Anda di halaman 1dari 8

ETIKA DALAM BISNIS

MATA KULIAH ETIKA BISNIS


KODE MATAKULIAH EKU 221A
KELAS A3

Oleh:
Kelompok 2:
Kevin Dylan Halim 2107531001 (01)
I Gusti Ngurah Febriana Putra 2107531004 (02)
Diki Alvian 2107531027 (02)
I Kadek Radhe Harinata 2107531032 (04)

Dosen Pengampu: Drs. I Made Dana, M. M.


Program Studi Sarjana Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisinis
Universitas Udayana
2024
ETIKA DALAM BISNIS

1. Relevansi Etika dan Bisnis


Etika bisnis adalah pemikiran atau refleksi kritis tentang moralitas dalam kegiatan
ekonomi dan bisnis. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia, dan
kegiatan bisnis merupakan salah satu bentuk kegiatan manusia. Bisnis memang seharusnya
dinilai dari sudut pandang moral, sama seperti semua kegiatan manusia lainnya juga dinilai
dari sudut pandang moral. Hal ini seperti yang dikatakan olch Richard De George:
"Bisnis seperti kebanyakan kegiatan sosial lainnya, mengandalkan suatu latar
belakang moral, dan mustahil bisa dijalankan tanpa adanya latar belakang moral seperti itu.
Jika setiap orang yang terlibat dalam bisnis-pembeli, penjual, produsen, manajer, karyawan,
dan konsumen-bertindak secara immoral atau bahkan amoral (yakni tanpa mempedulikan
apakah tindakannya bermoral atau tidak), maka bisnis akan segera terhenti. Moralitas adalah
minyak yang menghidupkan serta lem yang merekatkan seluruh masyarakat, termasuk juga
bisnis."
Dari pernyataan Richard De George tersebut, dapat disimpulkan bahwa etika bisnis
merupakan alat bagi para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis mereka dengan lebih
bertanggung jawab secara moral. Dalam dunia Bisnis yang telah lama dijangkiti berbagai mitos
antara lain bisnis immoral, bisnis amoral, bisnis sebagai tempat untuk maksimalisasi
keuntungan dan bisnis sebagai permainan. Mitos-mitos tersebut jelas mau memisahkan bisnis
dari etika, padahal adanya bisnis sudah pasti mengasumsikan adanya etika. Karena etika
merupakan alat bagi para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis mereka dengan lebih
bertanggung jawab secara moral. Para pemilik perusahaan mengharapkan bahkan menuntut
para karyawannya bekerja dengan baik sesuai dengan perjanjian kerja yang telah disepakati,
agar tidak merugikan perusahaan. Para pemilik perusahaan juga mengharapkan agar relasi
bisnis mereka tidak menipu dan bekerja sesuai dengan perjanjian kerjasama yang
telah disepakati. Sebaliknya, para pemilik perusahaan sendiri mengikat dirinya untuk bertindak
adil terhadap karyawannya, dengan memberikan gaji yang seharusnya menjadi milik para
karyawan. Para pemilik perusahaan juga mengikat dirinya agar menjalankan bisnis mereka
dengan baik dan tidak berbuat curang keada relasi bisnis mereka.
Dalam era globalisasi, yang ditunjang oleh pesatnya kemajuan teknologi komunikasi
dan informasi seperti sekarang ini, kita antara lain dihadapkan pada kenyataan adanya
kemajemukan pandangan moral dan terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat. Mana
di antara berbagai pandangan moral yang beredar dalam masyarakat (melalui buku, media
massa dan pergaulan sosial yang semakin meluas) itu yang memang benar dan layak diikuti?
Bagaimana kita semestinya menyikapi pergeseran nilai-nilai yang terjadi? Etika sebagai upaya
rasional untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dan pertanyaan-pertanyaan lain yang
sejenis, dapat membantu memperoleh orientasi dalam hidup dan menentukan pilihan secara
bijaksana. Etika dapat membentuk dan mempertanggungjawabkan secara rasional pendirian
moral seseorang dan sekelompok orang bersama-sama dalam suatu masyarakat.
2. Keuntungan dan Etika
Dalam bisnis akan terjadi persaingan yang sangat ketat kadang-kadang menyebabkan
pelaku bisnis menghalalkan segala cara untuk memenangkannya, sehingga yang sering terjadi
persaingan yang tidak sehat dalam bisnis. Persaingan yang tidak sehat ini dapat merugikan
orang banyak selain juga dalam jangka panjang dapat merugikan pelaku bisnis itu sendiri. Etika
bisnis mencegah terjadinya praktek- praktek monopoly, oligopoly, kebijakan ekonomi yang
mengarah kepada perbuatan korupsi, kolusi dan nepotisme, diskriminasi yang berdampak
negatif terhadap persaingan sehat, dan keadilan serta menghindarkan perilaku menghalalkan
segala cara dalam memperoleh keuntungan. Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur
oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal
ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan "grey-area' yang tidak
diatur oleh ketentuan hukum.
Keuntungan memungkinkan perusahaan tidak hanya bertahan melainkan juga dapat
menghidupi karyawan-karyawannya bahkan pada tingkat dan taraf hidup yang lebih baik. Ada
beberapa argumen yang dapat diajukan disini menunjukkan untuk memperoleh keuntungan
etika sangat dibutuhkan, sangat relevan, dan mempunyai tempat yang sangat strategis dalam
bisnis dewasa ini, yaitu:
1) Dalam bisnis modern dewasa ini, para pelaku bisnis dituntut menjadi orang-orang
professional di bidangnya.
2) Dalam persaingan bisnis yang ketat para pelaku bisnis modern sangat sadar bahwa
konsumen adalah benar-benar raja. Karena itu hal yang paling pokok untuk bisa untung
dan bertahan dalam pasar penuh persaingan adalah sejauh mana suatu perusahaan bisa
merebut dan mempertahankan kepercayaan konsumen.
3) Dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang bersifat netral tidak berpihak
tetapi efektif menjaga agar kepentingan dan hak semua pemerintah dijamin, para pelaku
bisnis berusaha sebisa mungkin untuk menghindari campur tangan pemerintah, yang
baginya akan sangat merugikan kelangsungan bisnisnya. Salah satu cara yang paling
efektif adalah dengan menjalankan bisnisnya bisnisnya secara secara baik dan etis yaitu
dengan menjalankan bisnis sedemikian rupa tanpa secara sengaja merugikan hak dan
kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnisnya.
4) Perusahaan-perusahaan modern juga semakin menyadari bahwa karyawan bukanlah
tenaga yang siap untuk eksploitasi demi mengeruk keuntungan yang sebesarbesarnya.
Justru sebaliknya, karyawan semakin dianggap sebagai subjek utama dari bisnis suatu
perusahaan yang sangat menentukan berhasil tidaknya, bertahan tidaknya perusahaan
tersebut.
Bisnis sangat berkaitan dengan etika bahkan sangat mengandalkan etika. Dengan kata
lain, bisnis memang punya etika dan karena itu etika bisnis memang relevan untuk dibicarakan.
Argumen mengenai keterkaitan antara tujuan bisnis dan mencari keuntungan dan etika
memperlihatkan bahwa dalam iklim bisnis yang terbuka dan bebas, perusahaan yang
menjalankan bisnisnya secara baik dan etis, yaitu perusahaan yang memperhatikan hak dan
kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnisnya, akan berhasil dan bertahan dalam
kegiatan bisnisnya.
3. Pengertian Etika Bisnis
Pengertian etika binis menurut beberapa ahli, yaitu:
a. Hill dan Jones.
Etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan antara salah dan benar.
Di mana hal tersebut dapat memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin perusahaan
ketika mempertimbangkan untuk mengambil keputusan. strategis yang terkait dengan
masalah moral yang kompleks
b. Velasque
Studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini
berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi,
dan perilaku bisnis.
c. Yosephus
Etika Bisnis secara hakiki merupakan Applied Ethics (etika terapan). Di sini,
etika bisnis merupakan wilayah penerapan prinsip-prinsip moral umum pada wilayah
tindak manusia di bidang ekonomi, khususnya bisnis. Jadi, secara hakiki sasaran etika
bisnis adalah perilaku moral pebisnis yang berkegiatan ekonomi
d. Steade dkk
Etika bisnis adalah standar etika yang berkaitan dengan tujuan dan cara
membuat keputusan bisnis.
4. Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis
Setelah melihat penting dan relevansi etika bisnis ada baiknya jika kita tinjau lebih
lanjut apa saja sasaran dan lingkup etika bisnis itu. Ada tiga sasaran dan ruang lingkup pokok
etika bisnis di sini, yaitu:
a. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi, dan masalah yang
terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain, etika bisnis pertama-
tama bertujuan untuk menghimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis secara
baik dan etis.
b. Menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen, buruh, atau karyawan dan
masyarakatluas pemilik aset umum semacam lingkungan hidup, akan hak dan
kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapa pun juga. Pada
tingkat ini, etika bisnis berfungsi untuk menggugah masyarakat untuk bertindak
menuntut para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik demi terjaminnya hak dan
kepentingan masyarakat tersebut. Etik bisnis mengajak masyarakat luas, entah sebagai
kartawan, konsumen, atau pemakai aset umum lainnya yang berkaitan dengan kegiatan
bisnis, untuk sadar dan berjuang menuntut haknya atau paling kurang agar hak dan
kepentingannya tidak dirugikan oleh kegiatan bisnis pihak mana pun.
c. Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis
tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis lebih bersifat makro, yang
karena itu barang kali lebih tepat disebut etika ekonomi. Dalam lingkup makro semacam
ini, etika bisnis berbicara mengenai monopoli, oligopoli, kolusi, dan praktek-praktek
semacamnya yang akan sangat mempengaruhi sehat/tidaknya suatu ekonomi melainkan
juga baik tidaknya praktek bisnis dalam sebuah negara.
5. Tingkatan Etika Bisnis
Etika bisnis menyangkut kepentingan semua pihak, baik yang berada dalam
perusahaan ataupun diluar perusahaan, dari individual ataupun kelompok. Berkaitan denga hal
tersebut, tingkatan dalam etika bisnis dibagi menjadi lima bagian, diantaranya:
1) Individual
Pada tingkatan ini tanggung jawab suatu tindakan etis berada pada individu
pelaku. Misalnya seseorang berbohong tentang rekening pengeluaran, menerima suap,
pelecehan seks, membocorkan rahasia perusahaan, dan lain-lain. Untuk mengatasi
masalah etis pada tingkat ini, perlu ditelusuri motif dan standar etika pelaku.
2) Organisasi
Masalah etis pada tingkat organisasional muncul bila seseorang atau kelompok
orang ditekan untuk mengabaikan atau memaklumkan kesalahan orang lain demi
kepentingan seluruh organisasi. Untuk mengatasi masalah etis pada tingkat ini dapat
dilakukan dengan mengkaji prosedur kerja, kebijakan, dan kode etik di awal perusahaan
atau organisasi dibentuk.
3) Asosiasi
Seorang anggota asosiasi profesi, seperti, akuntan, konsultan, dokter, pengacara,
notaris, harus berpedoman pada kode etik profesinya sebelum memberikan saran pada
kliennya.
4) Masyarakat
Pada tingkat masyarakat, hukum, peraturan, norma, kebiasaan dan tradisi sangat
menentukan perubuatan-perbuatan yang dapat diterima secara sah. Setiap Negara
memiliki pedoman yang berbeda, sehingga suatu ketentuan tidak berlaku untuk semua
Negara.
5) Internasional
Masalah etika bisnis pada tingkat internasional lebih rumit karena nilai-nilai
budaya, politik, agama ikut berperan. Tuntutan masyarakat internasional agar etika bisnis
dilaksanakan semakin kuat terutama menyangkut mutu agar kepuasan dari konsumen
dapat terjamin. Dari tuntutan tersebut, maka dibentukalah Internasional Organization for
Standarization (ISO).
6. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis
Keraf (1998:73) berpendapat, prinsip- prinsip etika dalam bisnis dibagi menjadi lima
prinsip, yang terdiri dari:
1) Prinsip Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak berdasarkan
kesadarannya sendiri. Bertindak secara otonom mengandaikan adanya kebebasan
mengambil keputusan dan bertindak menurut keputusan itu dan adanya tanggungjawab.
Dalam dunia bisnis, tanggung jawab seseorang meliputi tanggung jawab terhadap dirinya
sendiri, pemilik perusahaan, konsumen, pemerintah, dan masyarakat.
2) Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran meliputi pemenuhan syarat-syarat perjanjian atau kontrak,
mutu barang atau jasa yang ditawarkan, dan hubungan kerja dalam perusahaan. Prinsip
ini paling problematik karena masih banyak pelaku bisnis melakukan penipuan.
3) Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut agar kita memberikan apa yang menjadi hak seseorang di
mana prestasi dibalas dengan kontra prestasi yang sama nilainya.
4) Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini mengarahkan agar kita secara aktif dan maksimal berbuat baik atau
menguntungkan orang lain, dan apabila hal itu tidak bisa dilakukan, minimal kita tidak
melakukan sesuatu yang merugikan orang lain atau mitra bisnis.
5) Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini mengarahkan agar kita memperlakukan seseorang sebagaimana kita
ingin diperlakukan dan tidak akan memperlakukan orang lain sebagaimana kita tidak
ingin diperlakukan.
Daftar Rujukan
Keraf, S., & Imam, R. H. (1998). Etika bisnis. Yogyakarta: Kanisius.
Frederik, W. (2012). Relevansi Etika Bisnis Dalam Hukum Perjanjian Kredit
Perbankan. Jurnal Hukum dan Pembangunan, 42(4), 437.
Hasoloan, A. (2018). Peranan etika bisnis dalam perusahaan bisnis. Warta Dharmawangsa,
(57).

Anda mungkin juga menyukai