Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH AGAMA

“EKONOMI ISLAM DAN KESEJAHTRAN UMAT”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 10
1. Hairunnissa Anwar
2. Ayu Dewi Lestari
3. winda La Ulet
4. Yuyun D Radjab
5. Reza Kamalludin

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI D-III SANITASI
POLITEKNIK KEMENTERIAN
KESEHATAN TERNATE
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikumWr.Wb.Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah memberikan rahmat serta karunia- Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “EKONOMI ISLAM DAN
KESEJAHTERAAN UMAT”.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna.

oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, kami sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah
ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kita.Amin.Wassalamu‟alaikum wr
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekonomi Islam atau Ekonomi berbasis Syariah adalah sebuah sistem ekonomi
yangmemiliki tujuan utama untuk kesejahteraan umat. Sistem ekonomi syariah
berpedoman penuh pada Al - Qur‟an dan As - Sunnah. Hukum - hukum yang melandasi
prosedurtransaksinya sepenuhnya untuk kemaslahatan masyarakat, sehingga tidak ada
satu pihakyang merasa dirugikan. Kesejahteraan masyarakat dalam Ekonomi Islam
tidak hanyadiukur dari aspek materilnya, namun mempertimbangkan dampak sosial,
mental danspiritual individu serta dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan. Syariat
Islam telahmengajarkan tatacara manusia dalam menjalankan hidupnya dari segala
aspek. Tidakhanya dalam aspek religious, tetapi juga mengatur perilaku manusia
sebagai mahluk sosial,menjaga hubungan antar sesama manusia, hubungan manusia
dengan alam, dan menghindarkan dari perilaku–perilaku menyimpang agar dapat
tercipta kedamaian dan ketentraman.

Ekonomi Islam dibangun atas dasar agama Islam, karenanya ia merupakan


bagian yang terpisahkan dari agama Islam, sebagai bagian dari ajaran Islam, ekonomi
Islam akan mengikuti agama Islam dalam berbagai aspeknya. Islam adalah sistem
kehidupan, dimana Islam telah menyediakan berbagai perangkat aturan yang lengkap
bagi kehidupan manusia, termasuk dalam bidang ekonomi. Manusia diciptakan Allah
SWT dalam kondisi merdeka. Manusia tidak tunduk kepada siapapun kecuali kepada-
Nya. Hal ini merupakancermin kebebasan manusia dari ikatan-ikatan perbudakan.
Bahkan misi kenabian Muhammad SAW adalah melepaskan manusia dari beban dan
rantai yang membelenggunya

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ekonomi Islam dan kesejahteraan umat?


2. Bagaimana pengaruh ekonomi Islam terhadap kesejahteraan umat?
1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian ekonomi Islam dan kesejahteraan umat.


2. Mengetahui pengaruh ekonomi Islam terhadap kesejahteraan umat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Umat


2.2 Pengertian Ekonomi Islam
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia
yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid
sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam. Sistem Ekonomi Islam
berbeda sama sekali dengan sistem ekonomi kufur buatan manusia.Secara dasarnya,
pengelolaan kepemilikan harta kekayaan yang telah dimilikimencakup dua kegiatan,
yaitu:
1. Pembelanjaan Harta (Infaqul Mal)
Pembelanjaan harta (infaqul mal) adalah pemberian harta kekayaan yang
telah dimiliki. Dalam pembelanjaan harta milik individu yang ada, Islam
memberikan tuntunan bahwa harta tersebut haruslah dimanfaatkan untuk nafkah
wajib seperti nafkah keluarga, infak fi sabilillah, membayar zakat, dan lain-lain.
Kemudian nafkah sunnah seperti sedekah, hadiah dan lain-lain. Baru kemudian
dimanfaatkan untuk hal-hal yang mubah (harus). Dan hendaknya harta tersebut
tidak dimanfaatkan untuk sesuatu yang terlarang seperti untuk membeli barang-
barang yang haram seperti minuman keras, babi, dan lain-lain.
2. Pengembangan Harta (Tanmiyatul Mal)
Pengembangan harta (tanmiyatul mal) adalah kegiatan memperbanyak
jumlah harta yang telah dimiliki. Seorang muslim yang ingin mengembangkan
hartayang telah dimiliki, wajib terikat dengan ketentuan Islam berkaitan dengan
pengembangan harta. Secara umum Islam telah memberikan tuntunan
pengembangan harta melalui cara-cara yang sah seperti jual-beli, kerja sama
syirkah yang Islami dalam bidang pertanian,perindustrian, maupun perdagangan.
Pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan umum itu
adalah hak negara (Daulah Islamiyah), kerana negara (Daulah Islamiyah)
adalahwakil ummat. Meskipun menyerahkan kepada negara (Daulah Islamiyah)
untukmengelolanya, namun Allah SWT telah melarang negara (Daulah Islamiyah)
untuk mengelola kepemilikan umum tersebut dengan jalan menyerahkan
penguasaannya kepada orang tertentu. Sementara mengelola dengan selain dengan
cara tersebut diperbolehkan, asal tetap berpijak kepada hukum-hukum yang telah
dijelaskan oleh syarat

2.3 Konsep Ekonomi Islam


Ekonomi Islam pada hakekatnya bukanlah sebuah ilmu dari sikap
reaksionerterhadap fenomena ekonomi konvensional.awal keberadaannya sama
dengan awalkeberadaan Islam di muka bumi ini (1500 tahun yang lalu), karena
ekonomu uslammerupakan bagian yang tak terpisahkan dari Islam sebagai system
hidup.Islam yangdiyakini sebagai konsep hidup tentu melingkupi ekonomi sebagai
salah satu aktivitashidup manusia.jadi dapat dikatakan bahwa ekonomi Islam
merupakan aktivitasagama atau ibadah kita dalam berekonomi.Ilmu ekonomi
sebagaimana ilmu kemanusiaan lainnya sampai saat sekarangmasih tetap sebagai
ilmu dalam proses diterima atau ditolak.ilmu ini belum sampaiatau tidak samapi
kepada titik kematangan untuk menetapkan suatu paham yang benar.

2.4 Sistem Ekonomi Islam


Sistem ekonomi Islam harus terikat dengan syariat Islam, sebab segala aktivitas
manusia ( termasuk kegiatan ekonomi) wajib tunduk kepada syariat Islam. Sistem
ekonomi Islam adalah suatu konsep penyelenggaraan kegiatan kehidupan
perekonomian baik yang berhubungan dengan produksi, distribusi, atau pun
penukaran yang berlandaskan kepada syariat Islam yaitu al- Qur‟an dan as-
Sunnah.Sistem ekonomi Islam kontras dengan system ekonomi kapitalis yaitu
sekulerisme dimana paham sekularisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan.
Dalam kapitalisme pemanfaatan kepemilikan tidak membuat batasan tata caranya,
dan tidak ada pula batasan jumlahnya. Sebab pada sistem ekonomi kapitalisme
adalah cermin dari paham kebebasan (freedom/liberalisme) di bidang pemanfaatan
hak milik. Seseorang boleh memiliki harta dalam jumlah berapa saja dan diperoleh
dengan cara apa saja.oleh karena itu tidak heran dibolehkan seseorang bekerja dalam
usaha perjudiandan pelacuran. Sedang dalam Islam ada batasan tatacara tetapi tidak
membatasi jumlahnya. Tatacara itu berupa hukum-hukum syariah yang berkaitan
dengan cara pemanfaatan (tasharruf) harta, baik pemanfaatan yang berupa kegiatan
pembelanjaan(infaqul mâl), seperti nafkah, zakat, shadaqah, dan hibah, maupun
berupa pengembangan harta (tanmiyatul mal), seperti jual beli, ijarah, syirkah,
shina‟ah (industri), dan sebagainya. Seorang Muslim boleh memiliki harta berapa
saja,sepanjang diperoleh dan dimanfaatkan sesuai syariah Islam.

2.5 Prinsip Ekonomi Islam


Dalam melakukan aktivitas ekonomi Islam, para pelaku ekonomi memegang
teguh prinsip-prinsip dasar yaitu Prinsip Ilahiyah, dimana dalam ekonomi Islam
kepentingan individu dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat sekali
yaitu asas keselarasan, keseimbangan, dan bukan persaingan, sehingga tercipta
ekonomi yang seadil-adilnya. Prinsip ini menerangkan bahwa semua aktivitas
manusia termasuk ekonomi harus selalu bersandar kepada Tuhan. Dalam ajaran
Islam tidak ada pemisahan antara dunia dan akhirat, berarti dalam mencari rizki
harus halal dan baik.Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip
dasar sebagai berikut.
1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah
SWT kepada manusia.
2. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.
4. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh
segelintir orang saja.
5. Seorang muslim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat
nanti
6. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab).
7. Islam melarang riba dalam segala bentuk.
2.6 Etos Kerja dalam Islam
Etos kerja islam adalah setiap pribadi muslim mampu dan memiliki etos kerja
yang sesuai dengan tuntunan al quran dan al hadist, sehingga ia menjadi pribadi yang
profesional, handal dan produktif. disebutkan dalam Buku yang berjudul
Membudayakan Etos Kerja Islami karangan Toto Tasmara, bahwa dalam al-Qur’an
banyak kita temui ayat tentang kerja seluruhnya berjumlah 602 kata, bentuknya:
1. Kita temukan 22 kata ‘amilu (bekerja) di antaranya di dalam surat al
Baqarah: 62, an- Nahl: 97, dan al-Mukmin: 40.
2. Kata ‘amal (perbuatan) kita temui sebanyak 17 kali, di antaranya surat Hud:
46, dan al-Fathir: 10.
3. Kata wa’amiluu (mereka telah mengerjakan) kita temui sebanyak 73 kali,
diantaranya surat al-Ahqaf: 19 dan surat al-Nur: 55.
4. Kata Ta’malun dan Ya’malun seperti dalam surat al-Ahqaf: 90 dan surat
Hud:92.
5. Kita temukan sebanyak 330 kali kata a’maaluhum, a’maalun, a’maluka,
‘amaluhu, ‘amalikum, ‘amalahum, ‘aamul dan amullah. Diantaranya dalam
surat Hud: 15, al-Kahf: 102, Yunus: 41, Zumar: 65, Fathir: 8, dan at-Tur: 21.
6. Terdapat 27 kata ya’mal, ‘amiluun, ‘amilahu, ta’mal, a’malu seperti dalam
surat al-Zalzalah: 7, Yasin: 35, dan al-Ahzab: 31.
7. Disamping itu, banyak sekali ayat-ayat yang mengandung anjuran dengan
istilah seperti shana’a, yasna’un, siru fil ardhi ibtaghu fadhillah, istabiqul
khoirot, misalnya ayat-ayat tentang perintah berulang-ulang dan sebagainya.

Pada hakikatnya setiap muslim diminta untuk bekerja meskipun hasil


pekerjaannya belum dapat dimanfaatkan olehnya, oleh keluarganya atau oleh
masyarakat, juga meskipun tidak satu pun dari makhluk Allah, termasuk hewan dapat
memanfaatkannya. Ia tetap wajib bekerja karena bekerja merupakan hak Allah dan salah
satu cara mendekatkan diri kepada-Nya. Bekerja diminta dan dibutuhkan, walaupun
hasil kerja itu tidak bisa dimanfaatkan oleh seorang pun. Islam tidak meminta
penganutnya sekedar bekerja, tetapi juga meminta agar mereka bekerja dengan tekun
dan baik yakni dapat menyelesaikannya dengan sempurna. Untuk mencapai ketekunan
dalam bekerja, salah satu pondasinya adalah amanah dan ikhlas dan berusaha
semaksimal mungkin dengan prinsip melakukan yang terbaik dan bertawakkal serta
dibentengi oleh etika mulia dan hanya berharap mendapatkan keberkahan Allah swt.
atas usaha yang dilakukannya di dunia dan kelak di akhirat mendapat ganjaran pahala.
(Yusuf Qardawi, 1997:164)
Dalam bekerja seorang muslim harus mempunyai etos kerja islami yang antara
lain adalah:
1. Profesional, Setiap pekerjaan yang dilakukan seorang muslim harus
dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik.
Tentu saja untuk mencapai profesionalisme harus didukung dengan sarana
yang ilmiah, modern dan canggih.
2. Tekun. Seorang muslim tidak hanya sekedar bekerja, tetapi juga
menekankan agar bekerja dengan tekun dan baik yaitu dapat
menyelesaikannya dengan sempurna karena itu merupakan kewajiban setiap
muslim.
3. Jujur dalam bekerja bukan hanya merupakan tuntutan melainkan juga
ibadah. Seorang muslim yang dekat dengan Allah akan bekerja dengan baik
untuk dunia dan akhirat
4. Amanah dalam bekerja adalah suatu perbuatan yang sangat mulia dan
utama.
5. Kreatif.Orang yang hari ini sama dengan hari kemarin dianggap merugi,
karena tidak ada kemajuan dan tertinggal oleh perubahan. Terlebih lagi
orang yang hari ini lebih buruk dari kemarin dianggap orang yang celaka,
karena berarti akan tertinggal jauh dan sulit lagi mengejar. Orang yang
beruntung hanyalah orang yang hari ini lebih baik dari kemarin, berarti
selalu ada penambahan. Inilah sikap perubahan yang diharapkan selalu
terjadi pada setiap muslim, sehingga tidak akan pernah tertinggal, dia selalu
antisaifatif terhadap perubahan, dan selalu siap menyikapi perubahan.

Sedangkan menurut Toto Tasmara dalam bukunya etos kerja pribadi muslim
ada 14 karakter etos kerja seorang muslim (Toto Tasmara, 1995:61) karakter
tersebut adalah:

1. Memiliki jiwa kepemimpinan Manusia adalah khalifah di bumi, dan


pemimpin berarti mengambil peran secara aktif untuk mempengaruhi
orang lain, agar Etos Kerja dalam Islam Tawazun: Journal of Sharia
Economic Law Vol. 1 No. 1 2018 67 orang lain tersebut dapat berbuat
baik sesuai keinginanya. Sekaligus kepemimpinan berarti kemampuan
untuk mengambil posisi sekaligus memainkan peran (role), sehingga
kehadiran dirinya memberikan pengaruh pada lingkunganya. Seorang
pemimpin adalah seseorang yang mempunyai personalitas tinggi. Dia
larut dalam keyakinanya tetapi tidak segan untuk menerima kritik,
bahkan mengikuti yang terbaik
2. Selalu berhitung
Rasulullah bersabda ‘bekerjalah untuk duniamu seakan hidup
selamanya dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan engkau akan mati
besok, senada dengan hadist sayidina umar berkata: maka hendaklah
kamu menghitung dirimu sendiri, sebelum datang hari dimana engkau
akan diperhitungkan. Hal senada juga terdapat dalam firman allah
hendaklah kamu menghitung diri hari ini untuk mempersiapkan hari
esok (Qs:59:18) .Seorang muslim harus melihat resiko dan
memplaning apa yang akan dilakukan agar konsisten, tepat waktu dan
bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.
3. Menghargai waktu
Kita sangat hafal dengan ayat al-quran tentang makna dan pentingnya
waktu, sebagaimana dalam surat al-ash ayat 1-3. Waktu adalah rahmat
yang tiada terhitung nilainya, dan konsekwensi logisnya adalah
menjadikan waktu sebagai wadah produktivitas. Ada semacam bisikan
dalam jiwa jangan lewatkan sedetik pun kehidupan ini tanpa memberi
arti. Ajaran islam adalah ajaran yang riil, bukan sebagai ajaran yang
mengawang-ngawang, bukan pula bahan konsumsi diskusi konsep
lapuk di atas meja seminar. Tetapi dia merupakan ayat-ayat amaliyah,
suatu agama yang menuntut pengamalan ayat –ayat dalam bentuk yang
senyata-nyatanya, melalui gerakan bil haal. Oleh sebab itulah disadari
oleh setiap muslim bahwa memang apa yang akan di raih pada waktu
yang akan datang ditentukan oleh caranya mengada pada hari ini what
we are going tomorrow we are becoming today.
4. Tidak pernah merasa puas dengan berbuat baik (positif improvement)
Merasa puas di dalam berbuat kebaikanadalah tanda-tanda kematian
kreatifitas.Sebab itu sebagai konsekwensi logisnya, tipe seorang muslim
akan tampak dari semangat juangnya, yang tak mengenal lelah, tidak
ada kamus menyerah pantang surut apalagi terbelenggu dalam
kemalasan yang nista. Dengan semngat ini, seorang muslim selalu
berusaha untuk mengambil posisi dan memainkan peranya yang
dinamis dan kreatif.
5. Hidup berhemat dan efisien
Hidup berhemat dan efisien adalah dua sifat yang bagus bagi seorang
muslim, orang yang berhemat adalah orang yang mempunyai
pandangan jauh kedepan (future outlook), bukan hemat selalu di
identikkan dengan menumpuk harta kekayaan,sedangkan orang yang
efisien di dalam mengelola setiap resources yang di milikinya, dia
menjauhkan dari sifat yang tidak produktif dan mubazir.
6. Memiliki jiwa wiraswasta (entrepreneurship)
Memilik semangat wiraswata yang tinggi, tahu memikirkan segala
fenomena yang ada di sekitarnya, merenung dan kemudian bergelora
semangatnya untuk mewujudkan setiap perenungan batinya dalam
bentuk yang nyata dan realistis, nuraninya sangat halus dan tanggap
terhadap lingkungan dan setiap tindakanya diperhitungkan dengan laba
rugi, manfaat dan mudharatnya (entrepreneurship). Dalam sabda
Rasulullah sesungguhnya Allah sangat cinta kepada seorang mukmin
yang berpenghasilan.
7. Memiliki jiwa bertanding dan bersaing.
Semangat bertanding merupakan sisi lain bagi seorang muslim yang
tangguh, melalui lapangan kebajikan dan meraih prestasi. Harus
disadari dengan penuh keyakinan yang mendalam bahwa keuletan dan
kegigihan adalah fitrah diri setiap pribadi manusia, sehingga sikap
malas dan kehilangan semangat berkompetisi adalah kondisi melawan
fitrah kemanusianya, dan menghianati misi sebagai seorang khalifah di
dunia ini.

2.6 Zakat
1. Pengertian Zakat
Zakat adalah salah satu ibadah pokok yang menjadi kewajiban bagi
setiap individu (Mukallaf) yang memiliki harta untuk mengeluarkan harta
tersebut sesuai dengan aturan -aturan yang berlaku dalam zakat itu sendiri.
Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga setelah Syahadat dan Shalat,
sehingga merupakan ajaran yang sangat penting bagi kaum muslimin, juga
sebagai pengikat solidaritas dalam masyarakat dan mendidik jiwa untuk
mengalahkan kelemahan dan mempraktikkan pengorbanan diri serta
kemurahan hati.Secara bahasa zakat berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan
berkembang.Secara istilah zakat adalah sebagian harta yang wajib diberikan
kepada orang-orang tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula (Didin
Hafidhuddin, 1998:13).Zakat merupakan dasar prinsipil untuk menegakkan
struktur sosial Islam.Zakat bukanlah derma atau sedekah biasa, ia adalah
sedekah wajib. Setiap muslim yang memenuhi syarat tertentu, berdasarkan
dalil sebagai berikut:

a. Al-qur’an: Surat At-Taubah: Ayat:103


‫صلَ ٰوتَكَ َس َك ٌن لَّهُ ْم ۗ َوٱهَّلل ُ َس ِمي ٌع‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن َأ ْم ٰ َولِ ِه ْم‬
َ ‫ بِهَا َو‬l‫م َوتُ َز ِّكي ِهم‬lُْ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُره‬
َ ‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ْم ۖ ِإ َّن‬
‫َعلِي ٌم‬
Artinya:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui
b. Hadits Riwayat Bukhori dan Muslim

Artinya:
Islam itu berdiri di atas lima dasar yaitu bersaksi bahwa tiadaTuhan
selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat,
membayar zakat, naik haji, dan puasa ramadhan.

Zakat bukan hanya kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan akan mendapat
dosa tetapi lebih dari itu zakat memiliki tujuan yang jelas. Dengan terlaksananya
lembaga zakat secara baik dan benar diharapkan kesulitan dan penderitaan fakir miskin
dapat berkurang. Di samping itu dengan pengelolaan zakat yang professional berbagai
permasalahan yang terjadi dalam masyarakat yang ada hubungannya dengan mustahiq
zakat juga dapat dipecahkan.

Zakat menurut istilah berarti, sejumlah harta tertentu yang diwajibkan olehAllah
swt. untuk diberikan kepada para mustahik yang disebutkan dalam Al-Qur‟an. Atau
bisa juga berarti sejumlah tertentu dari harta tertentu yang diberikan untuk orang
tertentu .Zakat menurut segi kebahasaan berarti, berkah, bersih, berkembang dan baik.
Dinamakan zakat karena, dapat mengembangkan dan menjauhkan harta yang telah
diambil zakatnya dari bahaya. Dengan mengeluarkan zakat diharapkan hati dan jiwa
seseorang yang menunaikan kewajiban zakat itumenjadi bersih. Hal ini sesuai dengan
ayat al-Qur‟an :“Pungutlah zakat dari kekayaan mereka, engkau bersihkan dan sucikan
mereka dengannya” (al-Taubah:10).Dari ayat tersebut tergambar bahwa zakat yang
dikeluarkan oleh para“muzakki” (wajib zakat) itu dapat mensucikan dan membersihkan
hati mereka.

Zakat selain merupakan ibadah kepada Allah juga mempunyai dampaks osial
yang nyata. Dari satu segi zakat adalah ibadah, namun dari segi lain merupakan
kewajiban sosial. Zakat merupakan dasar prisipiil untuk menegakkan struktur sosial
Islam. Zakat bukanlah derma atau sedekah biasa,namun sedekah wajib.Orang-orang
yang berhak menerima zakat disebut mustahiq.
2. Pengelolaan Zakat
Terkait dengan perkenomian saat ini yang masih dikategorikan ekonomi rendah,
terutama di Indonesia. Maka pengelolaan zakat dikembangkan dalam perkonomian
tersebut dengan tujuan dapat meningkatkan sedikit demi sedikit perekonomian rendah
yang masih ada, sehingga mampu meningkatkankesejahteraan umat Islam khususnya
dan masyarakat pada umumnya. Olehkarena itu pada tahun 1990-an , beberapa
perusahaan dan masyarakatmembentuk Baitul Mal atau lembaga zakat yang bertugas
mengelola dana.
Tujuan utama usaha-usaha pengelolaan zakat di Indonesia adalah agar bangsa
Indonesia lebih mengamalkan seluruh ajaran agamanya, dalam hal inizakat yang
diharapkan dapat menunjang perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai
masyarakat adil dan makmur materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila UUD
1945.Dalam pelaksaannya, pengelolaan zakat tidaklah selalu berjalan mulus,ada beberpa
masalah dan solusi yang harus dilaksanakan. Salah satunya adalahmasalah pemahaman zakat,
masih banyak masyarakat yang pengertianmengenai zakat itu sendiri masih minim. Maka
upaya untuk menghadapimasalah tersebut adalah penyebarluasan pengertian zakat secara baik
dan benar. Upaya lain adalah perumusan fikih zakat baru yaitu dengan adanya kerja sama
multi disipliner antara para ahli berbagai bidang yang erat hubungannya dengan zakat.
Dalam menjalankan pengelolaan zakat, amil zakat sebagai pengelola juga
harus berpegang teguh pada tujuan pengelolaan zakat, antara lain:
1. Mengangkat harkat dan martabat fakir miskin dan membantunya keluar
darikesuliatan dan penderitaan.
2. Membantu pemecahan masalah yang dihadapi oleh para mustahik
3. Menjembatani antara yang kaya dengan yang miskin dalam suatumasyarakat
4. Meningkatkan Syi‟ar Islam.
5. Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara
6. Mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial dalam masyarakat.Dengan
prinsip-prinsip pengelolaan dan tujuan pengelolaan zakat dipegang oleh amil
zakat baik berupa badan atau lembaga, maka zakat , infaq,maupun,
shodaqoh dapat tersalurkan dan tercapainya tujuan utama zakattersebut
dengan baik dan tepat sasaran.
2.7 Wakaf
1. Pengertian waqaf
Wakaf berasal dari kata “waqofa” artinya menahan, dalam hal ini menahan harta
untuk diwakafkan. Harta yang telah diserahkan oleh Wakifkepada Nazhir (untuk
waktu selamanya), kepemilikannya berpindah kepadaAllah SWT. Harta tersebut
bukan milik wakif dan juga bukan milik nazhir.Sedangkan harta yang diserahkan
oleh Wakif kepada Nazhir agardimanfaatkan (untuk waktu tertentu), masih menjadi
milik Wakif, sehinggaharus dikembalikan kepada Wakif setelah jangka waktu
pemanfaatan hartawakaf berakhir.Harta wakaf (baik untuk waktu selamanya
maupun untuk waktu tertentu)tidak dapat dijual, dihibahkan, diwariskan atau
apapun yang dapat menghilangkan kewakafannya. Peran Nazhir adalah hanya
mengelola hartawakaf tersebut agar jangan berkurang, dan mengupayakannya
berkembang sehingga hasil (keuntungannya) dapat digunakan untuk keperluan
sosial (mauquf alaih).Di dalam Islam wakaf adalah salah satu bentuk sedekah yang
dianjurkan meskipun perintahnya tidak disebutkan secara tegas sebagaimana halnya
zakat,namun para ahli dipandang sebagai landasan perintah untuk berwakaf, yaitu:
1. Al-Qur‟an Surat al-Hajj :

‫عبُ ُد ْوا َربَّ ُك ْم َوا ْف َعلُوا‬ ْ ‫َوا‬ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُوا ارْ َكع ُْوا َوا ْس ُج ُد ْوا‬
‫ۚ ْال َخ ْي َر لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِح ُْو َن‬
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, ruku´lah kamu, sujudlah kamu,
sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat
kemenangan.
2. Surat Al-Baqarah : 267

َ ‫ض ۗ َواَل تَيَ َّم ُموا ْال َخبِي‬


‫ْث ِم ْنهُ تُ ْنفِقُ ْو َن‬ ِ ْ‫اَ ْخ َرجْ نَا لَ ُك ْم ِّم َن ااْل َر‬
‫ اَ َّن هّٰللا َ َغنِ ٌّي‬l‫ فِ ْي ِه ۗ َوا ْعلَ ُم ْٓوا‬l‫َولَ ْستُ ْم بِ ٰا ِخ ِذ ْي ِه آِاَّل اَ ْن تُ ْغ ِمض ُْوا‬
‫َح ِم ْي ٌد‬

Artinya:
Hai orang-orang beriman, berinfaklah dari hasil kerja kalian yang baik-baik dan
hasil bumi yang kalian dapatkan seperti pertanian,tambang dan sebagainya.
Janganlah kalian sengaja berinfak dengan yangburuk-buruk. Padahal kalian
sendiri, kalau diberikan yang buruk seperti itu, akan mengambilnya dengan
memicingkan mata seakan tidak ingin memandang keburukannya. Ketahuilah
Allah tidak membutuhkan sedekahkalian.Dia berhak untuk dipuji karena
kemanfaatan dan kebaikan yang telah ditunjuki-Nya.

2. Hadits
Hadits Diriwayatkan dari Ibnu Umar, Umar bin Khatab mempunyai
tanah(kebun) di Khaibar, lalu ia datang kepada Nabi SAW, untuk meminta
petunjuk mengenai tanah tersebut, ia berkata Wahai Rasulullah sayamemperoleh
tanah di Khaibar, yang belum pernah saya peroleh harta yanglebih baik bagiku
melebihi tanah itu, apa perintah engkau (kepadaku)mengenainya? Nabi SAW
menjawab, jika mau kamu tahan pokoknya dankamu sedekahkan (hasilnya), Ibnu
Umar berkata maka Umarmenyedekahkan tanah itu (dengan mensyaratkan) tanah
itu tidak dijual,tidak dihibahkan, dan tidak diwariskan ia menyedekahkan hasilnya
kepadafuqara, kerabat, riqab (hamba sahaya, orang tertindas), sabilillah, ibnusabil,
dan tamu. Tidak berdosa dari orang yang mengelola untuk memakandari (hasil)
tanah itu secara ma'ruf (wajar) dan memberi makan (kepada orang lain) tanpa
menjadikannya sebagai harta hak milik. Rawi berkata,saya menceritakan hadis
tersebut kepada Ibnu Sirin, lalu ia berkata ghairamutaatstsilin malan' (tanpa
menyimpanya sebagai harta hak milik. (H.R.al-Bukhari, Muslim, al Tharmidzi, al-
Nasa'i).

Secara etimologi, wakaf berasal dari kata waqf yang berarti al-habs yang
berbentuk masdar (infinitive noun)dengan arti “menahan, berhenti,atau diam”.
Apabila kata tersebut dihubungkan dengan harta sepertitanah, binatang dan yang
lain, berarti pembekuan hak milik untuk faedahtertentu. Secara lexicografis
(perkamusan), kataal- waqf sama artinyadenganat-tahbis danatt-asbil,yaitual-
habs„an at -tas{arruf, “mencegahagar tidak mengelola”. Kata waqf dibatasi
penggunaanya pada obyek tertentu, yakni benda wakaf, sehingga kata al-waqf
disamakan pengertiannya dengan al-habs. Kata ini dalam dalam Mausu„ah
FiqhUmar Ibn Khottab diartikan dengan menahan asal harta dan menjalankan
hasilnya.

Dalam khazanah fikih Islam, wakaf dimaknai dengan menahan danmemelihara


keutuhan suatu benda yang masih memungkinkan untukdimanfaatkan pada jalan
kebenaran atau menggunakan hasilnya pada jalankebaikan dan kebenaran guna
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Didalam kitab-kitab fiqh, para ulama berbeda
pendapat dalam memberi pengertian wakaf. Definisi wakaf menurut mazhab fiqh
cukup bervariasi.Kelompok Hanafiyah mengartikan wakaf sebagai menahan materi
benda (al-ain) milik waqif (orang yang mewakafkan) dan menyedekahkan atau
mewakafkan

manfaatnya kepada siapapun yang diinginkan untuk tujuankebajikan.


Sementara Malikiyah berpendapat, wakaf adalah menjadikanmanfaat suatu harta
yang dimiliki untuk diberikan kepada orang yang berhak dengan satu akad (sigat)
dalam jangka waktu tertentu sesuaidengan keinginan waqif .Adapun dari
komunitas mazhab Syafi„iyah mengartikan wakaf dengan menahan harta yang
bisa memberi manfaatserta kekal materi bendanya (al-„ain) dengan cara
memutuskan hak pengelolaan yang dimiliki oleh waqif untuk diserahkan kepada
nazir yang dibolehkan oleh syari‟ah. Sedangkan Hanabilah mendefinisikan wakaf
dengan bahasa yang sederhana, yaitu menahan asal harta (tanah)
danmenyedekahkan manfaat yang dihasilkan.
Di dalam Undang-Undang Wakaf No. 41 tahun 2004 dinyatakan
bahwawakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau
badanhukum yang memisahkan sebagian dari harta miliknya dan
melembagakannya untuk selama-lamnaya guna kepentingan ibadat atau
keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam. Definisi yang
termuat dalam Undang-Undang ini tampaknya sama dengan definisi wakafyang
tercantum dalam kompilasi hukum Islam di Indonesia pasal 215 jo. pasal 1 (1) PP
No. 28 Tahun 1977.Dari beberapa definisi wakaf tersebut, dapat disimpulkan
bahwa wakaf bertujuan untuk memberikan manfaat atau faedah harta yang
diwakafkan kepada orang yang berhak dan dipergunakan sesuai dengan ajaran
syari‟ah Islam. Sebagaimana fungsi wakaf yang disebutkan dalam pasal 5
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, yakni wakaf berfungsi untuk
mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan
ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
BAB IV
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
Masalah ekonomi merupakan masalah yang universal. Oleh karena itu, seluruh
duniamenaruh perhatian yang besar terhadap permasalahan ekonomi. Dalam
pandangan Islam, permasalahan ini tidak dapat diselesaikan hanya melalui perubahan
yang bersifat kosmetik belaka, diperlukan perubahan yang bersifat mendasar mulai
dari tatanan filosofi yang akanmembentuk teori ekonomi Islam, yang kemudian akan
membentuk prinsip-prinsip sistemekonomi Islam sehingga pada akhirnya akan
terbentuk secara otomatis perilaku Islamidalam ekonomi.

Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendiri
kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga diatur
dalamIslam dengan prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya bukan
milik manusia, melainkan hanya titipan dari Allah SWT agar dimanfaatkan sebaik-
baiknya demikepentingan umat manusia yang pada akhirnya semua akan kembali
kepada Allah SWT untuk dipertanggung jawabkan.

1. MANFAAT ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQAH:


2. SARANA PEMBERSIH JIWA
3. REALISASI KEPEDULIAN SOSIAL
4. SARANA UNTUK MERAIH PERTOLONGAN ALLAH SWT
5. UNGKAPAN RASA SYUKUR KEPADA ALLAH SWT

Infaq dapat diberikan kepada siapa saja dan dimana saja kepada orang
yangmemerlukan. Berbeda dengan zakat, infaq tidak menentukan jumlah harta yang
harusdikeluarkan. Dalam pelaksanaannya, infaq dapat dilakukan secara sembunyi
atau terang-terangan, tergantung dari maksud pemberi infaq. Ketentuan infaq juga
sudah jelas diauturoleh beberapa ayat di Al-quran, jadi sudah tidak ada alasan bagi
seseorang yangmempunyai harta lebih untuk berinfaq
5.2 Saran
Ekonomi dalam Islam mengajarkan seorang muslim harus memperhatikan
ketentuan-ketentuan syari‟at, dimana Islam sebagai way of life, sebagai rahmatan lil
alamin telah memberikan petunjuk kepada kita tentang bagaimana suatu keteraturan
itu dibentukdisemua lini kehidupan baik dunia maupun akhirat, termasuk aturan
dalam bermuamalahatau kita persempit lagi, aturan berekonomi. Dalam
perekenomian Islam tersebut sangatdilarang yang namanya riba dan sejenisnya. Hal
ini dilarang karena dapat merugikan baikdalam bentuk materi atau lainnya. Oleh
karna itu, hendaknya kita melakukan suatu usahaekonomi secara jujur, terbuka tanpa
ada suatu hal yang ditutupi agar tidak ada pihak yang dirugikan.

Anda mungkin juga menyukai