Anda di halaman 1dari 20

Etika Dalam Manajemen Bisnis

Dosen Pengampu :
Era Yudistira, M. Ak
Etika Bisnis
Etika merupakan bagian dari filsafat yang membahas rasional dan kritis
tentang nilai, norma atau moralitas. Moral berbeda dengan etika. Etika
adalah refleksi kritis dan penjelasan rasional mengapa sesuatu itu baik
dan buruk. Pada dasarnya etika (nilai-nilai dasar) dalam bisnis berfungsi
untuk menolong pebisnis (dalam hal ini pedagang) untuk memcahkan
problem-problem (moral) dalam praktek bisnis.

Bisnis dalam Al-Quran biasanya menggunakan kata al-tijarah, al-bai’,


tadayantum dan isytara. Menurut ar-Raghib al- Asfahani, al-tijarah
bermakna pengelolaan harta benda untuk mencari keuntungan. Namun,
dalam Al-Baqarah (2:282), tijarah pada hakikatnya tidak semata-mata
bersifat material dan hanya bertujuan mencari keuntungan saja, tetapi
bersifat material sekaligus immaterial bahkan lebih meliputi dan
mengutakan hal yang bersifat immaterial dan kualitas.
Etika bisnis merupakan visi masyarakat yang bertanggung jawab secara
sosial dan ekonomis. Menurut James Liebig terdapat enak perspektif yang
umum berlaku, sebagai berikut :
1. Bertindak sesuai etika
2. Mempertinggi keadilan sosial
3. Melindungi lingkungan
4. Pemberdayaan kreatifitas manusia
5. Menentukan visi dan tujuan bisnis yang bersifat sosial dan
melibatkan para karyawan dalam membangun dunia bisnis yang
lebih baik, menghidupkan sifat kasih sayang dan pelayanan yang baik
dalam proses perusahaan
6. Meninjau pandangan klasik tentang paradigma ilmu ekonomi yang
bebas nilai
Prinsip-prinsip bisnis ideal yang mengandung nilai, spirit dan ajaran yang
dibawa Nabi dan para sahabatnya, berguna untuk membangun tata ekonomi
baru yang akhirnya terwujud dalam tata ekonomi dunia yang berkeadilan.
Panduan bisnis tersebut, sangat banyak memberikan pentunjuk mengenai
etika bisnis, diantaranya adalah :
1. Bahwa prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran. (HR. Al-Quzwani)
dan (HR. Muslim)
2. Kesadaran tentang signifikansi sosial dalam kegiatan bisnis
3. Tidak melakukan sumpah palsu (H.R Muslim)
4. Ramah-tamah (H.R. Bukhari dan Tarmizi)
5. Tidak boleh berpura menawar dengan harga tinggi, agar orang lain
tertarik dengan harga tersebut
6. Tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli
kepadanya (H.R Muttafaq ‘alaih)
7. Tidak melakukan ihtikar
8. Takaran ukuran dan timbangan yang benar (Surah Al Muthaffifii, 83: 10-
12)
9. Membayar upah sebelum kering keringat karyawan
10. Tidak monopoli
11. Tidak boleh melakukan bisnis dalam kondisi eksisnya bahaya
12. Komoditi bisnis yang dijual adalah barang suci dan halal (H.R
Jabir)
13. Bisnis dilakukan dengan suka rela (Surah An-Nisaa, 4: 29)
14. Segera melunasi kredit yang menjadi kewajibannya (H. R.
Hakim)
15. Memberi tenggang waktu apabila pengutang belum mampu
membayar (H. R. Muslim)
16. Bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba
(Surah Al Baqarah, 2: 275)
Bidang Dasar Etika Manajemen
Walau etika dapat mempengaruhi pekerjaan
manajerial dengan banyak cara, ada 3 bidang dasar
yang menjadi perhatian khusus dari etika manajerial
:
1. Bagaimana perusahaan memperlakukan
karyawan
2. Bagaimana karyawan memperlakukan organisasi
3. Bagaimana karyawan dan perusahaan
memperlakukan agen ekonomi lain
Pendekatan Etika
Ada 3 pendekatan dasar terhadap perilaku etis :
1. Pendekatan utilitarian, tindakan dan perencanaan
harus dinilai berdasarkan akibat dari tindakan tersebut
2. Pendekatan hak-hak individual, kesadaran bahwa
manusia memiliki hak-hak dasar yang harus dihormati
dalam semua keputusan
3. Pendekatan peradilan, pemahaman bahwa
pembuatan keputusan harus wajar, adil dan tidak bias
dalam mendistribusikan keuntungan dan kerugian bagi
individual dan bagi kelompok
Berikut adalah contoh dari tindakan tidak etis atau tidak
legal dalam sebuah manajemen perusahaan :
1. Pengawasan qualitas
2. Pencurian oleh para pekerja atau korupsi
3. Konflik kepentingan
4. Penyalahgunaan informasi yang bersifat rahasia
5. Penyelewengan dalam pencatatan keuangan
6. Penyalahgunaan penggunaan asset perusahaan
7. Pemecatan tenaga kerja
8. Cara bersaing dari perusahaan yang dianggap tidak etis
9. Penggunaan pekerja atau tenaga kerja dibawah umum
Komponen Pokok Dalam Islam
Islam sebagai agama yang dirahmati Allah swt.
memiliki tiga komponen pokok yang terstruktur
dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
yang lain, yaitu :
1. Akidah atau Iman
2. Syariah
3. Akhlaq
Qada dan
Qadar Allah
Rukun
Hari Iman Malaika
Akhir t

Rasullul Kitab-
ah kitab Allah
Pilar Etika Manajemen Bisnis Menurut
Islam
• Prinsip kejujuran dalam bisnis dan pekerjaan
• Berpikir positif dan selalu mencari hikmah
• Berlatih berpikiran positif dengan berbuat
kebajikan
• Mencari hikmah dengan belajar dari kesalahan
• Membangun standar manajemen berbasis
nilai-nilai Islam
Aplikasi Filsafat Etika Islam Dalam Bisnis
1. Keesaan
Dengan konsep keesaan dalam etika bisnis, maka umat Islam dilarang :
a. Berbuat diskriminatif terhadap pekerja, pemasok, pembeli atau siapa pun pemegang
saham perusahaan atas dasar ras, wana kulit, jenis kelamin, atau pun agama
b. Dapat dipaksa untuk berbuat tidak etis, karna hanya takut dan cinta kepada Allah swt
c. Menimbun kekayaannya dengan penuh keserakahannya

2. Keseimbangan
Pada dasarnya Islam tidak ingin menciptakan sebuah masyarakat pedagang-syahid,
yang berbisnis semata-mata demi alasan kedermawanan. Sebaliknya Islam
mengajarkan sikap Zuhud, yakni sikap sederhana dalam kehidupan berdasarkan motif
agama akan bisa menanggulangi sifat serakah dan kecintaannya untuk memiliki
barang-barang. Sebagai akibatnya, baik sikap kikir maupun boros keduanya dikutuk
dalam Al-Quran maupun Hadist.
3. Kehendak Bebas
Berdasarkan konsep kehendak bebas, manusia memiliki
kebebasan untuk membuat kontrak dan menepatinya ataupun
mengingkarinya. Sebagaimana dikatakan oleh Yusuf Ali, kata
‘uqud adalah sebuah konstruksi multidimensional yang
mengandung arti :
a. Kewajiban suci yang muncul dari kodrat spiritual dan
hubungan kita dengan Allah swt.
b. Kewajiban sosial kita seperti misalnya dalam perjanjian
perkawinan
c. Kewajiban politik kita seperti misalnya perjanjian hukum
d. Kewajiban bisnis kita seperti misalnya kontrak formal
mengenai tugas-tugas tertentu yang harus dilakukan ataupun
kontrak tak tertulis mengenai perlakuan layak yang harus
diberikan kepada para pekerja
4. Tanggung Jawab
Jika seorang pengusaha muslim berperilaku
secara tidak etis, ia tidak dapat menyalahkan
tindakannya pada persoalan tekanan bisnis
ataupun kenyataan bahwa setiap orang juga
berprilaku tidak etis .
Ia harus memiliki tanggungjawab tertinggi atas
tindakannya sendiri. Konsep ini bertalian erat
dengan konsep keesaan, keseimbangan dan
kehendak bebas. Semua kewajiban harus
dihargai kecuali jika moral salah.
5. Kebajikan
Menurut Al Ghazali terdapat enam bentuk kebajikan :
a. Jika seseorang membutuhkan sesuatu, maka orang lain harus
memberikannya dengan mengambil keuntungan sesedikit mungkin. Jika sang
pemberi melupakan keuntungannya maka hal tersebut akan lebih baik
baginya
b. Jika seseorang membeli sesuatu dari orang miskin, akan lebih baginya untuk
kehilangan sedikit uang dengan membayarnya lebih dari harga sebenarnya.
c. Dalam mengabulkan hak pembayaran dan pinjaman, seseorang harus
bertindak secara bijaksana dengan memberi waktu yang lebih banyak kepada
sang peminjam dan jika diperlukan seseorang harus membuat pengurangan
pinjaman untuk meringankan
d. Sudah sepantasnya bahwa mereka yang ingin mengembalikan barang-barang
yang telah dibeli seharusnya diperbolehkan untuk melakukannya demi
kebajikan
e. Merupakan tindakan yang sangat baik bagi sang peminjam jika mereka
membayar hutangnya tanpa harus diminta dan jika mungkin jauh-jauh dari
sebelum jatuh waktu pembayarannya
f. Ketika menjual barang secara kredit sesorang harus cukup bermurah hari
tidak memaksa membayar ketika orang tidak mampu membayar dalam
waktu yang telah ditetapkan
Dikotomi Moral dan Bisnis
Pengabaian etika bisnis sudah banyak terjadi
tidak terkecuali di Indonesia, khususnya oleh
para konglomerat. Munculnya penolakan
terhadap etika bisnis, dilatarbelakangi oleh
sebuah paradigma bahwa ilmu ekonomi harus
bebas nilai. Menurut kalangan ekonomi
kapitalis, etika bisnis hanya akan mempersempit
ruang gerak keuntungan ekonomis .
1. Kebangkitan etika bisnis
Wacana bisnis bukan hanya dipengaruhi oleh situasi
ekonomis, melainkan dari perubahan-perubahan sosial,
ekonomi, politik, teknologi, serta pergeseran-pergeseran
sikap dan cara pandang para pelaku bisnis atau ahli ekonomi.
Keburukan-keburukan bisnis mulai terbongkar yang semakin
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keniscayaan
etika dalam aktivitas bisnis. Krisis yang pernah terjadi
dipecahkan dengan memperbaiki moral rakyat. Prof Taussiq
dengan lantang mengaatakan bahwa “Obat paling mujarab
bagi kerusakan dunia bisnis adalah norma moral yang baik
untuk semua industri”. Pandangan-pandangan tersebut
menunjukkan bahwa di Barat pun telah muncul kesadaran
baru tentang pentingnya dimensi etika memasuki lapangan
bisnis.
2. Kecenderungan Baru
Perusahaan-perusahaan besar, model abad 21,
kelihatannya juga mempunyai kecenderungan
baru untuk mengimplementasikan etika bisnis
sebagai visi masyarakat untuk bertanggung
jawab secara sosial dan ekonomis. Dengan
demikian tidak ada alasan untuk menolak etika
dalam dunia bisnis bahkan kepatuhan kepada
etika bisnis yang sesungguhnya bersifat
kondusif terhadap upaya peningkatan
keuntungan pengusaha atau pemilik modal.
3. Islam Sumber Nilai dan Etika
Islam merupakan sumber nilai dan etika dalam segala aspek
kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk wacana
bisnis. Keringnya sistem kapitalis dan sosialis dari wacana
moralitas, karena keduanya memang tidak berangkat dari
etika, tetapi dari kepentingan. Kapitalisme berangkat dari
kepentingan individu, sedangkan sosialisme berangkat dari
kepentingan kolektif. Sangat berbeda dengan sistem
ekonomi Islam yang berangkat dari kesadaran tentang etika
bisnis, mulai dari prinsip dasar, pokok-pokok kerusakan
dalam perdagangan, faktor-faktor produksi, tenaga kerja,
modal organisasi, distribusi kekayaan, masalah upah, barang
dan jasa. Al-Quran sangat banyak mendorong manusia untuk
melakukan aktivitas bisnis.(Al Jumuah : 10, An-Nisaa’ : 29, Al-
Baqarah :282).
Referensi
Zainal, Veithzal Rivai dkk. 2018. Islamic Business
Management : Praktik Manajemen Bisnis yang
sesuai Syariah Islam. BPFE : Yogyakarta

Alma, Buchari dan Donni Juni Priansa. 2016.


Manajemen Bisnis Syariah. Penerbit Alfabeta :
Bandung

Anda mungkin juga menyukai