Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ETIKA BISNIS ISLAMI

Disusun oleh:

YOGYAKARTA
2022
1. LATAR BELAKANG
Di dunia ini ada beberapa sistem ekonomi, ada sistem ekonomi kapitalis yang lebih
terdesentralisasi, ada pula sistem ekonomi terpusat atau tersentralisasi, dan ada sistem
ekonomi yang didasarkan pada prinsip-prinsip syariah. 1 Indonesia merupakan salah satu
negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia.2 Dari 1998 hingga saat ini ekonomi
Indonesia terus bertumbuh dan di dalamnya tidak lepas dari sektor bisnis. 3 Dewasa ini,
perkembangan praktik ekonomi syariah di Indonesia juga terus meningkat yang terlihat
juga dari sektor perbankan syariah yang mulai bertumbuh, begitu pula pengembangan
produk-produk investasi berbasis syariah.4
Dunia bisnis modern yang ada saat ini tidak lepas dari yang disebut sebagai etika
bisnis. Namun demikian dengan peningkatan sektor ekonomi syariah, etika bisnis secara
Islam juga menjadi penting untuk dipelajari. Oleh sebab itu dalam makalah ini akan
dibahas lebih lanjut mengenai etika bisnis secara umum serta etika bisnis Islami.

2. PEMBAHASAN
3. Definisi Etika dan Etika secara Islami
Etika merupakan kata yang secara etimologi berasal dari Bahasa Yunani ethikos yang
berarti aplikasi ke dalam watak moralitas suatu tindakan moral, aktualisasi kehidupan
yang baik secara moral, serata analisis terhadap konsep yang harus dilakukan
berdasarkan aturan moral.6 Berdasarkan Ebert dan Griffin (2017), Etika didefinisikan
sebagai kepercayaan terhadap apa yang baik dan apa yang buruk.5
Pengertian etika yang lain adalah (1) etika merupakan pedoman nilai moral
bagi seseorang atau suatu kelompok untuk mengatur tingkah lakunya, (2) etika adalah
kumpulan asas atau nilai-nilai moral kode etik, dan (3) etika merupakan ilmu tentang
watak baik dan buruk.6
Menurut Ebert dan Griffin (2017), hal-hal yang mempengaruhi etika seseorang
adalah nilai-nilai dan norma yang dimiliki oleh seseorang dan konteks sosial dalam
perilaku seseorang. Suatu perilaku disebut beretika apabila perilaku tersebut sesuai
dengan kepercayaan individu dan norma sosial yang dianut di tempat tersebut,
sedangkan perilaku disebut tidak beretika apabila perilaku tersebut tidak sesuai dengan
kepercayaan seseorang dan norma sosial yang ada. 6
Mengingat Indonesia adalah
negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, maka nilai, norma, dan moralitas

1
yang berdasarkan pendekatan Islam juga dijunjung tinggi di banyak tempat di
Indonesia.
Di dalam Islam, istilah yang paling dekat dengan etika adalah Khuluq yang
berarti apa yang diusahakan manusia untuk mencapai kemuliaan sesuai dengan
penciptanya. Khuluq juga dapat diartikan sebagai tabiat atau budi pekerti dan sifat
yang satria.5
4. Definisi Bisnis dan Bisnis Secara Islami
Terdapat beberapa definisi bisnis. Menurut Grifin dan Ebert (2017) bisnis adalah
organisasi yang menyediakan barang atau jasa untuk dijual untuk memperoleh
keuntungan.6 Menurut Sukirno (2010) bisnis adalah suatu keseluruhan kegiatan untuk
memperoleh keungungan yang di dalamnya juga termasuk individu atau kelompok.7
Sedangkan menurut Madura (2010), bisnis adalah suatu bada yang diciptakan untuk
menghasilkan produk barang dan jasa kepada pelanggan.8
Sedangkan menurut pandangan Islam, kata-kata yang digunakan untuk
mendefinisikan bisnis adalah al-tijarah, tadayantum, dan isytara dan dari ketiganya,
al-tijarah-lah yang paling sering digunakan. Kata dasar al-tijarah adalah tajara, tajra
wa tijarata, yang bermakna sebagai kegiatan berdagang atau niagra. Al-tijarah sendiri
berarti pengelolaan harta benda untuk mencari keuntungan. Walaupun kata-kata ini
semata terkesan seperti mencari untung semata, tetapi kegiatan berbisnis dalam Islam
tidak boleh hanya melibatkan perniagaan di antara kaum manusia tetapi juga
merupakan hal yang melibatkan Allah SWT. Dan berdasarkan ilmu fikih, cara-cara
yang diperbolehkan dalam berbisnis harus mencakup 3 hal ini5:
1. Perdagangan ialah suatu bagian muamalat yang berbentuk transaksi antara
seseorang dengan oran glain
2. Transaksi perdangangan tersebut dilaksanakan dalam bentuk jual beli yang
diwujudkan dalam bentuk ijab dan qabul.
3. Perdagangan yang dilaksanakan bertujuan atau disertai motif untuk mencari
keuntunga.
5. Definisi Etika Bisnis dan Etika Bisnis Secara Islami
Menurut Ebert dan Griffin (2017), etika bisnis adalah suatu istilah yang merujuk pada
perilaku beretika oleh pelaku bisnis yang dalam hal ini adalah pekerja dan manajer
dalam konteks melakukan pekerjaannya.6

2
Dalam Pandangan Islam, perilaku beretika dalam berbisnis ini tidak melupakan
bahwa dalam melaksanakan praktik bisnis juga melibatkan praktik mencari keridhaan
Allah SWT oleh karena bisnis tidak semata hanya mencari tujuan jangka pendek di
dunia ini yaitu memperoleh keuntungan berdasarkan kalkulasi matematika, tetapi juga
untuk mencari tujuan jangka panjang yaitu pertanggung jawaban pribadi dihadapan
Allah SWT.5
Dalam surah An Nisa ayat 29, dituliskan suatu surah yang dalam Indonesia
dikutip sebagai berikut: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Larangan
membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab
membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu
kesatuan”.5

6. Tujuan Etika Bisnis Islami


Tujuan dilakukannya kode etik bisnis secara islam adalah sebagai berikut5:
1. Mengatur, mengembangkan dan menancapkan metode berbisnis dalam kerangka
ajaran agama. Kode etik ini juga menjadi simbol arahan agar melindungi pelaku
bisnis dari risiko.
2. Kode ini dapat menjadi dasar hukum dalam menetapkan tanggungjawab para
pelaku bisnis, terutama bagi diri mereka sendiri, antara komunitas bisnis,
masyarakat, dan diatas segalanya adalah tanggungjawab di hadapan Allah SWT.
3. Kode etik ini dipersepsi sebagai dokumen hukum yang dapat menyelesaikan
persoalan yang muncul, daripada harus diserahkan kepada pihak peradilan.
4. Kode etik dapat memberi kontribusi dalam penyelesaian banyak persoalan yang
terjadi antara sesama pelaku bisnis dan masyarakat tempat mereka bekerja. Sebuah
hal yang dapat membangun persaudaraan (ukhuwah) dan kerja sama antara mereka
semua.

7. Praktik Etika Bisnis Secara Umum


Dalam praktik bisnis di suatu perusahaan atau suatu organisasi keewirausahaan maka
di dalamnya akan terdapat etika bisnis yang dilakukan oleh pekerja dan manajer.6

3
8. Perilaku Beretika Terhadap Pekerja
Perilaku beretika terhadap pekerja merupakan bagian dari perilaku etik seorang
manajer. Hal ini mengatur perihal mengenai penerimaan pekerja, pemberhentian
pekerja, upah pekerja, kondisi tempat kerja, privasi, dan penghormatan terhadap
pekerja. Suatu norma dan nilai yang perlu dijunjung tinggi adalah bahwa
keputusan untuk menerima dan memberhentikan pekerja harus didasarkan
berdasarkan kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan. Dalam hal ini
tidak disarankan untuk membedakan orang berdasarkan ras serta tidak menjunjung
praktik nepotisme.6
Terkait upah pekerja, jam kerja, dan tempat kerja sebaiknya mengikuti aturan
di mana bisnis tersebut dilakukan. 6
Sebagai contoh, apabila bisnis tersebut
dilakukan di Sleman, maka hendaknya upah yang diberikan juga tidak lebih
rendah dari upah minimum regional (UMR).
9. Perilaku Binis Beretika Terhadap Organisasi Tempat Bekerja
Setiap orang yang bekerja di dalam suatu organisasi hendaknya memiliki prinsip
etik untuk loyal terhadap perusahaan. Prinsip loyal ini termasuk tidak memberikan
informasi internal perusahaan terhadap orang lain atau kompetitor perusahan.
Selain itu, setiap orang yang bekerja di suatu organisasi tidak disarankan untuk
membicarakan kejelekan perusahaan di depan orang lain di luar lingkungan
organisasi tersebut. Selain itu, praktik menerima gratifikasi di dalam organisasi
tempat bekerja untuk memperoleh kenaikan pangkat juga tidaklah disarankan.6
10. Perilaku Bisnis Beretika Terhadap Pelaku Bisnis Lainnya
Selain perilaku beretika secara internal, perilaku beretika terhadap perilaku bisnis
lainnya juga disarankan. Pelaku bisnis yang dimaksud dapat berupa penyuplai,
customer, kompetitor, penyalur, pemegang saham, dan juga pekerja di
pemerintahan. Dalam hal ini segala bentuk gratifikasi dan penyalahgunaan
wewenang dan kekuasaan tidak disarankan untuk dilakukan. Penipuan dan skema
ponzi juga tidak disarankan untuk dilakukan. Menggelapkan dana serta membuat
laporan palsu untuk melarikan pajak yang seharusnya dibayarkan juga tidak
disarankan. Pembayaran hutang juga disarankan untuk mengikuti perjanjian yang
sudah disepakati kedua belah pihak dan bila ada permasalahan sebaiknay
dikomunikasikan terlebih dahulu.6
11. Menerapkan Perilaku Bisnis Beretika

4
Untuk membantu seseorang berperilaku etik dalam segala situasi dan skenario bisnis,
terdapat 3 hal yang perlu diterapkan.6
1. Kumpulkanlah semua informasi berbasis fakta terkait kondisi atu skenario tersebut
2. Analisis fakta-fakta tersebut dan tentukan pilihan-pilihan tindakan yang berbasis
nilai dan normal di lingkungan sekitar
3. Tentukan keputusan etik terhadap situasi tersebut
Meskipun ketiga hal ini tampaknya mudah secara teori, dalam praktiknya hal
tersebut belum tentu berjalan dengan mulus. Terkadang seorang individu tersebut juga
dihadapkan pada situasi untuk mengambil keputusan secara cepat sehingga ketiga hal
tersebut tidak dapat ditelaah dengan lebih mendalam.6
Prinsip dan norma-norma Islami yang harus diterapkan adalah sebagai berikut.
Terdapat lima dasar prinsip dalam etika Islam, yaitu kesatuan (unity), keseimbangan
(equilibrium), kehendak bebas (free will), tanggung jawab (responsibility), kebenaran,
kebajikan, dan kejujuran (truth, goodness, honesty).5
Tauhid berarti kesatuan yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan
muslim baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang
homogen, serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.
Dari konsep tersebut, Islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial
demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula maka etika dan bisnis
menjadi terpadu, vertikal maupun horisontal, membentuk suatu persamaan yang
sangat penting dalam sistem Islam.5
Islam sangat mengajurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan melarang
berbuat curang atau berlaku dzalim. Rasulullah diutus Allah untuk membangun
keadilan. Kecelakaan besar bagi orang yang berbuat curang, yaitu orang-orang yang
apabila menerima takaran dari orang lain meminta untuk dipenuhi, sementara kalau
menakar atau menimbang untuk orang selalu dikurangi. Kecurangan dalam berbisnis
pertanda dan mengukur dengan cara yang benar dan jangan sampai melakukan
kecurangan dalam bentuk pengurangan takaran dan timbangan.5
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis islam, tetapi
kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka
lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk
aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya. Kecenderungan
manusia untuk terus menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas

5
dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya
melalui zakat, infak dan sedekah.5
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia
karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. untuk
memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertaggungjawabkan
tindakanya secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia
menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan
bertanggungjawab atas semua yang dilakukannya.5
Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari
kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran. Dalam konteks
bisnis kebenaran dimaksudkan sebagia niat, sikap dan perilaku benar yang meliputi
proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas pengembangan
maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan. Dengan prinsip
kebenaran ini maka etika bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku preventif terhadap
kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi, kerjasama
atau perjanjian dalam bisnis.5
Selain itu hal-hal lain sesuai panduan Rasulullah dalam berbisnis secara Islami
adalah sebagai berikut5:
1. Tidak boleh mnjual aib
2. Tidak boleh berbisnis dengan mengucapkan sumpah palsu
3. Tidak boleh menjual barang yang hasilnya tidak berkah
4. Hendaknya bersikap ramah dan toleran dalam berbisnis
5. Tidak boleh menjelakkan apa yang dijual orang lain
6. Tidak boleh melakukan praktik ihtikar (menumpuk dan menyimpan barang di
masa tertentu agar harganya menjadi naik)
7. Hendaknya memberikan upah kepada karyawantepat waktu
8. Tidak melakukan monopoli
9. Tidak boleh melakukan bisnis yang mudharat yang dapat merusak kehidupan
sesorang dan kelangsungan hidup bermasyarakat
10. Tidak boleh menjual barang halal ke produsen yang akan memproduksi barang
tidak halal (anggur kepada pordusen minuman keras)
11. Tidak boleh bisnis miras, bangkai, babi, dan patung-patungan
12. Melakukan bisnis dengan sukarela tanpa paksaan

6
13. Segera bayar hutang
14. Tidak memaksa orang yang diberikan piutang untuk membayar utang
15. Melaksanakan bisnis yang bebas dari unsur riba

12. Penilaian Etika Bisnis


Untuk menilai apakah suatu perilaku dalam bisnis ini secara umum beretika atau tidak,
terdapat 4 hal yang perlu dinilai. Keempat hal tersebut adalah utility, rights, justice,
dan caring. Utility menggarisbawahi terhadap konsep “Apakah semua pihak yang
terlibat mendapatkan keuntungan yang adil?”. Rights menggarisbawahi “Apakah
perilaku tersebut menghargai hak-hak masing-masing individu yang terlibat?”. Justice
menggarisbawahi “Apakah keadilan tersebut konsisten dari waktu ke waktu?”.
Sedangkan, caring menggarisbawahi “Apakah setiap pihak sudah bertanggungjawab
satu terhadap yang lain?”.6
Bila dari keempat pertanyaan ini, semuanya terpenuhi, maka tindakan atau
perilaku tersebut disebut perilaku yang beretika. Bila keempat pertanyaan ini
semuanya tidak terpenuhi, maka perilaku bisnis tersebut disebut sebagai perilaku yang
tidak beretika. Sedangkan apabila sebagian pertanyaan teresebut tidak terpenuh, maka
harus dilakukan analisis lebih lanjut mengenai alasan dibalik melakukan hal tersebut,
apakah ada suatu paksaan, apakah ada norma lain yang harus dipenuhi melebihi norma
diri sendiri. Hal seperti ini bisanya diputuskan oleh komite etik di suatu perusahaan
untuk menentukan apakah kebijakan atau perilaku yang diambil ini laik secara etik
atau tidak.6
Untuk memastikan suatu perusahaan atau organisasi menerapkan prinsip etik
dalam etika bisnis, ada baiknya etika-etika bisnis tersebut ditulis dan ditempel di
ruangan-ruangan yang dapat dilihat oleh seluruh pekerja di perusahaan tersebut. Di
Amerika Serikat, hal ini disebut sebagai written codes.6 Dalam hal ini, kode etik Islami
seperti yang sudah dipaparkan di atas dapat ditulis agar semua pekerja dapat melihat.
Selain itu, pelatihan terkait perilaku etik juga sebaiknya diterapkan untuk
mengingatkan kembali terhadap para pekerja dan petinggi mengenai tindakan-
tindakan apa yang masuk ke dalam perilaku bisnis yang beretika dan mana yang tidak.

7
Gambar 1. Prinsip Bisnis
Dalam suatu bisnis, tujuan bisnis dapat berganti, strategi dan praktik bisnis dapat
berganti lebih sering, tetapi inti dan nilai-nilai dasar sebaiknya tidak berubah, dan
dalam praktik bisnis islami, nilai-nilai Silamnya yang menjadi inti dari kegiatan
berbisnis.6

8
Gambar 2. Alur Penentuan Perilaku Bisnis Beretika Atau Tidak

13. KESIMPULAN
Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia di mana praktik ekonomi
syariah terus berkembang, etika bisnis Islami tidak dapat dilepaskan. Dalam
melaksanakan etika bisnis untuk memastikan perilaku bisnis ini benar sesuai dengan nilai-
nilai dan norma Islam, maka prinsip tauhid/kesatuan (unity), keseimbangan (equilibrium),
kehendak bebas (free will), tanggung jawab (responsibility), kebenaran, kebajikan, dan
kejujuran (truth, goodness, honesty) harus diterapkan. Prinsip praktik berbisnis sesuai
dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadits juga perlu dipraktikan.
Dalam menentukan suatu aksi bisnis terhadap skenario bisnis tertentu perlu
dilakukan analisis terhadap fakta-fakta yang sudah dikumpulkan dan pilihan tindakan
yang didasarkan nilai dan norma Islami, sedangkan apakah perilaku yang dilakukan ini
sudah sesuai dengan etika bisnis atau belum, analisis terhadap 4 pertanyaan mengenai
utility, rights, justice, dan caring harus dilakukan. Written codes yang meliputi kode etik
prinsip bisnis Islam dapat ditulis dan di tempel dalam ruangan agar dapat dilihat oleh
semua pelaku bisnis. Pelatihan berkala mengenai etika bisnis juga perlu untuk dilakukan
kepada seluruh pekerja.

14. REFERENSI
1. Hamza H. Sharia governance in Islamic banks: effectiveness and supervision model.
International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management. 2013
Aug 23.
2. Muslichah I, Ibrahim KA. Antecedents of Intention to Buy Non-Muslim Halal Fast
Foods: Evidence from the Biggest Muslim Population Country. JBTI: Jurnal Bisnis:
Teori dan Implementasi. 2021 Sep 22;12(2):115-28.
3. Kusumatrisna AL, Sugema I, Pasaribu SH. Threshold effect in the relationship
between inflation rate and economic growth in indonesia. Buletin Ekonomi Moneter
Dan Perbankan. 2022 Jun 20;25(1):117-26.
4. Barata A. Strengthening national economic growth and equitable income through
sharia digital economy in Indonesia. Journal of Islamic Monetary Economics and
Finance. 2019 May 16;5(1):145-68.
5. Darmawati D. Etika Bisnis Islam. Bening Media Publishing. 2020.
6. Ebert RJ and Griffin, RW. Business Esssential. Upper Saddle River: NJ: Pearson
Prentice Hall, Global Edition. 2017.
7. Sukirno Sadono. Makroekonomi: Teori Pengantar. 3rd Ed. PT. Raja Grasindo Perseda.
Jakarta. 2010
8. Madura J. Pengantar Bisnis. Edisi Pertama. Salemba Empat, Jakarta. 2001

9
10

Anda mungkin juga menyukai