Anda di halaman 1dari 8

KONSEP EKONOMI DALAM ISLAM


Disusun Oleh :
Ajeng Puspa Seruni ,Fazrian Thursina
Marisakue, Muhamad Paris,
Riffalni Dela Nurlaila
A. Pengertian Ekonomi Islam

Ekonomi Islam adalah sebuah sistem ilmu pengetahuan yang menyoroti masalah
perekonomian. Sama seperti konsep ekonomi konvensional lainnya. Hanya dalam
sistem ekonomi ini, nilai-nilai Islam menjadi landasan dan dasar dalam setiap
aktifitasnya. Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi islam sebagai suatu ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dengan alat
pemenuhan kebutuhan yang terbatas dalam kerangka syariah.
B. Prinsip Dasar Ekonomi Islam

Prinsip-prinsip ekonomi Islam yang merupakan bangunan ekonomi Islam


didasarkan atas lima nilai universal yakni : tauhid (keimanan), „adl (keadilan),
nubuwwah (kenabian), khilafah (pemerintah) dan ma‟ad (hasil). Kelima nilai ini
menjadi dasar inspirasi untuk menyusun teori-teori ekonomi Islam. Namun teori
yang kuat dan baik tanpa diterapkan menjadi sistem, akan menjadikan ekonomi
Islam hanya sebagai kajian ilmu saja tanpa member dampak pada kehidupan
ekonomi.
1. Prinsip TauhidTauhid merupakan pondasi ajaran Islam. Dengan tauhid, manusia menyaksikan bahwa “Tiada
sesuatupun yang layak disembah selain Allah dan “tidak ada pemilik langit, bumi dan isinya, selain daripada Allah”
karena Allah adalah pencipta alam semesta dan isinya dan sekaligus pemiliknya, termasuk pemilik manusia dan seluruh
sumber daya yang ada. Karena itu, Allah adalah pemilik hakiki.

2. „AdlAllah adalah pencipta segala sesuatu, dan salah satu sifat-Nya adalah adil. Dia tidak membeda-bedakan
perlakuan terhadap makhluk-Nya secara dzalim. Manusia sebagai khalifah di muka bumi harus memelihara hukum
Allah di bumi dan menjamin bahwa pemakaian segala sumber daya diarahkan untuk kesejahteraan manusia, supaya
semua mendapat manfaat daripadanya secara adail dan baik.

3. NubuwwahKarena sifat rahim dan kebijaksanaan Allah, manusia tidak dibiarkan begitu saja di dunia tanpa mendapat
bimbingan. Karena itu diutuslah para Nabi dan Rasul untuk menyampaikan petunjuk dari Allah kepada manusia tentang
bagaimana hidup yang baik dan benar di dunia, dan mengajarkan jalan untuk kembali (taubat) keasal-muasal segala
sesuatu yaitu Allah.

4. KhilafahDalam Al-Qur‟an Allah berfirman bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah dibumi artinya untuk
menjadi pemimpin dan pemakmur bumi. Karena itu pada dasarnya setiap manusia adalah pemimpin
C. Tujuan Ekonomi Islam Ekonomi Islam mempunyai tujuan untuk:
1. Memberikan keselarasan bagi kehidupan di dunia.
2. Nilai Islam bukan semata hanya untuk kehidupan muslim saja
tetapi seluruh makluk hidup dimuka bumi.
3. Esensi proses ekonomi Islam adalah pemenuhan kebutuhan
manusia yang berlandaskan nilai-nlai Islam guna mencapai pada
tujuan agama (falah).
D. Asumsi Dasar Ekonomi Islam Dalam Islam

kegiatan ekonomi merupakan satu bagian dari mu'amalah, dengan


kegiatan politik dan sosial sebagai bagian lainnya. Kegiatan ekonomi
itu sendiri dapat diturunkan lagi menjadi pola konsumsi, simpanan
dan investasi. Islam adalah agama yang sarat etika. Dengan etika
konsumsi dalam Islam, perlu ditegaskan dengan prinsip-prinsip etika
dalam Islam.
E. Ruang Lingkup Ekonomi Islam

Ruang lingkup ekonomi Islam meliputi pembahasan atas berbagai perilaku


manusia yang sadar dan berusaha mencapai falah. Falah dapat diartikan sebagai
suatu kebahagiaan atau kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Dalam hal ini,
perilaku ekonomi meliputi solusi yang diberikan atas tiga permasalahan dasar
ekonomi, yaitu konsumsi, produksi, dan distrbusi. Ketiga aspek tersebut merupakan
suatu kesatuan untuk mewujudkan kemaslahatan dalam kehidupan.
KESIMPULAN

Konsumsi dalam pandangan ekonomi Islam tidak hanya berkutat pada kepuasan
(utility) semata, melainkan lebih kepada kehalalan serta etika dalam berkonsumsi. Untuk
mendapatkan apa yang akan kita konsumsi harus sesuai dengan syariat Islam, tidak
melanggar larangan yang telah ditentukan dalam al-Qur‟an dan Hadits. Kehalalan konsumsi
dalam Islam meliputi:
a. kehalalan cara mendapatkannya sehingga tidak terjadi kebathilan masyarakat dalam
mencari konsumsi.
b. Kehalalan dari dzatnya, tidak semua yang ada didunia ini halal dikonsumsi, ada beberapa
makanan atau minuman yang memudharatkan sehingga dilarang untuk dikonsumsi. Dalam
berkonsumsipun ada etika-etika yang pantas untuk manusia melakukannya

Anda mungkin juga menyukai