Setiap cabang ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek yang akan ditela’ah atau dipelajari.
Ilmu pengetahuan tidak hanya berfokus pada teori, riset, dan rekayasa perkembangan teknologi.
Ilmu pengetahuan memiliki karakter dasar, prinsip dan struktur yang semuanya itu menentukan arah
dan tujuan pemanfaatan ilmu. Ilmu dipahami sebagai proses, prosedur, maupun sebagai produk
atau hasil.
Ilmu ekonomi pada dasarnya adalah ilmu tentang perilaku manusia, karena aktivitas
ekonomi adalah aktivitas manusia, maka analisis dalam ilmu ekonomi harus mendasarkan diri pada
perilaku manusia. Ilmu sosial pada umumnya percaya bahwa perilaku manusia seringkali adalah
rumit, tidak sempurna, terbatas, self contradictory dan unpredictable.
Sebaliknya, ilmu ekonomi menggunakan model perilaku manusia yang disebut homo
economicus (economic man), yang secara luar biasa menyederhanakan perilaku manusia sebagai
individu ekonomi yang memiliki sifat-sifat berikut: Perfect self-interest, Perfect rationality, dan
Perfect information.
Di samping itu bahwa ilmu ekonomi menurut beberapa ahli adalah ilmu yang mempelajari
perilaku-perilaku manusia bagaimana melakukan tindakan pemilihan terhadap berbagai alternatif
yang mungkin ada ketika dihadapkan pada masalah kelangkaan sehingga tercapai kesejahteraan.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa mempelajari ilmu ekonomi tidak akan lepas dari belajar
ilmu perilaku.
Ekonomi Islam dibangun atas dasar aksioma atau keyakinan-keyakinan yang menjadikan
dasar perilaku manusia. Aksioma-aksioma tersebut, seperti yang dikutip dari buku Ekonomi Islam
Bank Indonesia, yaitu:
1) Kehidupan yang sesungguhnya adalah akhirat, yaitu kehidupan setelah kematian di dunia.
Pemikiran akal manusia adalah terbatas, dan sumber informasi yang sempurna hanyalah
Alquran dan hadis.
Urgensi ilmu ekonomi Islam dapat dianalisis dari dua kriteria yang sebelumnya telah
dijelaskan, yakni kriteria hadd dan fashl. Selain itu, terdapat juga perbedaan konsep
rasionalitas yang terdapat dalam ilmu ekonomi konvensional. Konsep rasionalitas tersebut
merujuk pada sikap self-interest yakni sikap manusia yang hanya mengedepankan
kepentingan pribadinya sendiri untuk mendapatkan keuntungan. Jika sikap ini terus
dilestarikan, maka akan menimbulkan konflik dengan social interest.
Islam memposisikan kegiatan ekonomi sebagai salah satu aspek penting untuk
mendapatkan kemuliaan atau falah, dan karenanya kegiatan ekonomi sebagaimana kegiatan
yang lainnya perlu dituntun dan dikontrol agar berjalan seirama dengan ajaran Islam secara
keseluruhan. Falah hanya akan dapat diperoleh jika ajaran Islam dilaksanakan secara
menyeluruh atau kafah.
Ilmu ekonomi Islam sangat penting dan diperlukan eksistensinya karena ekonomi
Islam merupakan implementasi sistem etika Islam dalam kegiatan ekonomi yang ditujukan
untuk pengembangan moral masyarakat.
Dalam hal ini, ekonomi Islam bukanlah sekadar memberikan justifikasi hukum
terhadap fenomena ekonomi yang ada, tetapi lebih menekankan pada pentingnya spirit
Islam dalam setiap aktivitas ekonomi. Perbedaan pandangan muncul dalam mengidentifikasi
spirit dasar Islam yang terkait dengan ekonomi. Spirit inilah yang kemudian menjadi dasar
penurunan ilmu ekonomi.
Ekonomi Islam memiliki arti penting karena ekonomi Islam bukan hanya merupakan
praktik kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh individu dan komunitas muslim yang ada,
tetapi juga merupakan perwujudan perilaku ekonomi yang didasarkan pada ajaran Islam. Ia
mencakup cara memandang permasalahan ekonomi, menganalisis, dan mengajukan
alternatif solusi atas berbagai permasalahan ekonomi. Ekonomi Islam merupakan
konsekuensi logis dari implementasi ajaran Islam secara kafah dalam aspek ekonomi.
Oleh karena itu, perekonomian Islam merupakan suatu tatanan perekonomian yang
dibangun atas nilai-nilai ajaran Islam yang diharapkan, yang belum tentu tercermin pada
perilaku masyarakat muslim yang ada pada saat ini.