Anda di halaman 1dari 17

JAWABAN UTS EKONOMI ISLAM 2023

1. Jelaskan !
a. Pengertian tentang ekonomi Islam. c. Sumber-sumber ekonomi Islam.
b. Prinsip-Prinsip ekonomi Islam. d. Contoh praktek ekonomi Islam saat ini.
Jawab:

a. Ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada prinsip-prinsip
Syariah Islam, yang mencakup larangan terhadap riba (bunga), gharar (ketidakpastian),
maysir dan maisir (perjudian dan spekulasi), serta menganjurkan keadilan sosial dan
tanggung jawab sosial. Ekonomi Islam bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan
masyarakat dengan cara yang adil, berkelanjutan, dan berlandaskan nilai-nilai Islam,
serta menghindari praktik ekonomi yang merugikan dan tidak etis.
b. Prinsip-prinsip ekonomi Islam mencakup panduan dan pedoman yang mengatur aspek
ekonomi berdasarkan ajaran agama Islam. Berikut adalah penjelasan singkat tentang
beberapa prinsip utama dalam ekonomi Islam:
1. Larangan Riba: Riba adalah bunga atau keuntungan tambahan yang dikenakan atas
pinjaman uang. Dalam ekonomi Islam, riba dilarang karena dianggap sebagai
eksploitasi dan tidak adil. Transaksi keuangan harus didasarkan pada prinsip keadilan
dan saling menguntungkan.
2. Larangan Gharar: Gharar mengacu pada ketidakpastian, ketidakjelasan, atau
spekulasi berlebihan dalam transaksi. Prinsip gharar melarang transaksi yang
mengandung unsur ketidakpastian yang berlebihan. Transaksi harus jelas, terbuka, dan
menghindari praktik yang merugikan salah satu pihak.
3. Larangan Maysir dan Maisir: Maysir dan maisir merujuk pada praktik perjudian dan
spekulasi yang dianggap merugikan dan tidak adil. Dalam ekonomi Islam, transaksi
yang berdasarkan keberuntungan atau kesempatan yang acak dihindari. Prinsip kehati-
hatian, kerja keras, dan tanggung jawab dipromosikan dalam berusaha dan berinvestasi.
4. Keadilan Sosial: Prinsip keadilan sosial merupakan landasan penting dalam ekonomi
Islam. Ini mencakup distribusi kekayaan yang adil dan pengurangan kesenjangan sosial.
Konsep zakat (sumbangan amal) dan sedekah dipromosikan untuk membantu mereka
yang membutuhkan dan mencapai keseimbangan sosial.
5. Tanggung Jawab Sosial: Prinsip tanggung jawab sosial mendorong pelaku ekonomi
untuk bertindak secara etis, memperhatikan kepentingan umum, dan berkontribusi pada
kesejahteraan masyarakat. Praktik ekonomi harus mempertimbangkan dampaknya
terhadap lingkungan dan masyarakat secara keseluruhan.
Prinsip-prinsip ini bertujuan untuk menciptakan ekonomi yang adil, berkelanjutan, dan
berlandaskan nilai-nilai Islam, di mana kepentingan individu dan kepentingan kolektif
saling berpadu untuk mencapai kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
c. Sumber-sumber ekonomi Islam merujuk pada sumber daya dan prinsip-prinsip yang
digunakan dalam sistem ekonomi yang berdasarkan ajaran agama Islam. Berikut ini
adalah beberapa sumber ekonomi Islam yang relevan:
1. Al-Qur'an: Al-Qur'an adalah sumber utama dan otoritatif dalam ekonomi Islam. Ayat-
ayat Al-Qur'an memberikan pedoman dan prinsip-prinsip yang mengatur kegiatan
ekonomi, termasuk larangan riba, gharar, maysir, dan maisir, serta penekanan pada
keadilan sosial dan tanggung jawab social.
2. Hadis: Hadis adalah koleksi perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi Muhammad
SAW. Hadis memberikan contoh dan panduan praktis mengenai bagaimana
menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam kehidupan sehari-hari.
3. Ijtihad: Ijtihad adalah proses penafsiran hukum Islam yang dilakukan oleh para
cendekiawan agama (ulama) untuk menghadapi situasi dan masalah baru dalam konteks
ekonomi. Melalui ijtihad, prinsip-prinsip ekonomi Islam dapat diterapkan dengan
relevan dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.
4. Fatwa: Fatwa adalah panduan hukum yang diberikan oleh para ulama dalam hal-hal
yang berkaitan dengan ekonomi dan keuangan. Fatwa memberikan penjelasan lebih
rinci tentang penerapan prinsip-prinsip Syariah dalam konteks ekonomi dan
memberikan arahan praktis kepada umat Islam.
5. Konsensus Ulama: Konsensus ulama adalah kesepakatan para cendekiawan agama
yang diakui dalam hal-hal ekonomi tertentu. Ketika para ulama sepakat tentang suatu
masalah ekonomi, hal tersebut menjadi sumber otoritatif dalam ekonomi Islam.
6. Institusi Keuangan Islam: Institusi keuangan Islam seperti bank syariah, perusahaan
asuransi syariah, dan lembaga keuangan syariah lainnya menjadi sumber ekonomi
Islam dalam praktiknya. Institusi ini beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip Syariah,
seperti larangan riba dan praktik keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Sumber-sumber ekonomi Islam tersebut menjadi pedoman dan acuan bagi umat
Muslim dalam mengatur kegiatan ekonomi mereka, baik sebagai individu maupun
dalam skala institusional.
d. Berikut adalah beberapa contoh praktek ekonomi Islam yang dapat ditemukan saat ini:
1.Bank Syariah: Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan
prinsip-prinsip Syariah. Mereka menawarkan produk dan layanan keuangan yang
menghindari riba, seperti pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudarabah,
musyarakah), jual beli dengan margin (murabahah), dan sewa dengan opsi kepemilikan
(ijarah wa iqtina). Bank Syariah juga menerapkan prinsip tanggung jawab sosial dengan
mengalokasikan sebagian pendapatan mereka untuk zakat dan infaq.
2.Asuransi Syariah: Perusahaan asuransi syariah menyediakan layanan perlindungan
keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah. Mereka menghindari praktik riba
dan spekulasi, serta mengadopsi mekanisme berbagi risiko (tabarru') antara peserta
asuransi. Dalam asuransi syariah, kontrak antara perusahaan dan peserta didasarkan
pada prinsip musyarakah atau mudarabah.

2. Jelaskan perbedaan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi kapitalis dan
ekonomi sosialis.
Jawab: Secara sederhana, berikut adalah perbedaan antara sistem ekonomi Islam,
sistem ekonomi kapitalis, dan sistem ekonomi sosialis:
1. Pemilikan dan Kontrol:
- Ekonomi Islam: Mengakui hak milik pribadi, tetapi mengatur batasan dan kewajiban
dalam kepemilikan untuk mencegah penyalahgunaan. Fokus pada kepemilikan yang
bertanggung jawab dan penggunaan sumber daya yang adil dan produktif.
- Ekonomi Kapitalis: Berdasarkan hak milik pribadi yang luas. Individu dan
perusahaan memiliki dan mengendalikan sumber daya ekonomi untuk mencapai
keuntungan pribadi.
- Ekonomi Sosialis: Mengutamakan kepemilikan kolektif atau negara atas sumber
daya ekonomi. Pemerintah atau entitas kolektif mengendalikan dan mengalokasikan
sumber daya untuk kepentingan masyarakat.
2. Mekanisme Pengaturan:
- Ekonomi Islam: Menggabungkan prinsip pasar bebas dengan pengaturan yang adil
berdasarkan nilai-nilai Islam. Prinsip-prinsip Syariah dan lembaga keuangan Syariah
digunakan sebagai mekanisme pengaturan ekonomi.
- Ekonomi Kapitalis: Mengandalkan mekanisme pasar bebas dan persaingan untuk
mengatur kegiatan ekonomi. Penawaran, permintaan, dan mekanisme harga dianggap
sebagai pengatur utama.
- Ekonomi Sosialis: Bergantung pada perencanaan sentral dan pengendalian
pemerintah untuk mengatur ekonomi. Pemerintah menetapkan kebijakan ekonomi,
mengalokasikan sumber daya, dan mengontrol produksi dan distribusi.
3. Tujuan Utama:
- Ekonomi Islam: Mencapai keadilan sosial, keseimbangan ekonomi, dan
keberlanjutan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
- Ekonomi Kapitalis: Mencapai keuntungan pribadi dan pertumbuhan ekonomi
melalui pasar bebas dan persaingan.
- Ekonomi Sosialis: Mencapai keadilan sosial dan pengurangan ketimpangan
ekonomi dengan mengurangi perbedaan kekayaan melalui redistribusi.
Dalam sistem ekonomi Islam, prinsip-prinsip agama Islam menjadi panduan dalam
mengatur ekonomi dengan menekankan keadilan, tanggung jawab sosial, dan
penghindaran praktik yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Sementara
dalam sistem ekonomi kapitalis, hak milik pribadi dan keuntungan pribadi menjadi
fokus utama, sedangkan dalam sistem ekonomi sosialis, kepemilikan kolektif dan
redistribusi kekayaan menjadi tujuan utama.

3. Jelaskan pentingnya mempelajari sejarah pemikiran ekonomi Islam di jaman sekarang!


Jawab: Mempelajari sejarah pemikiran ekonomi Islam di jaman sekarang penting karena
itu memberikan pemahaman tentang akar sejarah dan perkembangan sistem ekonomi yang
didasarkan pada prinsip-prinsip Islam, menawarkan alternatif bagi sistem ekonomi
konvensional, memperluas perspektif tentang bagaimana ekonomi dapat beroperasi dengan
prinsip keadilan, tanggung jawab sosial, dan keberlanjutan, memahami prinsip-prinsip
dasar ekonomi Islam, dan menginspirasi inovasi ekonomi yang sesuai dengan prinsip-
prinsip Islam untuk mencapai dampak positif dalam masyarakat.
Penjelasan (opsional): Mempelajari sejarah pemikiran ekonomi Islam di jaman sekarang
memiliki beberapa kepentingan penting. Berikut adalah penjelasan mengenai pentingnya
mempelajari sejarah pemikiran ekonomi Islam di jaman sekarang:
1. Memahami Akar Sejarah: Mempelajari sejarah pemikiran ekonomi Islam
memungkinkan kita untuk memahami akar sejarah dan perkembangan sistem ekonomi
yang didasarkan pada prinsip-prinsip Islam. Hal ini memberikan wawasan tentang cara-
cara di mana ekonomi Islam berkembang dari masa lampau dan membantu memahami
konteks historis di balik prinsip-prinsipnya.
2. Menemukan Alternatif: Pemikiran ekonomi Islam menawarkan alternatif bagi sistem
ekonomi konvensional yang ada. Dalam menghadapi tantangan dan masalah ekonomi yang
kompleks saat ini, mempelajari pemikiran ekonomi Islam memberikan wawasan tentang
solusi alternatif yang sesuai dengan nilai-nilai keadilan, keberlanjutan, dan tanggung jawab
sosial.
3. Memperluas Perspektif: Mempelajari pemikiran ekonomi Islam membantu kita untuk
memperluas perspektif kita tentang bagaimana ekonomi dapat beroperasi. Konsep-konsep
seperti keadilan distributif, tanggung jawab sosial, dan keberlanjutan yang ditekankan
dalam ekonomi Islam dapat memberikan wawasan baru tentang cara mengatasi
ketimpangan ekonomi, kemiskinan, dan isu-isu sosial lainnya.
4. Memahami Prinsip-prinsip Ekonomi Islam: Mempelajari sejarah pemikiran ekonomi
Islam membantu kita memahami prinsip-prinsip dasar yang melandasi sistem ekonomi
Islam, seperti larangan riba (bunga), gharar (ketidakpastian), maysir (perjudian), dan
prinsip-prinsip bagi hasil. Hal ini memungkinkan kita untuk menerapkan prinsip-prinsip
tersebut dalam konteks ekonomi modern dan mengintegrasikannya ke dalam praktik
ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan.
5. Inspirasi untuk Inovasi Ekonomi: Mempelajari sejarah pemikiran ekonomi Islam dapat
memberikan inspirasi untuk inovasi ekonomi yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Konsep-konsep seperti keuangan syariah, keuangan mikro syariah, dan model-model
ekonomi berbasis komunitas dapat ditemukan dalam pemikiran ekonomi Islam yang telah
ada sejak lama. Ini dapat memicu ide-ide baru dan inovasi di bidang ekonomi yang dapat
menghasilkan dampak positif bagi masyarakat.
Mempelajari sejarah pemikiran ekonomi Islam di jaman sekarang penting untuk memahami
warisan intelektual Islam dalam bidang ekonomi dan memanfaatkannya dalam mencari
solusi alternatif dan inovatif yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan kebutuhan zaman.

4. Jelaskan !
a. Pengertian tentang harta dan konsep kepemilikan harta dalam Islam.
b. Sebab-sebab kepemilikan harta dalam Islam.

Jawab: a. Dalam Islam, harta merujuk pada segala bentuk kekayaan materi yang
dimiliki oleh individu atau entitas. Konsep kepemilikan harta dalam Islam didasarkan
pada prinsip bahwa harta adalah anugerah dari Allah SWT dan harus dikelola dengan
tanggung jawab yang sesuai. Islam mengakui hak milik pribadi dan mengizinkan
individu untuk memiliki, menghasilkan, dan menggunakan harta dengan syarat
mematuhi hukum-hukum Islam. Kepemilikan harta dalam Islam ditekankan untuk
tujuan memenuhi kebutuhan dasar individu dan keluarga, menjalankan kewajiban
agama, serta berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat melalui zakat, sedekah, dan
konsep berbagi kekayaan lainnya. Prinsip-prinsip seperti keadilan, tanggung jawab
sosial, dan penggunaan yang adil menjadi landasan dalam kepemilikan dan pengelolaan
harta dalam Islam.

b. Beberapa Sebab Kepemilikan Syar’i dalam Islam ADVERTISEMENT Ada beberapa


sebab lahirnya kepemilikan syar’i dalam Islam, antara lain: Pertama, melalui jalan
penguasaan dan penundukan ADVERTISEMENT Ketika suatu harta masih ada di
alam, maka untuk sah menjadi hak milik, seorang muslim perlu melakukan langkah-
langkah seperti: berburu, mencari kayu bakar, menambang, melakukan ihya'ul mawat
pada wilayah yang belum ada hak kepemilikan sedikitpun. Syekh Abdul Karim Zidan,
salah seorang fuqaha mu’ashir menyatakan: ‫واألسباب الشرعية للملكية االستيالء على المال المباح‬،
‫ واستخراج المعادن‬،‫ واالستيالء على الكأل واآلجام‬،‫ وإحياء األرض الموات‬،‫ويندرج تحت هذا النوع الصيد‬
‫ وكل ذلك بشروط معينة‬،‫ والكنوز‬Artinya, “Beberapa sebab syar’i hadirnya kepemilikan adalah
melalui jalan penguasaan yang mubah. Secara berturut-turut, contoh penguasaan lewat
jalur satu ini, adalah berburu, ihya'ul mawat, penguasaan atas pada rumput dan
gembalaan, menambang, menyimpan. Seluruhnya memiliki syarat-syarat khusus yang
harus dipatuhi.” (Abd al-Karim Zidan, Ushul al-Da’wah, Beirut: DKI, juz I, halaman
253)

Kedua, melangsungkan kontrak atau pertukaran. ‫العقود والتصرفات مثل البيع والهبة والوصية‬
‫ بشرط أن تكون هذه العقود والتصرفات بالكيفية‬،‫واإلجارة والشركة والمضاربة والمزارعة والمغارسة ونحو ذلك‬
‫ التي شرعها اإلسالم‬Artinya, "Perakadan dan pembelanjaan seumpama jual beli, hibah,
wasiat, ijarah, syirkah, bagi hasil, bagi hasil penanaman, dan lain-lain. Syarat sah dari
seluruh akad dan pembelanjaan ini adalah apabila dilakukan sesuai dengan yang
disyariatkan.” (Abd al-Karim Zidan, Ushul al-Da’wah, Beirut: DKI, juz I, halaman 253)

Ketiga, mawarits. Harta pusaka (tirkah) merupakan hak yang harus dibagi kepada ahli
waris, secara syara’. ‫الميراث؛ حيث يخلف الوارث المورث في ملكية تركته بأسباب وشروط معينة معروفة‬
‫في باب الميراث في كتب الفقه اإلسالمي‬. Artinya, “Mawarits, yakni apabila si mayit
meninggalkan ahli waris yang berhak mewaris kepemilikan harta tinggalannya dengan
sebab-sebab dan syarat-syarat tertentu yang sudah dikenal dalam ilmu mawaris dan
beberapa kitab fikih lainnya.” (Abd al-Karim Zidan, Ushul al-Da’wah, Beirut: DKI, juz
I, halaman 253)

Keempat, harta yang diperoleh dari hasil pengembangan atau penunaian kewajiban
pihak lain, misalnya zakat, hak nafaqah syar’iyyah, sedekah, hibah, atau wakaf. ‫أ ّما قيود‬
‫ مثل‬،‫ ووجوب أداء هذه الحقوق‬،‫الملكية في بقائها ونمائها فتنظر فيما شرعه اإلسالم من حقوق في مال اإلنسان‬:
‫ فقد حدَّد اإلسالم سبل تثمير المال وتنميه‬،‫ كما تظهر هذه القيود في نماء الملك‬،‫حق الزكاة والنفقات الشرعية‬،
‫ فال يعترف اإلسالم بالنماء الناتج عن سبب باطل حرام كالربا‬،‫ التجارات والمزارعات والشركات ونحو ذلك‬:‫ومنها‬
‫ ا‬Artinya, “Adapun mengenai beberapa aturan
‫ أو فتح نوادي القمار‬،‫ أو بيع الخمور‬،‫مثال‬
kepemilikan ditinjau dari sisi tetap aset fisik dan bisanya dikembangkan, maka
diperlukan langkah-langkah meninjau hal-hal yang disyariatkan, antara lain hak dan
kewajiban yang berlaku atas harta insan lain seperti hak zakat dan nafkah syar’i. Hal
yang sama juga berlaku pada beberapa harta kepemilikan yang bersifat berkembang,
maka Islam telah membatasi mengenai cara-cara yang boleh ditempuh dalam
pengembangannya, seperti: melalui perdagangan, bagi hasil cocok tanam, syirkah, dan
lain-lain. Islam tidak mengakui kepemilikan atas harta yang diperoleh dari jalan batil
dan yang diharamkan, misalnya lewat jalan riba, jual beli khamr dan dihasilkan dari
membuka kasino.” (Abd al-Karim Zidan, Ushul al-Da’wah, Beirut: DKI, Juz 1,
halaman 253). Walhasil, di dalam Islam. syara’ tidak memandang pada pentingnya
kuantitas (kammiyah) atau kualitas (nau’iyyah) harta. Yang diperhatikan oleh syara’,
adalah bahwa harta wajib diperoleh, didapatkan dan dibelanjakan sesuai dengan aturan
yang dibolehkan oleh syara’. Jika benar cara perolehannya, maka sah untuk dimiliki.
Bila tidak benar cara perolehannya, maka tidak sah untuk dimiliki, dikuasai serta
dibelanjakan. Bila harta itu diperoleh lewat jalur yang tidak benar secara syara’, maka
hakikatnya harta itu adalah harta ghashab.

5. 1. Jelaskan !
a. Teori permintaan dan teori penawaran dalam Islam.
Jawab: Dalam konteks ekonomi Islam, konsep permintaan dan penawaran dapat
diterapkan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip Syariah. Meskipun tidak ada teori
permintaan dan penawaran yang secara khusus dikembangkan dalam Islam, prinsip-prinsip
ekonomi Islam dapat mempengaruhi cara pemahaman kita terhadap permintaan dan
penawaran.
Teori Permintaan dalam Islam:
Dalam Islam, permintaan dipengaruhi oleh kebutuhan manusia dan kepatuhan terhadap
hukum-hukum Syariah. Permintaan yang sah dalam ekonomi Islam adalah permintaan akan
barang dan jasa yang halal, sesuai dengan kebutuhan dasar manusia, dan tidak bertentangan
dengan nilai-nilai agama. Permintaan juga harus adil, tidak mempengaruhi keseimbangan
sosial, dan tidak merugikan orang lain.

Teori Penawaran dalam Islam:


Dalam Islam, penawaran dipengaruhi oleh prinsip-prinsip keadilan, tanggung jawab sosial,
dan keberlanjutan. Penawaran yang sah dalam ekonomi Islam adalah penawaran barang
dan jasa yang halal, diproduksi dengan cara yang adil dan beretika, dan memberikan
manfaat bagi masyarakat. Penawaran juga harus memperhatikan keberlanjutan lingkungan,
menghindari kerusakan atau pengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan.

Dalam keseluruhan, teori permintaan dan penawaran dalam Islam menekankan pentingnya
etika dan nilai-nilai moral dalam aktivitas ekonomi. Kedua konsep tersebut harus
disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariah untuk memastikan bahwa permintaan dan
penawaran dilakukan dengan cara yang adil, berkelanjutan, dan sesuai dengan tujuan
kehidupan dalam Islam.
b. Apakah di Indonesia sudah menerapkan teori permintaan dan teori penawaran dalam
ekonomi Islam ?
Jawab: Di Indonesia, penerapan teori permintaan dan penawaran dalam ekonomi Islam
masih terus berkembang dan menjadi perhatian penting. Pemerintah Indonesia telah
mengambil beberapa langkah untuk mendorong implementasi konsep-konsep ekonomi
Islam, termasuk dalam hal permintaan dan penawaran. Berikut adalah beberapa contoh
upaya yang dilakukan:

1. Pengembangan Keuangan Syariah: Indonesia telah mengembangkan sektor keuangan


syariah yang melibatkan bank syariah, lembaga keuangan non-bank syariah, dan instrumen
keuangan syariah lainnya. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
keuangan mereka dengan memperoleh produk dan layanan yang sesuai dengan prinsip-
prinsip ekonomi Islam.
2. Sertifikasi Halal: Pemerintah Indonesia telah menerapkan sistem sertifikasi halal yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran produk halal. Sertifikasi halal memastikan
bahwa produk dan layanan yang ditawarkan memenuhi standar kehalalan sesuai dengan
prinsip-prinsip Islam. Ini memberikan keyakinan kepada konsumen Muslim dan
mendorong pertumbuhan pasar bagi produk halal.

3. Pengembangan Industri Halal: Indonesia berusaha untuk menjadi pusat industri halal
yang menghasilkan produk halal dan berkualitas. Dalam konteks ini, permintaan dan
penawaran dalam sektor industri halal diberikan perhatian khusus. Pemerintah mendorong
pengembangan industri halal melalui insentif dan regulasi yang mendukung pertumbuhan
dan investasi di sektor ini.

Meskipun penerapan teori permintaan dan penawaran dalam ekonomi Islam di Indonesia
masih terus berkembang, langkah-langkah yang telah diambil menunjukkan komitmen
untuk memperluas sektor ekonomi Islam dan memenuhi permintaan masyarakat yang
menginginkan produk dan layanan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

6. Jelaskan !
a. Konsep perilaku konsumsi dalam Islam.
Jawab: Konsep perilaku konsumsi dalam Islam didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan,
kebijaksanaan, dan pemenuhan kebutuhan yang seimbang. Berikut adalah penjelasan
mengenai konsep perilaku konsumsi dalam Islam.
1. Keadilan dan Keberkahan: Islam mengajarkan perlunya konsumsi yang adil dan
menghindari pemborosan. Konsumen Muslim diharapkan mempertimbangkan kebutuhan
dasar mereka dengan membeli barang dan jasa yang dibutuhkan, sambil menghindari
kemewahan yang berlebihan atau pemborosan yang tidak perlu. Keadilan juga diterapkan
dalam memperlakukan produsen dan penjual dengan membayar harga yang wajar dan
mematuhi perjanjian yang disepakati.
2. Larangan Ribawi: Islam melarang transaksi yang melibatkan riba atau bunga. Oleh
karena itu, perilaku konsumsi dalam Islam harus memperhatikan hal ini dengan
menghindari pinjaman dengan bunga dan kewajiban pembayaran bunga. Sebagai gantinya,
prinsip keadilan dan kesepakatan saling menguntungkan harus dijunjung tinggi dalam
transaksi dan kontrak.
3. Tanggung Jawab Sosial: Konsep perilaku konsumsi dalam Islam juga melibatkan
tanggung jawab sosial. Individu Muslim didorong untuk memperhatikan kebutuhan orang
lain dan berbagi kekayaan mereka melalui zakat, sedekah, dan bantuan kepada mereka yang
membutuhkan. Konsumsi yang bijak mencakup memberikan sumbangan yang memadai
untuk tujuan sosial dan membantu masyarakat yang lebih luas.
4. Keberkahan dalam Pencarian Rezeki: Islam mengajarkan bahwa sumber rezeki berasal
dari Allah SWT. Oleh karena itu, perilaku konsumsi dalam Islam mencakup kepercayaan
bahwa pencarian rezeki harus dilakukan dengan cara yang halal dan beretika. Menjalankan
bisnis dan karier dengan integritas, kejujuran, dan tanggung jawab menjadi bagian penting
dari konsep ini.
5. Penghargaan terhadap Sumber Daya Alam: Islam menekankan pentingnya menjaga dan
menghormati sumber daya alam. Konsumsi yang bijak dalam Islam melibatkan
pemeliharaan lingkungan, penggunaan yang hemat, dan upaya untuk menghindari
pemborosan dan kerusakan lingkungan yang tidak perlu.
Konsep perilaku konsumsi dalam Islam mengajarkan umat Muslim untuk menjadi
konsumen yang bijak, adil, dan bertanggung jawab. Melalui pemenuhan kebutuhan yang
seimbang, pembayaran yang adil, berbagi kekayaan dengan masyarakat, dan penghormatan
terhadap lingkungan, individu Muslim diharapkan dapat mencapai keseimbangan antara
kebutuhan materi dan spiritual dalam kehidupan mereka.

b. Prinsip-prinsip konsumsi dalam Islam.


Jawab: Prinsip-prinsip konsumsi dalam Islam mencakup berbagai panduan dan nilai-
nilai yang harus diperhatikan oleh umat Muslim dalam melakukan konsumsi. Berikut
adalah beberapa prinsip konsumsi dalam Islam:

1. Keadilan: Konsumsi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip keadilan. Hal ini
mencakup membayar harga yang wajar, tidak memanfaatkan kelemahan orang lain, dan
menghindari penipuan atau praktik yang merugikan pihak lain.

2. Kepuasan dan Syukur: Konsumsi dalam Islam harus mencerminkan kepuasan dengan
apa yang telah diberikan Allah SWT. Umat Muslim dianjurkan untuk bersyukur dan
menghindari sifat tamak serta keinginan yang tidak terbatas.
3. Menghindari Pemborosan: Islam mengajarkan umat Muslim untuk menghindari
pemborosan dalam konsumsi. Ini termasuk menghindari penggunaan berlebihan, membeli
barang-barang yang tidak diperlukan, dan membuang-buang sumber daya.

4. Memenuhi Kebutuhan Dasar: Konsumsi dalam Islam harus memprioritaskan pemenuhan


kebutuhan dasar diri sendiri dan keluarga sebelum membeli barang-barang yang bersifat
mewah atau kemewahan yang tidak diperlukan.

5. Larangan Riba dan Haram: Islam melarang transaksi yang melibatkan riba (bunga) dan
barang-barang yang diharamkan. Prinsip ini harus diterapkan dalam konsumsi dengan
menghindari transaksi ribawi dan memilih barang-barang yang halal.

6. Penghormatan terhadap Sumber Daya Alam: Konsumsi dalam Islam harus


mencerminkan penghormatan terhadap sumber daya alam. Umat Muslim diharapkan untuk
menggunakan sumber daya alam dengan hemat, menghindari pemborosan, dan menjaga
lingkungan hidup.

7. Berbagi dan Sedekah: Islam mendorong umat Muslim untuk berbagi kekayaan mereka
dengan orang lain melalui zakat (sumbangan wajib), sedekah, dan bantuan kepada mereka
yang membutuhkan. Prinsip berbagi ini mempengaruhi konsumsi dengan mendorong sikap
dermawan dan kepedulian terhadap masyarakat yang lebih luas.

Dengan mengikuti prinsip-prinsip konsumsi dalam Islam, umat Muslim diharapkan dapat
melakukan konsumsi yang adil, bertanggung jawab, dan seimbang antara kebutuhan materi
dan spiritual. Prinsip-prinsip ini mengarahkan umat Muslim untuk menjadi konsumen yang
bijak dan berakhlak baik, serta berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang
berkeadilan dan berkelanjutan.

c. Apa saja perilaku konsumsi yang dilarang dalam Islam.


Jawab: Dalam Islam, terdapat beberapa perilaku konsumsi yang dilarang karena
melanggar prinsip-prinsip agama dan nilai-nilai moral. Berikut adalah beberapa perilaku
konsumsi yang dilarang dalam Islam:
1. Konsumsi Barang Haram: Dalam Islam, umat Muslim dilarang mengkonsumsi atau
menggunakan barang-barang yang diharamkan secara agama, seperti minuman beralkohol,
daging babi, dan produk yang mengandung bahan haram lainnya. Konsumsi barang haram
dianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip makanan dan minuman yang halal.

2. Riba: Riba adalah sistem bunga atau keuntungan tambahan yang diperoleh dari pinjaman
uang. Dalam Islam, riba dilarang karena dianggap sebagai bentuk eksploitasi dan
ketidakadilan. Umat Muslim dianjurkan untuk menghindari transaksi yang melibatkan riba,
baik sebagai pemberi maupun penerima.

3. Penipuan dan Praktik Tidak Adil: Islam melarang umat Muslim untuk terlibat dalam
penipuan, pemalsuan, atau praktik tidak adil lainnya dalam transaksi dan konsumsi.
Membuat klaim palsu, menyembunyikan cacat barang, atau memanfaatkan kelemahan
orang lain dalam transaksi adalah perilaku yang tidak diterima dalam Islam.

4. Pemborosan: Islam mengajarkan umat Muslim untuk menghindari pemborosan dalam


konsumsi. Membeli barang-barang yang tidak diperlukan, membuang-buang makanan,
atau menghabiskan uang secara berlebihan pada barang-barang mewah tanpa kebutuhan
yang jelas adalah perilaku yang tidak dianjurkan dalam Islam.

5. Hasad (Iri dan Dengki): Hasad atau perasaan iri dan dengki terhadap keberhasilan dan
kekayaan orang lain juga dianggap sebagai perilaku yang buruk dalam Islam. Umat Muslim
diharapkan untuk menghindari perasaan hasad dan bersyukur dengan apa yang telah
diberikan Allah SWT tanpa iri terhadap orang lain.

6. Boros dan Berlebihan: Islam mengajarkan umat Muslim untuk tidak berlebihan dalam
konsumsi. Memiliki kecenderungan untuk membeli barang-barang yang berlebihan,
mementingkan kemewahan dan status sosial lebih dari kebutuhan dasar, atau hidup dalam
gaya hidup yang berlebihan adalah perilaku yang tidak dianjurkan.

7. Perjudian: Islam melarang perjudian karena dianggap sebagai bentuk permainan yang
tidak adil dan mengandung ketidakpastian. Umat Muslim diharapkan untuk menghindari
segala bentuk perjudian dan taruhan.
Melakukan perilaku konsumsi yang dilarang dalam Islam dianggap sebagai pelanggaran
terhadap nilai-nilai agama dan moral. Sebagai gantinya, Islam mendorong umat Muslim
untuk mengadopsi perilaku konsumsi yang adil, bijak, dan beretika, serta menjaga
keseimbangan antara kebutuhan materi dan spiritual dalam hidup mereka.

d. Dampak perilaku konsumsi yang berlebihan dalam perspektif Islam.


Jawab: Perilaku konsumsi yang berlebihan dapat memiliki dampak negatif dalam
perspektif Islam. Beberapa dampak tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kesia-siaan dan Pemborosan: Konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan


pemborosan sumber daya dan energi. Dalam Islam, pemborosan dianggap sebagai perilaku
yang tidak bijaksana dan merugikan. Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur'an bahwa
pemborosan adalah saudara setan (QS. Al-Isra' [17]: 27). Konsumsi yang berlebihan juga
mencerminkan ketidaktawakkalan terhadap rizki yang telah ditentukan oleh Allah SWT.

2. Kebutuhan Materi yang Tidak Terpenuhi: Fokus yang berlebihan pada konsumsi materi
dapat menyebabkan kelalaian dalam memenuhi kebutuhan spiritual dan kebutuhan lainnya.
Islam mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan materi dan
spiritual. Jika seseorang terlalu terikat pada konsumsi materi, kebutuhan spiritual dan
kehidupan akhirat dapat terabaikan.

3. Utang dan Beban Finansial: Perilaku konsumsi berlebihan sering kali mendorong
seseorang untuk terjebak dalam utang yang berat. Islam melarang riba dan mengajarkan
pentingnya hidup dalam keteraturan keuangan yang seimbang. Mengambil hutang secara
berlebihan untuk memenuhi konsumsi yang tidak perlu dapat menyebabkan beban finansial
yang berkepanjangan dan menghambat kemajuan ekonomi individu.

4. Materialisme dan Kesia-siaan Hidup: Konsumsi yang berlebihan dapat memperkuat


sikap materialistik dan mengarahkan seseorang untuk mencari kebahagiaan semata-mata
dari benda dan harta duniawi. Islam mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak
pada harta dan materi semata, tetapi dalam ketaatan kepada Allah SWT dan keseimbangan
hidup yang mencakup aspek spiritual dan sosial.
5. Dampak Lingkungan yang Merugikan: Konsumsi berlebihan sering kali berkontribusi
pada kerusakan lingkungan, penggunaan sumber daya alam yang tidak terkontrol, dan
polusi. Islam mendorong umat Muslim untuk menjadi khalifah (pengurus) di bumi ini dan
menjaga kelestarian lingkungan. Konsumsi yang berlebihan bertentangan dengan prinsip
penghormatan dan pelestarian sumber daya alam yang diajarkan oleh Islam.

Dalam perspektif Islam, perilaku konsumsi yang berlebihan tidak sejalan dengan nilai-nilai
agama yang mengedepankan keseimbangan, keadilan, dan keberkahan. Oleh karena itu,
umat Muslim dianjurkan untuk menjaga kendali diri dalam konsumsi, memprioritaskan
kebutuhan yang penting, menghindari pemborosan, dan mengarahkan kekayaan dan rezeki
yang diberikan Allah SWT untuk mencapai kesejahteraan yang seimbang dalam kehidupan
dunia dan akhirat.

7. Jelaskan !
a. Mengapa teori produksi penting dalam Islam ?
Jawab: Teori produksi penting dalam Islam karena melibatkan aspek ekonomi yang
mendasar dalam aktivitas manusia. Islam sebagai agama yang komprehensif memberikan
pedoman dan prinsip-prinsip dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi. Berikut
adalah beberapa alasan mengapa teori produksi penting dalam Islam:

1. Penyeimbangan antara produksi dan konsumsi: Teori produksi dalam Islam membantu
menciptakan keseimbangan antara produksi dan konsumsi. Islam mengajarkan agar umat
Muslim tidak hanya menjadi konsumen yang terus-menerus, tetapi juga menjadi produsen
yang aktif. Dengan memahami teori produksi, umat Muslim dapat membangun ekonomi
yang berkelanjutan dan menghindari pemborosan sumber daya.

2. Pemberdayaan ekonomi: Teori produksi dalam Islam melibatkan pemberdayaan


ekonomi umat Muslim. Islam mendorong umat Muslim untuk bekerja keras, berinovasi,
dan mengembangkan potensi ekonomi yang dimiliki. Dalam teori produksi Islam, adanya
penghargaan terhadap upaya dan keahlian individu dalam menciptakan nilai tambah
dianggap sebagai bagian dari ibadah.

3. Pencapaian kemandirian: Islam mendorong umat Muslim untuk mencapai kemandirian


ekonomi. Dalam teori produksi Islam, penting bagi individu, keluarga, dan masyarakat
untuk mengembangkan sumber daya ekonomi mereka sendiri dan tidak tergantung secara
berlebihan pada pihak lain. Dengan pemahaman teori produksi yang baik, umat Muslim
dapat membangun ekonomi yang berdiri di atas kaki sendiri dan mengurangi
ketergantungan yang berlebihan.

4. Penegakan keadilan sosial: Teori produksi dalam Islam menekankan pentingnya keadilan
sosial dalam distribusi hasil produksi. Islam mengajarkan bahwa kekayaan dan sumber
daya alam adalah amanah dari Allah SWT yang harus digunakan secara adil dan seimbang.
Dalam teori produksi Islam, penting untuk memastikan bahwa kekayaan dan hasil produksi
tidak hanya terkonsentrasi pada segelintir individu atau kelompok, tetapi juga
diperuntukkan bagi kesejahteraan masyarakat secara luas.

5. Pembangunan ekonomi berkelanjutan: Teori produksi dalam Islam menekankan


perlunya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Islam mendorong penggunaan
sumber daya alam dengan bijaksana, perlindungan lingkungan, dan perhatian terhadap
keberlanjutan ekonomi. Dalam teori produksi Islam, pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan harus memperhitungkan aspek sosial, lingkungan, dan keadilan.

Dengan memahami dan menerapkan teori produksi dalam Islam, umat Muslim dapat
mengembangkan ekonomi yang adil, berkelanjutan, dan menghasilkan manfaat bagi
individu, masyarakat, dan lingkungan. Teori produksi dalam Islam merupakan panduan
untuk mencapai keberkahan dan kesejahteraan dalam aktivitas ekonomi dengan
berlandaskan pada nilai-nilai agama dan prinsip-prinsip Islam. Melalui pemahaman yang
baik tentang teori produksi dalam Islam, umat Muslim dapat membangun ekonomi yang
berbasis pada keadilan, keseimbangan, kemandirian, dan keberlanjutan. Selain itu, teori
produksi dalam Islam juga dapat membantu umat Muslim menghindari perilaku
eksploitasi, pemborosan, dan ketidakadilan dalam produksi ekonomi. Dengan
mengedepankan nilai-nilai agama, teori produksi dalam Islam mendorong umat Muslim
untuk menjalankan aktivitas ekonomi dengan kesadaran moral, tanggung jawab sosial, dan
tujuan akhir mencapai kesejahteraan lahir dan batin. Oleh karena itu, pemahaman dan
penerapan teori produksi dalam Islam sangat penting untuk membentuk ekonomi yang
sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan memberikan manfaat yang luas bagi umat Muslim
dan masyarakat secara keseluruhan.
b. Apa yang membedakan teori produksi Islam dengan teori produksi lainnya ?
Jawab: Teori produksi Islam memiliki beberapa perbedaan dengan teori produksi
lainnya. Berikut adalah beberapa perbedaan utama:

1. Tujuan Akhir: Teori produksi dalam Islam memiliki tujuan akhir yang berbeda dari
teori produksi lainnya. Tujuan akhir dalam teori produksi Islam adalah mencapai
kesejahteraan dan keberkahan lahir dan batin, serta memperoleh ridha Allah SWT.
Sementara itu, teori produksi konvensional mungkin lebih fokus pada pencapaian
pertumbuhan ekonomi dan keuntungan materi.

2. Sumber Nilai: Teori produksi Islam didasarkan pada prinsip-prinsip agama dan nilai-
nilai Islam, seperti keadilan, keseimbangan, etika, dan keadilan sosial. Nilai-nilai ini
menjadi panduan dalam semua aspek produksi, termasuk hubungan antara produsen
dan konsumen, distribusi kekayaan, perlindungan lingkungan, dan keadilan dalam
transaksi ekonomi. Sementara itu, teori produksi lainnya mungkin didasarkan pada
prinsip-prinsip ekonomi konvensional yang lebih berfokus pada efisiensi dan
keuntungan materi.

3. Faktor Etika: Teori produksi Islam menekankan pentingnya faktor etika dalam
produksi. Produsen dalam teori produksi Islam diharapkan menjalankan aktivitas
produksi dengan kejujuran, tanggung jawab sosial, keadilan, dan kualitas produk yang
baik. Selain itu, praktek-praktek yang merugikan, seperti penipuan, korupsi, dan
eksploitasi, tidak diperbolehkan dalam teori produksi Islam. Di sisi lain, teori produksi
lainnya mungkin tidak selalu mempertimbangkan faktor etika secara eksplisit dalam
aktivitas produksi.

4. Perspektif Kehidupan Akhirat: Teori produksi Islam mempertimbangkan perspektif


kehidupan akhirat dalam pengambilan keputusan produksi. Produsen dalam teori
produksi Islam sadar bahwa mereka akan bertanggung jawab di hadapan Allah SWT
atas aktivitas produksi mereka dan bagaimana mereka memanfaatkan kekayaan dan
sumber daya yang diberikan oleh-Nya. Oleh karena itu, produsen diharapkan
mengedepankan nilai-nilai keberkahan, keseimbangan, dan keadilan dalam produksi
mereka. Perspektif kehidupan akhirat mungkin tidak secara eksplisit dipertimbangkan
dalam teori produksi lainnya.
Dalam rangka mengimplementasikan teori produksi Islam, prinsip-prinsip dan
pedoman agama Islam menjadi pedoman dalam aktivitas produksi dan pengambilan
keputusan ekonomi. Hal ini memastikan bahwa produksi dilakukan dengan
memperhatikan nilai-nilai moral, etika, keadilan, dan keseimbangan.

Anda mungkin juga menyukai