Anda di halaman 1dari 6

MAQASHID SYARIAH DALAM EKONOMI ISLAM

Mahmudah
220102040198
Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin

ABSTRAK

Artikel ini menjelaskan secara rinci hubungan antara Ekonomi Islam dan maqashid syariah.
Ekonomi Islam menggunakan Maqashid Syari'ah sebagai pedoman, agar sistem dan ilmu yang
sedang dikembangkan dapat memberikan manfaat dan solusi terhadap berbagai masalah
ekonomi saat ini yang semakin parah. Maqashid Syari'ah juga harus mempengaruhi perilaku
ekonomi individu muslim, baik sebagai konsumen maupun produsen. Semua aktivitas ekonomi
harus bertujuan untuk mencapai kesejahteraan. 'Krisis moneter melanda di mana-mana, tak
terkecuali di negeri kita tercinta ini.

Kata Kunci : Ekonomi Islam, Hukum Islam, Maqashid Syariah

PENDAHULUAN

Sistem ekonomi Islam, sebaliknya, menawarkan suatu paradigma ekonomi yang berbeda
dari sistem ekonomi kapitalis. Sistem ekonomi Islam didasarkan pada nilai-nilai tauhid,
khalifah, adil, dan maslahah. Sistem ekonomi Islam juga mengatur hubungan antara manusia
dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Sistem ekonomi Islam
tidak hanya mengejar keuntungan materi, tetapi juga keuntungan spiritual dan sosial. Sistem
ekonomi Islam juga menghindari praktik-praktik yang merugikan pihak lain, seperti riba,
gharar, maysir, monopoli, dan korupsi.

Sistem ekonomi Islam adalah suatu pilihan alternatif yang layak dipertimbangkan dalam
menghadapi krisis ekonomi global. Sistem ekonomi Islam memiliki potensi untuk memberikan
solusi-solusi yang holistik dan komprehensif bagi berbagai permasalahan ekonomi yang
dihadapi oleh umat manusia. Sistem ekonomi Islam juga memiliki visi untuk menciptakan
suatu masyarakat yang sejahtera secara lahir dan batin.
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Ekonomi Islam

Islam mempunyai konsep sistem kehidupan yang universal, integral, dan komprehensif,
yang telah menetapkan tatanan yang utuh untuk mengatur kehidupan manusia. Sebagaiway of
life,Islam menata segala aspek kehidupan, mulai dari hal yang sederhana hingga urusan yang
paling rumit sekalipun. Baik dalam aspek sosial, ekonomi, politik, pendidikan, bahkan hingga
seni dan budaya. Apabila konsep al-Qur’an dan as-Sunnah dijadikan pijakan perekonomian
suatu negara, tentunya perekonomian tersebut akan berjalan lebih baik dan terarah sesuai
dengan tujuannya. Namun kenyataanya memang belum semua negara muslim di dunia
menerapkan dasar tersebut. Selanjutnya, di dalam artikel ini dijelaskan tentang bagaimana
Ekonomi Islam yang biasa juga disebut sebagai ekonomi syariah berkontribusi dalam
pembangunan ekonomi nasional, khususnya Indonesia sebagai negara dengan basis muslim
terbesar se-Asia (Tira Nur Fitria, Kontribusi Ekonomi Islam Dalam Pembangunan Ekonomi
Nasional, JIEI Vol 2, No. 03 (2016).

B. Prinsip dan Konsep Ekonomi Islam

Prinsip dan konsep ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi yang berdasarkan pada
ajaran Islam dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Ekonomi Islam memiliki beberapa
karakteristik yang membedakannya dari sistem ekonomi lain, antara lain:

a. Ekonomi Islam mengakui adanya hak milik pribadi, tetapi juga menekankan tanggung
jawab sosial dan kesejahteraan umum.
b. Ekonomi Islam melarang praktik-praktik yang merugikan individu atau masyarakat,
seperti riba (bunga), gharar (ketidakpastian), maysir (spekulasi), ihtikar (penimbunan),
dan monopoli.
c. Ekonomi Islam mendorong aktivitas ekonomi yang produktif, kreatif, dan bermanfaat
bagi masyarakat, seperti perdagangan, pertanian, industri, dan jasa.
d. Ekonomi Islam menghormati keseimbangan antara kebutuhan material dan spiritual
manusia, serta antara dunia dan akhirat.
e. Ekonomi Islam menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan etika, seperti keadilan,
kejujuran, kerjasama, solidaritas, dan amanah.
Ekonomi Islam bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat yang sejahtera, adil, dan
harmonis, sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Ekonomi Islam juga berupaya untuk
mengatasi berbagai masalah ekonomi yang dihadapi oleh umat manusia, seperti kemiskinan,
ketimpangan, pengangguran, inflasi, dan korupsi.

C. Maqashid Syariah

Secara bahasa, maqashid syari‘ah terdiri dari dua kata yakni, maqashid dan syari’ah.
Maqashid adalah bentuk jamak dari maqshid yang berarti kesengajaan atau tujuan, syari‘ah
berarti jalan menuju sumber air. Jalan menuju sumber air ini dapat pula dikatakan sebagai jalan
kearah sumber pokok kehidupan.

Dalam konteks Islam, maqashid syari‘ah adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh
syari‘ah dalam mengatur kehidupan manusia. Syari‘ah adalah hukum-hukum yang diturunkan
oleh Allah SWT melalui wahyu kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman bagi umat
Islam. Syari‘ah mencakup berbagai aspek kehidupan seperti ibadah, akhlak, muamalah, politik,
sosial, dan lain-lain. Syari‘ah bertujuan untuk menjaga lima hal pokok yang disebut dengan
maqashid al-khamsah, yaitu agama (din), jiwa (nafs), akal (‘aql), keturunan (nasl), dan harta
(mal).

D. Unsur yang Membentuk Maqashid Syari’ah

Maqashid Asy Syari’ah adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh syariat Islam dalam
melindungi kepentingan manusia. Unsur-unsur yang membentuk maqashid asy syari’ah
adalah:

a. Al-Qur’an dan Al-Sunnah: Sumber utama dan pokok dari syariat Islam yang
mengandung petunjuk dan hukum-hukum Allah SWT.
b. Ijma’ dan Qiyas: Metode penafsiran dan penjelasan hukum-hukum syariat yang
berdasarkan pada kesepakatan ulama dan analogi dengan sumber-sumber asli.
c. Maslahah dan Mafsadah: Prinsip kemaslahatan dan pencegahan kemudaratan yang
menjadi pertimbangan dalam menetapkan hukum-hukum syariat sesuai dengan
keadaan dan zaman.
d. Daruriyyat, Hajiyyat, dan Tahsiniyyat: Tingkatan-tingkatan kepentingan manusia yang
harus dipenuhi oleh syariat Islam, yaitu kepentingan pokok (daruriyyat), kepentingan
tambahan (hajiyyat), dan kepentingan penyempurna (tahsiniyyat).

E. Hubungan Ekonomi Islam dengan Maqashid Syariah

Ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah,
yaitu hukum Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah. Ekonomi Islam bertujuan untuk
mewujudkan kesejahteraan umat manusia secara holistik, baik secara material maupun
spiritual. Salah satu cara untuk mengukur kesejahteraan tersebut adalah dengan menggunakan
konsep maqashid syariah, yaitu tujuan-tujuan syariah yang mencakup lima aspek, yaitu: (1)
menjaga agama (din), (2) menjaga jiwa (nafs), (3) menjaga akal (aql), (4) menjaga keturunan
(nasl), dan (5) menjaga harta (mal).

Hubungan antara ekonomi Islam dan maqashid syariah adalah saling mendukung dan
melengkapi. Ekonomi Islam berusaha untuk menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam
kegiatan ekonomi, seperti keadilan, keseimbangan, transparansi, akuntabilitas, dan tanggung
jawab sosial. Dengan demikian, ekonomi Islam dapat membantu mencapai maqashid syariah,
yaitu menjaga dan meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspeknya. Sebaliknya,
maqashid syariah juga dapat menjadi pedoman dan ukuran bagi ekonomi Islam dalam
menentukan kebijakan dan strategi ekonomi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

F. Beberapa Implikasi Maqashid terhadap Teori Perilaku Ekonomi

Beberapa implikasi maqashid terhadap teori perilaku ekonomi adalah sebagai berikut:

a. Maqashid syariah memberikan batasan-batasan etis dan moral dalam perilaku ekonomi,
seperti larangan riba, gharar, maysir, ihtikar, dan monopoli, serta kewajiban zakat,
infaq, shadaqah, dan waqaf. Hal ini bertujuan untuk mencegah ketidakadilan,
eksploitasi, dan kerusakan sosial-ekologis yang dapat merusak kemaslahatan manusia.
b. Maqashid syariah menekankan pentingnya keseimbangan antara kepentingan individu
dan kolektif dalam perilaku ekonomi. Hal ini berarti bahwa manusia tidak hanya
berorientasi pada keuntungan pribadi, tetapi juga memperhatikan kepentingan umum
dan kesejahteraan sosial. Selain itu, maqashid syariah juga mengajarkan untuk
menghormati hak-hak Allah, hak-hak sesama manusia, dan hak-hak makhluk lain
dalam berinteraksi secara ekonomi.
c. Maqashid syariah mengubah konsep wants (keinginan) dan needs (kebutuhan) dalam
perilaku ekonomi. Menurut maqashid syariah, wants adalah sesuatu yang diinginkan
oleh manusia tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap dirinya sendiri atau orang
lain, sedangkan needs adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia untuk menjaga
kelangsungan hidupnya secara fisik, mental, dan spiritual
d. Maqashid syariah menggantikan konsep utility (kegunaan) dengan konsep maslahah
(kemaslahatan) dalam perilaku ekonomi. Utility adalah ukuran kepuasan yang
diperoleh oleh manusia dari mengonsumsi barang atau jasa tertentu, sedangkan
maslahah adalah ukuran manfaat yang diperoleh oleh manusia dari mengonsumsi
barang atau jasa tertentu dalam konteks kehidupan dunia dan akhirat

KESIMPULAN

Maqashid syariah adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh syariah dalam
memberikan kemaslahatan bagi manusia di dunia dan akhirat. Dalam ekonomi Islam, maqashid
syariah menjadi acuan dalam mengatur aktivitas dan sistem ekonomi yang sejalan dengan
ajaran Islam. Tujuan utama dari ekonomi Islam adalah untuk merealisasikan kesejahteraan
(falah) bagi seluruh manusia melalui pengelolaan sumber daya yang langka dengan cara yang
adil dan beretika. Maqashid syariah juga menjadi landasan dalam melakukan ijtihad ekonomi
syariah untuk menghasilkan produk-produk hukum ekonomi Islam yang sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan zaman.
DAFTAR PUSTAKA

Ghulam, Z. (2016). Implementasi Maqashid Syariah Dalam Koperasi Syariah. Iqtishoduna:


Jurnal Ekonomi Islam, 5(1), 90-112.

Ghulam, Z. (2016). Implementasi Maqashid Syariah di Koperasi Syariah. Iqtishoduna: Jurnal


Ekonomi Islam, 5(1), 90-112.

Jauhar, A. A. M. H. (2023). Maqashid syariah. Amzah.

Muzlifah, E. (2013). Maqashid syariah sebagai paradigma dasar ekonomi Islam. Economic:
Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, 3(2), 73-94.

Nafiah, R., & Faih, A. (2019). Analisis Transaksi Financial Technology (Fintech) Syariah
dalam Perspektif Maqashid Syariah. Iqtishadia Jurnal Ekonomi & Perbankan
Syariah, 6(2), 167-175.

Anda mungkin juga menyukai