Latar Belakang
Seperti kecenderungan di berbagai negara, rumah sakit di Indonesia bergerak ke arah
sistem manajemen berdasarkan konsep usaha yang mengarah pada mekanisme pasar dan
prinsip efisiensi. Saat ini memang timbul kekhawatiran mengenai akibat negatif dari transisi
rumah sakit ke arah lembaga usaha. Setiap konsumen pastinya menginginkan yang terbaik
dalam setiap jasa yang sudah dibeli karena itu adalah haknya. Setiap konsumen berhak atas
kenyamanan, keamanan, informasi yang benar dan jujur. Dalam dunia bisnis, tidak terkecuali
rumah sakit, kepuasan pasien adalah menjadi hal yang diutamakan, karena hal itulah yang
menentukan berhasil atau tidaknya suatu usaha rumah sakit. Pasien yang tidak puas tentu
beralih ke rumah sakit lain (pesaing), sehingga membuat pasien memiliki banyak perbandingan
untuk memilih rumah sakit mana yang lebih sesuai dengan selera dan keinginannya.
Agar mampu bertahan dan berkembang maka rumah sakit dituntut untuk mampu menjaga
dan meningkatkan kualitas layanan yang berorientasi pada proses dan kinerja sesuai dengan
standar layanan prima yang mengakomodasi keinginan pelanggan, namun tidak sedikit pula
rumah sakit yang “nakal”, seperti biaya perawatan yang mahal melebihi pelayanan yang
diberikan, malpraktik kedokteran, misdiagnosis, overdiagnosis, operasi tanpa indikasi dan lain-
lain, hal ini mengarah pada berbagai ”kasus abu-abu” dalam rumah sakit sehingga muncul
pertanyaan penting: adakah etika untuk bisnis di sektor rumah sakit?
Berbagai ahli menyatakan bahwa etika organisasi rumah sakit saat ini mengalami
perubahan besar. Bentuk lama etika organisasi rumah sakit sering bersandar pada hubungan
dokter dan pasien dalam konteks sumpah dokter. Akan tetapi etika organisasi rumah sakit saat
ini sering membahas norma-norma yang diacu dalam manajemen kegiatan sehari-hari rumah
sakit. Norma-norma ini mencerminkan bagaimana bisnis rumah sakit dijalankan sehingga pada
akhirnya rumah sakit dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Karena meningkatnya
kebutuhan masyarakat terhadap jasa pelayanan rumah sakit, diperlukan suatu aturan dan etika
untuk melindungi hak-hak klien.
Islam datang sebagai pencegahan dan solusi dari tindakan-tidakan “nakal” suatu bisnis
rumah sakit, sejauh mana sebuah rumah sakit menerapakan etika bisnis berbasis islam dalam
startegi pemasaran rumah sakitnya, dengan mengambil subyek sebuah rumah sakit di Garut
yaitu Rumah Sakit Amalia Garut, akan dijabarkan apakah RS Amalia Garut telah menerapkan
etika bisnis islam dalam proses pelayanan kesehatan yang dijalankannya. Islam menghalalkan
jual beli yang termasuk juga bisnis. Namun tentu saja orang yang menjalankan bisnis secara
Islam, harus menggunakan tatanan atau aturan main bagaimana seharusnya seorang berusaha
dalam dunia bisnis agar mendapatkan berkah dari Allah SWT di dunia maupun di akhirat.
1
Dalam pandangan Islam bisnis bukan hanya tentang mencari keuntungan, namun keberkahan.
Berbisnis tidak diperkenankan melanggar syariat Islam. Ketentuan syariat baik dalam modal,
strategi, proses, maupun praktek dan seterusnya. Islam memiliki perangkat syari’at yaitu
normaagama dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam usaha dan bisnis. Pokok
permasalahan dalam makalah ini yaitu mengenai bagaimana strategi pemasaran RS Amalia
Garut dalam pelayanan klien jika di analisis dari Etika Bisnis Islam.
B. Landasan Teori
2
bisnis Islam adalah konsep tentang usaha ekonomi khususnya perdagangan dari sudut
pandang baik dan buruk serta benar dan salah menurut standar akhlak Islam.
3
Kebenaran, kebajikan dan kejujuran. Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung
makna kebenaran lawan dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan
dan kejujuran. Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan
perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh
komoditas pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan
keuntungan. Dengan prinsip kebenaran ini maka Etika Bisnis Islami sangat menjaga
dan berlaku preventif (pencegahan) terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu
pihak yang melakukan transaksi, kerjasama atau perjanjian dalam bisnis.
Pedoman dan Larangan Transaksi Bisnis dalam Islam. Allah telah memerintahkan
kepada seluruh manusia (bukan hanya untuk orang yang beriman dan muslimm saja)
untuk mengambil segala sesuatu yang halal dan baik (thoyib). Selain itu, Allah juga
memerintahkan untuk tidak mengikuti langkah - langkah setan (dengan mengambil
yang tidak halal dan tidak baik).Sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S.Al-
Baqarah/2: 168. “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
Perlu diingat, bahwa Rasulullah saw. Sendiri adalah seorang pedagang bereputasi
international yang disegani, yang mendasarkan bangunan bisnisnya pada nilai-nilai Ilahi
(transeden). Prinsip-prinsip yang ideal ternyata pernah dilakukan oleh Nabi dan para
sahabatnya. Rasulullah saw. Memberikan petunjuk mengenai etika bisnis berikut ini adalah
uraiannya:
Prinsip esensial dalam berbisnis adalah kejujuran. Dalam doktrin Islam, kejujuran
merupakan syarat fundamental dalam kegiatan bisnis. Rasulullah saw. Sangat intens
menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis. Beliau bersabda: “Tidak dibenarkan
seorang muslim menjual satu jualan yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan
aibnya.” (HR. Al- Quzwani). “Siapa yang menipu kami, maka dia bukan kelompok
kami” (HR. Muslim). Rasulullah saw. Sendiri selalu bersikap jujur dalam berbisnis.
Beliau melarang para pedagang meletakkan barang busuk di bagian bawah dan
barang baru di bagian atas.
Kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut Islam,
tidak hanya sekadar mengejar keuntungan sebanyakbanyaknya, sebagaimana yang
diajarkan Bapak ekonomi kapitalis, Adam Smith, tetapi juga berorientasi kepada
sikap ta’awun (menolong orang lain) sebagai implikasi sosial kegiatan bisnis.
4
Ramah tamah. Seorang pelaku bisnis, harus bersikap ramah dalam melakukan bisnis.
Jabir meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda “Allah merahmati seorang
laki-laki yang murah hati ketika menjual, ketika membeli dan ketika menuntut hak.”
Tidak boleh menjelek-jelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli kepadanya.
Nabi Muhammad saw. Bersabda, “Janganlah seseorang di antara kalian menjual
dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain.” (HR.
Muttafaqalaih).
Bisnis tidak boleh mengganggu kegiatan ibadah kepada Allah swt.
Membayar upah sebelum kering keringat karyawan.Nabi Muhammad saw,
bersabda, “Berikanlah upah kepada karyawan sebelum kering keringatnya”. Hadist
ini mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh ditunda- tunda.
Tadlis (Penipuan). Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip
kerelaan antara kedua belah pihak (sama-sama ridha). Mereka harus mempunyai
informasi yang sama (complete information) sehingga tidak ada pihak yang merasa
dicurangi (ditipu) karena terdapat kondisi yang bersifat unknown to one party
(keadaan dimana salah satu pihak
Bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa ada paksaan. Firman Allah swt dalam Q.S
An-Nisa 4: 29. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.”
Bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba. Firman Allah swt. Dalam Q.S. Al-
Baqarah/2: 278. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang - orang yang beriman.”
5
Orientasi bisnispun berubah menjadi customer retention oriented dimana organisasi
berusaha mempertahankan loyalitas pelanggan dan menjaga kesinambungan transaksi dalam
ikatan jangka panjang. Dalam kaitannya dengan besarnya biaya dan mutu pelayanan, maka
terdapat berbagai hal penting yang perlu diperhatikan dalam etika bisnis rumah sakit:
pelayanan kesehatan yang baik berarti pelayanan yang terbukti cost-effective, pelayanan
kesehatan yang lebih mahal bukan berarti lebih baik, standar pelayanan minimal tertentu harus
diberikan pada semua pasien dari berbagai kelas, dan usaha usaha untuk mengendalikan biaya
harus selalu dievaluasi dalam hal pengaruhnya terhadap pasien. Terlihat bahwa etika bisnis
mempunyai dasar evaluasi ekonomi cost-effectiveness yang mengacu pada prinsip-prinsip
medik. Dengan demikian, etika bisnis dalam hal ini tidak bertentangan dengan prinsip medik.
Saat ini sistem pelayanan kesehatan diharapkan menggunakan prinsip evidence-based
medicine. Dalam memilih terapi atau prosedur diagnosis para dokter diharapkan menggunakan
bukti-bukti yang tepat. Dalam kaitannya dengan biaya dan etika bisnis rumah sakit maka
konsep evidence based medicine sangat relevan. Menurut Weber (2001) disebutkan bahwa
sebagai aturan umum, pelayanan yang paling murah harus diberikan sampai ada bukti yang
menunjukkan bahwa pelayanan yang lebih mahal memberikan hasil yang bermakna. Di
samping itu, kebutuhan untuk memberikan pelayanan bermutu dengan biaya paling rendah
tidak berarti harus merugikan kepentingan dan keselamatan staf rumah sakit.
Etika bisnis secara konseptual dibutuhkan oleh manajer rumah sakit untuk
menjalankan pekerjaannya. Oleh karena itu, konsultan khusus diperlukan dalam etika bisnis
rumah sakit. Tujuan konsultan ini adalah untuk: (1) memberitahukan pengambil keputusan
mengenai masalah-masalah etika bisnis rumah sakit; (2) memberi rekomendasi; (3)
memberikan opini lain dalam hal keputusan bisnis yang berat, misalnya dalam pemutusan
hubungan kerja, dan memberikan masukan untuk peningkatan kinerja rumah sakit dari aspek
etika. Pada akhirnya, prinsip dasar etika bisnis akansejalan dengan konsep dasar bisnis yang
harus hidup serasi dengan lingkungannya. Di dalam rumah sakit diharapkan etika bisnis rumah
sakit akann mendukung gerakan ke arah good corporate governance rumah sakit profit maupun
non-profit. Di samping itu, bersama-sama dengan etika dokter, etika bisnis rumah sakit akann
mendukung pengembangan good clinical governance pada pelayanan medik rumah sakit.
C. Analisis Permasalahan
Masalah utama sebagai sebuah lembaga jasa pelayanan kesehatan adalah apakah
pelayanan kesehatan RS Amalia Garut yang diberikan sudah sesuai dengan prinsip etika bisnis
Islam ataukah tidak.
6
D. Pembahasan
unggulan pada Klinik Kebidanan USG 4 Dimensi, Pelayanan Kebidanan, Pelayanan Intensif
ICU dan NICU, selain itu layanan unggulan lainnya adalah dengan mentarget pasien peserta
BPJS yang bertujuan untuk turut mensukseskan program JKN, serta dapat memberikan akses
pelayanan Tingkat Rujukan Lanjut yang lebih dekat khususnya bagi masyarakat Garut Utara,
dimana selama ini untuk mendapatkan layanan tersebut masyarakat Garut Utara harus menuju
Garut Kota, RS Amalia akan menjadi tujuan yang terdekat sehingga semakin menarik minat
pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan visi, misi, motto dan tata nilai RS Amalia.
Misi RS Amalia :
1. Memberikan pelayanan secara profesional, ramah, santun, dan
teknologi;
yang bermutu.
7
Strategi Produk. Produk RS Amalia diantaranya layanan poliklinik umum,
poliklinik spesialis, Instalasi Gawat Darurat, Rawat inap, ICU dan NICU,
Laboratorium, Apotek dan Ambulan. Setiap klien yang berobat dan memilih
produk RS diperlakukan samaa baik pasien BPJS maupun pasien umum, sesuai
dengan konsep bisnis islamm yakni Adl. Dalam setiap tindakan yang akann
dilakukan, dokter maupun perawat menjelaskan diagnosis, terapi yang kan
dilakukan dengan jujur dan tidak ada unsur penipuan didalamnya. Firman Allah
SWT dalam QS.An-Nisa/4:29. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesama dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.Dan
janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu”. Sehingga jika dilihat dalam perspektif etika bisnis
Islam strategi pemasaran produk yang dilakukan RS Amalia sesuai dengan
ajaran Islam dan sudah baik dalam pelaksanaannya atau operasionalnya.
Strategi Harga (Price) Islam mengajarkan penetapan harga yang sesuai dan
tidak memberatkan pasien, serta harga yang ditetapkan haruslah sesuai dengan
kualitas produk yang dijual. Dalam penentuan harga haruslah adil yang tidak
merugikan salah satu pihak dan ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan
penawaran. Keseimbangan ini terjadi antara penjual dan pembeli bersikap
saling merelakan. Penetapan harga RS Amalia ditentukan per unit cost.
Penentuan atau keputusan ketetapan harga juga dipengaruhi oleh kebutuhan
untuk dapat tetap bertahan dalam pasar yang bersaing, melalui kepedulian sosial
dan etika, dan bahkan melalui citra korporasi. Target/ sasaran klien RS Amalia
merupakan masyarakat menengah kebawah, terkadang klien tidak mampu yang
berobat ke RS amalia dibebaskan dari beban biaya, hal ini sebagai bentuk
kepedulian terhadap masyarakat kurang mampu, hal ini sejalan dengan fungsi
infak dan shodaqoh dalam islam bahwa berbisnis tidak hanya untuk mengejar
kekayaan semata, tapi keberkahannya.
Strategi Tempat (Place). Penentuan lokasi dan distribusi serta sarana dan
prasarana menjadi sangat penting, hal ini disebabkan agar konsumen mudah
menjangkau setiap lokasi yang ada serta mendistribusikan barang atau jasa.
Demikian pula sarana dan prasarana harus memberikan rasa yang aman dan
nyaman kepada seluruh konsumennya. RS Amalia menempati lokasi strategis
8
di Garut Utara, hal ini mendorong pengolahan dan pembuangan limbah harus
tertata dengan baik, karena bila pengolahan limbah tidak baik maka akan
memberikan dampak buruk terhadap lingkungan, RS Amalia memiliki sarana
pembuangan limbah yang aman bagi masyarakat sekitar, hal ini sejalan dengan
konsep keseimbangan (equilibrium) atau keadilan menggambarkan dimensi
horizontal ajaran Islam yang berhubungan dengan keseluruhan harmoni pada
alam semesta.
Strategi Promosi (Promotion). Promosi adalah salah satu bagian dari bauran
pemasaran yang besar peranannya. Promosi merupakan suatu ungkapan dalam
arti luas tentang kegiatan-kegiatan yang secara aktif dilakukan oleh penjual
untuk mendorong konsumen membeli produknya yang ditawarkan. Dalam
Islam promosi juga menghindari iklan porno, bohong, dan promosi yang
menghalalkan segalacara. Dan promosi adalah suatu pesan yang
dikomunikasikan kepada calon pembeli melalui berbagai unsur yang terdapat
dalam program. Strategi promosi Rasullah SAW tersebut meliputi :
Memiliki pribadi spritiual (taqwa)
Berprilaku baik dan simpatik (siddiq)
Memiliki kecerdasan dan intelektualitas (fatanah)
Komunikatif dan transparan (tabligh)
Bersikap rendah hati dan melayani (khidmah)
Jujur dan terpercaya
Bertanggung jawab (amanah)
Tidak suka berburuk sangka dan tidak menjelek-jelekan.
9
laku barang yang dijual) mendatangkan keluasan tetapi menghilangkan pekerjaan.” Ibnu
fajar berkata: ”menghapus keberkahan”. Jangan mudah mengobral sumpah, dalam berpromosi
atau beriklan janganlah mudah mengucapkan janji sekiranya janji tersebut tidak bisa ditepati.
Dari Abu Qotadah Al Anshori, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dari Abu Qotadah
Al-Anshori, bahwasanya ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: Hati-hatilah dengan banyak
bersumpah dalam menjual dagangan karena ia memang melariskan dagangan, namun malah
menghapuskan (keberkahan)”. (HR. Ibnu Majah). Sehingga dilihat dari perspektif Etika Bisnis
Islam strategi promosi yang dilakukan oleh RS Amalia sudah baik dan menjalani promosi
sesuai dengan syariat Islam.
E. Kesimpulan
Berdasarkan hal-hal yang sudah dijabarkan, ditemukan bahwa secara garis besar etika bisnis
yang dilakukan oleh RS Amalia dalam pemasarannya sesuai dengan syariat Islam dan prinsip
Islam. Kegiatan bisnis yang dijalankan oleh RS Amalia dengan berlandaskan pada konsep
strategi pemasaran Islami, antara lain:
Adl. Keadilan (adl) meruapakan nilai paling asasi dalam ajaran Islam. Menegakkan
keadilan dan memberantas kezaliman adalah tujuan utama dari risalah para Rasul-Nya.
Keadilan seringkali diletakkan sederajat dengan kebajikan dan ketakwaan RS Amalia ini
menerapkan nilai syariah ini, yaitu dengan tujuan agar terlaksannya transaksi yang adil
untuk semua pihak dan tidak merugikan pihak manapun dan saling ridho.
Takaful. Sesama orang Islam adalah saudara dan belum sempurna iman seseorang sebelum
dia mencintai saudaranya melebihi cintanya pada diri sendiri. Hal inilah yang mendorong
manusia untuk mewujudkan hubungan yang baik antara individu dan masyarakat melalui
konsep penjaminan oleh masayarakat atau takaful. Jaminan masyarakat (social insurance)
ini terkena musibah atau masyarakat yang tidak mampu. Jaminan masyarakat ini tidak saja
bersifat material, melainkan juga bersifat ma’nawiy (non materi). RS Amalia dalam
menjalankan kegiatannya selalu didasarkan dengan prinsip tolong-menolong serta
mengharapkan ridho dari Allah SWT.
Berdasarkan hal diatas, bahwasannya secara keseluruhan strategi pemasaran yang
dilakukan oleh RS Amalia sudah sesuai dengan prinsip syariah, mulai dari segmentasi
pemasarannya yang tepat dalam memasarkan produk- produknya dan tidak melanggar hal-
hal yang mengandung unsur prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam. Karena dalam setiap
pemasarannya dilakukan dengan sesuai prinsip Syariah baik dalam hal strategi produk,
10
strategi tempat, pendistribusian yang tepat harga yang sesuai, promosi yang sesuai dengan
syariah dan tidak menipu SDM dan proses yang jelas dengan akad yang jelas sesuai dengan
syariah serta pelayanan yang ramah yang dilakukan oleh RS Amalia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir, Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Abdullah, Thamrin dan Francis Tantri. 2012. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Amalia, Fitri. 2011. Penerapan Etika Bisnis Islam Bagi Pelaku Usaha Industri Kreatif (Studi
kasus pada Kampoeng Kreatif).Sripsi. Jakarta:FE-UIN Syarif.
Amir, Taufiq. 2005. Dinamika Pemasaran ; jelajahi dan rasakan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Ananda, Fitra. 2011. Analisis Perkembangan Usaha Mikro Dan Kecil Setelah Memperoleh
Pembiayaan Mudharabah Dari BMT At Taqwa Di Kota Semarang. Skripsi. Semarang: FE-
UNDIP.
Antonio, Syafi’i Muhammad. 2001. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press.
Buchari, Alma. 2007. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung: Alfabeta.
Dahli, L. dan Siregar, V. S. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja
Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Tahun
2005 dan 2006). Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, edisi
Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kafaar, Abdullah Zaky Al. 2002. Ekonomi Dalam Perspektif Islam. Bandung : Pustaka Setia.
Kotler, P., Armstrong, G., Brown, L., and Adam, S. 2006. Marketing, 7 th Ed. Pearson
Education Australia/Prentice Hall.
11
Kotler dan Amstrong. 2000. Dasar-Dasar Pemasaran, terjemahan Alexender Sindoro. Jakarta:
Prenhallindo.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran edisi ketiga belas Jilid 1.
Jakarta: Penerbit Erlangga. Kuncoro, Mudrajad. 2006. Strategi (Bagaimana Meraih Kenggulan
Kompetitif. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Taha Jabir Al-Alwani. 2005. Bisnis Islam, terj. Suharsono. Yogyakarta: AK Group.
Tika, Moh. Pabundu. 2006. Metodologi Riset Bisnis. Jakarta: Bumi Aksara
12