Anda di halaman 1dari 13

1

MAKALAH

KARATERISTIK PEREKONOMIAN ISLAM

DISUSUN OLEH :

Ajeng Kurnia Imanisari (18.11.1001.3408.004)

Bella Serina Prayogi (18.11.1001.3408.006)

Josua Pranata Tarigan (18.11.1001.3408.088)

Fauzil Toya Ibrahim (18.11.1001.3408.111)

DOSEN PEMBIMBING :

“ Ekonomi Islam“

Sunarto,SE, M.Si

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SAMARINDA
2020/2021
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam sebagai agama wahyu merupakan sumber pedoman hidup bagi seluruh umat manusia.
Oleh karena itu, seluruh aktivitas yang dilakukan dalam bidang ekonomi mengutamakan metode
dan pendekatan sistem nilai sebagaimana yang tercantum dalam sumber-sumber hukum islam.

Ekonomi sebagai suatu usaha mempergunakan sumber daya secara rasional untuk memenuhi
kebutuhan yang sesungguhnya melekat pada watak manusia. Tanpa disadari, kehidupan manusia
sehari-hari didominasi kegiatan ekonomi. Pada hakikatnya ekonomi syariah adalah upaya
pengalokasian sumber daya untuk memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan petunjuk
Allah swt, dalam rangka memperioleh ridaNya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :
1. Pengertian tentang karakteristik perekonomian islam.
2. Pengertian paradigma dan filosofi ekonomi islam dan kedudukan harta.

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah :
1. Memberikan pengetahun tentang karakteristik perekonomian islam
2. Untuk mengetahui peran ekonomi islam dalam masyarakat sehari hari
3. Untuk mengetahui perkembangan ekonomi islam saat ini.

D. Manfaat penulisan
1. Bagi penulis, paper ini untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas dan
sebagai latihan penulis dalam menyusun makalah ke jenjang yang lebih tinggi sehingga
penulis tidak akan mengalami kesulitan.
3

2. Bagi pihak lain, makalah ini sebagai pengetahuan tentang permasalah ekonomi pada saat ini,
dan semoga memberi manfaat amiin.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian tentang karakteristik ekonomi islam


Ada beberapa karakteristik ekonomi Islam sebagaimana disebutkan dalam al-Mawsuah
al-Ilmiyah wa al-Amaliyah al-Islamiyah dalam Ghufran, yang dapat diringkas sebagai berikut:

1. Harta kepunyaan Allah dan manusia khalifah harta. Karakteristik pertama ini terdiri dari dua
bagian, yaitu semua harta, baik benda maupun alat produksi adalah milik (kepunyaan Allah),
dan manusia adalah khalifah atas harta miliknya. Hak milik pada hakikatnya adalah milik
Allah. Manusia menafkahkan hartanya itu haruslah menurut hukum-hukum yang telah
disyariatkan Allah.
2. Ekonomi Islam terikat dengan akidah, syariat (hukum) dan moral. Hubungan ekonomi Islam
dengan akidah Islam tampak jelas dalam banyak hal, seperti pandangan Islam terhadap alam
semesta yang disediakan untuk kepentingan manusia. Di antara bukti hubungan ekonomi dan
moral dalam Islam adalah:
a. Larangan terhadap pemilik dalam penggunaan hartanya yang dapat menimbulkan
kerugian atas harta orang lain atau kepentingan masyarakat.

b. Larangan melakukan penipuan dalam transaksi.

c. Larangan menimbun emas dan perak atau sarana-sarana moneter lainnya, sehingga
mencegah peredaran uang, karena uang sangat diperlukan buat mewujudkan kemakmuran
perekonomian dalam masyarakat. Menimbun uang berarti menghambat fungsinya dalam
memperluas lapangan produksi dan persiapan lapangan kerja buat para buruh.

d. Larangan melakukan pemborosan, karena akan menghancurkan individu dalam


masyarakat.

3. Keseimbangan antara kerohanian dan kebendaan. Islam adalah agama yang menjaga diri,
tetapi juga toleran (membuka diri). Selain itu, Islam adalah agama yang memiliki unsur
keagamaan (mementingkan segi akhirat) dan sekularitas (segi dunia).
4. Keadilan dan keseimbangan dalam melindungi kepentingan individu dan masyarakat. Arti
keseimbangan dalam sistem sosial Islam adalah tidak mengakui hak mutlak dan kebebasan
mutlak, tetapi mempunyai batasan-batasan tertentu, termasuk dalam bidang hak milik. Hanya
5

keadilan yang dapat melindungi keseimbangan antara batasan-batasan yang ditetapkan dalam
sistem islam untuk kepemilikan individu dan umum.
5. Bimbingan Konsumsi. Dalam konsumsi Islam mempunyai pedoman untuk tidak melampaui
batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan tidak melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.
6. Petunjuk Investasi. Kriteria atau standar dalam menilai proyek investasi, memandang ada
lima kriteria yang sesuai dengan Islam untuk dijadikan pedoman dalam menilai proyek
investasi.
7. Zakat. Zakat adalah sedekah yang diwajibkan atas harta seorang muslim yang telah
memenuhi syarat, bahkan ia merupakan rukun Islam yang ketiga. Zakat merupakan sebuah
sistem yang menjaga keseimbangan dan harmoni sosial di antara muzzaki dan mustahik.
Zakat juga bermakna komitmen yang kuat dan langkah yang konkret dari negara dan
masyarakat untuk menciptakan suatu sistem distribusi kekayaan dan pendapatan secara
sistematik dan permanen.
8. Larangan riba. Islam telah melarang segala bentuk riba karenanya itu harus dihapuskan dalam
ekonomi Islam. Pelarangan riba secara tegas ini dapat dijumpai dalam al-Qur’an dan hadits.
Arti riba secara bahasa adalah ziyadah yang berarti tambahan, pertumbuhan, kenaikan,
membengkak, dan bertambah, akan tetapi tidak semua tambahan atau pertumbuhan
dikategorikan sebagai riba.
9. Pelarangan Gharar. Ajaran Islam melarang aktivitas ekonomi yamg mengandung gharar.
Gharar adalah sesuatu dengan karakter tidak diketahui sehingga menjual hal ini adalah seperti
perjudian.
10. Pelarangan yang haram. Dalam ekonomi Islam segala sesuatu yang dilakukan harus halalan
toyyiban, yaitu benar secara hukum Islam dan baik dari perspektif nilai dan sesuatu yang jika
dilakukan akan menimbulkan dosa. Haram dalam hal ini bisa dikaitkan dengan zat atau
prosesnya dalam hal zat, Islam melarang mengkonsumsi, memproduksi, mendistribusikan,
dan seluruh mata rantainya terhadap beberapa komoditas dan aktivitasnya .
1

B. Pengertian paradigma

1
6

Paradigma di sini diartikan Thomas Kuhn sebagai kerangka referensi atau pandangan dunia
yang menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori. Dengan pengertian itu, paradigma sistem
ekonomi Islam ada 2 (dua), yaitu: 
1. Prinsip (al-mabda), yaitu Aqidah Islamiyah yang menjadi landasan pemikiran (al-
qa’idah fikriyah)  bagi segala pemikiran Islam, seperri sistem ekonomi Islam.
2. dasar  (al-asas), yaitu sejumlah kaidah umum dan mendasar dalam Syariah Islam yang lahir
dari Aqidah Islam, yang secara khusus menjadi landasan bangunan sistem ekonomi Islam. 
Al-Asas  ini terdiri dari tiga dasar (pilar), yaitu:
1. kepemilikan (al-milkiyah) sesuai syariah.
2. pemanfaatan kepemilikan (tasharruffi al-milkiyah)sesuai syariah.
3. distribusi kekayaan kepada masyarakat (tau^i’ al-tsarwah baina al-nas),melalui mekanisme
syariah.
Dalam sistem ekonomi Islam, tiga dasar tersebut harus terikat dengan syariah Islam,
sebab segala aktivitas manusia (termasuk juga kegiatan ekonomi) wajib terikat atau tunduk
kepada syariah Islam. Sesuai kaidah syariah, Ai-Ashlu fil-afdl’ al-taqajyudu bi al-hukm al-
syar’i(Prinsip dasar mengenai perbuatan manusia, adalah wajib terikat dengan syariah Islam).
Aqidah Islamiyah sebagai paradigma umum ekonomi Islam menerangkan bahwa Islam adalah
agama dan sekaligus ideologi sempurna yang mengatur segala aspek kehidupan tanpa kecuali,
termasuk aspek ekonomi2.  Paradigma  sistem ekonomi Islam  tersebut secara diametral
bertentangan dengan paradigma lain seperti sistem ekonomi kapitalisme yang berdasarkan
sekularisme dan liberalisme.
Sekularisme ini pula yang mendasari paradigma cabang kapitalisme lainnya, yaitu
paradigma yang berkaitan dengan kepemilikan, pemanfaatan kepemilikan, dan distribusi
kekayaan (barang dan jasa) kepada masyarakat. Semuanya dianggap lepas atau tidak boleh
disangkutpautkan dengan agama. 
1.   Kepemilikan. Berdasarkan sekularisme yang menafikan peran agama dalam ekonomi, maka
dalam masalah kepemilikan, kapitalisme memandang bahwa asal usul adanya kepemilikan
suatu barang adalah terletak pada nilai manfaat (utility) yang melekat pada barang itu, yaitu
sejauh mana ia dapat memuaskan kebutuhan manusia. Ini berbeda dengan ekonomi Islam,
yang memandang bahwa asal-usul kepemilikan adalah adanya izin dari Allah SWT (id^n Asy-

2., Qs. al-Ma’idah [5]: 3; Qs. an-Nahl  [16]:  89


7

Sydri) kepada manusia untuk memanfaatkan suatu benda. Jika Allah menggunakan, berarti
boleh dimiliki. Tapi jika Allah tidak mengizinkan (yaitu mengharamkan sesuatu) berarti
barang itu tidak boleh dimiliki.
2.   Pemanfaatan kepemilikan. Kapitalisme tidak membuat batasan tatacaranya (kaifiyah-nya)
dan tidak ada pula batasan jumlahnya (kaifah-nya). Sebab pada dasarnya sistem ekonomi
kapitalisme adalah cermin dari paham kebebasan (freedom/liberalism) di bidang pemanfaatan
hak milik. Sedangkan ekonomi Islam, menetapkan adanya batasan tatacara(kaifiyah-njz),  tapi
tidak membatasi jumlahnya (kamiyah-nyz).  Seorang muslim boleh memiliki harta berapa saja,
sepanjang diperoleh dan dimanfaatkan sesuai syariah Islam. 
3. Distribusi kekayaan. Kapitalisme menyerahkannya kepada mekanisme pasar, yaitu melalui
mekanisme harga keseimbangan yang terbentuk akibat interaksi penawaran (supply) dan
permintaan (demand). Harga berfungsi secara informasional, yaitu memberi informasi kepada
konsumen mengenai siapa yang mampu memperoleh atau tidak memperoleh suatu barang
atau jasa. Karena itulah peran negara dalam distribusi kekayaan sangat terbatas. Akibatnya,
kesenjangan kaya miskin sedemikian lebar. Sedikit orang kaya telah menguasai sebagian
besar kekayaan, sementara sebagian besar manusia hanya menikmati sisa-sisa kekayaan yang
sangat sedikit. Dalam ekonomi Islam, distribusi kekayaan terwujud melalui mekanisme
syariah, yaitu mekanisme yang terdiri dari sekumpulan hukum syariah yang menjamin
pemenuhan barang dan jasa bagi setiap individu rakyat.
Mekanisme syariah ini terdiri dari mekanisme ekonomi dan mekanisme non-ekonomi,
mekanisme ada 2 yaitu :
1.  Mekanisme Ekonomi adalah mekanisme melalui aktivitas ekonomi yang bersifat produktif,
berupa berbagai kegiatan pengembangan harta itanmiyatul mat) dalam akad-akad muamalah
dan sebab-sebab kepemilikan (asbab at-tamalluli). Mekanisme ini, misalnya ketentuan
syariah yang:
a. Membolehkan manusia bekerja di sektor pertanian, industri, dan perdagangan.
b. Memberikan kesempatan berlangsungnya pengembangan harta (tanmiyah mat) melalui
kegiatan investasi, seperti dengan syirkah inan, mudharabah, dan sebagainya.
c. Memberikan kepada rakyat hak pemanfaatan barang-barang (SDA) milik umum (al-
milkiyah al-amah) yang dikelola negara seperti hasil hutan, barang tambang, minyak,
listrik, air dan sebagainya demi kesejahteraan rakyat. 
8

2.  Non-Ekonomi, adalah mekanisme yang berlangsung tidak melalui aktivitas ekonomi yang
produktif, tetapi melalui aktivitas non-produktif. Misalnya dengan jalan pemberian (hibah,
shodakoh, zakat, dan Iain-lain) atau warisan. Mekanisme non-ekonomi dimaksudkan untuk
melengkapi mekanisme ekonomi, yaitu untuk mengatasi distribusi kekayaan yang tidak
berjalan sempurna jika hanya mengandalkan mekanisme ekonomi semata, baik yang
disebabkan adanya sebab alamiah seperti bencana alam dan cacat fisik, maupun sebab non-
alamiah, misalnya penyimpangan mekanisme ekonomi (seperti penimbunan).
Mekanisme non-ekonomi bertujuan agar di tengah masyarakat segera terwujud
keseimbangan (al-tawazun)  ekonomi, dan memperkecil jurang perbedaan antara yang kaya dan
yang miskin. Mekanisme ini dilaksanakan secara bersama dan sinergis antara individu dan
negara.
Paradigma juga disebut sebagai serangkaian pandangan yang menghubungkan suatu yang
idealisme yang abstrak dengan yang gambaran praktik yang dalam hal ini paradigma ekonomi
islam mencerminkan suatu pandangan dan prilaku yang mencerminkan pencapaian falah,

C. Pengertian filosofi ekonomi islam

Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti bahwa Islam
diperuntukkan bagi seluruh ummat manusia di muka bumi dan dapat diterapkan dalam setiap
waktu dan tempat sampai akhir zaman. Komprehensif artinya bahwa Islam mempunyai ajaran
yang lengkap dan sempurna (syumul). Kesempurnaan ajaran Islam,  dikarenakan Islam mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia, tidak saja aspek spiritual (ibadah murni), tetapi juga aspek
mu’amalah yang meliputi ekonomi, sosial, politik, hukum, dan sebagainya.

Filsafat ekonomi, merupakan dasar dari sebuah sistem ekonomi yang dibangun.
Berdasarkan filsafat ekonomi yang ada dapat diturunkan tujuan-tujuan yang  hendak dicapai,
misalnya tujuan kegiatan ekonomi konsumsi, produksi, distribusi, pembangunan ekonomi,
kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dsb.
Filsafat ekonomi Islam didasarkan pada konsep triangle: yakni filsafat Tuhan, manusia
dan alam. Kunci filsafat ekonomi Islam terletak pada manusia dengan Tuhan, alam dan manusia
lainnya. Dimensi filsafat ekonomi Islam inilah yang membedakan ekonomi Islam dengan sistem
ekonomi lainnya kapitalisme dan sosialisme. Filsafat ekonomi yang Islami, memiliki paradigma
9

yang relevan dengan nilai-nilai logis, etis dan estetis yang Islami yang kemudian difungsionalkan
ke tengah tingkah laku ekonomi manusia. Dari filsafat ekonomi ini diturunkan juga nilai-nilai
instrumental sebagai perangkat peraturan  permainan (rule of game) suatu kegiatan.
Sebagai disebut di atas, bahwa salah satu poin yang menjadi dasar perbedaan antara
sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya adalah pada falsafahnya, yang terdiri dari
nilai-nilai dan tujuan.  Dalam ekonomi Islam, nilai-nilai ekonomi bersumber Alquran dan hadits
berupa prinsip-prinsip universal. Di saat sistem ekonomi lain hanya terfokus pada hukum dan
sebab akibat dari suatu kegiatan ekonomi, Islam lebih jauh membahas nilai-nilai  dan etika yang
terkandung dalam setiap kegiatan ekonomi tersebut. Nilai-nilai inilah yang selalu mendasari
setiap kegiatan ekonomi Islam.

D. Kedudukan Harta

Dalam pandangan islam, segala sesuatu ada kedudukannya baik dihadapan Allah SWT
dan rasulnya maupun dihadapan manusia, demikian pula dengan harta, kedudukan harta dalam
pandangan islam itu ada 4 yaitu:
1. Sebagai amanah
Harta merupakan titipan atau amanah dari allah swt kepada kita oleh sebab itu kita harus
menggunakannya dengan baik dan tidak melalaikan kita dari mengingat allah swt, serta
melanggar ketentuan allah swt.
2. Sebagai perhiasan hidup
Allah SWT berfirman: “dijadikan indah pada (pandangan manusia) kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang, itulah kesenangan hidup dunia, dan disisi
Allah lah tempat kambali yang baik (surga)”. (QS. Ali Imran: 14)
3. Ujian keimanan
Allah SWT berfirman: “dan ketauilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai
cobaan dan sesungguhnya disisi Allah lah pahala yang besar” (QS. Al nfal: 28).
4. Sebagai pilar kehidupan
10

Tidak kita pungkiri kita membutuhkan harta untuk menjalankan kehidupan kita, oleh sebab itu
setiap muslim harus mampu menempatkan dan menggunakan harta dengan sebaik-baiknya untuk
kehidupan.
Dalam istilah ilmu fiqih, dinyatakan oleh kalangan Hanafiyah bahwa harta itu adalah
sesuatu yang digandrungi oleh tabiat manusia dan mungkin disimpan untuk digunakan saat
dibutuhkan. Namun harta tersebut tidak akan bernilai kecuali bila dibolehkan menggunakannya
secara syariat . Sedangkan Menurut Wahbah Zuhaili, secara urgerc, al maal didefinisikan
3

sebagai segala sesuatu yang dapat mendatangkan ketenangan, dan urg dimiliki oleh manusia
dengan sebuah upaya (fi’il), baik sesuatu itu berupa dzat (materi) seperti; urger, lamera digital,
hewan ternak, tumbuhan, dan lainnya. Atau pun berupa manfaat, seperti, kendaraan, atau pin
tempat tinggal .
4

Sikap Islam terhadap harta merupakan bagian dari sikapnya terhadap kehidupan dunia.
Sikap Islam terhadap dunia adalah sikap pertengahan yang seimbang. Materi atau harta dalam
pandangan Islam adalah sebagai jalan, bukan satu-satunya tujuan, dan bukan sebagai sebab yang
dapat menjelaskan semua kejadian-kejadian. Maka kewajiban itu lebih dipentingkan daripada
materi. Tetapi materi menjadi jalan untuk merealisir sebagai kebutuhan-kebutuhan dan manfaat-
manfaat yang tidak cukup bagi manusia, yaitu dalam pelayanan seseorang kepada hal yang
bersifat materi, yang tidak bertentangan dengan kemaslahatan umum, tanpa berbuat dhalim dan
berlebihan.
Harta yang baik adalah harta jika diperoleh dari yang halal dan digunakan pada
tempatnya. Harta menurut pandangan Islam adalah kebaikan bukan suatu keburukan. Oleh
karena itu harta tersebut tidaklah tercela menurut pandangan Islam dan Karena itu pula Allah rela
memberikan harta itu kepada hamba-Nya. Dan kekayaan adalah suatu nikmat dari Allah
sehingga Allah SWT. Telah memberikan pula beberapa kenikmatan kepada Rasul-Nya berupa
kekayaan.
Berkenaan dengan harta didalam al-Qur’an dijelaskan juga larangan-larangan yang
berkaitan dengan aktivitas ekonomi, dalam hal ini meliputi: produksi, distribusi dan konsumsi
harta:
1. Perkara-perkara yang merendahkan martabat dan akhlak manusia

3
4
11

2. Perkara-perkara yang merugikan hak perorangan dan kepentingan sebagian atau keseluruhan
masyarakat, berupa perdagangan yang memakai bunga.
3. Penimbunan harta dengan jalan kikir
4. Aktivitas yang merupakan pemborosan
5. Memproduksi, memeperdagangkan, dan mengkonsumsi barang-barang terlarang seperti
narkotika dan minuman keras.
Aturan-aturan tesebut dimaksudkan untuk menjamin keselamatan manusia sepanjang
hidupnya, baik yang menyangkut keselamatan agama, keselamatan diri (jiwa dan raga),
keselamatan akal, keselamatan harta benda, maupun keselamatan nasab keturunan. Hal-hal
tersebut merupakan kebutuhan pokok atau primer .
5

5
12

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah perangkum menyelesaikan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, semua
harta, baik benda maupun alat produksi adalah milik (kepunyaan Allah), dan manusia adalah
khalifah atas harta miliknya. Hak milik pada hakikatnya adalah milik Allah. Manusia
menafkahkan hartanya itu haruslah menurut hukum-hukum yang telah disyariatkan Allah.
Aqidah Islamiyah sebagai paradigma umum ekonomi Islam menerangkan bahwa Islam
adalah agama dan sekaligus ideologi sempurna yang mengatur segala aspek kehidupan tanpa
kecuali, termasuk aspek ekonomi, Paradigma  sistem ekonomi Islam  tersebut secara diametral
bertentangan dengan paradigma lain seperti sistem ekonomi kapitalisme yang berdasarkan
sekularisme dan liberalisme, Sekularisme ini pula yang mendasari paradigma cabang kapitalisme
lainnya, yaitu paradigma yang berkaitan dengan kepemilikan, pemanfaatan kepemilikan, dan
distribusi kekayaan (barang dan jasa) kepada masyarakat. Semuanya dianggap lepas atau tidak
boleh disangkutpautkan dengan agama. 
Filsafat ekonomi Islam didasarkan pada konsep triangle: yakni filsafat Tuhan, manusia
dan alam. Kunci filsafat ekonomi Islam terletak pada manusia dengan Tuhan, alam dan manusia
lainnya. Dimensi filsafat ekonomi Islam inilah yang membedakan ekonomi Islam dengan sistem
ekonomi lainnya kapitalisme dan sosialisme. Filsafat ekonomi yang Islami, memiliki paradigma
yang relevan dengan nilai-nilai logis, etis dan estetis yang Islami yang kemudian difungsionalkan
ke tengah tingkah laku ekonomi manusia. Dari filsafat ekonomi ini diturunkan juga nilai-nilai
instrumental sebagai perangkat peraturan  permainan (rule of game) suatu kegiatan.
Sikap Islam terhadap harta merupakan bagian dari sikapnya terhadap kehidupan dunia.
Sikap Islam terhadap dunia adalah sikap pertengahan yang seimbang. Materi atau harta dalam
pandangan Islam adalah sebagai jalan, bukan satu-satunya tujuan, dan bukan sebagai sebab yang
dapat menjelaskan semua kejadian-kejadian. Maka kewajiban itu lebih dipentingkan daripada
materi. Tetapi materi menjadi jalan untuk merealisir sebagai kebutuhan-kebutuhan dan manfaat-
manfaat yang tidak cukup bagi manusia, yaitu dalam pelayanan seseorang kepada hal yang
bersifat materi, yang tidak bertentangan dengan kemaslahatan umum, tanpa berbuat dhalim dan
berlebihan.
13

DAFTAR PUSTAKA

Ghufron A. Mas'adi, Fiqh Muamalah Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo, 2002).

Ekonomi Islam, pusat pengkajian dan pengembangan Ekonomi Islam, (jakarta :


PT RajaGrafindo Persada, 2008).
syafi’i antonio, muhammad. Bank syari’ah (gema insani press, 2001).
Ekonomi online
(file:///D:/KumpulanRefrensiInternet/webekonomi/PARADIGMAEKONOMIISLAMOleh20
20AhmadHasanRidwanFakultasSyariah&Hukum.html) diakses 17 november 2014.

Ekonomi online
(file:///D:/KumpulanRefrensiInternet/webekonomi/FILSAFATEKONOMIISLAMShariaEconom
ics.html) diakses 17 november 2014.

Ekonomi online
(file:///D:/KumpulanRefrensiInternet/Fiqih/HARTA(Pengertian,Kedudukan,FungsinyadanPersfe
ktifAjaranIslam)EkonomiSyari'ah99.html). diakses 17 november 2014.

Anda mungkin juga menyukai