Anda di halaman 1dari 16

I SKENARIO

EUTHANASIA PILIHAN TERAKHIR

Seorang wanita menderita tumor otak yang dinyatakan tim dokter yang
merawatnya sebagai penyakit tidak ada harapan sembuh kembali. ia sudah beberapa
kali melakukan usaha bunuh diri atau tentamen suicide karena nyeri kepala luar biasa.
Anak laki lakinya adalah dokter bedah yang sangat sayang dan prihatin terhadap
kondisi ibunya. Ibunya berulangkalo merengek agar diberi suntikan yang mematikan
karena dia tidak tahan terhadap penyakitnya itu. Awalnya anaknya menolak
permintaan ibunya, tetapi melihat penderitaan ibunya yang terus menangis kesakitan
dan usaha bunuh diri terus menerus dengan membentur benturkan kepalanya,
akhirnya anaknya mengabulkan permintaan ibunya dengan memberikan suntikan
pengurang rasa sakit dengan dosis berlebihan agar ibunya tidak merasakan sakit
kepala yang hebat itu lagi. Setelah memberikan suntikan mematikan itu sang dokter
bedah melaporkan dirinya ke Polisi. Tetapi di pengadilan hakim menjatuhkan
hukuman yang tidak sesuai dengan pasal pembunuhan, karena sang dokter bedah
tersebut menyuntikan suntikan yang mematikan tersebut dengan rasa sayang yang
dalam kepada ibunya karena penderitaan berkepanjangan dan tidak ada harapan untuk
sembuh.

1
II KATA SULIT

1. Euthanasia
Tindakan mengakhiri dengan sengaja makhluk hidup yang sakit berat atas
dasar perikemanusiaan.
2. Tumor Otak
Pembengkakkan jaringan di otak karena ketidaknormalan kondisi.
3. Nyeri Kepala
Rasa tidak mengenakkan pada seluruh daerah kepala dan batas bawah dari
dagu sampai dengan daerah belakang kepala.
4. Tentramen Suicide
Kematian yang dibuat oleh sang pelaku secara sengaja.
5. Dosis
Kadar dari suatu obat (kimiawi, fisik, biologis) yang dapat mempengaruhi
suatu organisme secara biologis.

III ANALISIS DATA

A PERTANYAAN
1. Apa saja jenis jenis Euthanasia?
2. Apakah Euthanasia dilegalkan di Indonesia?
3. Apa Hukum Indonesia yang mengatur tentang Euthanasia?
4. Bagaimana pemberlakuan Euthanasia di berbagai Negara?
5. Apakah ada cara lain yang disarankan dokter kepada pasien, selain Euthanasia?
6. Bagaimana pandangan islam mengenai Euthanasia?
7. Apa objek yang digunakan untuk Euthanasia?
8. Apakah kaidah etik mendukung adanya Euthanasia?
9. Bagaimana reaksi dokter muslim terhadap Euthanasia?
10. Apa syarat syarat Euthanasia?
11. Apa definisi mati?

B JAWABAN
1. a. Jenis jenis Euthanasia berdasarkan cara pelaksanaan:
- Euthanasia aktif: Euthanasia aktif langsung dan Euthanasia aktif tidak
langsung.
- Euthanasia pasif
b. Jenis jenis Euthanasia berdasarkan perminataan:
- Euthanasia volunteer
- Euthanasia involunteer

2
2. Di Indonesia, Euthanasia dilarang sesuai dengan pasal 344 KUHP.
3. Kode Etik Kedokteran Indonesia pasal 7d, KUHP pasal 340, 359 dan 345.
4. Euthanasia dilegalkan di Negara Belanda.
5. Dokter sebaiknya menyarankan agar pasien lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan dan meberikan obat penghilang rasa sakit.
6. KODEKI Islami mengatakan bahwa Euthanasia sama halnya dengan bunuh
diri maka menurut Al Quran surah An nisa ayat 29 yang berbunyi:Wahai
orang orang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dengan jalan perdagangan yang
berlaku atas dasar sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.
7. Objek yang digunakan dalam prosedur Euthanasia adalah racun sianida dan
pelepasan alat penunjang hidup.
8. Kaidah etik yang mendukung Euthanasia adalah Beneficence, Non
Malaficence, Otonom dan Justice.
9. Euthanasia dilakukan oleh dokter muslim apabila kondisi pasiennya semakin
parah.
10. Syarat syarat Euthanasia adalah apabila sudah tidak ada obat, harapan
sembuh kecil, sakit yang berkepanjangan dan adanya persetujuan dari pasien
dan keluarga pasien.
11. Definisi mati dibeberapa Negara yakni:
a. Indonesia: mati adalah matinya batang otak.
b. Amerika: mati adalah ketika fungsi otak sudah tidak bekerja.
c. Jepang: mati adalah ketika fungsi jantung sudah tidak bekerja.

IV HIPOTESA

Seorang dokter professional harus mematuhi dan memahami kaidah


dasar bioetik. Salah satu masalah yang sering terjadi pada kasus yang
mencakup kaidah dasar bioetik adalah Euthanasia. Dokter harus memahami
jenis jenis Euthanasia yang meliputi Euthanasia aktif, Euthanasia pasif,
Euthanasia voluntir dan Euthanasia involuntir. Syarat syarat Euthanasia,
yakni apabila sudah tidak ada obat, minimnya harapan hidup, sakit yang
berkepanjangan dan adanya persetujuan dari pasien. Hal hal tersebut
didasari oleh hukum etik dan prospektif islam.

3
V SASARAN BELAJAR

LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Kaidah Dasar Bioetik dan Kode Etik Kedokteran
Indonesia (KODEKI)
LO. 1.1. Memahami dan Menjelaskan Kaidah Dasar Bioetik
LO. 1.2. Memahami dan Menjelaskan Etika Kedokteran
LO. 1.3 Memahami dan Menjelaskan Hubungan Etik dengan Hukum Kedokteran
LO. 1.4 Memahami dan Menjelaskan Hubungan KODEKI dalam prinsip bioetik

LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Euthanasia


LO. 2.1. Definisi Euthanasia
LO. 2.2. Jenis Euthanasia
LO. 2.3. Syarat Euthanasia
LO. 2.4. Metode Euthanasia

LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Euthanasia dalam Perspektif Hukum dan Kode
Etik Kedokteran
LO. 3.1. Hukum Negara
LO. 3.2. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)

LI. 4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam tentang Euthanasia


LO. 4.1. Ayat Al-Quran yang Berkaitan dengan Euthanasia
LO. 4.2. Hadist yang Berkaitan dengan Euthanasia

VI PEMBAHASAN SASARAN BELAJAR

LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Kaidah Dasar Bioetik dan Kode Etik
Kedokteran Indonesia

LO. 1.1. Memahami dan Menjelaskan Kaidah Dasar Bioetik


Prinsip-prinsip etika adalah aksiom yang mempermudah penalaran etik.
Prinsip - prinsip tersebut harus spesifik. Pada prakteknya, satu prinsip dapat
dipertimbangkan dengan prinsip lain. Pada beberapa kasus, satu prinsip dapat bersifat
lebih penting dari prinsip lainnya. Beauchamp dan Childress (1994) menguraikan
( Empat prinsip etika Eropa ) bahwa untuk mencapai ke suatu keputusan ETIK
diperlukan 4 Kaidah Dasar Moral / Kaidah Dasar Bioetik (Moral Principle) dan
beberapa rules atau kriteria dibawahnya. Keempat Kaidah Dasar Moral tersebut
adalah:

4
1. Prinsip Autonomy (self-determination)
prinsip yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien (the rights to
self determination) dan merupakan kekuatan yang dimiliki pasien untuk memutuskan
suatu prosedur medis. Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin
Informed consent.
2. Prinsip tidak merugikan Non-maleficence
prinsip menghindari terjadinya kerusakan atau prinsip moral yang melarang tindakan
yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai primum non
nocere atau above all do no harm .
3. Prinsip murah hati Beneficence
prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien atau
penyediaan keuntungan dan menyeimbangkan keuntungan tersebut dengan risiko dan
biaya. Dalam Beneficencetidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja,
melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar daripada sisi
buruknya (mudharat).
4. Prinsip keadilan Justice
prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap maupun
dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice) atau pendistribusian dari
keuntungan, biaya dan risiko secara adil.

LO. 1.2. Memahami dan Menjelaskan Etika Kedokteran


A. Etika Klinik
Pembuatan keputusan etik, terutama dalam situasi klinik, dapat juga dilakukan
dengan pendekatan yang berbeda dengan pendekatan kaidah dasar moral diatas.
Jonsen, Siegler dan Winslade (2002) mengembangkan teori etik yang menggunakan 4
topik yang esensial dalam pelayanan klinik , yaitu :
1. Medical Indication
Pada topik Medical Indication dimasukkan semua prosedur diagnostik dan terapi
yang sesuai untuk mengevaluasi keadaan pasien dan mengobatinya. Penilaian aspek
indikasi medis ini ditinjau dari dari sisi etiknya, dan terutama manggunakan kaidah
dasar bioetik Beneficence dan Nonmaleficence. Pertanyaan etika pada topik ini adalah
serupa dengan seluruh informasi yang selayaknya disampaikan kepada pasien pada
doktrin Informed consent.

5
2. Patient Preferrences
Pada topik Patient Preferrences kita memperhatikan nilai (value) dan penilaian
tentang manfaat dan beban yang akan diterimanya, yang berarti cerminan kaidah
Autonomy. Pertanyaan etiknya meliputi pertanyaan tentang kompetensi pasien, sifat
volunteer sikap dan keputusannya, pemahaman atas informasi, siapa pembuat
keputusan bila pasien tidak kompeten, nilai dan keyakinan yang dianut pasien, dan
lain-lain.
3. Quality of Life
Topik Quality of Life merupakan aktualisasi salah satu tujuan kedokteran, yaitu
memperbaiki, menjaga atau meningkatkan kualitas hidup insani. Apa, siapa, dan
bagaimana melakukan penilaian kualitas hidup merupakan pertanyaan etik sekitar
prognosis, yang berkaitan dengan kaidah dasar bioetik yaitu Beneficence,
Nonmaleficence dan Autonomy.
4. Contextual Features
Prinsip dalam Contextual Features adalah Loyalty and Fairness. Di sini dibahas
pertanyaan etik seputar aspek non medis yang mempengaruhi keputusan, seperti
faktor keluarga, ekonomi, agama, budaya, kerahasiaan, alokasi sumber daya dan
faktor hukum.
B. Aliran-aliran Besar Etika
1. Etika Deontologi
a. Mengajarkan bahwa baik - buruknya suatu perbuatan harus dilihat dari
perbuatannya itu sendiri (Immanuel Kant).
b. Deontologi lebih mendasarkan kepada ajaran agama, tradisi dan budaya - budaya.
2. Etika Teleologi
a. Teleologi mengajarkan untuk menilai baik-buruk tindakan dengan melihat hasilnya
atau akibatnya (D Hume, J Bentham, JS Mills)
b. Lebih ke arah penalaran (reasoning) dan pembenaran (justifikasi) kepada azas
manfaat (aliran utilitarian).

LO. 1.4. Memahami dan Menjelaskan Hubungan KODEKI dalam Bioetik


Pasal 5

6
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun
fisiknya hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh
persetujuan pasien.

Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan
satiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum di uji kebenarannya dan
hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7
Seorang dokter hanya member surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya.

Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis
yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya disertai rasa kasi
sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hahak sejawatnya, dan hak tenaga
kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.

Pasal 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatn, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk
pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasihatnya dalam beribadat dan atau dalam
masalah lainnya.

Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentangseorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia ada orang lain besedia dan mampu memberikannya.
LO. 1.3. Memahami dan Menjelaskan Hubungan antara Etika dengan Hukum
Kedokteran
A. Persamaan Etika dan Hukum

7
1. Sama- sama merupakan alat untuk mengatur tertibnya hidup bermasyarakat.
2. Sebagai objeknya adalah tingkah laku manusia.
3. Mengandung hak dan kewajiban anggota masyarakat agar tidak saling merugikan.
4. Menggugah kesadaran untuk bersikap manusiawi.
5. Sumbernya adalah hasil pemikiran para pakar dan pengalaman para anggota
senior.

B. Perbedaan Etika dan Hukum

Etika Kedokteran Hukum Kedokteran


Etika kedokteran adalah pengetahuan Hukum adalah peraturan perundang
tentang perilaku professional para undangan yang dibuat oleh kekuasaan.
dokter dan dokter gigi dalam Hukum Kesehatan adalah peraturan
menjalankan pekerjaannya sebagaimana perundang undangan yang
tercantum dalam lafal sumpah dan kode menyangkut pelayanan kesehatan.
etik masing masing yang telah disusun
oleh organisasi profesinya bersama
sama pemerintah.
Berlaku untuk lingkungan profesi Berlaku untuk umum
Disusun berdasarkan kesepakatan Disusun oleh badan pemerintah
anggota profesi
Tidak seluruhnya tertulis Tercantum secara rinci dalam kitab
undang undang dan lembaran atau
berita Negara
Sanksi berupa tuntunan Sanksi berupa tuntutan
Pelanggaran etik diselesaikan oleh Pelanggaran hukum diselesaikan oleh
Majelis Kehormatan Disiplin pengadilan
Kedokteran Indonesia (MKDI) yang
dibentuk oleh Konsil Kedokteran
Indonesia dan atau Majelis Kehormatan
Etika Kedokteran (MKEK) yang
dibentuk oleh Ikatan Dokter Indonesia
(IDI)
Penyelesaian pelanggaran etik tidak Penyelesaian pelanggaran hukum
selalu disertai bukti fisik memerlukan bukti fisik

LI. 2. Memahami dan Menjelaskan tentang Euthanasia

LO. 2.1. Definisi Euthanasia


1. Euthanasia menurut Dorland

8
Menurut Kamus Kedokteran Dorland euthanasia mengandung dua pengertian.
Pertama suatu kematian yang mudah atau tanpa rasa sakit. Kedua, pembunuhan
dengan kemurahan hati, pengakhiran kehidupan seseorang yang menderita penyakit
yang tak dapat disembuhkan dan sangat menyakitkan secara hati hati dan disengaja.

2. Euthanasia menurut Oxford English Dictionary


Euthanasia adalah sebuah kematian yang lembut dan nyaman; dilakukan terutama
dalam kasus penyakit yang penuh dengan penderitaan dan tak tersembuhkan.

3. Euthanasia menurut KBBI


Euthanasia merupakan tindakan mengakhiri dengan sengaja kehidupan makhluk
(orang ataupun hewan piaraan) yang sakit berat atau luka parah dengan kematian
yang tenang dan mudah atas dasar perikemanusiaan.

4. Euthanasia menurut Euthanasia Study Group dari KNMG (Ikatan Dokter Belanda)
Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang
hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup
atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien
sendiri.

5. Euthanasia menurut Kode Etik Kedokteran Indonesia dalam 3 arti yakni:


1. Berpindahnya ke alam baka dengan tenang & aman tanpa penderitaan,
buat yang beriman dengan nama Tuhan di bibir.
2. Waktu hidup akan berakhir, diringankan penderitaan si sakit dengan
memberi obat penenang.
3. Mengakhiri penderitaan & hidup seorang sakit dengan sengaja atas
permintaan pasien sendiri & keluarganya.

LO. 2.2. Jenis Euthanasia

A. Berdasarkan cara pelaksanaan, euthanasia dapat dibedakan atas:


1. Euthanasia Pasif
Perbuatan menghentikan atau me ncabut segala tindakan atau pengobatan
yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia.
2. Euthanasia Aktif
Perbuatan yang dilakukan secara medik melalui intervensi aktif oleh seorang
dokter dengan tujuan untuk mengakhiri hidup manusia. Euthanasia aktif dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) yakni:
- Euthanasia aktif langsung (mercy killing) adalah dilakukannya tindakan medik
secara terarah yang diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien, atau
memperpendek hidup pasien.
- Euthanasia aktif tidak langsung adalah dimana dokter atau tenaga kesehatan
melakukan tindakan medik untuk meringankan penderitaan pasien, namun

9
mengetahui adanya resiko tersebut dapat memperpendek atau mengakhiri
hidup pasien.

B. Berdasarkan permintaan, euthanasia dibedakan menajdi:


1. Euthanasia voluntir atau euthanasia sukarela (atas permintaan pasien) adalah
euthanasia yang dilakukan atas permintaan pasien secara sadar dan diminta
berulang ulang.
2. Euthanasia involuntir (tidak atas permintaan pasien) adalah authanasia yang
dilakukan pada pasien yang (sudah) tidak sadar, dan biasanya keluarga pasien yang
meminta.

Kedua jenis euthanasia di atas dapat digabung, misalnya euthanasia pasif voluntir,
euthanasia aktif invulontir, dan euthanasia aktif langsung involuntir.
C. Ada yang melihat pelaksanaan euthanasia dari sudut lain dan membaginya atas
empat kategori, yaitu:

1. Tidak ada bantuan dalam proses kematian tanpa maksud memperpendek hidup
pasien.
2. Ada bantuan dalam proses kematian tanpa maksud memperpendek hidup pasien.
3. Tidak ada bantuan dalam proses kematian dengan tujuan memperpendek hidup
pasien.
4. Ada bantuan dalam proses kematian dengan tujuan memperpendek hidup pasien.

LO. 2.3. Syarat Syarat dalam melakukan Euthanasia


Menurut pengadilan Rotterdam tahun 1981 ditafsirkan oleh Royal Dutch
Association (KMNG) persyaratan dapat dilakukan euthanasia adalah:
a.Pasien mengalami rasa sakit yang tidak ter tahankan.
b. Pasien harus dlam keadaan sadar.
c.Permintaan untuk dilakukan euthanasia harus dilakukan secara sadar.
d. Dokter harus memberikan alternatif selain melakukan euthanasia dan
memberikan waktu kepada pasien untuk mempertimbangkannya.
e.Tidak ada solusi lain untuk menyembuhkan penyakitnya.
f. Kematian pasien tidak menimbulkan penderitaan kepada orang lain.
g. Harus ada lebih dari satu orang untuk memutuskan tindakan euthanasia.
h. Hanya dokter yang dapat melakukan euthanasia.

LO. 2.4. Metode dalam melakukan Euthanasia

Metode euthanasia ada beberapa macam, yaitu:

1. Penahanan atau Penghentian Perawatan.


2. Penyapihan Pemberian Napas Buatan.
3. DNR (Do Not Resuscitate)

10
4. Pemberian Makanan dan Minuman Buatan.
5. Sedasi total.

LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Euthanasia dalam Perspektif Hukum


Negara dan Kode Etik Kedokteran

LO. 3.1 Euthanasia dalam KODEKI


Pasal 7d : setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi
makhluk insani.
LO. 3.1 Euthanasia dalam Hukum Negara
1. Pasal 340 KUHP
Barang siapa yang dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu
menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan (moord),
dengan hukuman mati atau pejara selama lamanya seumur hidup atau penjara
sementara selama-lamanya dua puluh tahun.

2. Pasal 359 KUHP


Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang, dihukum penjara
selamalamanya lima tahun atau kurungan selamalamanya satu tahun.

3. Pasal 345 KUHP


Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk membunuh diri,
menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberikan daya upaya itu jadi bunuh diri,
dihukum penjara selama-lamanya empat tahun penjara.

4. Pasal 338 KUHP


Barang siapa membunuh orang lain, diancam karena pembunuhan dengan
pidana penjara paling lama selama lima belas tahun.

5. Pasal 344 KUHP


Barang siapa menghilangkan nyawa orang atas permintaan sungguh
sungguh orang itu maka, dipidana dengan pidana dipenjara selama lamanya dua
belas tahun.

6. Pasal 55 KUHP
(1). Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:
1. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta
melakukan perbuatan.
2. mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau

11
penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja
menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.
(2). Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang
diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.

7. UUD 1945 Pasal 28A UUD 1945


yang menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya

LI. 4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam tentang Euthanasia

LO. 4.1. Ayat Al-Quran yang Berkaitan dengan Euthanasia

1. QS. Al-Isra' Ayat 33

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),


melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara
zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya,
tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia
adalah orang yang mendapat pertolongan.

2. QS. An-Nisaa Ayat 92

Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain),
kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang
mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang
beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu),
kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum
(kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si
pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta
memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak
memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-

12
turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana.

3. QS. An-Nisaa Ayat 93

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka


balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya,
dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.

4. QS. An-Nisaa Ayat 94

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah,
maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan
"salam" kepadamu: "Kamu bukan seorang mukmin" (lalu kamu membunuhnya),
dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada
harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah
menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

5. QS. Al-Anam Ayat 151

Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu
yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah
terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu
karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka,

13
dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di
antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar".
Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).

6. QS. Al-Isra' Ayat 31

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.


Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.

7. QS. An-Nisaa Ayat 97

Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan


menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan
bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang
tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu
luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya
neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali,

8. QS. An-Nisaa Ayat 29

14
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

9. QS. Al-Baqarah Ayat 195

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu


menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

LO. 4.2. Hadist yang Berkaitan dengan Euthanasia

1. Yang termasuk dosa besar itu adalah; menyekutukan Allah, membunuh orang,
dan sumpah yang membenamkan (sumpah palsu). (HR. Al-Bukhari 6870)

2. Barangsiapa membantu pembunuhan atas seorang muslim walau dengan


sepenggal kata niscaya akan bertemu dengan Allah sedangkan di antara kedua
matanya tertulis orang yang putus asa dari rahmat Allah taala. (HR. Ibnu
Majah 2620)

3. Setiap dosa itu bisa saja Allah mengampuninya kecuali seseorang yang mati
dalam keadaan kafir atau seseorang yang telah membunuh seorang mukmin
dengan sengaja. (HR. Abu Dawud 4270)

15
VII DAFTAR PUSTAKA

Amir A dan Hanafiah J. 1999. Etika Kedokteran & Hukum Kedokteran Edisi 3.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Armawati, Hafizah I, Rizal S. 2011. Modul Dilema Etik. Diakses dari


www.fk.uho.ac.id. Pada 8 Oktober 2016.

Background about Euthanasia in The Netherlands. Diakses dari


http://www.patientsrightscouncil.org. Pada 8 Oktober 2016.

Blaine Palmer. 2012. The Good To Go Resource Guide. Compassion & Choices
Magazine. Vol. 8, No. 2.

Buku Dosa Dosa Besar oleh Imam Adz-Dzahabi. Diakses dari


www.books.google.co.id. Pada 7 Oktober 2016.

Hadhiri C. 2005. Klasifikasi Kandungan Al-Quran. Jakarta: Gema Insani Press.

Hadi S. Euthanasia dalam Prespektif Hukum Pidana dan Etika Kedokteran. Diakses
dari www.journal.ubb.ac.id. Pada 8 Oktober 2016.

Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran
Indonesia. Diakses dari www.luk.staff.gm.ac.id.

16

Anda mungkin juga menyukai