2
mengedepankan konsep menjunjung etika, ridho dan rahmat, baik dari
penjual ataupun pembeli yang akhirnya sampai kepada tujuan yaitu
aktivitas ibadah yang turun dan kembali kepada Allah SWT. 3 Oleh karena
itu, dalam makalah ini penulis akan membahas tentang bagaimana etika
bisnis dan pemasaran yang benar menurut Islam.
B. Rumusan Masalah
1. ApaPengertian Etika Bisnis?
2. Apa Pengertian Etika Bisnis Syariah?
3. Apa Prinsip-Prinsip Dasar Bisnis Syariah?
4. Apa Etika Berbisnis Syariah?
5. Bagaimana Nilai-Nilai Etika Bisnis dan Pemasaran dalam Al-Qur’an?
6. Bagaimana Penerapan Etika Bisnis Syari’ah pada Pemasaran
Syari’ah?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Etika Bisnis.
2. Mengetahui Pengertian Etika Bisnis Syariah.
3. Mengetahui Prinsip-Prinsip Dasar Bisnis Syariah.
4. Mengetahui Etika Berbisnis Syariah.
5. MengetahuiNilai-Nilai Etika Bisnis dan Pemasaran dalam Al-Qur’an.
6. MengetahuiPenerapan Etika Bisnis Syari’ah pada Pemasaran Syari’ah.
3
Rohmatul Mega, Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Mobile Marketing Pada" Kayla OL
Shop" Di Ponorogo, (Diss. STAIN Ponorogo, 2015), 1.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam (Malang : UIN Malang Press, 2007),4.
5
Erly Juliyani, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam, Jurnal Umum Qura, (Maret, 2016), 63.
4
haram dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas yang
sesuai dengan syariah.6
C. Prinsip-Prinsip Dasar Bisnis Syariah
1. Kesatuan (Tauhid/Unity)
Konsep ini dimaksudkan bahwa sumber utama etika Islam adalah
kepercayaan total dan murni terhadap kesatauan (keesaan) Tuhan.
Konsep tauhid merupakan dimensi verticalIslam yang berarti Allah
sebagai Tuhan Yang Maha Esa, menetapkan batasan-batas tertentu atas
perilaku manusia sebagai khalifah, untuk memberikan manfaat pada
individu tanpa mengorbankan hak-hak individu lainnya.7
2. Keseimbangan (Keadilan/Equilibrium)
Prinsip keseimbangan bermakna terciptanya suatu situasi di mana tidak
ada satu pihak pun yang merasa dirugikan, atau kondisi saling ridho.
Perilaku keseimbangan dan keadilan dalam bisnis secara tegas
dijelaskan dalam konteks perbendaharaan bisnis agar pengusaha
muslim menyempurnakan takaran bila menakar menimbang dengan
neraca yang benar, karena hal itu merupakan perilaku yang terbaik dan
membawa akibat yang baik pula.Dalam beraktivitas di dunia kerja dan
bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil, tak terkecuali kepada
pihak yang tidak disukai. Islam mengharuskan penganutnya untuk
berlaku adil dan berbuat kebajikan. Dan bahkan berlaku adil harus
didahulukan dari kebajikan dalam perniagaan, persyaratan adil yang
paling mendasar adalah agar pengusaha Muslim menyempurnakan
takaran bila menakar da menimbang dengan alat timbangan yang
benar, karena hal itu merupakan perilaku terbaik yang akan
mendekatkan pada ketakwaan.8
3. Kehendak Bebas (Ikhtiyar/Free Will).
Dalam pandangan Islam, manusia memiliki kebebasan untuk
mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memperoleh
kemashlahah-an yang tertinggi dari sumber daya yang ada pada
6
Aris Baidowi,Etika Bisnis Perspektif Islam, Jurnal Hukum Islam, (Desember, 2011),87.
7
Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis Dalam Islam , (Jakarta : Prenada Media Group,2013),17.
8
Ibid.,18.
5
kekuasaannya untuk dikelola dan dimanfaatkan untuk mencapai
kesejahteraan hidup, namun kebebasan dalam Islam dibatasi oleh nilai-
nilai Islam. Dengan tanpa mengabaikan kenyataan bahwa ia
sepenuhnya dituntun oleh hukum yang diciptakan Allah SWT, ia
diberikan kemampuan untuk berfikir dan membuat keputusan, untuk
memilih jalan hidup yang ia inginkan, dan yang paling penting, untuk
bertindak berdasarkan aturan apapun yang ia pilih. Dalam Islam
kehendak bebas mempunyai tempat tersendiri, karena potensi
kebebasan itu sudah ada sejak manusia dilahirkan di muka bumi ini.
Namun, sekali lagi perlu ditekankan bahwa kebebasan yang ada dalam
diri manusia bersifat terbatas,sedangkan kebebasan yang tak terbatas
hanyalah milik Allah semata.oleh karena itu perlu disadari setiap
muslim, bahwa dalam situasi apa pun, ia dibimbing oleh aturan-aturan
dan prosedur-prosedur yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan
Tuhan dalam Syariat-Nya yang dicontohkan melalui Rasul-Nya.9
4. Pertanggung Jawaban (Responsibility).
Islam sangat menekankan pada konsep tanggung jawab, walaupun
tidaklah berarti mengabaikan kebebasan individu. Ini berarti bahwa
yang dikehendaki ajaran Islam adalah kehendak yang bertanggung
jawab. Tanggung jawab muslim yang sempurna tentu saja didasarkan
atas cakupan kebebasan yang luas, yang dimulai dari kebebasan untuk
memilih keyakinan dan berakhir dengan keputusan yang paling tegas
yang perlu diambilnya.Dalam dunia bisnis hal semacam itu juga sangat
berlaku. Setelah melaksanakan segala aktifitas bisnis dengan berbagai
bentuk kebebasan, bukan berarti semuanya selesai saat tujuan yang
dikehendaki tercapai, atau ketika sudah mendapatkan keuntungan.
Semua itu perlu adanya pertanggung jawaban atas apa yang telah
pebisnis lakukan, baik itu pertanggung jawaban ketika ia bertransaksi,
memproduksi barang, menjual barang, melakukan jual beli, melakukan
perjanjian dan lain sebagainya.10
9
Hasan Aedy, Teori dan Aplikasi Etika Bisnis Islam , (Bandung : Alfabeta CV,2011),45.
10
Ibid., 46.
6
D. Etika Berbisnis Syariah
Untuk meraih keberkahan atas nilai transeden seorang pelaku bisnis
harus memperhatikan beberapa etika berbisnis yang telah digariskan dalam
Islam, antara lain :
1. Kejujuran adalah syarat yang paling mendasar dalam kegiatan bisnis.
Dalam tataran ini, beliau bersabda "Tidak dibenarkan seorang muslim
menjual satu jualan yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan
aibnya," (H.R. Al-Quzwani). Masalah kejujuran tidak hanya merupakan
kunci sukses seorang pelaku bisnis Islam. Tetapi etika bisnis modern
juga sangan menekankan pada prinsip kejujuran. Dalam bisnis untuk
membangun kerangka kepercayaan itu seorang pedagang harus ampu
berbuat jujur atau adil, baik terhadap dirinya maupun terhadap orang
lain.
2. Tidak boleh menipu. Ukuran takaran dan timbangan harus benar.
Firman Allah: "Celakalah bagi orang yang curang, yaitu orang yang
apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan
apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi" (QS 83:112). Seorang pengusaha atau produsen dituntut
untuk memiliki sifat transparan. Transparansi terhadap kosumen ini
adalah ketika seorang produsen mampu berlaku terbuka terhadap mutu,
kuantitas, komposisi dan lainnya.11
3. Tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli
kepadanya. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Janganlah seseorang di
antara kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang
dijual oleh orang lain," (H.R. Muttafaq ‘alaih). Islam menghargai
persaingan dalam bisnis, namun haruslah persaingan yang tidak
menghalalkan segala cara, karena hal itu bertentangan dengan prinsip-
prinsip muamalah dalam Islam. Islam menyerukan pemeluknya agar
senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan, bukan saling
menjatuhkan.12
11
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam , (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar,2001),22-23.
12
Sri Nawatmi, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam, Jurnal Fokus Ekonomi, (April, 2010), 52.
7
4. Tidak melakukan monopoli. Monopoli sangat dilarang dalam Islam.
Islam tidak membenarkan eksploitasi (penguasaan) individu tertentu
atas hak milik sosial, seperti air, udara, dan tanah serta kandungan
isinya seperti barang tambang dan mineral.
5. Bisnis harus terbebas dari unsur riba. Firman Allah, "Hai orang-
orangyang beriman, tinggalkanlah sisa-sisa riba jika kamu beriman,"
(QS. al- Baqarah: 278). Pelaku dan pemakan riba dinilai Allah sebagai
orang yang kesetanan (QS. 2: 275). Oleh karena itu, Allah dan Rasul-
Nya mengumumkan perang terhadap riba.13
6. Menjual hanya komoditas bisnis yang halal bukan barang yang haram,
seperti babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dan sebagainya. Nabi
Muhammad saw bersabda, "Sesungguhnya Allah mengharamkan bisnis
miras, bangkai, babi dan patung-patung," (H.R. Jabir). Dalam konteks
kekinian, umat Islam juga sering terjebak tidak minuman keras dan
babi. Dua jenis produk ini memang tidak secara eksplisit menjadi
konsumsi atau dagangan Muslim, namun produk turunan dari dua
produk ini banyak beredar dan bahkan diperdagangnkan oleh muslem.
7. Membangun hubungan baik. Islam menekankan hubungan konstruktif
dengan siapa pu, termasuk antar sesama pelaku dalam bisnis. Antara
penjual dan pembeli tidak hanya mengejar keuntungan materi semata,
namun di balik itu ada nilai kebersamaan untuk saling menjaga jalinan
kerjasama yang terbangun lewat silaturrahim.14
E. Nilai-Nilai Etika Bisnis dan Pemasaran dalam Al-Qur’an
13
Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam , (Jakarta : Fajar Interpratama Mandiri,2015),38.
14
Ibid.,40.
8
ِل إِٓاَّل أَن تَ ُك و َن جِت َٰ َر ًة َعن
ِ ين ءَ َامنُ و ۟ا اَل تَ أْ ُكلُ ٓو ۟ا أ َْم َٰولَ ُكم َبْينَ ُكم بِٱلْبَٰط ِ َّ ٰٓ
َ َيأَيُّ َه ا ٱلذ
ِ ِ ِ ۟
ً اض ِّمن ُك ْم َواَل َت ْقُتلُ ٓوا أَن ُف َس ُك ْم إ َّن ٱللَّهَ َكا َن ب ُك ْم َرح
يما ٍ َتَر
9
pemasaran tersebut meliputi bauran pemasaran yang terdiri dari 4P yaitu
produk, price (harga), promosi, place (distribusi). Produk yang
berkualitas, harga yang sesuai, promosi yang baik, serta distribusi produk
yang baik membuat perusahaan semakin berkembang dan mendapatkan
loyalitas konsumen baik di daerah asal maupun di luar kota. Penerapan
etika bisnis Islam juga berdampak pada aspek manajemen dan SDM dalam
bentuk tingginya tingkat kejujuran para SDM dalam seluruh kegiatan
operasional perusahaan. Selain, itu pemilik perusahaan juga menanamkan
nilai kejujuran dan tanggung jawab, baik yang berhubungan dengan urusan
dunia maupun dengan urusan akhirat.
Penerapan etika bisnis Islam juga berdampak pada aspek hukum
sebagaimana tercermin dalam kepercayaan berbagai kalangan, termasuk
dukungan pemerintah daerah maupun pusat. Perusahaan berhasil terdaftar
dibeberapa badan hukum sebagai standar perusahaan yang baik. Hal ini
terbukti dengan adanya surat izin yang dimiliki yaitu surat Izin P-IRT
(Pangan Industri Rumah Tangga) atau bisa disebut surat izin industri
pangan yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan daerah Pemalang Jawa
Tengah, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Sertifikat Halal, dan
berbadan hukum setelah akta dikeluarkan oleh notaris. Penerapan etika
bisnis Islam juga berdampak pada aspek sosial berupa kontribusi yang
diberikan oleh perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pegawai
yang berasal dari lingkungan perusahaan dan beberapa kelompok binaan
yang didirikan oleh pemilik perusahaan. Perusahaan juga rutin
menyisihkan pendapatan yang dialokasikan untuk shodaqah maupun zakat.
Penerapan etika bisnis Islam juga berdampak pada aspek dampak
lingkungan dalam bentuk perusahaan sama sekali tidak memberikan
dampak negatif. Karena keberhasilan perusahaan dalam memanfaatkan
seluruh bagian ikan bandeng sehingga dapat diolah secara maksimal. Hal
tersebut menjadi upaya perusahaan dalam meminimalisir bagian bandeng
yang tidak dimanfaatkan atau dibuang sehingga membuat limbah pada
lingkungan. Penerapan etika bisnis Islam juga berdampak pada aspek
finansial sebagaimana dapat dilihat dari kemajuan perusahaan dan prospek
10
bisnisnya yang baik. Bahkan sebenarnya omset yang didapatkan
perusahaan masih dapat dikelola lebih baik atau dikembangkan dengan
sistem yang lebih baik dan profesional. 17
Masyarakat juga membutuhkan pengetahuan tentang etika bisnis islam
walaupun usaha yang mereka jalankan masih kecil. Konsep aturan etika
bisnis islam dipahami sebagai aturan, pendoman, cara dan nilai-nilai yang
dijalankan dalam berbisnis oleh para pelaku bisnis yang sesuai engan
prinsip keislaman. Prinsip keislaman digunakan dalam etika bisnis islam
mengacu pada dua pendoman yaitu al-qura’an dan dan as-sunnah. Kosnep
tersebut mereka pahami sebagai pendoman untuk melakukan suatu
usaha.18
Metoda untuk mempertahankan standar etika bisnis yang harus
dipahami dan dilaksanakan oleh para pelaku bisnis, manajer atau sumber
daya manusia dan para stakeholders, sebagai berikut::
1. Menciptakan kepercayaan perusahaan, dalam menetapkan
nilai-nilai perusahaan yang mendasari tanggung jawab etika
bagi para stakeholders.
2. Mengembangkan kode etik. yang merupakan standar tindakan-
tindakan dan prinsip etika sumber daya manusia yang
diharapkan perusahaan. Kode etik itu, meliputi: ketulusan hati
dan ketaatan pada hukum, Kesehatan dan keamanan kerja,
pelatihan keryawan, kualitas dan keamanan produk, pemasaran,
penentuan harga, pelaporan keuangan, hubungan dengan
suplier dan perlindungan lingkungan.
3. Menjalankan kode etik secara adil dan konsisten. Manajer
harus mengambil tindakan, jika sumber daya manusia
melanggar etika.
4. Melidungi hak perorangan. Manajer harus melindungi sumber
daya manusia dengan kekuatan prinsip moral dan nilai-nilai
yang merupakan jaminan terbaik untuk menghindari
17
Wahyu Mijil Sampurno, Penerapan Etika Bisnis Islam Terhadap Kemajuan Bisnis Industri,
(Jurnal of Islamic economics lariba, Vol. 2, No 1, 2016), 15.
18
Galuh Anggraeny, Pembelajaran Dan Implementasi Etika Bisnis Islam, (Jurnal of
Multidicilinary Studies IAIN Surakarta, Vol.1, No. 2, 2017), 237.
11
penyimpangan etika. Dalam pembuatan keputusan etika,
manajer harus mempunyai: komitmen etika (tekad bertindak
secara etis), kesadaran etika (kemampuan merasakan implikasi
etika dari situasi), kompetensi untuk strategi solusi masalah.
5. Melaksanakan pelatihan etika. Merupakan upaya untuk
meningkatkan kesadaran sumber daya manusia.
6. Melakukan audit etika secara periodik. Audit merupakan upaya
yang terbaik untuk mengevaluasi efektivitas sistem etika.
7. Mempertahankan standar yang tinggi tentang tindakan. Hal ini
penting untuk menekankan bahwa etika sangat penting dalam
organisasi bisnis.
8. Menghindari etika yang tercela. Setiap saat etika dimulai dari
atasan degan memberi teladan dan menaruh kepercayaan
kepada bawahannya.
9. Menciptakan budaya komunikasi dua arah. Kominikasi penting
untuk menginformasikan barang dan jasa yang dihasilkan serta
menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
10. Melibatkan sumber daya manusia dalam mempertahankan
standar etika. Sumber daya manusia diberi kesempatan untuk
memberikan unpan balik tentang bagaimana mempertahakan
standar etika.19
G. Penerapan Etika Bisnis Syari’ah pada Pemasaran Syari’ah
19
Iskandar, Peranan Etika Bisnis Dalam Pembangunan Akhlak Mulia,(Jurnal Universitas ARS
Internasional Bandung, Vol. 3, No. 1, 2007), 67.
12
pemasaran adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dalam rangka
merencanakan, mengorganisasikan, mempromosikan, dan untuk
mewujudkan tujuan perusahaan.20
13
suatu inisiator kepada stakeholder, yang dalam keseluruhan prosesnya
sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip etika bisnis dalam Islam. Ini
artinya bahwa dalam pemasaran syariah, seluruh proses, baik proses
penciptaan, proses penawaran, maupun proses perubahan nilai (value),
tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip
etika bisnis Islam, sepanjang hal tersebut dapat dijamin, dan
penyimpangan prinsip-prinsip etika bisnis Islam tidak terjadi dalam suatu
transaksi apapun dalam pemasaran.23
Dari uraian diatas, maka dalam etika dan bisnis terdapat hubungan
yang sangat erat. Kedua hal ini tidak mungkin dipisah-pisahkan karena
saling melengkapi satu sama lain. Etika sebagai perangkat prinsip moral
yang membedakan apa yang benar dan apa yang salah yang dilakukan oleh
seseorang, sedangkan bisnis adalah suatu serangkaian peristiwa yang
melibatkan pelaku bisnis dan bisnis tidak akan berhasil tanpa adanya
hubungan baik yang dilandasi oleh nilai-nilai yang telah disepakati antar
pelaku bisnis. Dengan demikian, bisnis memerlukan etika. Maka muncul
istilah “etika bisnis”.Etika bisnis kadang-kadang disebut pula etika
manajemen, ialah penerapan standart moral kedalam kegiatan bisnis.24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Islam etika dan bisnis merupakan satu kesatuan utuh yang tidak
bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya. Hal ini dikarenakan ajaran
Islam yang bersifat syumul yang mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia.Hubungan bisnis dengan etika dalam Islam tak ubahnya kesatuan
antara urat dan daging.
23
Abdul Hamid dan Muhammad Kamal Zubair, Implementasi Etika Islam Dalam Pemasaran
Produk Bank Syariah, 30.
24
Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung:Alfabeta, 2009),
202.
14
Landasan yang mendorong prilaku bisnis hendaknya didasarkan
tidak hanya karena rasa takut pada sebuah pemerintahan, tidak juga hanya
karena hasrat menumpuk kekayaan , tetapi lebih dari itu, seorang pebisnis
hendaknya menyandarkan prilakunya semata-mata karena rasa takut
kepada Allah dalam usah mencari ridhanya. Sehingga bisnis yang ideal
dalam Islam, adalah bisnis yang mampu menyeimbangkan antara hak dan
kewajiban, mempu menciptakan rasa keadilan dan memenuhi tuntutan
kebajikan dan keluhuran budi. Oleh karena itu, pebisnis muslim harus
tunduk kepada aksioma (nilai dasar) etika bisnis Islami yang mencakup
tauhid, keseimbangan, kehendak bebas, tanggungjawab, dan kebenaran.
Dengan kata lain, etika bisnis menurut hukum Islam, dalam
prakteknya menerapkan nilai-nilai moral dalam setiap aktivitas ekonomi
dan setiap hubungan antara satu kelompok masyarakat dengan kelompok
masyarakat lainnya. Nilai moral tersebut tercakup dalam empat sifat, yaitu
shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah.
DAFTAR PUSTAKA
Muthmainnah, dan Nursyamsu. 2017. Landasan Hukum Islam: Etika Bisnis
Syariah Dan Faktor PengembangannyaJurnal SyariahVol. V, No. 1.
Fauzia,Ika Yunia.2013. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: Prenada Media Group.
Nawatmi, Sri.2011. Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam. Jurnal Fokus Ekonomi.
15
The Holy Qur’an Al-Fatih.2013.Jakarta: Insan Media Pustaka.
Sampurno, Wahyu Mijil. 2016. Penerapan Etika Bisnis Islam Terhadap Kemajuan
Bisnis Industri.Jurnal of Islamic Economics lariba. Vol. 2, No 1.
16