Anda di halaman 1dari 7

MENGUPAS RUANG LINGKUP PRAKTIK ETIKA BISNIS DALAM PRESPEKTIF

ISLAM

ABSTRAK

Bisnis merupakan bagian yang penting dalam keberlangsungan ekonomi. Didalam dunia bisnis
banyak paham ataupun prespektif yang dianut salah satunnya adalah bisnis yang berprespektif
Islam. Tentu kaitannya dengan implementasi dari nilai – nilai etika moral sesuai syariat Islam.
Dalam hal ini yangperlu difokuskan guna menciptakan implementasi yang sesuai syariat Islam
menerapkan Etika Individualis mencakup Amanah, Jujur dan Kafah. Terdapat juga Etika Sosial
yang dimaksut adalah penerapan sesuai hukum – hukum muamallah. Diharapkan dari bisnis
yang berprespektif islam ini dapat diterapkan didalam berbagai lini bisnis yang ada.

Keyword: Bisnis, Prespektif Islam, Syariat Islam, Etika Individual, Etika Sosial

PENDAHULUAN

Ketika kita membahas mengenai etika bisnis dalam dunia ekonomi tentu kita akan
bermuara pada pembahasan yang berkaitan dengan nilai dan moral yang berlaku dan
diterapkan. Tentu dari kita sangat mengetahui bahwasannya keduanya merupakan hal yang
tidak terpisahkan serta saling berkaitan. Tentu tidak hanya sebatas mengenai baik atau buruk,
salah atau benar melainkan mengenai cara agar menciptakan sistem serta kebijakan transaksi
yang adil dan saling timbal balik menguntungkan dengan semua pihak yang terlibat
didalamnya. Sedangkan Ketika kita padukan dengan prespektif islam berarti dengan etika ini
kita dapat menciptakan transaksi yang adil serta menguntungkan sesuai dengan ajaran islam
atau syariat.

Perlu kita pahami bahwasannya sistem etika bisnis Islam berbeda dengan sistem etika
sekuler. Sistem sekuler mengasumsikan sejumlah kode moralitas yang sangat entropis,
karena konsep moral dari sistem etika tersebut berasal dari nilai-nilai yang diciptakan
manusia (Alwa Buchari dan Priansa Doni Juni, 2016). Sistem etika tersebut bersubstansi
memisahkan daripada sistem penceraian antara etika dan agama. Tentu sangat berbeda dengan
sistem etika bisnis dalam islam yang mana menekankan serta bersubstansi dalam praktik bisnis
serta sistemnya harus melibatkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya sebagai bentuk
tanggung jawab dan bentuk kataatan terhadap ajaran islam. Sebagai seorang muslim,
kemampuan pradigma konvensional akan arti manusia sebagai ′′homo economicus′′ atau
pelaku ekonomi yang mencari keuntungan bagi dirinya tampa mengindahkan kepentingan
orang lain tidak sepenuhnya sesuai dengan nilai-nilai Etika Bisnis Islam. Oleh sebab itu,
“morality concept” dalam perspektif Islam diusung pada saat pencerahan aksioma-aksioma
yang sudahterlanjur kondang (dari sistem kapitalis), apresiasi manusia umum akan materi
“property of wealth” pelan-pelan harus digeser malalui arahan rambu-rambu imperatif
syariah (Badroen Faisal, 2016). Karena muatan “tercerah” dan perspektif ini adalah dimensi
moral berbasis wahyu. Dengan demikian, sudah selayaknya “commercial ethis” dapat
menjadi salah satu kajian yang harus melenglapi Islamization processinfrastruktur sistem
kehidupan sosial dan ekonomi penganut agama (Ghafur,2018).

Kemudian terkait pemahaman kita kaitanya dengan bisnis yang merupakan proses
penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang
diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya serta menerima
balas jasa monoter dan kepuasan pribadi. Menurut Sundantoko bisnis artinya kegiatan yang
dilakukan terus menerus dalam mengelola sumber daya untuk menghasilkan barang dan jasa
yang akan dijual untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan Menurut Sanusi dan Bachrawi
pengertian bisnis adalah suatu keseluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber agar
memperoleh manfaat (benefit) atau suatu kegiatan dengan sejumlah pengeluaran biaya dengan
harapan dapat memperoleh hasil pada waktu yang akan datang, dan yang akan direncanakan
dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit.

Kita dapat menelusuri sejarah, Islam memiliki pandangan yang positif terhadap
perdagangan dan kegiatan ekonomi. Nabi Muhammad saw. adalah seorang pedagang, dan
Islam dapat menyebar ke berbagai penjuru dunia salah satunya melalui para pedagang Muslim.
Islam tidak membatasi umatnya untuk berbisnis, namun ada Batasan yang boleh dan tidak
boleh dilakukkan umat Islam didalam berbisnis. Sebagaimana dituliskan dalam Alquran: ‫َوأَحَل‬
ِّ ‫ للا ُ ا ْلبَ ْی َع َوحَر َم‬Artinya : “Allah telah menghalalkan perdagangan dan melarang riba” (QS.
‫الربَا‬
Al-Baqarah : 275 ). Salah satu dari akhlak yang baik dalam bisnis Islam adalah kejujuran.
Sebagian dari makna kejujuran adalah seseorang pengusaha yang senantiasa terbuka dan
transparan dalam jualbelinya. Akhlak yang lain adalah amanah, Islam menginginkan seorang
pebisnis Muslim mempunyai hati yang tanggap, dengan menjaganya dengan memenuhi hak-
hak Allah dan manusia, serta menjaga muamalah nya dari unsur yang melampaui batas atau
kegiatan yang sia-sia. Selain itu seorang pebisnis Muslim juga dituntut untuk berlaku amanah
dalam menjalankan ushanya sehingga ia tidak akan menzholimi kepercayaan yang diberikan
kepadanya. Etika bisnis prespektif Islam ini bis akita tarik pembahasan dengan syriat islam
dalam sistem serta praktik ekonomi di dunia bisnis.

Islam mengenal syariah sebagai God’s Laws atau Islamic Law, yang mengatur
persoalan ibadah dan muamalah. Landasan syariah adalah kebijaksanaan dan kebahagian
manusia di dunia dan di akhirat. Kesejahteraan ini terletak pada keadilan, kasih sayang, dan
kebijaksanaan. Sementara apapun yang bergeser dari keadilan, menjadi ketidakadilan, kasih
sayang menjadi penindasan, kesejahteraan menjadi kesengsaraan, dan kebijaksanaan menjadi
kebodohan, tidak ada sangkut pautnya dengan syariah. Tujuan syariah yang paling benar adalah
memajukan kesejahteraan manusia yang terletak pada jaminan atas keyakinan, intelektual,
harta dan masa depannya.

METODE

Kepenulisan ini penulis menggunakan metode kajian literatur, Studi pustaka atau kepustakaan
dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan
data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Dapat juga dipahami
sebagai cara pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data dengan cara pamahaman dari
berbagai sumber literatur yang sesuai dengan topik bahasan. Pengumpulan data tersebut
menggunakan cara mencari sumber dan menkontruksi dari berbagai sumber contohnya seperti
buku, jurnal dan riset - riset yang sudah pernah dilakukan. Bahan pustaka yang didapat dari
berbagai referensi tersebut dianalisis secara kritis dan harus mendalam agar dapat mendukung
proposisi dan gagasannya.

ETIKA INDIVIDUAL

Dalam Islam, etika sering kali disamakan dengan akhlak, yang mempunyai arti secara
etimologi adalah budi pekerti, watak dan tabiat Akhlak berasal dari bahasa Arab dalam bentuk
mufrad (satu), adap ketika dalam bentuk jamak (banyak) disebut khuluqun, yang berarti
budi pekerti, tingkah laku dan tabiat, perangai, tingkah laku yang ada atau lahir dari
manusiadengan sengaja, tidak dibuat-buat, dan sudah menjadi kebiasaan. Seorang Ulama
Ibnu Miskawaih menyatakan bahwa "akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan-perbuatan, tanpa melalui pertimbangan
pikiran terlebih dahulu. Seorang Ulama lainnya, Imam al-Ghazali menandaskan bahwa
"akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa, yang merupakan sumber dari
datangnya perbuatan-perbuatan yang dengan mudah dilakukan tanpa adanya Kata Akhlak,
yang berarti "budi pekerti" memiliki makna bahwa "budi" adalah kesadaran manusia yang
didorong oleh pemikiran dan juga rasio, sedangkan "pekerti" adalah apa yang terlihat dalam
diri manusia, karena dorongan dari perasaan hati yang disebut dengan behavior (perilaku).
Jadi, budi pekerti adalah perpaduan dari rasio dan rasa yang mempunyai manifestasi pada karsa
dan juga tingkah laku manusia. Akhlak yang dimaknai dengan etika sebenarnya lebih
dominan sesuai dengan definisi moral.

Dalam berbisnis yang sesuai dengan syariat islam harus juga memiliki sifat yang
amanah. Amanah merupakan sifat dan sikap yang mencerminkan dapat dipercaya, tanggung
jawab, dan memenuhi suatu hal sesuai dengan ketentuan. Berbisnis, berniaga dan atau jual beli
juga merupakan suatu pekerjaan mulia, lantaran tugasnya antara lain memenuhi kebutuhan
seluruh anggota masyarakat akan barang dan atau jasa untuk kepentingan hidup dan
kehidupannya. Dengan demikian, kewajiban dan tanggungjawab para pedagang antara lain:
menyediakan barang dan atau jasa kebutuhan masyarakat dengan harga yang wajar, jumlah
yang cukup serta kegunaan dan manfaat yang memadai. Dan oleh sebab itu, tindakan yang
sangat dilarang oleh Islam sehubungan dengan adanya tugas, kewajiban dan tanggung jawab
dan para pedagang tersebut adalah menimbun barang dagangan. Menimbun barang dagangan
dengan tujuan meningkatkan pemintaan dengan harga selangit sesuai keinginan penimbun
barang, merupakan salah satu bentuk kecurangan dari para pedagang dalam rangka
memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. Menimbun barang dagangan terutama
barangbarang kebutuhan pokok dilarang keras oleh Islam karena perbuatan tersebut hanya akan
menimbulkan keresahan dalam masyarakat.

Dalam berbisnis sesuai syariat harus memiliki sifat dan sikap yang jujur. Kejujuran atau
dalam Islam sebagai Shiddiq . Seorang pedagang wajib berlaku jujur dalam melakukan usaha
jual beli. Jujur dalam arti luas. Tidak berbohong, tidak menipu, tidak mengada-ngada fakta,
tidak bekhianat, serta tidak pernah ingkar janji dan lain sebagainya. Shidiq (jujur) dapat
diartikan adanya kesesuaian/keselarasan antara apa yang disampaikan/diucapkan dengan apa
yang dilakukan/kenyataan yang ada. Kejujuran juga memiliki arti kecocokan dengan kenyataan
atau fakta yang ada. Kafa’ah atau sifat dan sikap yang harus dimiliki pebisnis dalah cakap serta
professional yang mana dari hal tersebut dapat mengimplementasikan sistem dari ekonomi
yang sesuai syariat itu sendiri.

ETIKA SOSIAL

Dalam pembahasan ini berkaitan dengan yang namanya hukum muamallah. Salah satu
ajaran agama yang penting adalah bidang muamalah, karena muamalah merupakan bagian
terbesar dalam hidup manusia, sampai dalam hadits nabi saw dikatakan bahwa agama adalah
muamalah. Muamalah berasal dari kata yang semakna dengan mufaalah (saling berbuat),yang
menggambarkan adanya suatu aktifitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Beberapa prinsip dari muamallah itu sendiri adalah sebagai berikut:

Pertama, hukum asal segala bentuk muamalah adalah mubah. Artinya hukum Islam
memberikan kebebasan membuat bentuk atau jenis muamalah baru sesuai dengan
kebutuhan. Kedua, muamalah dilakukan atas dasar suka-rela. Artinya kebebasan
berkehendak para pihak yang melakukan transaksi muamalah sangat diperhatikan dalam
islam. Berhubung kebebasan berkehendak merupakan urusan batin seseorang, maka sebagai
konkretisasinya dalam bentuk ijab dan qabul. Ijab qabul adalah salah satu rukun terpenting
dalam berbagai bentuk transaksi muamalah, yang substansinya adalah perizinan. Ketiga,
muamalah dilakukan atas dasar menarik manfaat dan menolak mudharat. Prinsip
mendatangkan maslahah dan menolak mudharat merupakan ruh dan semangat hukum yang
ditetapkan oleh al-Qur’an dan al-Hadits.Berdasarkan prinsip ini setiap transaksi muamalah
jenis apapun harus terbebas dari unsur-unsur riba, najasy, ihtikar dan gharar. Keempat,
muamalah dilakukan atas dasar menegakkan keadilan. Prinsip hukum keadilan ini membawa
sebuah teori dalam hukum Islam bahwa keadilan yang diwujudkan dalam setiap transaksi
muamalah adalah keadilan yang berimbang, artinya keadilan yang dapat memelihara dua
kehidupan yaitu hidup di dunia dan akhirat.

Dari penjelasan yang Panjang diatas maka kita seyogyanya mengamalkan atau
mengimplementasikan berbagai macam sektor bisnis baik dari bisnis individu seperti UMKM
yang bergerak pada bisnis makanan, kosmetik, pakaian syar’I dll. Maupun praktik serta sistem
bisnis yang sesuai syariat diterapkan dalam bisnis perusahan dengan menerapkan sistem syariat
Islam di perusahan dinilai bisa lebih memberikan keadilan secara muamallah untuk pegawai
dan mendapatkan hasil yang lebih barokah. Selain itu kita juga harus mengupayakan bisnis
berbasis negara seperti BUMN yang memiliki banyak sektor seperti BUMN yang berfokus
pada perdagangan, transportasi atau yang lain menggunakan sistem syariat sesuai kaidah atau
muamllah yang berlaku. Namun tentu menjadi tantangan yang besar mengingat masyrakat
Indonesia yang heterogen, namun sistem syariah yang sesuai syariat ini sudah berjalan disistem
perbankan adannya bank syraiah, kemudian BUMN yang menyediakan perubahan dengan
sistem syariah, dll. Dengan menerapkan bisnis sesuai prespektif islam atau syariah diharapkan
hasil maupun prosesnya sesuai syariat.

KESIMPULAN

Dapat kita pahami bahwasannya praktik etika bisnis dalam Islam, membahas mengenai
nilai serta moral yang sesuai dengan syariat kaitannya dengan praktik atau implementasi suatu
bisnis. Antara duabelah pihak yang saling berbisnis harus bisa mendapatkan keuntungan dan
adil. Hal tersebut dibahas dalam etika individual yang mana dapat kita temukan beberapa
konsen yang harus terpenuhi agar implementasi serta praktiknya sesuai syariat. Hal tersebut
adalah sifat dan sikap Amanah, jujur dan kafah. Sedangkan dalam bisnis berprespektif Islam
ini juga mengenal dengan penerapan etika sosial yang kaitannya dengan hukum – hukum
muamallah. Hukum muamallah meliputi mubah, atas dasar sukarela, atas dasar mendapatkan
manfaat bukan mudharat dan yang terakhir dapat menegakkan keadilan sesuai syariat islam.
Dalam penerapannya diharapkan bisnis berprespektif islam ini dapat mengisi berbagai macam
lini bisnis mulai dari bisnis individu, Perusahaan bahkan setingkat negara.
DAFTAR PUSTKA

Badroen, Faisal. 2016. Etika Bisnis Dalam Islam. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Alwa Buchari, Priansa Doni Juni. 2016. Manajemen Bisnis Syariah. Alfabeta. Bandung.

Ghafur Abdul.Etika Bisnis Dalam Prespektif Islam. Iqtishodiah Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam. 2018.Vol 4. No 1.

Syahrizal, Ahmad. Etika Bisnis Prespektif Islam. Jurnal Aktualita. 2018. Vol 9. No 1.

Eva Trisnawati, Wahab Abdul, Habbe Hamid. Implementasi Etika Berdagang dengan Sifat
Shidiq, Amanah, Fathanah Pada Waroeng Steak And Shake Cabang Boulevard Makassar.
Jurnal Economos: Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 2021 Vol 4. No 3.

Harisah, Rahma Kutsiyur, Susilawati Yenny. Konsep Islam Dalam Keadilan Muamallah. Jurnal
Syari’e. 2020. Vol 3. No 2.

Anda mungkin juga menyukai