Anda di halaman 1dari 19

Nama : Ahnaf Maulana

Nim : 2144290184
Matkul : Analisi perekonomian islam

Bab I
Konsep Dasar dan Perinsip Sistem Perekonomian Islam
A. Konsep dasar ekonomi islam
Islam memiliki konsep sistem kehidupan yang universal, integral, dan
komprehensif. Islam menata segala aspek kehidupan, termasuk aspek ekonomi,
politik, sosial, pendidikan, seni, dan budaya. Konsep dasar ekonomi Islam didasarkan
pada al-Quran dan as-Sunnah sebagai pijakan utama
Dalam ekonomi Islam, tujuan utama adalah menciptakan kesejahteraan ekonomi
berdasarkan norma moral atau syariat Islam. Beberapa tujuan ekonomi syariah antara
lain:

1. Menciptakan kesejahteraan ekonomi berdasarkan norma moral atau syariat Islam.


2. Membangun persaudaraan dan keadilan secara universal.
3. Tidak mengekang kebebasan individu secara berlebihan, melainkan dalam
konteks kemaslahatan sosial

Konsep dasar ekonomi syariah diatur oleh aqidah (iman) yang menyangkut inti
antara manusia dan Tuhan. Ekonomi syariah menggunakan hukum atau aturan-aturan
Islam dalam sistem ekonominya.

Dalam ekonomi Islam, terdapat beberapa prinsip dasar yang perlu diketahui,
antara lain:

1. Harta benda, aset bergerak dan tidak bergerak, serta seluruh sumber daya yang
memiliki nilai ekonomi dipandang sebagai karunia dan titipan dari Allah SWT.
2. Ekonomi syariah berjalan dengan penggerak utama yaitu kerja sama antar umat
Islam.
3. Mengakui kepemilikan masyarakat dengan pemanfaatannya bagi kepentingan
bersama.
4. Menghindari riba dengan berbagai bentuk pelaksanaannya

Dalam penerapan ekonomi Islam, negara-negara Muslim di dunia memiliki


tingkat penerapan yang berbeda-beda. Namun, Indonesia sebagai negara dengan basis
Muslim terbesar di Asia memiliki kontribusi ekonomi Islam yang signifikan dalam
pembangunan ekonomi nasional.

B. Perbedaan antara ekonomi konvensional dan ekonomi Islam terletak pada


beberapa aspek fundamental.

1. Pondasi dan Paradigma: Ekonomi konvensional memiliki pondasi yang berbeda


dengan ekonomi Islam. Ekonomi konvensional didasarkan pada paradigma barat
yang memisahkan agama dengan sains, sedangkan ekonomi Islam berlandaskan
pada pandangan tauhid yang mengintegrasikan aspek duniawi dan ukhrawi
2. Pendekatan Terhadap Masalah: Ekonomi konvensional memisahkan
permasalahan duniawi dengan permasalahan ukhrawi, sedangkan ekonomi Islam
tidak memisahkan keduanya secara ontologis. Ekonomi Islam juga tidak
membatasi pengetahuan hanya dapat diperoleh melalui indera dan rasio (akal)
3. Pertumbuhan Ekonomi: Dalam mencapai kesejahteraan, ekonomi konvensional
menganut metode produktivitas yang tinggi dengan pertumbuhan ekonomi yang
stabil. Sistem konvensional juga mengizinkan penggunaan riba dalam transaksi
ekonomi. Sementara itu, ekonomi Islam menekankan pada keberkahan dan
keadilan dalam distribusi sumber daya, serta menghindari riba
4. Instrumen Keuangan: Pandangan ekonomi Islam dan konvensional juga
berbeda dalam hal instrumen keuangan yang digunakan. Ekonomi konvensional
menggunakan instrumen seperti bunga, saham, dan pasar bebas, sedangkan
ekonomi Islam memiliki prinsip dan ketentuan yang berbeda dalam hal ini
5. Tujuan Ekonomi: Tujuan ekonomi konvensional adalah mencapai kesejahteraan
ekonomi berdasarkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Sementara itu, tujuan ekonomi Islam adalah menciptakan kesejahteraan ekonomi
berdasarkan norma moral atau syariat Islam, membangun persaudaraan dan
keadilan secara universal, serta tidak mengekang kebebasan individu secara
berlebihan

Perbedaan-perbedaan ini menunjukkan bahwa ekonomi Islam memiliki


pendekatan yang berbeda dalam mengatur sistem ekonomi, dengan mengutamakan
prinsip-prinsip agama dan keadilan sosial.

Bab II

Dasar hukum dan proses pengambilan hukum dalam ekonomi islam

A. Dasar hukum ekonomi islam

Ekonomi Islam memiliki dasar hukum yang menjadi acuan dalam


pelaksanaannya. Dasar hukum ekonomi Islam didasarkan pada prinsip-prinsip Islam
yang terdapat dalam Al-Quran dan Al-Hadits. Sumber hukum tersebut telah
diterapkan dalam sistem ekonomi syariah, Salah satu dasar hukum ekonomi Islam
terdapat dalam Al-Quran, yaitu dalam surat An-Nisa ayat 59 yang menyatakan, "Hai
orang-orang yang beriman, taatilah rasul-Nya, dan Ulil Amri di antara kamu" Selain
itu, terdapat juga dasar hukum ekonomi Islam dalam Al-Hadits, yang merupakan
perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW.

Hadits-hadits tersebut memberikan pedoman dalam berbagai aspek kehidupan,


termasuk ekonomi islam Penerapan prinsip-prinsip dasar hukum ekonomi Islam juga
terdapat dalam regulasi nasional. Kompilasi Hukum Islam (KHI) merupakan salah
satu langkah awal dalam mengintegrasikan prinsip-prinsip dasar hukum ekonomi
syariah dalam hukum nasional di Indonesia Dalam konteks ekonomi syariah,
substansi hukum ini mengacu pada pengintegrasian prinsip-prinsip hukum Islam ke
dalam peraturan nasional, baik melalui amandemen peraturan yang ada maupun
pembuatan peraturan khusus yang mengatur pelaksanaan prinsip-prinsip syariah
dalam perekonomian, Dengan dasar hukum yang kuat, ekonomi Islam bertujuan
untuk mempertahankan nilai-nilai Islam dalam kegiatan ekonomi dan memberikan
panduan bagi pelaksanaan ekonomi yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

B. Proses pengambilan hukum dalam ekonomi islam


Pengambilan hukum dalam Islam melibatkan beberapa proses dan sumber yang
diakui oleh umat Muslim. Berikut adalah beberapa proses pengambilan hukum dalam
Islam:
1. Al-Quran: Al-Quran adalah sumber hukum utama dalam Islam. Al-Quran berisi
petunjuk hidup dan hukum-hukum yang harus diikuti oleh umat Muslim. Ayat-ayat
Al-Quran digunakan sebagai acuan langsung dalam pengambilan hukum
2. Hadis: Hadis adalah sumber hukum kedua dalam Islam setelah Al-Quran. Hadis
berisi perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW. Hadis
digunakan untuk memahami dan mengklarifikasi ajaran Al-Quran serta
memberikan panduan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk hukum
3. Ijtihad: Ijtihad adalah proses penafsiran hukum berdasarkan Al-Quran, Hadis,
ijma (konsensus ulama), dan qiyas (analogi). Ijtihad dilakukan oleh ulama yang
memiliki pengetahuan dan keahlian dalam ilmu agama Islam. Melalui ijtihad,
ulama berusaha mengaplikasikan prinsip-prinsip Islam dalam konteks zaman dan
situasi yang berbeda
4. Ijma: Ijma adalah konsensus ulama dalam mengambil keputusan hukum. Ijma
terjadi ketika para ulama sepakat tentang suatu masalah hukum berdasarkan dalil-
dalil yang ada. Ijma memiliki kekuatan hukum yang signifikan dalam Islam
Selain sumber-sumber di atas, ada juga beberapa sumber hukum lain yang
digunakan dalam pengambilan hukum Islam, seperti istihsan, istishab, saddudz-
dzari'ah, urf, dan qaul sahabat Nabi SAW. Namun, sumber-sumber ini tidak
memiliki tingkat keabsahan yang sama dengan Al-Quran, Hadis, ijtihad, dan ijma.
Pengambilan hukum dalam Islam didasarkan pada prinsip-prinsip seperti ijtihad,
maslahah (kesejahteraan umum), dan adl (keadilan). Prinsip-prinsip ini menjadi
landasan dalam mengambil keputusan hukum yang sesuai dengan ajaran Islam
Hukum Islam memiliki peran yang kuat dalam membentuk tatanan sosial dan nilai-
nilai dalam masyarakat Muslim. Ia mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, dari
tata cara beribadah hingga tata tertib sosial dan ekonomi.

Bab: III
Wawasan tentang islamisasi pengetahuan perekonomian islam
A. Pemetaan islamisasi ekonomi

Pemetaan islamisasi ekonomi adalah proses mengimplementasikan prinsip-


prinsip ekonomi Islam dalam sistem ekonomi. Ekonomi Islam memiliki beberapa
perbedaan dengan ekonomi konvensional. Berikut adalah beberapa perbedaan
tersebut
1. Kelangkaan: Dalam ekonomi konvensional, terdapat masalah kelangkaan,
sedangkan dalam ekonomi Islam, tidak ada konsep kelangkaan karena Allah
menciptakan segala sesuatu dengan tepat ukuran
2. Nilai dan norma: Ekonomi konvensional tidak memiliki elemen nilai dan norma,
sehingga sering terjadi konflik dan kecurangan. Di sisi lain, ekonomi Islam
menekankan sikap adil, jujur, dan bertanggung jawab.
3. Landasan: Ekonomi konvensional berpijak pada materialisme dan sekularisme,
sedangkan ekonomi Islam berpijak pada Al-Quran, As-Sunnah, serta ijtihad para
ulama.
4. Manfaat: Ekonomi Islam menguntungkan semua pihak, termasuk masyarakat
kecil, sedangkan ekonomi konvensional hanya menguntungkan pihak tertentu saja.
Dalam ekonomi Islam, terdapat prinsip-prinsip yang menjadi landasan, antara lain :
a. Kebebasan individu
b. Hak terhadap harta
c. Kesamaan sosial
d. Keselamatan sosial

Penerapan ekonomi Islam bertujuan untuk menciptakan perekonomian yang adil,


sejahtera, dan tidak merusak lingkungan sekitarnya Ekonomi Islam juga memiliki
perbedaan mendasar dengan sistem ekonomi lainnya, di mana nilai moral dan nilai
ibadah menjadi bagian integral dalam setiap kegiatan ekonomi Dalam menyikapi
problem ekonomi dunia yang semakin tidak menentu, sistem ekonomi Islam dapat
menjadi solusi terbaik untuk pemulihan dan pengembangan kehidupan ekonomi yang
lebih baik, baik dari sisi makro maupun mikro. Sistem ekonomi Islam dapat
memberikan suasana ekonomi yang kondusif, terciptanya keadilan distribusi
ekonomi, adanya keseimbangan antara sektor finansial dan sektor riil, terciptanya
etika bisnis, terbangunnya komitmen bisnis dan sosial, serta penciptaan usaha,
investasi, dan penyerapan tenaga kerja yang lebih merata.

Dalam implementasi pemetaan islamisasi ekonomi, prinsip-prinsip ekonomi


Islam yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis menjadi pedoman utama. Penerapan
sistem ekonomi Islam didasarkan pada peraturan yang berlandaskan pada syariat
Islam dan berpedoman pada Al-Quran dan Hadis

a) Islamisasi Ekonomi Di masa Rasulluloh

Pada masa Rasulullah Muhammad SAW, terdapat implementasi prinsip-prinsip


ekonomi Islam yang berakar dari ajaran Al-Quran dan Hadis. Sistem ekonomi yang
diterapkan Rasulullah didasarkan pada prinsip-prinsip Qurani yang mencakup
berbagai aturan dalam bidang ekonomi. Beberapa aspek ekonomi yang ditekankan
dalam Islam pada masa Rasulullah antara lain:

1. Zakat: Zakat merupakan salah satu pilar utama dalam ekonomi Islam. Zakat
adalah kewajiban bagi umat Muslim yang mampu untuk memberikan sebagian
harta mereka kepada yang berhak menerima, seperti fakir miskin, janda, anak
yatim, dan lainnya. Zakat bertujuan untuk mengurangi kesenjangan sosial dan
memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.
2. Sedekah: Selain zakat, sedekah juga menjadi bagian penting dalam ekonomi
Islam. Sedekah adalah pemberian sukarela yang dilakukan untuk membantu
sesama dan meningkatkan kesejahteraan umat. Rasulullah sendiri sering
memberikan sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan.
3. Perdagangan yang adil: Rasulullah mendorong umat Muslim untuk berdagang
dengan jujur dan adil. Manipulasi, penipuan, dan praktik-praktik yang merugikan
orang lain tidak diperbolehkan dalam ekonomi Islam. Rasulullah juga
mengajarkan pentingnya menjaga kepercayaan dalam transaksi bisnis.
4. Pemberdayaan ekonomi: Rasulullah mendorong umat Muslim untuk berusaha
dan bekerja keras. Beliau memberikan contoh dengan terlibat dalam berbagai
kegiatan ekonomi, seperti berdagang dan bertani. Rasulullah juga mendorong
umat Muslim untuk mengembangkan keterampilan dan berinovasi dalam bidang
ekonomi.

b) Islamisasi di masa khalifah

Pada masa khalifah, implementasi islamisasi ekonomi terus berlanjut dengan


penerapan prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam kebijakan dan praktik ekonomi.
Khalifah-khalifah Islam berusaha untuk menjalankan pemerintahan berdasarkan
prinsip-prinsip Islam, termasuk dalam bidang ekonomi.

Namun, penting untuk dicatat bahwa implementasi islamisasi ekonomi pada masa
khalifah dapat bervariasi tergantung pada periode dan kebijakan yang diterapkan oleh
masing-masing khalifah. Beberapa aspek yang dapat ditemukan dalam islamisasi
ekonomi di masa khalifah antara lain:

1. Redistribusi Kekayaan: Khalifah-khalifah Islam berusaha untuk mengurangi


kesenjangan sosial dan ekonomi dengan menerapkan kebijakan redistribusi
kekayaan. Mereka mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa harta
benda yang ada didistribusikan secara adil di antara umat Muslim.
2. Pemberdayaan Ekonomi: Khalifah-khalifah Islam mendorong pemberdayaan
ekonomi umat Muslim dengan memberikan dukungan dan insentif bagi
pengembangan usaha dan perdagangan. Mereka juga mendorong inovasi dan
pengembangan keterampilan dalam bidang ekonomi.
3. Pengaturan Pasar: Khalifah-khalifah Islam mengatur pasar dan perdagangan
untuk memastikan adanya keadilan dan kejujuran dalam transaksi. Mereka
melarang praktik-praktik yang merugikan dan memastikan bahwa perdagangan
dilakukan dengan prinsip-prinsip Islam.
4. Zakat dan Sedekah: Zakat dan sedekah tetap menjadi bagian penting dalam
ekonomi Islam pada masa khalifah. Khalifah-khalifah Islam mendorong umat
Muslim untuk membayar zakat dan memberikan sedekah sebagai bentuk
kepedulian sosial dan pengurangan kesenjangan ekonomi.

c) Islamisasi di masa moderen

Islamisasi di masa modern mengacu pada upaya untuk menerapkan prinsip-


prinsip ekonomi Islam dalam konteks zaman sekarang. Islamisasi ekonomi modern
melibatkan berbagai aspek, termasuk keuangan, perbankan, investasi, perdagangan,
dan pengelolaan sumber daya.

Beberapa contoh implementasi islamisasi ekonomi di masa modern antara lain:


1. Perbankan Syariah: Perbankan syariah adalah salah satu bentuk implementasi
islamisasi ekonomi di masa modern. Bank-bank syariah beroperasi berdasarkan
prinsip-prinsip ekonomi Islam, seperti larangan riba (bunga), spekulasi, dan
investasi dalam sektor-sektor yang diharamkan oleh agama Islam. Bank-bank
syariah menawarkan produk dan layanan keuangan yang sesuai dengan prinsip-
prinsip Islam.
2. Keuangan Syariah: Selain perbankan syariah, ada juga lembaga keuangan
syariah lainnya seperti perusahaan asuransi syariah, dana pensiun syariah, dan
pasar modal syariah. Lembaga-lembaga ini beroperasi dengan mematuhi
prinsip-prinsip ekonomi Islam, seperti larangan riba dan investasi dalam sektor-
sektor yang diharamkan.
3. Investasi Syariah: Investasi syariah melibatkan penanaman modal dalam
instrumen keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam.
Investasi syariah menghindari sektor-sektor yang diharamkan, seperti perjudian,
alkohol, dan industri yang melanggar prinsip-prinsip Islam. Instrumen investasi
syariah meliputi saham syariah, obligasi syariah, dan dana investasi syariah.
4. Pengelolaan Sumber Daya: Islamisasi ekonomi juga mencakup pengelolaan
sumber daya alam yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Hal ini melibatkan
pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, perlindungan hewan dan
tumbuhan, serta pemanfaatan sumber daya alam yang adil dan berkeadilan.
5. Pendidikan dan Kesadaran: Islamisasi ekonomi juga melibatkan pendidikan
dan kesadaran umat Muslim tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam. Pendidikan
tentang ekonomi Islam dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan formal,
seperti sekolah dan universitas, serta melalui program-program pendidikan dan
kesadaran masyarakat.

Bab IV

Rasionalitas perekonomi islam

A. Rasionalisasi Subjek Akad

Rasionalisasi subjek akad mengacu pada pembenaran atau penjelasan yang logis
dan rasional mengenai subjek yang terlibat dalam suatu akad. Dalam konteks ini,
subjek akad merujuk pada individu atau entitas yang terlibat dalam perjanjian atau
kontrak. Rasionalisasi subjek akad dapat melibatkan beberapa aspek, seperti
keyakinan, pengetahuan, dan tujuan akad. Misalnya, keyakinan individu atau entitas
yang terlibat dalam akad dapat menjadi dasar atau motivasi untuk melakukan akad
tersebut Selain itu, pengetahuan tentang subjek akad juga dapat menjadi faktor yang
mempengaruhi rasionalisasi subjek akad Selain itu, tujuan akad yang jelas dan
diakui oleh syariah juga merupakan bagian dari rasionalisasi subjek akad. Penting
untuk dicatat bahwa rasionalisasi subjek akad dapat bervariasi tergantung pada
konteks dan jenis akad yang dilakukan. Misalnya, dalam akad jual beli, subjek akad
dapat mencakup penjual dan pembeli, sedangkan dalam akad sewa-menyewa
(ijarah), subjek akad dapat mencakup penyewa dan pemilik properti.

Rasionalisasi akad ini memiliki beberapa syarat sah yaitu :

a) Berakal
b) Balig
c) Tidak terpaksa
d) Bukan orang mahjur (tidak di perbolehkan melakukan akad)

B. Rasionalisaso komodiktif

Rasionalisasi komodifikasi mengacu pada proses di mana barang atau jasa diubah
menjadi komoditas yang memiliki nilai ekonomi. Komodifikasi terjadi ketika
sesuatu yang sebelumnya tidak dianggap sebagai barang atau jasa yang dapat
diperdagangkan, kemudian diubah menjadi objek yang dapat diperjualbelikan di
pasar. Contohnya, dalam konteks ekonomi, rasionalisasi komodifikasi dapat terjadi
ketika suatu produk atau layanan yang sebelumnya dianggap sebagai bagian dari
kehidupan sehari-hari atau budaya, kemudian diubah menjadi produk yang dapat
diperdagangkan secara komersial. Misalnya, musik tradisional yang awalnya
merupakan bagian dari warisan budaya suatu komunitas, dapat diubah menjadi
produk musik yang dijual di pasar. Rasionalisasi komodifikasi juga dapat terjadi
dalam konteks lain, seperti dalam media dan teknologi. Misalnya, konten media
yang awalnya dihasilkan untuk tujuan hiburan atau informasi, dapat diubah menjadi
komoditas yang dapat dijual kepada konsumen atau pengiklan. Penting untuk diingat
bahwa rasionalisasi komodifikasi dapat memiliki dampak sosial dan budaya yang
signifikan. Proses ini dapat mengubah nilai-nilai tradisional, mempengaruhi
hubungan sosial, dan menciptakan ketidakseimbangan kekuasaan dalam masyarakat.

Rasionalisasi ini memiliki beberapa syarat yaitu :

a) Barang yang diteransaksikan harus suci


b) Barang bermanfaat
c) Bisa di saksikan dan di hadirkan
d) Milik sendiri

C. Rasionalisasi akad

Rasionalisasi akad mengacu pada proses pembenaran atau penjelasan yang logis
dan rasional mengenai suatu akad. Rasionalisasi ini melibatkan pemahaman dan
penilaian yang cermat terhadap tujuan, subjek, syarat, dan prosedur yang terlibat
dalam akad. Dalam konteks ekonomi syariah, rasionalisasi akad sangat penting
karena melibatkan prinsip-prinsip syariah yang harus dipatuhi. Rasionalisasi akad
melibatkan pemahaman yang mendalam tentang jenis akad yang dilakukan, rukun
dan syarat-syaratnya, serta prinsip-prinsip yang harus diikuti. Misalnya, dalam akad
jual beli (bai'), rasionalisasi akad melibatkan pemahaman tentang objek yang
diperdagangkan, harga yang ditetapkan, dan persetujuan antara penjual dan pembeli.
Dalam akad pinjam-meminjam (qard), rasionalisasi akad melibatkan pemahaman
tentang jumlah pinjaman, jangka waktu, dan persetujuan antara pemberi pinjaman
dan penerima pinjaman. Rasionalisasi akad juga melibatkan pemahaman tentang
prinsip-prinsip syariah yang harus diikuti, seperti larangan riba (bunga), gharar
(ketidakpastian), dan maysir (perjudian). Dalam rasionalisasi akad, penting untuk
memastikan bahwa akad tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan tidak
melanggar ketentuan yang telah ditetapkan.

Rasionalisasi ini memiliki beberapa syarat yaitu :


a) Kharaman riba
b) Kharaman paksaan
c) Kharaman khoror
d) Kontan dan serah terima

Bab V

Membandingkan transaksi moderen dalam perspektif islam

A. E-comerce

Electronic commerce atau e-commerce adalah suatu proses terjadinya transaksi


jual beli yang dalam prakteknya dilakukan secara online melalui media elektronik.
Menurut Laudon & Laudon, e-commerce adalah transaksi business to business yang
terjadi dengan perantara jaringan internet. Dalam dunia perdagangan, e-commerce
menawarkan banyak perubahan. Proses jual beli tidak lagi membutuhkan pertemuan
tatap muka seperti pada toko konvensional. Penjual dan pembeli hanya perlu
melakukan proses transaksi online.

Transaksi terjadi secara lebih efisien dan cepat, apalagi dengan integrasi berbagai
sistem pembayaran yang semakin dimudahkan dengan adanya teknologi API seperti
BRIAPI. Sekarang pembeli, misalnya, dapat memilih pembayaran transaksi dengan
mudah tanpa harus transfer ke bank lain, yaitu melalui virtual account seperti
BRIVA. Saat ini, sarana e-commerce adalah bukan hanya lewat telepon dan televisi
saja, tetapi kini lebih sering menggunakan internet. Sebagian orang salah
mengartikan antara marketplace dengan e-commerce dan menganggap keduanya
sama. Padahal, pengertian e-commerce berbeda dengan marketplace. Marketplace
merupakan salah satu model dari e-commerce yang bertindak sebagai perantara
antara pembeli dan penjual. Contohnya seperti Shopee, Lazada, Tokopedia, dan lain-
lain. Jadi, marketplace bukan merupakan aktivitas jual belinya, melainkan perantara
yang mempertemukan penjual dengan pembeli secara online. Sementara itu, bentuk
lainnya e-commerce adalah berupa website atau aplikasi toko online yang dimiliki
oleh suatu brand, perusahaan, atau bisnis rumahan.

1. Progam dan fitur


a. Cod
b. Play later
c. Returen police
d. Shope pay
e. Jual beli mas

B. Asuransi

Asuransi adalah suatu bentuk perlindungan finansial yang diberikan oleh


perusahaan asuransi kepada individu atau entitas bisnis. Dalam asuransi, individu
atau entitas bisnis membayar premi kepada perusahaan asuransi sebagai imbalan atas
perlindungan yang diberikan. Jika terjadi risiko atau kejadian yang diasuransikan,
perusahaan asuransi akan memberikan ganti rugi atau manfaat sesuai dengan
ketentuan yang telah disepakati.
1. Prinsip asuransi
a. Interest
b. Utmost good faitih
c. Proximate cause
d. Indemnity
e. Subrogation

C. Skema ponzi (MLM)

Skema Ponzi adalah suatu bentuk penipuan investasi yang melibatkan


pembayaran keuntungan kepada peserta yang lebih awal atau tengah dalam skema
tersebut. Peserta yang baru bergabung pada saat jumlah anggota sudah mencapai
batas akan menanggung kerugian. Ketika tidak ada lagi anggota baru yang dapat
direkrut, skema ini akan runtuh. Dalam skema Ponzi, tidak ada produk atau layanan
yang nyata. Keuntungan yang diberikan kepada peserta berasal dari uang yang
dibayarkan oleh peserta baru yang direkrut. Skema Ponzi sering kali menjanjikan
keuntungan yang tidak realistis dan tidak berkelanjutan. Skema ini sering kali
menggunakan iming-iming pengembalian investasi yang tinggi dalam waktu singkat.
Perbedaan utama antara skema Ponzi dan bisnis pemasaran berjenjang (MLM)
adalah adanya produk nyata dalam bisnis MLM. Bisnis MLM yang baik biasanya
memiliki produk atau layanan yang benar-benar ada, dan keuntungan didapatkan
dari penjualan produk tersebut. Sementara itu, skema Ponzi tidak memiliki produk
atau layanan yang jelas dan mengandalkan uang dari peserta baru untuk membayar
peserta yang lebih awal.

Penting untuk diingat bahwa tidak semua bisnis pemasaran berjenjang (MLM)
adalah skema Ponzi. Ada bisnis MLM yang sah dan memiliki produk atau layanan
yang bernilai. Namun, perlu diingat bahwa beberapa skema Ponzi juga dapat
menyamar sebagai bisnis MLM. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk
memahami perbedaan antara skema Ponzi dan bisnis MLM yang sah serta
melakukan penelitian sebelum bergabung dengan suatu program pemasaran
berjenjang

1. Ciri ciri sekema ponzi


a. Ada uang keanggotaan dan mengutamakan regutmen
b. Menjanjikan keuntungan besar rugi minim
c. Kegiatan bisbis tidak jelas
d. Tidak memiliki kejelasan produk untuk di jual
e. Di iming profit tinggi saat mau berhenti
f. Menggunakan pabrik figur buat menarik
g. Terjadi pencairan macer

D. Droopshiping

Dropshipping adalah metode pemenuhan barang ritel di mana toko tidak


menyimpan atau menstok produk yang dijualnya. Dalam dropshipping, ketika toko
menjual produk, pemilik toko akan membeli produk tersebut dari pihak ketiga,
seperti reseller grosir atau produsen, dan pihak ketiga tersebut akan mengirimkan
produk langsung ke pembeli. Dengan demikian, penjual tidak pernah melihat atau
menangani produk secara langsung. Perbedaan utama antara dropshipping dan
model ritel standar adalah bahwa penjual tidak memiliki persediaan barangnya
sendiri. Penjual akan mengambil persediaan barang yang diperlukan dari pihak
ketiga untuk memenuhi pesanan. Beberapa keuntungan dari model dropshipping
antara lain tidak perlu modal besar, tidak perlu menyimpan stok barang, tidak perlu
mengurus pengiriman, dan fleksibilitas dalam memilih produk yang akan dijual .

Namun, penting untuk diingat bahwa kesuksesan dalam dropshipping juga


bergantung pada kemampuan penjual dalam memasarkan produk dan menjaga
hubungan baik dengan pemasok. Selain itu, ada juga beberapa kelemahan dalam
model dropshipping, seperti kekurangan kontrol atas kualitas produk dan
pengiriman, serta persaingan yang tinggi di pasar dropshipping.

1. Prinsip Droopshiper

a. Memasarkan barang tanpa mempunyai barang terdahulu


b. Barang langsung di kirim dari suplayer
c. Customer membayar ke droopshiper
d. Barang rusak di tanggung suplayer
e. Penjual mengakui sendiri barangnya

Bab: VI

Sistem rancang bangun dalam ekonomi islam

A. Apa rancangan bangun islam

a) ekonomi islam bisa di umpamakan seperti hal nya sebuah rumah, gedung ataupun
bangunan yang tersusun atas atap tiang dan landasan. gedung atau bangunan
tentunya membutuhkan suatu pedoman seperti arsitektur, desain, atau rancangan
bangunan.
b) pada intinya membangun sebuah bangunan bisa di mulai dengan membangun
fondasi seperti lantai dasar yang kuat, kemudian di atas lantai dasar tersebut di
tegakkan lah tiang – tiang sebagai penyanggah dan di bagian atas di bangun atap.
dari sebuah bangunan tersebut dapat diinterfresikan dengan suatu bangunan
ataupun matrial. bahan bangunan tersebuat dalam ekonomi islam merupakan
ajaran islam yang sumbernya dari Al Qur’an dan hadist serta tradisi – tradisi
pemikiran yang sudah ulama kembangnkan.
a. Akhlag

“Adiwarman” , konsep itu disebut dengan istilah konsep akhlak ekonomi islam.
Akhlak inilah yang memperoleh posisi paling tinggi, sehingga bagaikan atap suatu
bangunan sebab tujuan islam dan tujuan dakwah para nabi adalah untuk
menyempurnakan akhlak umatnya sehingga bisa dipegang menjadi pedoman
dalam melakukan berbaagai kegiatan ekonomi dan bisnis. Teori dalam ekonomi
islam serta sistemnya belum cukup sebelum ada manusia yang menjalankan nilai-
nilai yang ada didalamnya. Sehingga bisa dikatakan, hal yang mutlak dalam suatu
perekonomian adalah terdapat manusia yang berakhlak. Kemampuan suatu ekonomi
dan bisnis tidak tergantung pada sistem dan teorinya saja, akan tetapi tergantung
pada man behind the gun-nya. oleh sebab itu, akhlak merupakan organ ketiga yang
menjadi atap dan menaungi ekonomi islam.

b. Multypel ownership

“Kepemilikan multijenis” , Makna yang bisa diambil dari prinsip ini bahwa
pemilik primer atau mutlak dari seluruh alam semesta yaitu Allah swt. Sementara
pemilik sekunder dari seluruh alam semesta ini adalah manusia sebagai pengelolah
alam semesta ini yang mendapatkan Amanah oleh Allah swt diberi tanggung jawab
dan hak yang sama di dunia ini utnuk mengelolah sumber daya alam yang sudah
ada. Tapi bukan berarti manusia bisa bebas mengeksploitasi sumber sumber daya
alam yang sudah ada melainkan harus ada pembatasan.

c. Freedom to act

“Kebebasan berusaha atau bertindak” , Para pelaku ekonomi baik individu


maupun swasta bebas melakukan kegiatan muamalah. Prinsip freedom to act ini
akan melahirkan mekanisme pasar dan sistem perekonomian yang islami tidak
terjadi penyimpangan atau distorsi yang saling berbuat kedzaliman. Dalam bertindak
pemerintah hanya sebagai wasit yang adil pemegang regulasi yang mengawasi para
pelaku ekonomi dan juga memastikan supaya menjamin tidak melanggar peraturan
Syariah seperti perekonomian yang dipraktekkan di zaman Nabi.
d. sosial justice

“Keadilan sosial” , Didalam ekonomi islam, seluruh sistem ekonomi mempunyai


tujuan yang sama yakni menciptakan keadilan sosial, perekonomian yang adil dan
kesejahteraan yang merata. Keadilan dalam islam bisa diartikan bahwa satu pihak
tidak mendzalimi pihak yang lainnya yaitu suka sama suka.

e. Tauhit

Mengajarkan dua ajaran utama dalam ekonomi. Pertama, Semua sumber daya
yang ada di alam ini merupakan ciptaan dan milik Allah secara absolut (mutlak dan
hakiki). Dengan demikian, setiap pengelolaan sumber daya dan setiap cara dan
usaha mencari rezeki harus sesuai dengan aturan Allah.

Kedua, Allah menyediakan sumber daya alam sangat banyak untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Manusia yang berperan sebagai khalifah, dapat memanfaatkan
sumber daya yang banyak itu untuk kebutuhan hidupnya. Dalam perspektif teologi
Islam, sumber daya – sumber daya itu, merupakan nikmat Allah yang tak terhitung
( tak terbatas ) banyaknya, sebagaimana dalam firmannya “ Dan jika kamu
menghitung – hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak bisa menghitungnya”. ( QS.
14: 34 )

f. Al ‘adlu

“Keadilan sosial” , Definisi adil ini maksudnya sikap tidak berbuat dzalim dan
tidak pula didzalimi. Didalam islam adil berarti menempatkan sesuatu kepada
tempat yang sebenarnya. Dalam konteks ekonomi sikap makna nilai adil ini yaitu
pelaku ekonomi harus mendapatkan hasil sesuai dengan usaha yang telah
dilakukannya tanpa harus mengutamakan egonya. Pelaku ekonomi tidak boleh
merusak alam ataupun melakukan kejahatan terhadap orang lain hanya untuk
mendapatkan keuntungan pribadinya.

g. Nubuwah

“Kenabian” , merupakan nilai mencontohkan pada manusia bagaimana cara


bersikap dan berperilaku yang ideal. Rasulullah saw merupakan sentra pembawa
hukum islam(syari’at) dimuka bumi ini. Nabi Muhammad saw mempunyai sifat dan
kepribadian yang sempurna dan agung dengan karakteristikutamanya yaitu: Shidiq,
Amanah, Tabligh dan Fathanah. Sifat-sifat inilah yang seharusnya menjadi suri
tauladan dalam berperilaku manusia, termasuk dalam kegiatan ekonomi. Shidiq
berarti berperilaku yang jujur dan benar, efisien dan efektif. Amanah berarti dapat
dipercaya, bertanggungjawab dan kredibilitas. Tabligh berarti menyampaikan,
terbuka, pemasaran dan komunikatif. Fathanah berarti cerdas, cerdik, bijak dan
intelektual.

h. Khilafah

“Kepemerintahan” merupakan peranan negara atau pemerintahan. Peranan


pemerintah ini sangat dibutuhkan dalam fungsionalisasi dan instrument nilai-nilai
ekonomi islam baik dalam aspek perencanaan, pengawalan, legalitas, pengalokasian
serta distribusi sumber dan dana. Dalam menjalankan perekonomian peran
pemerintah hanya terbilang kecil tetapi sangat penting bahkan vital. Peran yang
paling utama yaitu memastikan bahwa ekonomi dalam suatu negara telah

i. Ma’ad

“feedback” (keuntungan atau hasil), merupakan tujuan akhir dari seluruh kegiatan
ekonomi. Imam Al-ghazali telah mengatakan bahwa para pelaku ekonomi
mempunyai motif yaitu untuk memperoleh profit (laba/keuntungan). Didalam
ekonomi islam, ada profit atau laba di dunia dan juga ada profit atau laba di akhirat,
karena yang menjadi ukuran bukanlah materiilnya saja melainkan dalam aspek
agamanya juga.

Bab VII
Teori kosumsi dalam perekonomian islam

Dalam perekonomian Islam, konsumsi memainkan peran penting dalam


mendorong produksi dan distribusi, serta menggerakkan roda-roda perekonomian
Konsumsi dalam Islam memiliki beberapa prinsip dan aturan yang berbeda dengan
konsumsi dalam ekonomi konvensional.

1. Etika Konsumsi dalam Islam Dalam Islam, konsumsi tidak hanya ditentukan oleh
keinginan individu semata, tetapi juga oleh aturan-aturan etika yang diatur dalam
ajaran Islam. Konsumsi yang dilakukan oleh seorang Muslim harus
memperhatikan hal-hal berikut

a) Barang yang dikonsumsi harus halal, yaitu sesuai dengan ketentuan agama
Islam.
b) Konsumsi harus dilakukan dengan bijaksana dan tidak berlebihan.
c) Prioritas dalam konsumsi harus diperhatikan, dengan memberikan perhatian
lebih kepada kebutuhan yang lebih penting.
d) Infak (pemberian sedekah) juga harus diperhatikan dalam konsumsi, dengan
menyisihkan sebagian dari penghasilan untuk membantu orang lain.

2. Konsumsi dan Falah Dalam konsumsi Islam, tujuan utama seorang Muslim
adalah mencapai falah, yaitu kemuliaan dan kemenangan hidup. Konsumsi yang
dilakukan oleh seorang Muslim harus bertujuan untuk mencapai falah, baik dalam
kehidupan duniawi maupun akhirat

3. Konsumsi yang Bijaksana Dalam Islam, seorang Muslim dianjurkan untuk hidup
dengan bijaksana dalam mengonsumsi segala kebutuhan. Hal ini mencakup
memperhatikan skala prioritas dalam konsumsi, menyisihkan infak, dan
mengonsumsi barang yang halal Dalam teori konsumsi Islam, seorang Muslim
dilarang hidup secara boros dan berlebihan. Al-Quran melarang pemborosan
dalam konsumsi, dan menggambarkan pemboros sebagai saudara-saudara setan
4. Peran Konsumsi dalam Perekonomian Islam Konsumsi dalam perekonomian
Islam memiliki peran penting dalam mendorong produksi dan distribusi. Dengan
adanya konsumsi, roda-roda perekonomian dapat bergerak dan pertumbuhan
ekonomi dapat terjadi

Bab VIII
Teori produksi dalam perekonomian islam

Dalam perekonomian Islam, teori produksi didasarkan pada prinsip-prinsip dan


ajaran Islam yang mengatur aktivitas produksi. Al-Quran sebagai sumber ajaran
Islam memberikan panduan tentang produksi, distribusi, dan konsumsi dalam
konteks perekonomian.

1. Etika Produksi dalam Islam Dalam Islam, produsen Muslim diharapkan untuk
menjalankan aktivitas produksi dengan memperhatikan etika dan prinsip-prinsip
Islam. Beberapa prinsip etika produksi dalam Islam antara lain:
a) Menghasilkan barang dan jasa yang halal dan baik.
b) Tidak terlibat dalam praktik-praktik yang bertentangan dengan ajaran Islam,
seperti memakan harta terlarang, menyebarkan permusuhan, dan menimbulkan
kerusakan di muka bumi.
c) Menjaga keseimbangan antara kebutuhan dunia dan akhirat dalam aktivitas
produksi.
2. Prinsip Produksi dalam Islam Prinsip-produksi dalam Islam mencakup:
a) Menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat bagi masyarakat.
b) Menghormati hak-hak pekerja dan memberikan upah yang adil.
c) Menghindari monopoli dan praktik-praktik yang merugikan konsumen.
d) Menggunakan sumber daya alam dengan bijaksana dan menjaga lingkungan.
3. Tujuan Produksi dalam Islam Tujuan utama produksi dalam Islam adalah
untuk mencapai kemaslahatan (maslahah) bagi umat manusia. Produksi harus
dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip Islam dan nilai-nilai keadilan,
serta menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat bagi masyarakat.
4. Kontribusi Produksi dalam Perekonomian Islam Produksi memiliki peran
penting dalam perekonomian Islam. Dengan adanya produksi yang dilakukan
dengan prinsip-prinsip Islam, dapat tercipta pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan, lapangan kerja yang adil, dan kesejahteraan bagi masyarakat.

Bab IX
Konsep riba dan Lembaga keuangan syariah

Dalam konteks perekonomian Islam, konsep riba dan lembaga keuangan syariah
memiliki peran penting. Berikut adalah penjelasan mengenai kedua konsep tersebut:

1. Konsep Riba adalah istilah dalam Islam yang mengacu pada praktik pemberian
atau penerimaan bunga atau keuntungan tambahan dalam transaksi keuangan.
Dalam Islam, riba dianggap sebagai perbuatan yang diharamkan karena
melanggar prinsip keadilan dan keseimbangan dalam transaksi ekonomi. Al-
Quran melarang riba dalam beberapa ayat, seperti Al-Baqarah ayat 275-281 dan
Al-Imran ayat 130.
2. Lembaga Keuangan Syariah Lembaga keuangan syariah adalah lembaga
keuangan yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam. Prinsip-
prinsip ini melarang praktik riba, gharar (ketidakpastian), maysir (perjudian), dan
haram lainnya. Lembaga keuangan syariah menawarkan produk dan layanan
keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, seperti pembiayaan tanpa
bunga (mudharabah, musyarakah), jual beli dengan pembayaran bertahap
(murabahah), dan penyimpanan aman (wadiah).Lembaga keuangan syariah
memiliki tujuan untuk memberikan solusi keuangan yang sesuai dengan prinsip-
prinsip Islam kepada individu dan perusahaan. Mereka juga berperan dalam
mempromosikan inklusi keuangan dan memberikan kontribusi pada
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Bab X
Membandingkan prekonomian islam dalam
skala nasional dan isternasional

Dalam konteks perekonomian Islam, terdapat perbedaan dalam implementasi


prinsip-prinsip ekonomi Islam antara skala nasional dan internasional. Berikut
adalah perbandingan antara keduanya:

1. Skala Nasional
a) Di tingkat nasional, perekonomian Islam mencakup implementasi prinsip-
prinsip ekonomi Islam dalam kebijakan ekonomi negara. Hal ini dapat
terlihat dalam adopsi nilai-nilai dan norma-norma agama dalam sistem
nasional dan pengambilan kebijakan publik, seperti legislasi hukum-hukum
agama tertentu menjadi hukum nasional
b) Negara juga mengakui eksistensi partai politik dan organisasi massa yang
berbasis agama, yang dapat mempengaruhi pengambilan kebijakan publik .
Namun, orientasi politik warga dapat menggabungkan antara proses
sekularisasi dan desekularisasi, di mana terjadi desekularisasi politik
dengan munculnya kembali partai-partai agama (Islam) dan akomodasi
nilai-nilai agama dalam pengambilan kebijakan publik
c) Umat Islam juga memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional,
termasuk dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas dan berahlak mulia melalui lembaga pendidikan Islam

2. Skala Internasional
a) Pada skala internasional, perekonomian Islam mencakup kerjasama dan
interaksi antara negara-negara yang menerapkan prinsip-prinsip ekonomi
Islam. Hal ini dapat terjadi melalui lembaga-lembaga keuangan syariah
yang beroperasi di berbagai negara.
b) Lembaga keuangan syariah internasional, seperti bank-bank syariah dan
lembaga keuangan non-bank, berperan dalam menyediakan produk dan
layanan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, seperti
pembiayaan tanpa bunga dan jual beli dengan pembayaran bertahap.
c) Selain itu, terdapat juga organisasi internasional yang berfokus pada
pengembangan ekonomi Islam, seperti Organisasi Kerjasama Islam (OKI)
dan Bank Pembangunan Islam (IDB), yang berperan dalam
mempromosikan kerjasama ekonomi antara negara-negara anggotanya.

Bab XI
Membandingkan kebijakan ekonomi moneter, fiskal
pada masa Rosulullah dan moderen

Dalam membandingkan kebijakan ekonomi moneter dan fiskal pada masa


Rosulullah dan modern, terdapat beberapa perbedaan yang perlu diperhatikan.
Berikut adalah perbandingan antara keduanya:

1. Masa Rosulullah
a) Pada masa Rosulullah, kebijakan ekonomi moneter dan fiskal tidak
diterapkan secara terpisah seperti yang dilakukan pada masa modern.
Kebijakan ekonomi pada masa itu lebih didasarkan pada prinsip-prinsip
Islam yang diatur dalam Al-Quran dan Sunnah.
b) Dalam konteks moneter, Rosulullah menerapkan prinsip-prinsip keadilan
dalam perdagangan dan transaksi ekonomi. Beliau melarang praktik riba
dan mempromosikan keadilan dalam pembagian kekayaan.
c) Dalam konteks fiskal, Rosulullah menerapkan prinsip-prinsip zakat, infak,
dan sedekah sebagai instrumen untuk mengatur distribusi kekayaan dan
membantu kaum yang membutuhkan.
2. Masa Modern
a) Pada masa modern, kebijakan ekonomi moneter dan fiskal diterapkan
secara terpisah dan menjadi tanggung jawab pemerintah dan bank sentral.
b) Kebijakan moneter modern melibatkan langkah-langkah yang diambil oleh
bank sentral untuk mengatur pasokan uang yang beredar, seperti menaikkan
atau menurunkan suku bunga. Tujuan dari kebijakan moneter adalah untuk
mencapai dan menjaga stabilitas harga, mempromosikan pertumbuhan
ekonomi yang sehat, dan menjaga stabilitas sistem keuangan.
c) Kebijakan fiskal modern melibatkan kebijakan pemerintah dalam mengatur
pengeluaran dan penerimaan negara, termasuk pengaturan pajak, subsidi,
dan pengeluaran publik. Tujuan dari kebijakan fiskal adalah untuk
mengendalikan inflasi, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan mengatur
distribusi kekayaan.

Bab XII
Membandingkan isu isu kontemporer perekonomian Islam

Dalam perekonomian Islam, terdapat beberapa isu kontemporer yang menjadi


perhatian dalam konteks ekonomi dan keuangan. Berikut adalah beberapa isu yang
relevan:

1. Distribusi Kekayaan yang Tidak Merata

Salah satu isu utama dalam perekonomian Islam adalah distribusi kekayaan yang
tidak merata. Hal ini menjadi permasalahan yang perlu diatasi, karena Islam
mendorong adanya keadilan dalam pembagian kekayaan
.
2. Riba dan Bunga

Masalah riba dan bunga juga menjadi isu kontemporer dalam perekonomian
Islam. Riba, yang merupakan praktik peminjaman uang dengan tambahan bunga,
dianggap sebagai praktik yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Oleh
karena itu, lembaga keuangan syariah hadir sebagai alternatif yang menghindari riba
dan menawarkan solusi keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

3. Pengelolaan Keuangan Publik

Pengelolaan keuangan publik juga menjadi isu penting dalam perekonomian


Islam. Prinsip-prinsip Islam mendorong transparansi, akuntabilitas, dan keadilan
dalam pengelolaan keuangan publik. Hal ini meliputi pengelolaan pendapatan
negara, pengeluaran publik, dan pengaturan pajak yang sesuai dengan prinsip-
prinsip Islam.

4. Pengentasan Kemiskinan dan Ketimpangan Sosial

Isu kemiskinan dan ketimpangan sosial menjadi perhatian dalam perekonomian


Islam. Islam mendorong adanya kepedulian sosial dan pembagian kekayaan yang
adil untuk mengentaskan kemiskinan dan mengurangi ketimpangan sosial. Prinsip-
prinsip seperti zakat, infak, dan sedekah menjadi instrumen untuk mencapai tujuan
ini.

5. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial

Etika bisnis dan tanggung jawab sosial juga menjadi isu penting dalam
perekonomian Islam. Islam mendorong praktik bisnis yang adil, jujur, dan
bertanggung jawab. Prinsip-prinsip seperti amanah (kepercayaan), ihsan (kebaikan),
dan adil dalam transaksi bisnis menjadi landasan dalam menjalankan bisnis dalam
konteks Islam.

Bab XIII
Perekonomian islam Dalam Skala Global

Perekonomian Islam dalam skala global melibatkan berbagai aspek, termasuk


ekonomi, keuangan, dan perdagangan. Berikut adalah beberapa poin perbandingan
antara perekonomian Islam pada masa Rosulullah dan masa modern:

1. Kebijakan Ekonomi Moneter:


a) Pada masa Rosulullah, kebijakan ekonomi moneter didasarkan pada prinsip-
prinsip Islam, seperti larangan riba dan perdagangan yang adil. Umat Muslim
dianjurkan untuk berbagi kekayaan melalui zakat dan sedekah.
b) Di era modern, kebijakan ekonomi moneter dilakukan oleh bank sentral dan
pemerintah dengan menggunakan instrumen seperti suku bunga, kebijakan kredit,
dan kebijakan mata uang. Prinsip-prinsip Islam juga diterapkan dalam lembaga
keuangan syariah, yang menghindari riba dan mempromosikan keadilan dalam
transaksi keuangan.
2. Kebijakan Ekonomi Fiskal:
a) Pada masa Rosulullah, kebijakan ekonomi fiskal didasarkan pada prinsip-prinsip
Islam, seperti pengelolaan pendapatan negara yang adil dan pengeluaran publik
yang bermanfaat bagi masyarakat.
b) Di era modern, kebijakan ekonomi fiskal melibatkan pengaturan pendapatan dan
pengeluaran pemerintah, termasuk kebijakan pajak, subsidi, dan pengeluaran
untuk pembangunan infrastruktur dan program sosial.
3. Perdagangan Internasional:
a) Pada masa Rosulullah, perdagangan internasional dilakukan dengan negara-
negara tetangga dan melibatkan pertukaran barang dan jasa. Prinsip-prinsip
keadilan dan kejujuran dalam perdagangan sangat ditekankan.
b) Di era modern, perdagangan internasional melibatkan negara-negara di seluruh
dunia dan dilakukan dengan menggunakan instrumen seperti perjanjian
perdagangan, tarif, dan kuota. Prinsip-prinsip Islam juga diterapkan dalam
perdagangan internasional, seperti larangan riba dan praktik perdagangan yang
adil.
4. Pengentasan Kemiskinan dan Ketimpangan Sosial:
a) Pada masa Rosulullah, pengentasan kemiskinan dan ketimpangan sosial
dilakukan melalui praktik zakat, infak, dan sedekah. Umat Muslim dianjurkan
untuk berbagi kekayaan dengan yang membutuhkan.
b) Di era modern, pengentasan kemiskinan dan ketimpangan sosial dilakukan
melalui program-program sosial, kebijakan redistribusi pendapatan, dan
pengembangan sektor ekonomi yang inklusif. Prinsip-prinsip Islam juga
diterapkan dalam upaya pengentasan kemiskinan dan ketimpangan sosial.
5. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial:
a) Pada masa Rosulullah, etika bisnis yang adil, jujur, dan bertanggung jawab sangat
ditekankan. Praktik bisnis yang merugikan orang lain atau melanggar prinsip-
prinsip Islam tidak diperbolehkan.
b) Di era modern, etika bisnis dan tanggung jawab sosial menjadi perhatian penting
dalam perekonomian global. Prinsip-prinsip Islam seperti amanah (kepercayaan),
ihsan (kebaikan), dan adil dalam transaksi bisnis tetap relevan dan diterapkan
dalam praktik bisnis.

Bab XIV
Peran dan upaya pemerintah dalam praktek
Ekonomi syariah secara nasional

Pemerintah memiliki peran penting dalam praktek ekonomi syariah secara


nasional. Berikut adalah beberapa upaya dan peran pemerintah dalam mendukung
ekonomi syariah di Indonesia:

1. Regulasi dan Kebijakan: Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai


regulasi dan kebijakan yang mendukung pengembangan ekonomi syariah.
Contohnya adalah Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, yang mengatur pendirian dan operasional bank syariah di Indonesia.
Selain itu, pemerintah juga menerbitkan regulasi terkait pasar modal syariah,
asuransi syariah, dan lembaga keuangan mikro syariah.
2. Lembaga dan Infrastruktur: Pemerintah mendukung pembentukan lembaga dan
infrastruktur yang mendukung ekonomi syariah. Misalnya, pemerintah telah
mendirikan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) untuk mengelola dana haji
dengan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, pemerintah juga mendukung
pembentukan lembaga keuangan syariah seperti bank syariah, lembaga
pembiayaan syariah, dan lembaga keuangan mikro syariah.
3. Pendidikan dan Pelatihan: Pemerintah berperan dalam meningkatkan
pemahaman dan keterampilan masyarakat terkait ekonomi syariah melalui
program pendidikan dan pelatihan. Pemerintah mendukung pendirian lembaga
pendidikan tinggi yang menyediakan program studi ekonomi syariah dan
keuangan syariah. Selain itu, pemerintah juga menyelenggarakan pelatihan dan
workshop untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang prinsip-prinsip
ekonomi syariah.
4. Promosi dan Pemasaran: Pemerintah berperan dalam mempromosikan ekonomi
syariah baik di dalam maupun di luar negeri. Pemerintah mengadakan
konferensi, seminar, dan pameran untuk memperkenalkan produk dan layanan
ekonomi syariah kepada masyarakat dan investor. Selain itu, pemerintah juga
melakukan kampanye dan promosi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang manfaat dan nilai-nilai ekonomi syariah.
5. Kerjasama Internasional: Pemerintah Indonesia juga aktif dalam menjalin
kerjasama dengan negara-negara lain dalam bidang ekonomi syariah.
Pemerintah terlibat dalam forum internasional seperti Organisasi Kerjasama
Islam (OKI) dan G20 untuk memperkuat kerjasama ekonomi syariah dan
mempromosikan Indonesia sebagai pusat keuangan syariah.

Anda mungkin juga menyukai