Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM


Dosen Pengampu: Bp. Mu’inan SHI., MSI.

DISUSUN OLEH:
1. AHMAD FAISAL NASIR (232200488)
2. LATIFAH AZAHRA ( 232200501)

PRODI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA 2024
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pandangan Islam mengenai persoalan kekayaan berbeda dengan pandangan Islam
mengenai pemanfaatan kekayaan. Menurut Islam, persoalan mana yang mendatangkan
manfaat adalah soal lain. Oleh karena itu, baik kekayaan maupun energi manusia biasanya
merupakan kekayaan dan sarana untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat. Dengan
demikian, dalam perspektif Islam, keduanya berbeda dari sudut pandang eksistensi dan
produksi dalam kehidupan sehari-hari, serta sudut pandang tata cara penggunaan dan
perolehan. Prinsip-prinsip utama sistem ekonomi Islam sebagaimana tertuang dalam Al-
Quran. Hidup hemat tanpa pemborosan berarti kegiatan ekonomi tidak hanya memuaskan
keinginan, namun juga memenuhi keinginan. Bisnis halal harus dilakukan dalam kerangka
Halal, mulai dari produk dan barang dagangan hingga proses manajemen dan produksi, serta
proses distribusi dan distribusi. Perusahaan-perusahaan ini tidak diperbolehkan melakukan
perjudian, spekulasi, atau aktivitas lain yang dilarang oleh hukum Islam. Namun Islam
mempunyai peraturan hukum yang cukup untuk memandu kegiatan ekonomi, dan pada
prinsipnya segala kegiatan hukum diperbolehkan selama ada dalil yang melarang kegiatan
tersebut sesuai dengan syariah.

2. Rumusan Masalah

1) Apa definisi Ekonomi Islam?


2) Sejarah Ekonomi Islam?
3) Hukum Ekonomi Islam?
4) Prinsip-prinsip Ekonomi Islam?
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ekonomi Islam

Ajaran Islam tidak hanya diperuntukkan bagi umat Islam saja, melainkan bagi seluruh
umat manusia, termasuk umat Islam dan pemeluk agama lain. Islam mengajarkan manusia
untuk menghormati dan menjaga lingkungan alam.

Secara epistemologis, ekonomi Islam terbagi menjadi dua bidang keilmuan. Yang
pertama adalah ilmu ekonomi Islam normatif, yaitu ilmu yang mempelajari hukum syariat
Islam yang berkaitan dengan masalah harta benda. Ruang lingkupnya meliputi kepemilikan,
penggunaan properti, dan distribusi kekayaan kepada masyarakat. Bagian ini merupakan
ideologi yang terikat nilai, karena bersumber dari sumber nilai-nilai Islam, Al-Quran dan As-
Sunnah, melalui hukum Istinbad yang sah. Yang kedua adalah ekonomi Islam aktif, yang
mempelajari konsep-konsep Islam mengenai masalah properti, terutama yang berkaitan
dengan produksi barang dan jasa.

Ekonomi Islam adalah ilmu yang mempelajari segala tindakan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidup dengan tujuan Farah (kedamaian dan kesejahteraan dunia dan
akhirat). Ruang lingkup ini mencakup segala jenis metode dan cara yang digunakan dalam
proses produksi barang dan jasa. Bagian ini tidak perlu secara konseptual berlandaskan al-
Qur'an dan as-Suna, namun cukup sesuai dengan al-Qur'an dan as-Sunah. Segala aturan yang
diturunkan Allah SWT dalam sistem Islam tidak hanya bermuara pada tercapainya kebaikan,
kemakmuran dan keutamaan, namun juga pada penghapusan keburukan, kesengsaraan dan
kerugian pada seluruh ciptaannya. Bahkan dalam masalah ekonomi, tujuan kami adalah
membantu orang-orang meraih kemenangan dalam kehidupan ini dan akhirat.
(Junaidi & Zainuddin, 2017)

2. Sejarah Ekonomi Islam

Pada dasarnya sejarah pemikiran ekonomi Islam bebarengan dengan perkembangan


Tasiri. Pembentukan fundamental dan kaidah ekonomi dalam Islam dimulai pada masa
Rasulullah SAW. Hal ini didasarkan pada nilai-nilai Al-Quran tentang persaudaraan,
kesetaraan, kebebasan dan keadilan. Namun, di dunia saat ini, sejarah perkembangan
pemikiran ekonomi Islam belum banyak diketahui, dan tidak dapat dipungkiri bahwa
dampaknya terhadap kehidupan masyarakat masih kecil. Karena fakta sejarah yang sangat
disayangkan, minimnya penelitian terhadap sejarah pemikiran ekonomi tidak bisa dihindari.

Pada hakikatnya, ekonomi Islam telah ada sejak ribuan tahun lalu dan bukan
merupakan ilmu baru yang muncul sebagai hasil modifikasi ekonomi tradisional Barat.
Mengikuti perjalanan sejarah pemikiran ekonomii islam sebagaimana diuraikan oleh
Nejatullah Siddiqui, terdapat tiga tahapan dalam sejarah perkembangan pemikiran ekonomi
Islam. Pertama, tahap dasar ekonomi Islam. Kedua, tahap kemajuan. Ketiga, ada periode
stagnasi. Era selanjutnya, mengikuti perkembangan ilmu ekonomi modern, memunculkan
sejumlah pemikir modern yang fokus pada bidang ekonomi Islam yang lebih sistematis dan
dinamis. Oleh karena itu, muncullah sebuah cerita dari beberapa informasi yang dijelaskan

Hal ini membuktikan bahwa pendiri dan penemu landasan ilmu pengetahuan adalah
para pemikir muslim. Ketidakmampuan kapitalisme dan sosialisme dalam memberikan solusi
terhadap permasalahan sosial-ekonomi perekonomian dunia, khususnya bagi umat Islam, dan
kegagalan nyata kedua sistem ini dalam menghadapi krisis ekonomi global, merupakan
bagian fundamental dari pemikiran Islam. para ahli untuk merenungkan dan
mempertimbangkan kembali. Terlibat dalam perekonomian global dan terlibat dengan
warisan Islam untuk menemukan solusi terhadap permasalahan yang saat ini menimpa umat
Islam. Hal ini tentu saja sejalan dengan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai
sistem ekonomi syariah. Dalam hal ini, memahami sistem ekonomi Islam tidak cukup hanya
melalui sosialisasi teknisnya namun juga melalui konteks dan sejarahnya. (Istiqomah, 2022)

3. Hukum Ekonomi Islam

Tujuan hukum ekonomi Islam adalah mewujudkan kehidupan manusia yang sejahtera
dalam arti mampu mengatasi permasalahan sosial ekonomi masyarakat. Hukum bisnis Islam
juga mengedepankan kehidupan manusia yang cakap dan sejahtera sepanjang usaha tersebut
dilakukan dalam wilayah yang diridhai Allah SWT. Hal ini disebabkan karena hukum dagang
Islam didasarkan pada asas dan moral yang menekankan pada konsep ta’aun.

Hukum ekonomi islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang m empelajari


masalah-masalah ekonomi rakyat yang di ilhami oleh nilai-nilai Islam. Dengan ini tidak
hendak dikatakan bahwa kaum muslim dicegah untuk mempelajari masalah-masalah
ekonomi non-muslim.Sebaliknya, mereka yang di ilhami oleh nilai-nilai Islam
dipemerintahan syariat untuk mempelajari masalah minoritas non-muslim dalam sebuah
negara Islam khususnya, dan mengenai kemanusiaan pada umumnya. Demikianlah definisi
yang kelihatannya sempit ini mempunyai implikasi yang lebih luas lagi definisi ilmu ekonomi
Islamini secara mencolok bertentangan dengan definisi modern ilmu ekonomi yang
merupakan suatu ilmu tentang umat manusia dalam usaha kehidupan yang biasa. Atau lebih
jelasnya ilmu ekonomi adalah pengetahuan tentang peristiwa dan persoalan yang berkaitan
dengan upaya manusia secara perorangan (pribadi), kelompok (keluarga, suku bangsa,
organisasi) dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas yang dihadapkan pada
sumber yang terbatas.

Sebagian ahli memberi definisi hukum ekonomi Islamadalah mazhab ekonomi


Islam yang didalamnya terjelma cara Islam mengatur kehidupan perekonomian dengan
apa yang dimiliki dan ditujukan oleh mazhab ini, yaitu tentang ketelitian cara berpikir
yang terdiri dari nilai-nilai moral Islamdan nilai-nilai ilmu ekonomi atau nilai-nilai
sejarah yang berhubungan dengan masalah-masalah siasat perekonomian maupun yang
berhubungan dengan uraian sejarah masyarakat manusia.

Selain pengertian hukum ekonomi islam dalam versi diatas, tidak ada salahnya bila
penulis mengemukakan pengertian hukum ekonomi islam. Hukum ekonomi islam adalah
kemampuan norma hukum yang bersumber dari Al-Quran dan hadits yang mengatur urusan
perekenomian umat manusia. (Hijaz, 2011)

4. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam

a. Siap menerima resiko

Prinsip ekonomi Islam yang menjadi pedoman setiap umat Islam dalam mencari
nafkah bagi dirinya dan keluarganya: penerimaan risiko yang terkait dengan pekerjaannya.
Tunjangan dan tunjangan yang Anda terima juga berbeda-beda tergantung jenis pekerjaannya.
Oleh karena itu, tidak ada manfaat atau keuntungan yang dapat diperoleh seseorang tanpa
adanya resiko. Inilah semangat prinsip ``Di mana ada keuntungan, di situ juga ada risiko'' (al-
Khalaj bid daman).

b. Tidak Menopoli
Sistem ekonomi Islam tidak memperbolehkan adanya monopoli, baik yang dilakukan
oleh individu maupun perusahaan. Harus ada kondisi persaingan, bukan monopoli atau
logopolis. Islam mengedepankan persaingan dalam bisnis sebagai jiwa Fastabikul Kairat.
Depresiasi, semua yang ada di dunia ini mengalami depresiasi. Zakat juga mendevaluasi
kekayaan. Hanya ada satu yang kekal di dunia ini, yaitu Allah SWT. Oleh karena itu, uang
hanyalah alat tukar. Uang bukanlah penyimpan nilai. Uang bukanlah komoditas. Segala
sesuatu ada harganya, tapi uang bukanlah pisang. Misalnya saja, ia memiliki harga yang sama
dengan produk lainnya, seperti komputer atau furnitur. Islam tidak mengizinkan Anda
menetapkan harga pada uang. Jika ada yang meminjamkan 5 juta rupiah. Dalam kasus
lain,penerima pinjaman membayar kembali Rp 5 juta, bukan Rp 5,2 juta atau Rp 5,4 juta.
Uang hanyalah perantara (medium of exchange). Artinya, karena uang adalah alat tukar,
maka nilainya harus tetap stabil. Click or tap here to enter text.

c. Tidak melakukan penimbunan

Dalam sistem ekonomi Islam, tidak seorang pun boleh menimbun uang. Jangan
menyimpan uang tanpa membelanjakannya. Dengan kata lain, hukum Islam tidak
memperbolehkan uang tunai dibiarkan begitu saja. Oleh karena itu, pemerintah harus
mengenakan pajak pada uang tunai dan menjatuhkan sanksi kepada orang-orang yang
menimbunnya. Ini berguna untuk kegiatan spekulatif. Seharusnya uang seseorang digunakan
untuk keperluan jual beli yang berkelanjutan. Sebuah koin terdiri dari dua sisi: depan dan
belakang. Tanpa wajah, suatu benda bukanlah sebuah koin. Gabungkan kepala dan ekornya
untuk membentuk apa yang disebut koin. Terkait dengan kegiatan ekonomi, Presiden Saud
menyampaikan bahwa mata uang ekonomi terdiri dari dua sisi, yaitu sisi penjual dan sisi
pembeli. Uang harus mengalir terus menerus melalui perekonomian dan tidak berakhir pada
satu titik saja. Oleh karena itu, penulis mengusulkan tiga cara membelanjakan uang yang
diperbolehkan menurut syariah: (a) konsumsi halal, (b) kegiatan produksi/investasi, dan (c)
kesejahteraan sosial. (H

d. Pelarangan Riba

ada orang berpendapat bahwa Al-Quranhanya melarang riba dalam bentuk bunga
berbunga (componen interest) dan bunga yan dipraktikan oleh bank konvensional (simple
interest) bukan riba. Namun, jumhur ulama mengatakan bahwa bunga bank adalah riba.
Beberapa orang juga berpendapat bahwa riba hanya terdapat pada kegiatan perdagangan
seperti yang dipraktikan pada zaman jahiliah, bukan pada kegiatan produksi yang dipraktikan
oleh bank konvensional saat ini. Namun penulis berpendapat bahwa seluruh jenis interest
adalah riba termasuk bunga bank dan diharamkan (dilarang) oleh Allah SWT dalam Al-
Quransurah al-Baqarah ayat 278 (artinya) :“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah
kamu sekalian kepada Allah dan tinggalkanlah apa-apa yang tersisa dari riba (yang belum
dipungut), jika kamu benar-benar orang yang beriman.”Selain itu penulis mengemukakan
dalil hukum tentang pelarangan riba yang bersumber dari hadis Nabi Muhammad sebagai
berikut:“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Katanya : Rasulullah telah bersabda : jauhilah
tujuh perkara yang bisa membinasakan kamu yaitu menyebabkan kamu masuk neraka atau
dilaknati olehAllah. Para sahabatnya bertanya: wahai Rasulullah! Apakah ketujuh perkara
itu? Rasulullah bersabda: Mensyirikkan Allah yaitu menyekutukan-Nya, melakukan
perbuatan sihir, membunuh manusia yang diharamkan oleh Allah melainkan dengan hak,
memakan harta anak yatim, memakan harta riba, lari dari mendan pertempuran dan
memfitnah perempuan-perempuan yang baik yaitu yang boleh dikawini serta menjaga
muruah dirinya, juga perempuan yang tidak memikirkan untuk melakukan perbuatan jahat
serta perempuan yang beriman dengan Allah dan Rasul-Nya dengan fitnah melakukan
perbuatn zina.”10“Diriwayatkan dari Sahl bin Abi Hatsamah ra. Katanya : sesungguhnya
Rasulullah saw telah melarang penjualan kurma dibayar dengan kurma, baginda bersabda :
itu adalah riba, yaitu Muzabanah, jual beli yang tidak jelas. Baginda hanya memberi
keringanan dalam penjualan secara Ariyyah yaitu satu atau dua pokok kurma diambil oleh
satu keluarga denan kiraan kurma kering dan mereka makan buah yang separuh
masak.”11“Diriwayatkan dari Aisyah ra Katanya: ketika ayat Al-Quranyang terakhir dari
Surah al-Baqarah tentang riba diturunkan, Rasulullah saw keluar ke mesjid lalu
mengharamkan perdagangan arak.”12“Diriwayatkan dari Umar bin Khatab ra. Katanya :
bahwa Rasulullah saw telah bersabda : perak ditukar dengan emas adalah riba kecuali diserah
dan diterima pada waktu yang sama. Gandum ditukar denan gandum adalah riba kecuali
diserah dan diterima pada waktu tersebut. Kurma ditukar dengan kurma juga adalah riba
kecuali diserah dan diterima pada waktu yang sama. Click or tap here to enter text.

e. Solidaritas Sosial
Interaksi antar umat Islam dapat diibaratkan seperti tubuh fisik. Ketika salah satu
bagian tubuhmu sakit, seluruh tubuh juga ikut merasakan sakit. Ketika seorang muslim
menghadapi permasalahan kemiskinan, maka menjadi kewajiban umat islam lainnya untuk
membantu orang miskin tersebut (dengan mengeluarkan Zakat, Infaq, Sadaqah). Kekayaan
adalah milik Allah. Segala harta yang Tuhan berikan kepada manusia adalah anugerah dari
Tuhan. Oleh karena itu, masyarakat harus menjaga kepercayaan tersebut dengan
menggunakannya untuk membantu orang lain. Inilah semangat pengenalan Zakat yang
bertujuan untuk mengatasi permasalahan sosial umat Islam. Barangsiapa menggunakan
hartanya di jalan Allah, maka ia akan mendapat balasan di akhirat sebagaimana disebutkan
Allah dalam surat Al Muzammil ayat 20. Ini berarti: Hadiah…". (Hijaz, 2011)
PENUTUP

Kesimpulan: Kesimpulan dari makalah ini prinsip-prinsip ekonomi Islam adalah bahwa
prinsip-prinsip tersebut menekankan pada keadilan, keberkahan, dan keberlangsungan dalam
aktivitas ekonomi. Dalam sistem ekonomi Islam, terdapat penekanan pada pembagian yang
adil, transaksi yang tidak mengandung riba (bunga), serta tanggung jawab sosial dalam
distribusi kekayaan. Prinsip-prinsip ini memberikan landasan bagi pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan dan berorientasi pada kesejahteraan sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Hijaz, M. K. (2011). Prinsip-Prinsip Hukum Ekonomi Islam. Jurnal Ushuluddin: Media Dialog Pemikiran
Islam, 15(1), 188–194.

Istiqomah, L. (2022). Telaah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Al-Iqtishod: Jurnal Ekonomi Syariah, 4(1), 1–
15.

Junaidi, H., & Zainuddin, C. (2017). Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam: Sebuah Kajian Awal. Jurnal Muamalah,
3(1), 1–14.

Anda mungkin juga menyukai