Anda di halaman 1dari 53

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PEMBANGUNAN

RUMAH SAKIT UMUM WANARAJA GARUT


BERDASARKAN METODE INDIKATOR ASPEK
PEMASARAN DAN KEUANGAN

USULAN PROPOSAL

Oleh:

Metha Dian Pramesti

2009031801

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


KONSENTRASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2019

1
1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak

dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Pembangunan

kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas

sumber daya manusia dan mendukung pembangunan ekonomi, serta memiliki

peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan

dihadapkan pada berbagai permasalahan penting seperti pemerataan dan

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang saat ini masih kurang terutama di

wilayah Kabupaten Garut.

Salah satu contoh masalah kesehatan di Kabupaten Garut adalah angka

kematian ibu dan bayi yang masih tinggi, pada tahun 2016 Kabupaten Garut

mencapai peringkat tertinggi se-Jawa Barat. Pada 2018 lalu, Garut menempati

urutan ketiga terbanyak untuk kasus AKI di Jawa Barat, kasus AKI di Garut

mencapai 55 kasus. Sebesar 29% penyebab kematian ibu itu akibat kasus

pendarahan pasca-persalinan. Dalam hal ini Kabupaten Garut masih kesulitan

mengatasi tingginya angka kematian ibu melahirkan dan kematian bayi baru lahir

dikarenakan pelayanan kesehatan di Kabupaten Garut belum mencukupi dan belum

merata, berdasarkan data fasyankes yang berada di Kabupaten Garut, fasilitas

kesehatan berupa FKRTL (Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut) masih

belum mencukupi terutama dalam hal pelayanan rawat inap yang menurut

Kemenkes RI Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan tahun 2014 dapat diukur

dari ketersediaan tempat tidur (TT) dengan perbandingan jumlah penduduk 1 :

1000.

2
Di wilayah Kabupaten Garut terdapat tujuh Rumah Sakit yaitu RSUD Dr.

Slamet, Rumah Sakit ABRI, RS Annisa Queen, RS Nurhayati, RS Intan Husada,

dan RSUD Pameungpeuk. Secara keseluruhan tempat tidur yang tersedia sebanyak

1.255 tempat tidur termasuk Puskesmas Rawat Inap (248 tempat tidur) dan Klinik

Pratama (90 tempat tidur). Dengan jumlah penduduk Kabupaten Garut 2.548.723

jiwa dan tempat tidur yang tersedia sebanyak 1.255 tt, maka Rasio TT: penduduk =

1 : 2.030. Jika mengacu pada rasio minimal jumlah penduduk pada wilayah

jangkauan rumah sakit sejumlah 1.000 orang/jiwa dibutuhkan 1 tempat tidur, berarti

untuk penduduk Kabupaten Garut diperlukan 2.548 tempat tidur, Kondisi ini

menunjukkan kebutuhan TT bagi penduduk Kabupaten Garut masih kurang

sebanyak 1.293 TT. Dalam rangka upaya pemenuhan kekurangan kapasitas TT

tersebut diperlukan penambahan jumlah rumah sakit.

Berdasarkan UU RS No 44 Tahun 2009 disebutkan bahwa rumah sakit

adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

dan gawat darurat. Masalah kesehatan dewasa ini terus berkembang, hal ini

menuntut kemampuan dan profesionalisme kalangan medis untuk mengatasinya

dengan layanan medis yang tepat, cepat dan akurat. Oleh karenanya saat ini

pemerintah tengah mengembangkan kebijakan pelayanan kesehatan dengan

menerapkan peran serta masyarakat secara luas, sehingga memberikan peluang dan

dorongan dari masyarakat maupun swasta. Keterlibatan sektor swasta harus

menjadi pencerminan sikap kemandirian masyarakat guna mengantisipasi

3
kebijakan pemerintah tersebut dan menjawab tantangan untuk memenuhi

kebutuhan akan penyediaan jasa pelayanan kesehatan.

Sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk mengikutsertakan pihak swasta

dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka pembangunan

rumah sakit di Kabupaten Garut merupakan suatu peluang investasi selain bertujuan

untuk membantu dalam pemenuhan kebutuhan TT juga bertujuan untuk turut serta

menurunkan angka kematian Ibu dan Bayi di kabupaten Garut. Pembangunan

sebuah rumah sakit membutuhkan investasi keuangan yang tidak sedikit, sehingga

perlu diketahui kelayakan investasi dari pembangunan rumah sakit Wanaraja Garut

berdasarkan indikator keuangan dan pemasaran.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka permasalahan yang

diidentifikasi adalah sebagai berikut.

a. Bagaimana analisis indikator pemasaran pembangunan Rumah Sakit

Umum Wanaraja Garut?

b. Bagaimana analisis indikator aspek keuangan pembangunan Rumah Sakit

Umum Wanaraja Garut?

c. Bagaimana kelayakan investasi pembangunan Rumah Sakit Umum

Wanaraja Garut?

3. Tujuan Penelitian

a. Untuk memahami kelayakan investasi pembangunan Rumah Sakit Umum

Wanaraja Garut dari indikator-indikator pemasaran.

4
b. Untuk memahami kelayakan investasi pembangunan Rumah Sakit Umum

Wanaraja Garut dari aspek keuangan.

c. Untuk menganalis kelayakan investasi pembangunan Rumah Sakit

Umum Wanaraja Garut.

4. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis, penelitian ini sangat berguna untuk melatih diri dalam

menganalisis suatu permasalahan dan menambah pengetahuan mengenai

Studi Kelayakan Bisnis (SKB).

b. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran layak tidaknya investasi pembangunan Rumah Sakit di Wanaraja

Garut dalam aspek keuangan sehingga menjadi masukan dalam

pengambilan keputusan.

c. Bagi Universitas, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

referensi untuk melengkapi saran yang dibutuhkan dalam penyediaan

bahan studi bagi yang memerlukannya.

d. Bagi peneliti lain, hasil ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber

informasi dan referensi.

5. Kerangka Pemikiran

5.1 Analisis Kelayakan Bisnis

Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan Rumah Sakit (2012) menyebutkan

bahwa yang dimaksud dengan studi kelayakan bisnis merupakan penelitian yang

5
menganalisis layak atau tidak rencana bisnis dibangun, tetapi juga sewaktu

dioperasikan dengan kontinyu dapat dicapai keuntungan maksimal dalam kurun

waktu tertentu, misalnya diluncurkannya rencana sebuah produk baru. Menurut

Ibrahim dalam Gumelar (2011), studi kelayakan bisnis adalah kegiatan untuk

menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu

kegiatan usaha atau proyek. Studi kelayakan bila dilakukan secara profesional akan

dapat berperan penting dalam proses pengambilan investasi. Tujuan dilakukannya

analisis bisnis (Gray dan Larson, 2007) adalah untuk mengetahui tingkat

keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, menghindari

pemborosan sumber-sumber daya, yaitu menghindari pelaksanaan kegiatan yang

tidak menguntungkan, mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada

sehingga dapat memilih alternatif kegiatan yang paling menguntungkan dan

menentukan prioritas investasi. Pihak yang berkepentingan dalam studi kelayakan

menurut Suliyanto (2010) adalah sebagai berikut;

1) Pelaku bisnis/manajemen perusahaan; Pelaku bisnis/manajemen perusahaan

memerlukan studi kelayakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan

untuk melanjutkan ide bisnis atau tidak, jika berdasarkan hasil studi kelayakan

suatu ide bisnis dinyatakan layak dilaksanakan maka pelaku bisnis/manajemen

akan menjalankan ide bisnis tersebut untuk mengembangkan usahanya.

2) Investor; Pihak investor memerlukan studi kelayakan sebagai dasar untuk

mengambil keputusan apakah akan ikut menanamkan modal pada suatu bisnis

atau tidak. Jika berdasarkan hasil studi kelayakan dinyatakan layak untuk

dilaksanakan maka investor akan menanamkan modalnya dengan harapan

6
memperoleh keuntungan dari investasi yang ditanamkan, demikian pula

sebaliknya.

3) Kreditor; Pihak kreditor memerlukan studi kelayakan sebagai salah satu dasar

dalam mengabil keputusan, apakah akan memberikan kredit pada suatu bisnis

yang diusulkan atau tidak. Jika berdasarkan hasil studi kelayakan dinyatakan

layak untuk dilaksanakan maka kreditor akan memberikan kredit dengan

harapan memperoleh keuntungan berupa bunga, demikian pula sebaliknya.

4) Pemerintah; Pihak pemerintah memerlukan studi kelayakan sebagai dasar

untuk mengabil keputusan apakah memberikan izin terhadap suatu bisnis atau

tidak. Jika berdasarkan hasil studi kelayakan suatu ide bisnis dinyatakan dapat

menimbulkan kesejahteraan masyarakat, memberi kesempatan kerja,

mengoptimalkan sumber daya yang ada, maka pemerintah akan memberikan

izin.

5) Masyarakat; Masyarakat memerlukan studi kelayakan untuk mengambil

keputusan apakah mendukung suatu bisnis atau tidak, jika berdasarkan studi

kelayakan dinyatakan akan memberikan dampak positif yang lebih besar

terhadap masyarakat dibandingkan dampak negatifmya maka masyarakat akan

mendukung ide bisnis tersebut.

5.2 Investasi

Mulyadi (2001) menyatakan bahwa investasi adalah pengaitan sumber-

sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang.

Dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa investasi merupakan suatu komitmen

atas sejumlah dana dan penundaan konsumsi selama periode waktu tertentu untuk

7
mendapatkan sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Haming dan

Basalamah (2010) menyebutkan bahwa investasi adalah keputusan mengeluarkan

dana pada saat sekarang untuk membeli aktiva riil (tanah, mobil, dsb) atau aktiva

keuangan (saham, obligasi, reksadana, wesel, dsb) dengan tujuan untuk

mendapatkan penghasilan yang lebih besar di masa yang akan datang.

Fungsi Investasi yaitu suatu pengeluaran-pengeluaran untuk membeli

barang modal dan sebuah peralatan produksi yang bertujuan untuk mengganti dan

menambah suatu barang-barang modal dalam suatu perekonomian yang akan

digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan (sudono,2000).

Fungsi Investasi yang kedua yaitu kurva yang menunjukkan sebuah hubungan

antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional. Aspek kelayakan investasi

menurut Suliyanto (2010) adalah terdiri dari aspek hukum, aspek lingkungan, aspek

pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek managemen dan sumber

daya manusia serta aspek keuangan.

5.2.1 Aspek Pasar dan Pemasaran

Bambang Hartono (2010) menyebutkan bahwa pasar pada hakikatnya

adalah kumpulan dari konsumen-konsumen potensial dari suatu pelayanan yang

ditawarkan. Menurut Nurjanah (2013) dalam sebuah studi kelayakan bisnis aspek

pasar dan pemasaran merupakan salah satu aspek yang paling penting, karena aspek

pasar dan pemasaran menentukan hidup atau tidaknya sebuah perusahaan di dalam

industri. Sedangkan Umar (2001 dalam Lazuardi dkk, 2014) juga menyatakan

bahwa aspek pasar bertujuan untuk mengetahui harga produk, dan strategi

8
pemasaran dari produk bersangkutan, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya

rencana pembuatan suatu usaha dilihat dari aspek pasar.

Aspek Pasar tersebut meliputi permintaan, penawaran, proyeksi permintaan

dan penawaran, proyeksi penjualan, segmentasi pasar dan strategi dan implementasi

pemasaran.

a. Permintaan; Jumlah barang dan jasa yang diminta konsumen pada berbagai

tingkat harga tertentu dan pada waktu tertentu.

b. Penawaran; Jumlah barang dan jasa yang ditawarkan produsen pada berbagai

tingkat harga tertentu dan pada waktu tertentu.

c. Proyeksi Permintaan dan Penawaran; Proyeksi dapat dilakukan dengan cara

mengidentifikasi keseluruhan kebutuhan produk dan jasa untuk periode ke

depan berdasarkan data historis.

d. Proyeksi Penjualan; Proyeksi Penjualan dapat dilakukan dengan cara

mengidentifikasi kebutuhan produk dan jasa yang diminta oleh pasar

potensial dan proyeksi harga ke depan sesuai kondisi ekonomi yang ada.

Secara spesifik analisis aspek pasar dalam studi kelayakan menurut

Suliyanto (2010) bertujuan untuk;

1) Menganalisis permintaan atas produk yang dihasilkan

2) Menganalisis penawaran atas produk sejenis

3) Menganalisis ketersediaan rekanan atas pemasok faktor produksi yang

dibutuhkan.

Selanjutnya Suliyanto (2010) menjelaskan bahwa Analisis permintaan

(demand) di gunakan untuk mengetahui secara riil jumlah kebutuhan produk/jasa

9
yang akan dihasilkan di daerah tertentu. Hal yang dapat menetukan besarnya

permintaan adalah sebagai berikut;

1) Perubahan jumlah penduduk

2) Perubahan pendapatan

3) Perkembangan mode

4) Perubahan harga pokok yang dihasilkan

5) Perubahan harga produk subtitusi

6) Perubahan harga produk komplemente

Kotler (1997) menyebutkan bahwa strategi pemasaran modern secara umum

terdiri dari tiga tahap, yaitu segmentasi pasar (segmenting), penetapan pasar

(targeting) dan penetapan posisi pasar (positioning).

a. Segmentasi

Menurut Fahmi (2014) segmentasi adalah pembagian. Pembagian tersebut

dilakukan untuk memudahkan dalam memahami kondisi pasar. Dasar untuk

segmentasi pasar menurut Bambang Hartono (2010) adalah;

 Segmentasi geografis

 Segmentasi demografis

 Segmentasi Psikografis

 Segmentasi perilaku.

b. Penentuan Pasar Sasaran (targeting)

Suliyanto (2010) menyebutkan targeting adalah pemilihan pasar sasaran dari

kumpulan pembeli dengan kebutuhan atau karakteristik serupa yang akan dilayani

perusahaan.

10
c. Penentuan Posisi Pasar (Positioning)

Kotler (1997) menyebutkan bahwa positioning adalah tindakan merancang

penawaran dan citra perusahaan sehingga menempati suatu posisi yang kompetitif

yang berarti berada dalam benak pelanggan sasarannya. Berikut adalah strategi

penentuan posisi menurut Suliyanto;

 Positioning menurut atribut produk

 Positioning menurut manfaat

 Positioning menurut harga/kualitas

 Positioning menurut penggunaan

 Positioning menurut pemakai

 Positioning menurut pesaing

 Positioning menurut kategori produk.

5.2.1.1 Strategi Bauran Pemasarann (Marketing Mix)

Menurut McCharthy dalam Rufaidah (2012) menyebutkan bahwa

marketing mix terdiri dari kegiatan menciptakan ide atau gagasan produk/jasa yang

akan ditawarkan pada konsumen (product), menetapkan harganya (price),

mendistribusikan produk tersebut (place), serta mempromosikannya (promotion),

atau aktivitas tersebut disingkat menjadi 4P. Untuk perusahaan jasa maka praktek

bauran pemasaran ditambahkan dengan bauran jasa yaitu; people, process, dan

physical evidence.

5.2.1.2. Competitor Analysis

Rufaidah (2012) menyebutkan bahwa analisis pesaing dapat dilakukan melalui

tiga cara yaitu;

11
a. Industry analysis; adalah analisis kelompok perusahaan yang memproduksi

barang atau jasa yang serupa

b. Strategic groups; adalah analisis pada sejumlah unit bisnis atau sejumlah

perusahaan yang menggunakan strategi yang sama dengan sumber daya yang

sama.

c. Key succes factor analysis; merupakan variabel yang secara signifikan

mempengaruhi posisi persaingan suatu perusahaan di dalam suatu industri.

5.2.2 Aspek Keuangan

Suliyanto (2010) menyatakan bahwa secara spesifik kajian aspek keuangan

dalam studi kelayakan bertujuan untuk;

1) Menganalisis sumber dana

2) Menganalisis besarnya kebutuhan investasi

3) Menganalisis besarnya kebutuhan modal kerja

4) Menganalisis Rugi laba

5) Memproyeksikan arus kas

6) Menganalisis tingkat pengembalian investasi yang ditanamkan

berdasarkan beberapa analisis kelayakan investasi seperti; Metode average

rate of return, Metode payback period, Metode net present value, Metode

internal rate of return, Metode profitability index.

5.2.2.1 Kebutuhan Dana

Dalam menganalisis besarnya kebutuhan dana untuk investasi menurut

Suliyanto (2010) diperlukan pemahaman tentang jenis-jenis biaya usaha, yaitu;

12
a. Biaya Investasi; Biaya invesasi adalah biaya pembelian aktiva tetap seperti

biaya pembelian tanah, pembangunan gedung, sewa tanah/gedung, pembelian

mesin dan peralatan, pembelian furnitur dan biaya pembelian kendaraan. Selain

untuk pembelian barang investasi yang telah disebutkan, investasi juga

diperlukan sebagai modal kerja. Modal kerja merupakan modal yang

diperlukan untuk belanja operasi sehari-hari dimana dana yang dikeluarkan

tersebut akan segera kembali masuk ke perusahaan dalam jangka pendek

melalui hasil penjualan produksi.

b. Biaya Operasional; yaitu semua biaya yang harus dikeluarkan agar kegiatan

bisnis dapat beroperasi seperti biaya listrik, telepon, air dll.

5.2.2.2 Sumber Dana

Dalam menentukan Sumber dana atau sumber permodalan Pengetahuan

akan jenis-jenis modal sangat diperlukan. Suliyanto (2010) menyebutkan bahwa

modal yang digunakan untuk menjalankan bisnis dapat berasal dari dua sumber

yaitu;

a. Modal asing

Merupakan modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya

sementara bekerja dalam suatu perusahaan, dan merupakan utang yang harus di

bayar kembali. Berdasarkan jangka waktunya modal asing terbagi ke dalam;

1) Utang jangka pendek (waktu pengembaliannya paling lama satu tahun)

2) Utang jangka menengah (pengembaliannya lebih dari satu tahun dan kurang

dari sepuluh tahun

3) Utang jangka panjang ( pengembaliannya lebih dari 10 tahun)

13
b. Modal sendiri

Merupakan modal yang berasal dari pemilik perusahaan, yang tertanam dalam

perusahaan untuk jangka waktu tertentu. Modal sendiri terbagi dalam;

1) Modal saham

2) Cadangan

3) Laba di tahan

5.2.2.3 Modal Kerja (Working Capital)

Fahmi (2014) menyebutkan bahwa modal kerja adalah investasi sebuah

perusahaan pada aktiva-aktiva jangka pendek, kas, sekuritas, persediaan dan

piutang. Menurut Siegel dan Shim dalam Fahmi (2014) menyebutkan modal kerja

merupakan suatu ukuran dari likuiditas perusahaan. Selanjutnya Fahmi meyebutkan

bahwa ukuran dan keyakinan suatu bisnis menjadi layak untuk dilaksanakan adalah

dilihat dari segi modal kerja yang dimiliki, dalam hal ini modal kerja dilihat sebagai

sejumlah dana yang dipakai untuk menunjang aktivitas kerja atau modal

operasional.

Suatu perusahaan membutuhkan dana operasional untuk selalu mendanai

kebutuhan aktivitas operasional perusahaan seperti membayar gaji karyawan, gaji

buruh, membayar listrik, dan telepon, pembelian bahan mentah, dan lain-lain.

Kebutuhan dana tersebut bersmber dari modal kerja, dan sumber modal kerja

berasal dari berbagai sumber.(Fahmi.2014) yaitu;

a) Pendapatan bersih

b) Peningkatan kewajiban yang tidak lancar

c) Kenaikan ekuitas para pemegang saham

14
d) Penurunan aktiva yang tidak lancar

5.2.2.4 Struktur Modal (Capital Structure)

Pengertian struktur modal menurut Siegel dan Shim dalam Fahmi (2014)

adalah komposisi saham biasa, saham preferen, laba ditahan, dan utang jangka

panjang yang dipertahankan oleh kesatuan usaha dalam mendanai aktiva. Sehingga

dapat dimengerti bahwa struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi

finasial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari hutang

jangka panjang (long term liabilities) dan modal sendiri (shareholder’s equity).

Menurut Martin, Petty et al;1992 dalam Fahmi (2014) menyebutkan bahwa

pembagian dari struktur modal secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua

yaitu;

1) Simple capital Structure; yaitu jika perusahaan hanya menggunakan

modal sendiri saja dalam struktur modalnya.

2) Complex capital structure; yaitu jika perusahaan tidak hanya

menggunakan modal sendiri tetapi juga menggunakan modal pinjaman

dalam struktur modalnya.

Selanjutnya Fahmi dalam bukunya menyebutkan bahwa secara garis besar

teori struktur modal ada dua yaitu;

1) Balancing theories; merupakan suatu kebijakan yang ditempuh oleh

perusahaan untuk mencari dana tambahan dengan cara mencari

pinjaman baik ke perbankan atau juga dengan menerbitkan obligasi

(bonds). Obligasi adalah surat berharga (commercial paper) yang

mencantumkan nilai nominal, tingkat suku bunga dan jangka waktu

15
dimana itu dikeluarkan baik oleh perusahaan ataupun goverment untuk

kemudian dijual pada publik.

2) Pecking order theory; merupakn suatu kebijakan yang ditempuh oleh

suatu perusahaan untuk mencari tambahan dana dengan cara menjual

aset yang dimilinya, seperti menjual gedung (build), tanah (land),

peralatan (inventory) yang dimiliki dan aset-aset lainnya termasuk dana

yang berasal dari laba ditahan (retained earnings).

5.2.2.5 Aliran Kas (Cash Flow)

Suliyanto (2010) menjelaskan, bahwa penilaian kelayakan investasi

didasarka pada aliran kas (cash Flow) dan bukan pada keuntungan. Hal ini

disebabkan untuk menghasilkan keuntungan tambahan, perusahaan harus

mempunyai kas untuk ditanamkan kembali. Keuntungan selalu dalam bentuk kas,

tetapi dalam keuntungan tersebut ada kas yang akan di investasikan kembali dan

ada kas yang akan di ambil sebagi prive. Oleh karena itu besarnya kas bersih tidak

sama dengan keuntungan.

Aliran kas adalah usulan pengeluaran modal (capital Expenditure) yang

terdiri dari dua macam aliran kas (cash Flow) yaitu;

a) Aliran kas keluar neto (net outflow of cash) yaitu aliran kas yang

diperlukan untuk investasi baru.

b) Aliran kas masuk neto tahunan (net annual inflow of cash) yaitu aliran kas

sebagai hasil dari investasi baru tersebut. Aliran ini sering di sebut pula net

cash proceeds atau cukup dengan istilah proceeds.

16
c) Bila investasi dengan modal sendiri, maka perhitungan aliran kas nya

adalah;

Aliran kas masuk = laba setelah pajak + penyusutan

d) Bila investasi dengan pinjaman bank, maka perhitungan aliran kas nya

adalah;

Aliran kas masuk =laba setelah pajak +penyusutan + bunga (1-pajak)

Dalam menentukan aliran kas usulan investasi penggantian maupun ekspansi

yang dihitung adalah Incremental cash flow yang didefinisikan sebagai arus kas

setelah pajak yang terjadi karena adanya proyek investasi. Dengan kata lain,

incremental cash flow adalah selisih antara total arus kas dengan adanya usulan

proyek dan arus kas tanpa usulan proyek tersebut. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam perhitungan incremental cashflow;

1) Sunk cost

Biaya ini merupakan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu dan tidak

dapat diperoleh kembali di masa datang terlepas apakah proyek yang

sedang dipertimbangkan diterima atau tidak. Contoh, biaya studi

kelayakan, biaya ijin bangunan. Arus kas seperti ini tidak relevan dalam

penganggaran modal.

2) Opportunity Cost

Merupakan biaya karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh

pendapatan akibat aset yang dimiliki digunakan untuk kebutuhan

proyek yang direncanakan.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2012) Aliran kas dari suatu usulan

investasi terdiri dari :

17
a) Aliran Kas Awal (Initial Outlay = I0), yaitu jumlah kas yang digunakan

untuk mendanai usulan investasi.

b) Aliran Kas Operasional (Operational Cashflow), yaitu arus kas yang

dihasilkan selama umur proyek.

c) Aliran Kas Akhir (Terminal Cahflow), yaitu aliran kas yang dihasilkan

pada akhir umur proyek.

5.2.2.6 Penyusutan aktiva tetap

Pengetahuan akan metode penyusutan dalam aspek keuangan penting untuk

menentukan metode penyusutan dan menghitung nilai aktiva serta dihitungkan

sebagai biaya. Untuk melakukan perhitungan biaya penyusutan, informasi berikut

sangat diperlukan,

1) Harga perolehan (cost)

Adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh dan

menempatkan aktiva tetap.

2) Nilai sisa (Residu)

Adalah jumlah yang dapat diterima bila aktiva yang sudah tidak dapat

digunakan dijual, ditukar, atau cara-cara lain untuk menjual atau

menukarnya.

3) Umur ekonomis

Merupakan taksiran umur suatu aktiva yang dinyatakan dalam suatu

periode waktu maupun satuan hasil produksi atau satuan jam kerja.

Beberapa metode penyusutan adalah sebagai berikut;

18
1) Metode garis lurus (straight line method)

Mengasumsikan bahwa beban penyusustan setiap periode adalah sama.

2) Metode jam jasa (service hour method)

Mengasumsikan bahwa suatu aktiva akan lebih cepat rusak jika

digunakan sepenuhnya dibandingkan dengan penggunaan yang tidak

sepenuhnya.

3) Metode hasil produksi (productive output method)

Mengasumsikan bahwa aktiva ditujukan untuk menghasilkan produk

sehingga metode penyusutan juga harus didasarkan pada produk yang

dihasilkan.

4) Metode beban berkurang

Mengasumsikan bahwa biaya penyusutan pada tahun-tahun pertama

lebih kecil dibandingkan dengan beban penyusustan pada tahun

berikutnya.

5.2.1.7 Metode Analisis Penilaian Investasi

Dalam melakukan analisis kelayakan investasi pada sebuah proyek,

perusahaan dapat menggunakan beberapa metode yaitu; Net Present Value (NPV),

Payback Period Method (PP), Internal Rate of Return (IRR), Profitablity Index

(PI), dan Average Rate Of Return (ARR). Suliyanto (2010) menyebutkan bahwa

dasar perhitungan metode PP, IRR, NPV, PI adalah aliran kas (cashflow) atau

proceeds, sedangkan dasar perhitungan dalam metode ARR adalah keuntungan

neto sesudah pajak yang dilaporkan dalam buku (Reported accounting income).

 Payback period

19
Merupakan metode yang digunakan untuk menghitung lama periode yang

diperlukan untuk mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dari aliran kas

masuk (proceeds) tahunan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut. Apabila

proceeds setiap tahunnya jumlahnya sama, maka rumus perhitungan PP adalah;

Payback period (PP) = jumlah investasi atau outlays

Aliran kas masuk bersih tahunan

Sedangkan untuk mengitung PP yang mempunyai nilai proceeds yang tidak

sama setiap tahunnya, maka dihitung akumulasi proceeds nya terlebih dahulu.

Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode PP adalah suatu

investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika PP lebih pendek dibandingkan

periode payback maksimum, sebaliknya bila PP suatu investasi lebih panjang

daripada periode payback maksimum, maka investasi tersebut dinyatakan tidak

layak. Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka untuk menentukan

alternatif terbaik dilakukan pemilihan investasi yang mempunyai PP yang paling

pendek.

 Net Present value

Suliyanto (2010) menyebutkan bahwa metode NPV digunakan untuk

mengurangi keurangan-kekurangan yang terdapat pada metode PP. Metode Net

Present Value (NPV) merupakan suatu metode untuk menilai kelayakan atas suatu

investasi. NPV merupakan selisih antara arus kas yang didiskonto pada tingkat

bunga (biaya modal proyek) dikurangi dengan besarnya investasi yang dilakukan.

20
NPV lebih sering digunakan karena mencerminkan time value of money. Rumus

NPV menurut Agus sartono (2010) adalah :


n=1
CFt
NPV = ∑ −I0
(1 + r)n
t=n

Dimana : CFt = Aliran kas per tahun pada periode t

r = Suku bunga (cost of capital)

t = Periode

n = Jumlah Periode

Io = Biaya Investasi awal pada tahun ke 0

Hasil analisis dari metode NPV yaitu;

a. Terima Proyek jika NPV lebih besar dari nol. Hal ini menunjukkan suatu

keadaan di mana hasil yang diperoleh adalah lebih besar dari biaya modal

yang harus ditanggung proyek. Atau dalam arti kata proyek memberikan

nilai tambah atau keuntungan bagi perusahaan.

b. Tolak Proyek jika NPV lebih kecil dari nol. Hal ini menunjukkan suatu

keadaan di mana hasil yang diperoleh adalah lebih kecil dari biaya modal

yang harus ditanggung proyek. Atau dalam arti kata proyek tidak

memberikan nilai tambah atau kerugian bagi perusahaan.

c. Jika NPV sama dengan nol menunjukkan bahwa investasi yang dilakukan

oleh perusahaan tidak menambahkan nilai perusahaan.

 Internal Rate of Return

Agus Sartono (2010) menjelaskan bahwa Interal Rate of Return (IRR)

didefinisikan sebagai tingkat diskon (bunga) yang akan menyamakan present

21
value of cash flow dengan jumlah initial investment dari proyek yang sedang

dianalisis. Dengan kata lain IRR adalah tingkat diskon atau tingkat bunga

yang menyebabkan NPV sama dengan nol. Suliyanto (2010) menyebutkan

bahwa pada dasarnya internal rate of return harus dicari denga trial dan

error.

Usulan proyek dapat diterima jika IRR lebih besar dari tingkat

pengembalian yang diinginkan. Jika IRR lebih kecil dari tingkat

pengembalian yang diinginkan, maka proyek tersebut harus ditolak. Jika IRR

sama dengan tingkat pengembalian yang diinginkan maka proyek dapat

diterima karena perusahaan dapat menghasilkan tingkat yang diinginkan

pemegang saham. Untuk menghitung IRR dapat dilihat dari formula berikut :
n=1
CFt
0 = −I0 + ∑
(1 + r)t
t=n

Dimana : Io = Biaya Investasi awal pada tahun ke 0

CFt = Aliran kas per tahun pada periode t

IRR = Discount Rate

t = Periode

n = Jumlah Periode

5.3 Rumah Sakit

5.3.1 Definisi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit

22
juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan

dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan

penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif)

yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan (Siregar,

2004).

5.3.2 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang

rumah sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan

pengelolaannya:

 Berdasarkan jenis pelayanan

a. Rumah sakit umum Memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang

dan jenis penyakit.

b. Rumah sakit khusus Memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau

satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,

organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

 Berdasarkan pengelolaan

a. Rumah sakit publik Dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah,

dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola

pemerintah dan pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan

pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

23
b. Rumah sakit privat Dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang

berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang

rumah sakit, dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang

dan fungsi rujukan, rumah sakit umum diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan

kemampuan pelayanan rumah sakit:

a. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan

subspesialistik luas.

b. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas

spesialistik dan subspesialistik luas.

c. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

d. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar (Depkes RIc , 2009;

Siregar, 2004).

5.4 Rumah Sakit Umum Wanaraja Garut

Letak rumah sakit secara geografis sangat berpengaruh terhadap posisioning

suatu rumah sakit. Batas-batas Kabupaten Garut adalah sebagai berikut :

24
Tabel 5
Perbatasan Kabupaten Garut

Utara Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang

Timur Kabupaten Tasikmalaya

Selatan Samudera Indonesia

Barat Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur

Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung

sebagai ibu kota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga dan hitterland

bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kabupaten Garut

mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan

Kabupaten Bandung sekaligus pula berperan di dalam mengendalikan

keseimbangan lingkungan. Berikut adalah peta lokasi rencana pendirian RS

Wanaraja Garut.

25
Gambar 5.1
Peta Lokasi RS Wanaraja Garut

Letak Rumah Sakit Wanaraja Garut di Desa Wanajaya Kecamatan Wanaraja

Garut Utara, Kabupaten Garut Jawa Barat yang telah ditopang oleh sarana dan

prasarana yang memadai.

1. Ketersediaan Sarana

a. Sarana pelayanan kesehatan

Sarana/fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Garut Utara seperti pada

tabel berikut.

26
Tabel 5.1
Fasilitas Kesehatan Wilayah Garut Utara Menurut Kecamatan
Tahun 2016
Kecamatan RS Rumah Pus Pos Klinik/ Polindes
Bersalin kesmas yandu Balkes
1. Wanaraja 1 19 5
2. Suciaraja 1 62 4
3. Pangatikan 1 42 17
4.Sukawening 3 3 5 31
5. Karangtengah 1 4 26 1
6. Banyuresmi 3 14 20
7. Leles 2 18 7
8. Leuwigoong 2 27 10
9. Cabatu 1 34 4
10.Kersamanah 1 40 23
11.Cibiuk 1 11
12.Kadungora 2 26 6
13.Blubur 1 14
Limbangan 1
14.Selaawi 2 1 5
15.Malangbong
Garut Utara - 3 22 303 158 15
Proporsi dari - 100 32,84 23,25 51,29 41,67
Kab.Garut (%)
Kabupaten Garut 6 3 67 1.303 308 36

Berdasarkan data fasilitas kesehatan tahun 2016 bahwa di Wilayah Garut Utara

belum ada rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan

(FKRTL), sedangkan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) serperti Rumah

Bersalin sebanyak 3, Puskesmas sebanyak 22, Posyandu 303, Klinik/Balai

Kesehatan 158 dan Polindes sebanyak 15. Dengan banyaknya fasilitas kesehatan

tingkat pertama tersebut merupakan peluang bagi RS Wanaraja Garut dengan

unggulannya di pelayanan kebidanan, karena merupakan sumber asal rujukan

kesehatan khususnya kebidanan & penyakit kandungan dan kesehatan anak serta

sebagai mitra kerjasama dalam memanfaatan alat medik dan fasilitas lainnya yang

dimiliki RS Wanaraja Garut.

27
5.5 Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian yang meneliti yang hampir serupa mengenai Analisis Kelayakan

Investasi Pembangunan rumah sakit sudah beberapa kali dilakukan, diantaranya

yaitu: Rindahwati (2012) dengan penelitiannya dengan judul Analisis Kelayakan

Investasi Proyek Pembangunan Rumah Sakit Mojokerto Medical Center, dengan

pendekatan penilaian terhadap capital budgeting, menganalisis nilai proyeksi

cashflow untuk mengetahui IRR, NPV, dan PBP yang didukung oleh aspek

pemasaran, hukum, teknik, manajemen. Dari analisis didapatkan IRR optimis

33,68 %, normal 27 %, pesimis 21,50%, NPV positif, PBP 5 tahun berarti lebih

cepat dibanding masa pelunasan hutang 15 tahun, didukung dengan analisis

ekonomi yang optimis sehingga proyek rumah sakit MMC layak untuk diterima.

Menurut Haming dan Basalamah (2010) pada penelitian Ni ketut Adi

Arwati (2016) tentang aspek kelayakan pengembangan investasi pada Rumah Sakit

Gigi dan Mulut FKG Universitas Mahasaraswati Denpasar menyebutkan bahwa

investasi adalah keputusan mengeluarkan dana pada saat sekarang untuk membeli

aktiva riil (tanah, mobil, dsb) atau aktiva keuangan (saham, obligasi, reksadana,

wesel, dsb) dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar di masa

yang akan datang. Ni Ketut Adi Arwati dalam penelitiannya menyebutkan bahwa

untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek apa

saja yang akan dipelajari, walaupun belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja

yang perlu di teliti, tetapi pada umumnya penelitian akan dilakukan terhadap aspek

pasar, aspek teknis keuangan, aspek hukum dan aspek ekonomi sosial negara,

tergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam dalam investasi tersebut.

28
Debora Mariane Ekel Revita (2014) dengan penelitiannya yang berjudul

studi kelayakan pengembangan rumah sakit umum daerah amurang kabupaten

minahasa selatan. Hasil yang didapat dari kelima aspek yang dikaji dapat

menentukan apakah pengembangan rumah sakit dapat dikatakan layak untuk

dikembangkan menjadi Rumah Sakit Umum Kelas C. Melakukan penilaian

kelayakan pengembangan Rumah Sakit Umum Daerah Amurang untuk

dikembangkan sebagai Rumah Sakit Umum Kelas C dilihat dari aspek pasar, aspek

hukum, aspek sumber daya manusia, aspek teknik dan teknologi, dan aspek

finansial. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan suatu penelitian studi kasus

dengan pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Subjek penelitian adalah

Manajemen Rumah Sakit, Pemerintah Daerah, DPRD, dan Masyarakat. Hasil

kajian aspek pasar berdasarkan metode Chain Ratio, potensi pasar yang dihasilkan

untuk rawat jalan adalah 84 orang per hari dan untuk rawat inap 27 orang per hari.

Hal ini menunjukkan bahwa RSUD Amurang memiliki potensi pasar yang cukup

baik.

Zikri Afdhal (2008) Analisis Pengembangan Pelayanan Rawat Inap Ruang

Rawat Kelas III pada BLU RSD Dr. Fauziah Bireuen. Penelitian ini

dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa kecenderungan angka pemanfaatan tempat

tidur pada RSD dr.Fauziah Bireuen terus meningkat setiap tahun, pada tahun

2007 BOR rumah sakit mencapai 84%, dan khusus untuk ruang rawat kelas III

BOR mencapai 98%, sehingga diperlukan pengembangan jumlah tempat tidur

kedepannya. Tujuan penelitian ini adalah ingin mendapatkan gambaran mengenai

seberapa besar kebutuhan pengembangan ruang rawat inap kelas III pada RSD

29
dr.Fauziah Bireuen, dan mendapatkan gambaran untuk perencanaan

pengembangannya. Penelitian ini merupakan penelitian operasional

(operasional reseacrh) dengan pendekatan kuantitatif dan didukung oleh

pendekatan kualitatif, dengan menggunakan data sekunder 4 tahun terakhir untuk

melihat trend analisis, dengan melakukan analisis faktor internal dan eksternal pada

RSD dr.Fauziah Bireuen. Dalam pengembangan rumah sakit diperlukan suatu

pengkajian yang mendalam sehingga menghasilkan suatu perencanaan yang

sesuai dengan kebutuhan dan dapat dipertanggung jawabkan. Secara umum

aspek-aspek yang dikaji meliputi: aspek hukum, aspek sosioekonomi, aspek

pasar, aspek manajemen organisasi, aspek teknis, dan aspek sumber pendanaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja RSD dr.Fauziah Bireuen dari

tahun ke tahun terus mengalami peningkatan baik untuk pelayanan rawat jalan

maupun pelayanan rawat inap yang diukur dari tingginya angka kunjungan pasien

dan angka pemamfaatan tempat tidur setiap tahunnya. Dari angka tersebut

dapat diproyeksikan bahwa kedepannya permintaan hari rawat di instalasi rawat

inap akan terus meningkat, khususnya untuk ruang rawat kelas III. Untuk

bisa menampung permintaan hari rawat pada ruang rawat kelas III tersebut maka

pihak RSD dr.Fauziah Bireuen harus menambah kapasitas tempat tidur secara

bertahap dan berkelanjutan, untuk perencanaan sampai dengan tahun 2012

direncanakan akan dilakukan penambahan 130 tempat tidur dengan perkiraan

BOR pada akhir tahun tersebut sudah mencapai 80%.

Wanda Prima Krishna (2016) dengan judul penelitian Studi Kelayakan

Pembangunan Rumah Sakit Indonesia Permai Di Daerah Bojongsoang Kabupaten

30
Bandung. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah rencana pembangunan

Rumah Sakit Indonesia Permai di daerah Bojongsoang Kabupaten Bandung layak

atau tidak layak untuk dilanjutkan, ditinjau dari aspek pemasaran, aspek sosial

ekonomi, maupun aspek keuangan. Aspek pemasaran menggunakan potensi pasar,

untuk menganalisis aspek sosial ekonomi diamati dari pertumbuhan PDRB,

sedangkan aspek keuangan dianalisis dengan Metode Payback Period, Net Present

Value, dan Internal Rate of Return. Hasil analisis aspek pemasaran pada awalnya

menunjukkan bahwa supply (kebutuhan tempat tidur) masih kurang, namun setelah

dianalisis dengan adanya pertumbuhan rumah sakit di area cakupan kondisinya

menjadi over supply, sedangkan hasil analisis aspek keuangan ditunjukkan dengan

Payback Period lebih pendek dari umur proyek (10 tahun) yaitu 9 tahun, Net

Present Value positif yaitu sebesar Rp 100.200.000,00 pada discount rate 13%,

sedangkan Internal Rate of Return menunjukkan hasil 19,6% (6,6% diatas tingkat

diskonto 13%).

Kriteria penilaian yang akan digunakan dalam analisis kelayakan

pembangunan Rumah Sakit Umum Wanaraja Garut ini akan menggunakan aspek-

aspek studi kelayakan. Namun fokus utama dalam penilaian adalah berdasarkan

pada aspek pasar dan keuangan. Berdasarkan teori-teori pendukung yang

telah disampaikan pada pembahasan sebelumnya, maka dibuat gambar

kerangka pemikiran seperti berikut ini.

31
Tabel 5.2 Penelitian terdahulu tentang Analisis Kelayakan Pembangunan RS

No Peneliti Judul Hasil Penelitian Usulan

1 Rindahwati Analisis Kelayakan Hasil analisis dari Analisis

(2012) Investasi Proyek aspek keuangan : IRR kelayakan

Pembangunan optimis 33,68 %, investasi

Rumah Sakit normal 27 %, pesimis pembangunan

Mojokerto Medical 21,50%, NPV positif, RS dari aspek

Center PBP 5 tahun berarti pasar dan

lebih cepat dibanding keuangan.

masa pelunasan

hutang 15 tahun,

didukung dengan

analisis ekonomi yang

optimis sehingga

proyek rumah sakit

MMC layak untuk

diterima.

2 Ni Ketut Adi Studi Kelayakan Hasil analisis aspek Analisis

Arwati (2016) Pengembangan pasar ditunjukkan kelayakan

Investasi Pada dengan terjadinya pengembangan

Rumah Sakit Gigi peningkatan investasi RS

dan Mulut FKG kunjungan pasien gigi dari aspek

Universitas dan mulut dari tahun pasar, keuangan

32
Mahasaraswati 2015 sampai 2019, dan tingkat

Denpasar sedangkan hasil pengembalian

analisis aspek pengembangan

keuangan dalam investasi

kondisi moderat dengan

ditunjukkan dengan : menggunakan

Payback Period lebih metode Net

pendek dari umur Present Value,

proyek (5 tahun) yaitu Internal Rate

2 tahun, 2 bulan dan 53 Of Return,

hari; Net Present Value Profitability

positif yaitu Rp Indeks, dan

1.677.298.073; Payback Period

Internal Rate of Return dan

56,70% lebih tinggi perhitungan

dari opportunity cost analisis

yaitu 7%. Dalam sensitivitas.

kondisi pesimis :

Payback Period yaitu 1

tahun, 2 bulan dan 23

hari; Net Present Value

positif yaitu Rp

1.341.838.458;

33
Internal Rate of Return

50,44% lebih tinggi

dari opportunity cost

dan dalam kondisi

optimis : Payback

Period lebih pendek

dari umur proyek (5

tahun) yaitu 1 tahun, 2

bulan dan 28 hari; Net

Present Value sebesar

Rp 2.012.757.690;

Internal Rate of Return

56,96% lebih tinggi

dari opportunity cost

yaitu 7%.

3 Zikri Afdhal Analisis Kinerja RSD Indikator untuk

(2008) Pengembangan dr.Fauziah Bireuen pelayanan rawat

Pelayanan Rawat dari tahun ke tahun inap menurut

Inap Ruang Rawat terus mengalami Depkes RI

Kelas III pada BLU peningkatan baik untuk diantaranya

RSD Dr. Fauziah pelayanan rawat jalan dapat dilihat dari

Bireuen. maupun pelayanan Bed Occupancy

rawat inap yang diukur Rate (BOR),

34
dari tingginya angka Bed Turn Over

kunjungan pasien dan (BTO), TOI dan

angka pemanfaatan Length Of Stay

tempat tidur setiap (LOS).

tahunnya. Dari angka

tersebut dapat

diproyeksikan bahwa

kedepannya

permintaan hari rawat

di instalasi rawat inap

akan terus

meningkat, khususnya

untuk ruang rawat

kelas III. Untuk bisa

menampung

permintaan hari rawat

pada ruang rawat kelas

III tersebut maka pihak

RSD dr.Fauziah

Bireuen harus

menambah kapasitas

tempat tidur secara

35
bertahap dan

berkelanjutan.

4 Wanda Prima Studi Kelayakan Hasil analisis aspek Analisis

Krishna (2016) Pembangunan pemasaran pada kelayakan

Rumah Sakit awalnya menunjukkan pengembangan

Indonesia Permai Di bahwa supply investasi RS

Daerah (kebutuhan tempat dari aspek

Bojongsoang tidur) masih kurang, pasar, keuangan

Kabupaten Bandung namun setelah dan tingkat

dianalisis dengan pengembalian

adanya pertumbuhan pengembangan

rumah sakit di area investasi

cakupan kondisinya dengan

menjadi over supply, menggunakan

sedangkan hasil metode Net

analisis aspek Present Value,

keuangan ditunjukkan Internal Rate

dengan Payback Of Return,

Period lebih pendek Profitability

dari umur proyek (10 Indeks, dan

tahun) yaitu 9 tahun, Payback Period

Net Present Value dan

positif yaitu sebesar Rp perhitungan

36
100.200.000,00 pada analisis

discount rate 13%, sensitivitas.

sedangkan Internal

Rate of Return

menunjukkan hasil

19,6% (6,6% diatas

tingkat diskonto 13%).

5 Debora Mariane Studi Kelayakan Hasil kajian aspek Analisis

Ekel Revita Pengembangan pasar berdasarkan kelayakan

(2014) Rumah Sakit Umum metode Chain Ratio, investasi

Daerah Amurang potensi pasar yang pembangunan

Kabupaten dihasilkan untuk rawat RS dari aspek

Minahasa Selatan. jalan adalah 84 orang pasar dan

per hari dan untuk keuangan.

rawat inap 27 orang per

hari. Hal ini

menunjukkan bahwa

RSUD Amurang

memiliki potensi pasar

yang cukup baik.

6 Santi Nurjanah Studi Kelayakan Hasil analisis masing- Analisis

(2013) Pengembangan masing aspek kelayakan

menunjukan hasil yang investasi

37
Bisnis Pada PT positif yang pembangunan

Dagang Jaya Jakarta menyatakan bahwa RS dari aspek

Pengembangan Bisnis pasar dan

yang dilakukan oleh keuangan.

PT Dagang Jaya layak

untuk dijalankan.

Simpulan dari

penelitian ini adalah

pengembangan bisnis

yang dilakukan oleh

PT Dagang Jaya layak

untuk dijalankan salah

satu cara

pengembangan bisnis

yang dapat dipilih

adalah dengan

menambah jumlah dan

variasi produk yang

didistribusikan oleh

perusahaan.

38
RENCANA PEMBANGUNAN RUMAH
SAKIT UMUM WANARAJA GARUT

Suliyanto (2010)

STUDI KELAYAKAN INVESTASI

- Zikri (2008) - Zikri (2008)


- Rindahwati (2012) - Rindahwati (2012)
- Nurjanah (2013) - Nurjanah (2013)
- Debora (2014) - Debora (2014)
- Wanda (2015) - Wanda (2015)
- Ni Ketut (2016) - Ni Ketut (2016)

ASPEK PASAR ASPEK FINANSIAL


- Analisis Permintaan - Initial Cashflow
- Analsis Kebutuhan - Operasional Cashflow
- Proyeksi Kunjungan

Bagan 5.1 Kerangka Konsep Penelitian

39
Perencanaan Pembanguna
Rumah Sakit Umum
Wanaraja Garut

Studi Kelayakan Investasi

Aspek Pasar Aspek Finansial

Initial casflow

Analisis Penawaran
Operasional cashflow

Kelayakan investasi:
PP, NPV, IRR
Analisis Permintaan

Layak Tidak Layak

PEMBANGUNAN TIDAK DILAKUKAN


PEMBANGUNAN

Bagan 5.2 Kerangka Pemikiran

40
6. Metode Penelitian

6.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kelayakan pembangunan rumah sakit umum

Wanaraja Garut, perencanaan ini merupakan salah satu upaya untuk menangkap

peluang pasar yang masih luas khususnya dalam pelayanan kesehatan di Kabupaten

Garut.

6.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Lokasi pembangunan RS Umum Wanaraja

Garut yang beralamat Jl. Kudang II kecamatan Wanaraja kabupaten Garut – Jawa

Barat.

6.3 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

analitik yaitu menginterpretasikan data-data yang diperoleh dengan fakta-fakta

yang ada pada waktu penelitian. Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian

deskriptif adalah metode penelitian kasus yang menggambarkan fenomena

sebenarnya dari suatu keadaan. Studi ini bersifat deskriptif analitik yaitu

menyelidiki masalah untuk dapat memberikan rekomendasi kelayakan investasi

pembangunan rumah sakit tipe D di Wanaraja Garut.

Penelitian deskriptif mengenal berbagai bentuk yang dapat dikategorikan

seperti survey, studi kasus, kajian, kausal-komparatif, kajian korelasi, dan

sebagainya. Setiap bentuk penelitian deskriptif mempunyai fungsi dan tujuan yang

berbeda, sedangkan penelitian deskriptif ini termasuk dalam kategori “studi kasus”.

41
“Studi kasus” merupakan kajian yang mendalam tentang peristiwa, lingkungan, dan

situasi tertentu yang memungkinkan mengungkapkan atau memahami sesuatu hal.

Penulis menggunakan bentuk penelitian “studi kasus” karena mengangkat

fenomena yang terjadi yaitu mengenai studi kelayakan investasi pembanguna

Rumah Sakit Umum Wanaraja Garut.

6.4 Sumber dan Cara Penentuan Data

Sebelum melangkah pada pelaksanaan kajian Studi Kelayanan pendirian

Rumah Sakit Umum Wanaraja Garut ( tipe D), dilakukan persiapan- persiapan

sebagai berikut :

• Menginventarisasi jenis data yang dibutuhkan, yaitu meliputi :

a. Data primer

b. Data sekunder

• Menginvetarisasi sumber data

• Rencana Teknik pengumpulan data

• Rencana Pengolahan Data

• Rencana Bentuk Penyajian Data

Sugiyono (2013) dalam bukunya Statistika Untuk Penelitian, menyebutkan

bahwa data hasil penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu data kualitatif

dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata atau

gambar. Sedangkan data kuantitaif adalah data yang berbentuk angka atau data

kualitatif yang diangkakan (skoring). Pada penelitian menggunakan data kualitatif.

a. Data primer

42
Dalam pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan atau

observasi langsung di lapangan, sehingga diperoleh data-data yang diperlukan

untuk analisis/kajian studi kelayakan RS Wanaraja Garut. Disamping itu, data

primer juga diperoleh melalui wawancara atau diskusi untuk memperoleh informasi

yang akurat.

Tabel 6.1
Data primer
Data Sumber Data Teknik
Pengumpulan

1. Kondisi Potensi Lahan Di tempat/di lokasi Observasi langsung


lokasi

2. Kebutuhan Pelayanan Perangkat Desa Wawancara/Diskusi


Kesehatan dari sekitar, Tokoh
Masyarakat Masyarakat, dan
Masyarakat.

3. Pemukiman Penduduk Di lokasi Observasi langsung


sekitar

4. Aksesibilitas Di lokasi Observasi langsung

5. Utilisasi Publik Di lokasi & Instansi Observasi langsung


terkait dan Wawancara

b. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mendatangi langsung

instansi-instansi terkait. Pengumpulan data sekunder juga digunakan sarana internet

dan sumber-sumber data lainnya seperi perpustakaan. Dokumen hasil pengumpulan

data sekunder disajikan di lampiran Studi Kelayakan ini.

43
6.5 Rencana Pengolahan Data

Data – data yang telah terkumpul dari berbagai sumber data, kemudian

diolah dan dianalisis seperti analisis rasio, analisis komparatif dan analisis trend.

Dalam pengolahan data dilakukan dengan bantuan sarana komputer menggunakan

program Microsoft Office Word 2016 dan Microsoft Office Excel 2016.

6.7 Rencana Penyajian Data

Data-data yang telah diolah dan dianalisis kemudian disajikan dalam kajian

studi kelayakan berupa narasi, daftar tabel, gambar dan grafik.

6.8 Data dan Informasi

Data dan informasi yang terkumpul dari berbagai sumber untuk bahan

analisis situasi, analisis permintaan, analisis kebutuhan dan analisis keuangan

disajikan pada tabel-tabel, gambar dan grafik seperti pada lampiran.

6.9 Metode Analisis Data

1) Aspek Pasar

 Menganalisis penawaran (supply)

 Analisis permintaan (demand)

2) Aspek Keuangan

 Membuat analisis aliran kas awal (Initial Cashflow)

Aliran kas awal (Initial Cashflow) adalah jumlah kas yang digunakan untuk

mendanai usulan pengembangan investasi sehingga diketahui total jumlah biaya

pengembangan investasi yang dibutuhkan. Berikut dummy tabel pada analisis biaya

investasi.

44
Dummy Tabel 3. 1
Biaya investasi (Initial cashflow)

Jenis Aktiva Biaya (Rp)


(1) (2)
Investasi Aktiva tetap
Tanah
Bangunan
Peralatan Medis
Total

 Membuat analisis Operasional cashflow

Aliran Kas Operasional (Operational Cashflow), yaitu arus kas yang

dihasilkan selama umur proyek. Berikut dummy tabel pada analisis operasional

cashflow

Dummy Tabel 3. 2
Operasional cashflow

Net
cashflow 2017 201 2019 2020 dst
(proceeds) 8
Laba
setelah
pajak
Depresiasi
Biaya
bunga (1-
tax)
Total
proceeds

6.10 Menghitung analisis kelayakan investasi

1. Net Present Value (NPV)


n=1
CFt
NPV = ∑ −I0
(1 + r)n
t=n

45
- Terima Proyek jika NPV lebih besar dari nol. Hal ini menunjukkan

suatu keadaan di mana hasil yang diperoleh adalah lebih besar dari

biaya modal yang harus ditanggung proyek. Atau dalam arti kata proyek

memberikan nilai tambah atau keuntungan bagi perusahaan

- Tolak Proyek jika NPV lebih kecil dari nol. Hal ini menunjukkan suatu

keadaan di mana hasil yang diperoleh adalah lebih kecil dari biaya

modal yang harus ditanggung proyek. Atau dalam arti kata proyek tidak

memberikan nilai tambah atau kerugian bagi perusahaan

- Jika NPV sama dengan nol menunjukkan bahwa investasi yang

dilakukan oleh perusahaan tidak menambahkan nilai perusahaan.

2. Payback Period

Menghitung Payback period dengan formulasi;

Payback period (PP) = jumlah investasi atau outlays

Aliran kas masuk bersih tahunan

Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode PP yang

diusulkan dinyatakan layak jika PP lebih pendek dibandingkan periode payback

maksimum, sebaliknya bila PP suatu investasi lebih panjang daripada periode

payback maksimum, maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak.

3. Internal Rate of Return

Suliyanto (2010) menyebutkan bahwa pada dasarnya internal rate of return

harus dicari denga trial dan error. Untuk menghitung IRR dapat dilihat dari formula

berikut :

46
n=1
CFt
0 = −I0 + ∑
(1 + r)t
t=n

Usulan proyek dapat diterima jika IRR lebih besar dari tingkat

pengembalian yang diinginkan. Jika IRR lebih kecil dari tingkat pengembalian yang

diinginkan, maka proyek tersebut harus ditolak. Jika IRR sama dengan tingkat

pengembalian yang diinginkan maka proyek dapat diterima karena perusahaan

dapat menghasilkan tingkat yang diinginkan pemegang saham.

6.11 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

dapat diamati (diukur) sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena

(Nursalam, 2008). Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang

diungkap dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik,

secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah. dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 6.1
Definisi Operasional Variabel

Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala


Studi Penelitian yang Aspek pemasaran 1 Layak Ordinal
kelayakan menganalisis dan Aspek 2 Tidak Layak
bisnis layak atau tidak keuangan 1.
rencana bisnis 
dibangun, tetapi
juga sewaktu
dioperasikan
dengan kontinyu
dapat dicapai
keuntungan

47
maksimal dalam
kurun waktu
tertentu
Peramalan
permintaan Y=a+bX
Proyeksi pelayanan Satuan Jumlah Rasio
permintaan kesehatan di orang
Kabupaten Garut
Net Present Selisih antara
Value Present value NPV=∑n=1 CFt − Rp. Rasio
t=n (1+r)n
(NPV) arus kas dengan
present value Io
Initial invesment
Adalah waktu
Payback yang dibutuhkan Jumlah investasi
Period oleh perusahaan Aliran kas masuk tahun Rasio
untuk menutup
biaya investasi
yang dihitung
dalam cash
inflow
Internal rate Tingkat 0
of Return pengembalian = −I0 % Rasio
investasi n=1
CFt
+ ∑
(1 + r)t
t=n

48
Awal

Studi
Identifikasi Masalah Literatur

Tujuan Penelitian

Pengumpulan Data
Kesimpulan dan Saran
- Teknik Obseravasi
- Teknik
Dokumentasi

Analisis dan
Pembahasan

Selesai

Bagan 6. 1 Rancangan Pemecahan Masalah

7. Sistematika Penelitian

Merupakan Tata Urutan pengujian penelitian ini dan dimaksudkan untuk

mempermudah penyusunan penelitian. Adapun sistematika yang digunakan adalah

sebagai berikut :

 BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah yang menjadi dasar

pemikiran penelitian ini, rumusan masalah ,tujuan penelitian, manfaat penelitian

dan sistematika penulisan.

49
 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan mengenai pengembangan teori yang telah dikemukakan

dalam kerangka pemikiran,berisi tentang pembahasan teori yang digunakan sebagai

dasar untuk mengkaji atau menganalisis masalah penelitian. Landasan teori memuat

deskripsi teoritis dan penelitian yang relevan. Deskripsi teoritis meliputi

identifikasi,asumsi-asumsinya dan kajian teori-teori yang relevan dengan variabel

topic penelitian yang akan dianalisis,berupa berbagai pendapat orang lain yang

telah dipublikasikan.

 BAB III : OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan mengenai objek yan diteliti,merupakan gambaran tentang

data dan fakta yang relevan dengan objek yang diteliti.

 BAB IV : ANALISIS

Bab ini merupakan analisis untuk memberikan jawaban/solusi terhadap

masalah penelitian dan merupakan bagian yang menggambarkan kemampuan

penulis dalam pemecahan masalah.

 BAB V : PENUTUP

Merupakan bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan saran yang

diberikan peneliti setelah melakukan analisis pembahasan.

50
DAFTAR PUSTAKA

Adi Arwati. Niketut. Et all. 2016. Studi Kelayakan Pengembangan Investasi pada

Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG Universitas Mahasaraswati Denpasar.

E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 5.6;1459-1484

Assauri. Sofjan. 2014. Manajemen Pemasaran. Edisi I.Cetakan ke 13. Rajawali

Pers. Jakarta

Badan Pusat Statistik Garut. Melalui; https://garutkab.bps.go.id//index.html.

diakses tanggal 01 November 2018

Basuki, Sulistyo. 2010. Metode Penelitian. Jakarta : Penaku.

BPJS Kesehatan. Melalui; Https://Faskes.Bpjs-Kesehatan.Go.Id/ Di Akses Tanggal

01 November 2018

Debora Mariane Ekel Revita. 2014. Studi Kelayakan Pengembangan Rumah Sakit

Umum Daerah Amurang Kabupaten Minahasa Selatan. Tesis. Universitas

Gadjah Mada. Melalui;

http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?modPenelitianDetail&act=view

&typ=html&buku_id=69530. Diakses tanggal 01 November 2017

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kemekes RI. 2014. Pedoman

penyusunan studi kelayakan (feasibility Study) Rumah Sakit.

Ditjen Pelayanan Medik Depkes RI. Indikator Kinerja Rumah sakit. Jakarta;

Departemen Kesehatan RI. 2005. www.depkes.go.id diakses tanggal 02

November 2018

Garut Dalam Angka. Garut in Figures 2015. Badan Pusat Statistik kabupaten

Garut. Di akses tanggal 20 Juli 2017.

51
Husnan. S. Muhammad (2010) Studi kelayakan Proyek. Edisi keempat.

Yogyakarta : UPP STIM YKPN

Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2010- 2015 Melalui

http://pusdalisbang.jabarprov.go.id/pusdalisbang/pdf_datatable.php. Di

akses tanggal 02 November 2018.

Khrisna, Wanda Prima. 2016. Studi Kelayakan Pembangunan Rumah Sakit

Indonesia Permai Di Daerah Bojongsoang Kabupaten Bandung. Tesis.

Universitas Pasundan. Melalui http://repository.unpas.ac.id/14041/

Kotler, Philip. 2000. Marketing Management. (Edisi Indonesia oleh Hendra Teguh,

Ronny dan Benjamin Molan). PT Indeks. Jakarta.

Laporan form f1-f6 2016 kumulatif 2016. Cakupan Program Bidang Kesehatan

Dinas Kesehatan kabupaten Garut.

Laporan Tahunan Klinik Zihan Medical Center. 2014-2016.

Nurjanah. Santi. 2013. Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis pada PT dagang

Jaya jakarta. Journal The WINNERS. Vol.14 No 1. Hal.20-28.

Profil Kabupaten Garut . Melalui Http://Garutkab.Go.Id. Diakses Tanggal 13

Februari 2017.

Profil Klinik Zihan Medical Center. 2015

Rindahwati. 2012. Analisis Kelayakan Investasi Proyek Pembangunan Rumah

Sakit Mojokerto Medical Center Dengan Pendekatan Penilaian

Terhadap Capital Budgeting. Tesis Universitas Katolik Widya Mandala.

Surabaya https://www.google.co.id/search. Diakses , diakses on line

Jumat, 18 November 2016

52
Suliyanto, DR. 2010. Studi Kelayakan Bisnis: pendekatan Praktis. Penerbit ANDI.

Yogyakarta.

Zikri Afdhal. 2008. Analisis pengembangan pelayanan rawat inap ruang rawat

kelas III pada blu RSUD dr. Fauziah Bireuen. Tesis Universitas Indonesia.

https://www.google.co.id/search=1280&bih=918 diakses tanggal 02

November 2018.

53

Anda mungkin juga menyukai