Analisis tersebut mengasumsikan bahwa dampak kedua variable tersebut adalah linear,
dalam arti dampaknya adalah konstan untuk setiap tingkat depresiasi nilai tukar dan
pertumbuhan uang beredar.
Tujuan Penelitian kami adalah mengetahui apakah ada hubungan antara
nilai tukar dan pertumbuhan uang beredar dengan inflasi.
Apakah akan terdapat nilai threshold yang di dapat, dan berapa besar
dampak inflasi dari perubahan nilai tukar yang didapat.
Inflasi di Indonesia, kebanyakan dipengaruhi secara signifikan oleh depresiasi nilai
tukar dan pertumbuhan uang beredar.
LANDASAN TEORI
Pengertian Nilai Tukar/ Kurs:
Menurut Triyono (2008), kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang
berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut.
5. Pertumbuhan ekonomi.
DEPRESIASI :
Suatu melemahnya nilai mata uang domestik terhadap nilai mata uang asing.
APRESIASI :
Menguatnya nilai mata uang domestik terhadap nilai mata uang asing.
CPI :
Indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi. Persentase mengitung laju
inflasi. Negara yang memiliki inflasi tinggi akan kesulitan dalam perdagangan luar negeri. Berdampak
pada kurs valas negara tersebut. ( Hamdy Hady,2006:122)
WPI :
Indikator ekonomi yang digunakan untuk memberikan informasi dan mengukur perubahan tingkat
harga rata-rata traded goods yang diperdagangkan pada pasar besar.
Sistem Kurs/ Nilai Tukar Mata Uang Menurut Triyono (2008):
1.
Kurs ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa adanya campur tangan pemerintah dalam
upaya stabilisasi melalui kebijakan moneter.
2.
mata uang negara tersebut bergerak mengikuti mata uang dari negara yang menjadi tambatannya.
3.
negara melakukan sedikit perubahan terhadap mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk
bergerak ke arah suatu nilai tertentu dalam rentang waktu tertentu.
4.
sistem ini menawarkan stabilisasi mata uang suatu negara karena pergerakan mata uangnya disebar
dalam sekeranjang mata uang.
5.
Negara menetapkan dan mengumumkan suatu kurs tertentu atas mata uangnya.
1.
Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap kurs
resmi Rp. 250/US$.
2.
pemerintah menetapkan kurs indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs bergerak di pasar
dengan spread tertentu. Pemerintah hanya melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas
atau bawah dari spread.
3.
pemerintah memutuskan untuk menghapus rentang intervensi (sistem nilai tukar mengambang
terkendali) dan mulai menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) pada
tanggal 14 Agustus 1997.
Persamaan pass-through: = + e + x +
dimana
t: inflasi domestik
misalnya, Hooper dan Mann (1989) dan Campa dan Goldberg (20050.
= k Y (2)
M: uang nominal
Y: pendapatan
K: faktor proporsi.
P = 1 M(3)
k Y
Melalui data data Negara dalam kurun waktu tahun 1979 sampai dengan 2000,
Choudhri dan Hakura (2006) memperlihatkan, Negara-negara yang memiliki inflasi
yang rendah cenderung memiliki pass-through nilai tukar yang rendah. Begitu
sebaliknya.
Calvo dan Reinhart (2000) meneliti hal yang sama untuk sejumlah negara maju dan
berkembang, termasuk Malaysia dan Indonesia. Dengan menggunakan data bulanan
dari Agustus 1997 sampai November 1999, mereka menemukan pass-through nilai
tukar di Indonesia adalah 0.062.
Studi empiris hubungan antara pertumbuhan uang dan inflasi pada 160 negara dilakukan
oleh De Grauwe dan Polan (2005).
Mereka menunjukkan bahwa selama kurun waktu 30 tahun, hubungan pertumbuhan uang
beredar dan inflasi masih berlaku. Namun demikian, setelah membagi sampel berdasarkan
tingkat inflasi, mereka menunjukkan bahwa negara-negara yang memiliki inflasi yang
rendah (di bawah 10%) hubungan kedua variabel tersebut melemah.
Menurut Galbraith (1996), Khan Senhadji (2001) dan Papageorgiu (2002) aplikasi
Threshold model sangat membantu mereka dalam meneliti hubungan antara uang,
perekonomian dan inflasi.
Negara maju memiliki nilai Threshold yang rendah, sebaliknya negara berkembang
memiliki nilai Threshold yang tinggi.
Aplikasi Threshold Model dapat digunakan sebagai tempat evaluasi defisit fiskal.
Metode Penelitian( Pengumpulan/Pengolahan data)
Menggunakan Threshold Model.
vektor lain.
Z fungsi indikator
I variabel threshold
Hansen (1997) dalam mengestimasikan nilai Threshold model, maka digunakan cara
mencari sym of squared errors yang minimal.
Nilai threshold dari variabelnya harus antara 10th dan 90th percentile.
Menggunakan hipotesa nol, yaitu antara diterima atau ditolak. Jika tidak ada hipotesa nol,
maka nilai-nilai yang didapat tidak bisa didapatkan dari tabel standar.
Hipotesa nol merupakan Hipotesa yang menyatakan tidak adanya hubungan antara
independen variabel dengan dependen variabel, (X dan Y).
Metode ini ditujukan untuk mencari pengaruh singkat dari depresiasi nilai tukar dan
pertumbuhan uang beredar terhadap inflasi.
Menggunakan model hybrid NKPC Phillips Curve.
Hansen ( 1997,2000)
menyarankan metode
bootstrap, sebagai berikut:
LR0 =n (S0-S1) ,
S1
Menggunakan Consumer Price Index, output gap, nilai tukar.
Tahun 1980-2008.
DATA Statistik deskriptif data (year-on-year)
DATA 1980-1997 1998 1999-2008
No. Data Frequency Periode Sumber
Mean Std Dev Mean Std Dev Mean Std Dev
CPI 9,01 3,37 57,59 23,28 10,52 9,52
1 Inflasi Bulanan 1980:1 to BPS inflation
CPI 2008:12
Exchange -6,63 10,67 -67,97 13,04 1,32 18,91
rate
2 Output Bulanan 1980:1 to Penulis Depreciatio
Gap 2008:12 n
M1 Growth 19,53 11,52 29,17 9,02 17,70 6,39
3 Nilai Bulanan 1980:1 to BI
Tukar 2008:12 Output 0,19 3,39 -11,76 1,97 -2,31 3,25
Gap-HPA
4 M1 Bulanan 1980:1 to BI Peak to -2,50 1,54 -13,13 2,03 -5,20 3,29
2008:12 Peak
Hasil dan Analisis
Tabel 3 di bawah ini menunjukkan hasil estimasi TSLS dari persamaan (2) tanpa adanya
threshold effect (dengan men-set 1 = 2). Dari table tersebut dapat kita lihat semua
parameter signifikan, kecuali konstanta.
Menunjukkan bahwa secara rata-rata dampak depresiasi nilai tukar terhadap inflasi lebih besar
dibandingkan dengan dampak pertumbuhan uang beredar.
Untuk mengestimasi threshold depresiasi nilai tukar, kami menggunakan persamaan (2). Nilai threshold
dicari mulai dari -30% s.d. 0%; dengan kenaikan 0,06% terdapat 500 kandidat nilai threshold. Dari 500
nilai threshold tersebut, ditemukan nilai SSR yang paling minimum, yaitu 408,25, pada nilai -8,4%. Hal ini
berarti threshold depresiasi nilai tukar adalah sebesar 8,4%.
Model Output Gap Measurement Output Gap Function ER Dep.Threshold
1 Peak-to-Peak Linear No
2 Peak-to-Peak Linear Yes
3 Adjusted HP Filter Non-Linear No
4 Adjusted HP Filter Non-Linear Yes
Sebagai robustness check, kami menggunakan berbagai model alternatif, yaitu model dengan
menggunakan peak-to-peak output gap dan model dengan mengadopsi hubugan
asymmetris antara inflasi dan output, yaitu L-shaped function6. Adapun alternative model
dapat dilihat pada Tabel 5.
Untuk mengestimasi nilai threshold dalam pertumbuhan uang beredar, kami menggunakan
persamaan (8) dengan output gap dihitung berdasarkan adjusted HP filter.
Pencarian nilai threshold dilakukan mulai dari 0% sampai dengan 40%, dengan kenaikan
sebesar 0,08. Hal ini berarti terdapat 500 kandidat nilai threshold. Kami menemukan bahwa
nilai threshold untuk pertumbuhan M1 adalah 9,84%7.
Tabel 7.
Phillips Curve dengan Threshold Pertumbuhan M1: Titik Pertama
Coef Std. Error t-Statistic Prob.
Constant -0.361 0.150 -2.405 0.017
Inflation(-1) 0.695 0.039 17.947 0.000
Inflation(1) 0.241 0.054 4.468 0.000
Output Gap(-9) 0.053 0.022 2.455 0.015
Exchange Rate Dep(-1) -0.047 0.009 -5.257 0.000
M1 Growth(-2) <= 9.84% 0.099 0.030 3.341 0.001
9.84% < M1 Growth(-2) 0.032 0.008 3.877 0.000
Dummy Crisis 1.229 0.516 2.384 0.018
Dummy Fuel 2.983 0.656 4.549 0.000
Dummy Fitri 0.583 0.207 2.821 0.005
Hasil ini berimplikasi bahwa ada perbedaan dampak dari pertumbuhan M1 terhadap inflasi pada saat di
atas atau di bawah nilai thresholdnya, yaitu 9,84%. Sebagai ilustrasi, apabila M1 tumbuh sebesar 5% di
bulan ini, maka terdapat tambahan inflasi sebesar 0,5% di dua bulan yang akan datang. Sedangkan
apabila M1 tumbuh 10% di bulan ini, maka akan ada tambahan inflasi rata-rata sebesar 0,98% pada 2
bulan mendatang
Kesimpulan
Makalah ini sangat terbantu dengan teknik dari Hansen (1997) dalam mengolah data, karena dapat
mendeteksi nilai-nilai Threshold.
Memberi pemahaman terhadap Threshold effect dari depresiasi nilai tukar dan pertumbuhan uang
beredar (M1) terhadap inflasi di Indonesia.
Nilai Threshold dari depresiasi nilai tukar 8,4%. Depresi atas dan bawah sama-sama 8,4%, maka
tidak ada perbedaan signikan, dengan demikian dampak nilai tukar pada inflasi adalah linear.
(0,05).
Terdapat dampak terbesar uang beredar tumbuh antara 0% s.d. 7,1% (0,15), dan dampak terendah
uang beredar tumbuh antara (0,03).
Semakin tinggi uang beredar yang tumbuh, maka dampaknya ke inflasi berkurang.
Studi ini, menyarankan Bank Indonesia untuk memperhatikan pertumbuhan uang beredar,
dalam hal ini M1.
Menurut Gailbraith (1996) uang mempunyai dampak besar pada output, jika pertumbuhan
uang beredar di bawah nilai thresholdnya dibandingkan dengan di atas threshold.
Studi menyarankan bank Indonesia untuk lebih memperhatikan pertumbuhan uang beredar/
nilai tukar.
THANKYOU