

Laporan keuangan konsolidasi bersifat wajib dan laporan keuangan


AS yang diterbitkan biasanya tidak memuat hanya laporan induk
perusahaan saja. Aturan konsolidasi mengharuskan seluruh anak
perusahaan yang dikendalikan (yaitu, dengan kepemilikan yang melebihi
50 persen dari saham dengan hak suara) harus dikonsolidasikan secara
penuh, walaupun operasi anak perusahaan tersebut tidak homogen.
Laporan keuangan interim (kuartalan) diwajibkan untuk perusahaan yang
sahamnya tercatat pada bursa efek utama. Laporan ini biasanya hanya berisi
laporan keuangan ringkas yang tidak diaudit dan komentar manajemen
secara singkat.

3) Pengukuran Akuntansi
Aturan pengukuran akuntansi di Amerika Serikat mengasumsikan
bahwa suatu entitas usaha akan terus melangsungkan usahanya. Pengukuran
dengan dasar akrual sangat luas dan pengakuan transaksi dan peristiwa
sangat tergantung pada konsep penanding.
Struktur PABU di Indonesia memiliki 3 fondasi yang berbeda
dengan Amerika Serikat yang hanya memiliki 1 fondasi saja. 3 fondasi itu
ialah UUD’45, Konsep Dasar, Kerangka Acuan Pelaporan Finansial
Indonesia. Sama dengan GAAP/PABU yang berlaku di Amerika Serikat,
makin keatas dan kekanan maka tingkat otorisasinya semakin melemah.
Urutan tingkat otorisasi dari yang terkuat hingga terlemah sebagi berikut:
a. PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan)
b. ISAK (Interpretasi)
c. Buletin Teknis
d. Peraturan Pemerintah Untuk Industri, khususnya industry yang
memiliki transaksi khusus, contohnya: industi perkebunan.
e. Pedoman/Praktik Akuntansi Industri
f. Simpulan Riset Akuntansi
g. Praktik, konvensi, dan kebiasaan akuntansi/pelaporan yang sehat,
contohnya: kebiasaan, kesepakatan (konvensi) tentang letak D/K.
h. Buku teks ajar, artikel, dan pendapat ahli.
DAFTAR PUSTAKA

Hajar Nur Laila, dkk. 2018. Makalah Teori Akuntansi “GAAP/PABU”


https://www.scribd.com/document/395337836/Teori-Akuntansi-Gaap-pabu-Presentasi#
diunduh pada 10 April 2023

Anda mungkin juga menyukai