Anda di halaman 1dari 3

Bisnis dan Etika

Kata “etika” dan “etis” tidak selalu dipakai dalam arti yang sama dan karena itu pula “etika
bisnis” bisa berbeda artinya. Suatu uraian sistematis tentang etika bisnis sebaiknya di mulai dengan
menyelidiki dan menjernihkan cara kata seperti “ etika” dan “etis” dipakai. Perlu diakui, ada beberapa
kemungkinan yang tidak seratus persen sama (walupun perbedaannya tidak seberapa) arti-arti “etika”
adalah membedakan antara “ etika sebagai praksis” dan “etika sebagai refleksi”.

Pengertian bisnis dan etika bisnis


 Bisnis adalah kegiatan manusia dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menghasilkan
dan mendistribusikan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat
 Etika adalah cabang fislsafat yang mempelajari baik buruknya perilaku manusia. Karena itu
etika dalam arti ini sering disebut juga “filsafat praktis”.
 Etika bisnis adalah aturan main prinsip dalam organisasi yang menjadi pedoman membuat
keputusan dan tingkah laku.
Mitos Bisnis Amoral

Bisnis adalah bisnis. Bisnis jangan di campur adukan dengan etika. Demikianlah ungkapan
yang sering kita dengar yang menggambarkan hubungan antara bisnis dan etika sebagai dua hal
yang terpisah satu sama lain. Inilah ungkapan-ungkapan yang disebutkan oleh De George sebagai
Mitos Bisnis Amoral. Ungkapan atau mitos ini menggambarkan dengan jelas anggapan atau
keyakinan orang bisnis, sejauh mereka menerima mitos seperti itu, tendang dirinya, kegiatannya, dan
lingkungan kerjanya. Yang mau digambarkan di sini adalah bahwa kerja orang bisnis adalah berbisnis
dan bukan beretika. Atau secara lebih tepat, mitos bisnis amoral mengungkapkan suatu keyakinan
bahwa antar bisnis dan moralitas atau etika tidak ada hubungan sama sekali. Bisnis tidak punya
sangkut paut dengan etika dan moralitas. Keduanya adalah dua bidang yang terpisah satu sama lain.
Karena itu bisnis tidak boleh di nilai dengan menggunakan norma dan nilai-nilai etika. Bisnis dan etika
adalah dua hal yang sangat berbeda dan tidak boleh di campuradukkan. Apabila itu dilakukan, telah
terjadi sebuah kesalahan kategoris. Bisnis hanya bisa dinilai dengan kategori dan norma-norma
bisnis dan bukan dengan kategori dan norma-norma etika.
Untuk memperlihatkan kebenaran mitos bisnis amoral tersebut, bisnis diibaratkan sebagai permainan
judi, yang dapat menghalalkan segala cara untuk menang dan memperoleh keuntungan. Atas dasar
ini, muncul beberapa argumen yang pada dasarnya mau memperlihatkan bahwa antara bisnis dan
etika tidak ada hubungan sama sekali, argumen tersebut antara lain:
 Bisnis merupakan bentuk sebuah persaingan bagi semua orang yang terlibat di dalamnya
dan selalu berusaha dengan segala macam cara dan upaya untuk bisa menang.
 Aturan yang di pakai dalam permainan penuh persaingan itu berbeda dari aturan yang ada
dan di kenal dalam kehidupan sosial pada umumnya.
 Orang bisnis yang masih mau mematuhi aturan moral akan berada dalam posisi yang tidak
menguntungkan di tengah persaingan ketat tersebut.

Kesimpulanya: bisnis dan etika adalah dua hal yang berbeda dan terpisah satu sama lain. Bahkan
sebagaimana diungkapkan salah satu argumen di atas, etika justru bertentangan dengan bisnis dan
akan membuat pelaku bisnis kalah dalam persaingan bisnis yang ketat. Maka, orang bisnis tidak
perlu memperhatikan imbauan-imbauan, norma-norma, dan nilain-nilai moral.

Keutamaannya etika bisnis


 Dalam bisnis moderen, para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-orang profesional di
bidangnya. Perusahaan yang unggul bukan hanya memiliki kinerja dalam bisnis. Manajerial dan
finansial yang baik akan tetapi juga kinerja etis dan etos bisnis yang baik.
 Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat, maka konsumen benar-benar raja kepercayaan
konsumen di jaga dengan memperlihatkan citra bisnis yang baik dan etis.

Sasaran Dan Lingkup Etika Bisnis

Ada tiga sasaran dan lingkup pokok etika bisnis disini. Yang pertama, etika bisnis sebagai
etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis
yang baik dan etis. Etika bisnis bertujuan untuk mengimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan
bisnisnya secara baik dan etis. Karena bisnis yang baik dan etis menunjang keberhasilan bisnisnya
dalam jangka panjang. Dan berfungsi menggugah kesadaran moral para pelaku bisnis untuk
berbisnis secara baik dan etis demi nilai-nilai luhur tertentu dan demi kepentingan bisnisnya sendiri.
Etika bisnis dalam lingkupnya yang pertama ini tidak hanya menyangkut perilaku dan organisasi
perusahaan secara internal melainkan juga menyangkut secara eksternal.

Sasaran yang kedua, yaitu untuk menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen, karyawan dan
masyarakat luas, akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis
siapa pun juga. Pada tingkat ini etika bisnis berfungsi untuk menggugah masyarakat untuk bertindak
menuntut para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik demi terjaminnya hak dan kepentingan
masyarakat. Etika bisnis mengajak masyarakat luas untuk sadar dan berjuang menuntut haknya agar
hak dan kepentingannya tidak dirugikan oleh pembisnis.

Pada sasaran ketiga, etika bisnis juga berbicara mengenai system ekonomi yang sangat menentukan
etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis lebih bersifat makro. Dalam lingkup
makro, etika bisnis berbicara mengenai monopoli,oligopoly, kolusi dan praktek-praktek semacamnya
yang akan sangat mempengaruhi tidak saja sehat tidaknya suatu ekonomi melainkan baik tidaknya
praktek bisnis dalam sebuah negara tersebut. Etika bisnis menekankan pentingnya kerangka legal-
politis bagi praktek yang baik, yaitu pentingnya hukum dan aturan bisnis serta peran pemerintah yang
efektif menjamin keberlakuan aturan bisnis tersebut secara konsekuen tanpa pandang bulu.

Prinsip-Prinsip Etika Bisnis


Pada dasarnya prinsip-prinsip etika bisnis tidak jauh berbeda dengan prinsip-prinsip yang ada di kehidupan
sehari-hari kita, dan prinsip-prinsip tersebut juga berhubungan erat dengan kehidupan masyarakat pada
umumnya di seluruh belahan dunia.
Menurut (Sonny Keraf, 1998, dikutip oleh Arijanto, 2011), prinsip-prinsip etika bisnis meliputi :
a. Prinsip otonomi: Sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkankesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.

b. Prinsip kejujuran: Kegiatan bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil jika tidak didasarkan atas
kejujuran,yaitu:
- Jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.
- Kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding.
- Jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
c. Prinsip keadilan: Menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil
dan sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.

d. Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit principle): Menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa
sehingga menguntungkan semua pihak.

e. Prinsip integritas: Dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu
menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan, karyawan, maupun perusahaannya.

Mitos Bisnis Amoral


Ungkapan lain dari etika bisnis menurut De George disebut sebagai Mitos Bisnis Amoral. Ungkapan atau
mitos ini menggambarkan dengan jelas anggapan atau keyakinan orang bisnis, sejauh mereka menerima
mitos seperti itu, tentang dirinya, kegiatannya, dan lingkungan kerjanya.
Bagi orang bisnis yang menginginkan agar bisnisnya bertahan lama dan sukses tidak hanya dari segi
material tapi dalam arti seluas-luasnya, mitos tersebut sulit dipertahankan.
Berikut adalah sebagai pengibaratan bahwa mitos amoral sama sekali tidak benar:

1. Bisnis memang sering diibaratkan sebagai judi bahkan sudah dianggap sebagai semacam judi atau
permainan penuh persaingan yang ketat
2. tidak sepenuhnya benar bahwa sebagai sebuah permainan (judi), dunia bisnis mempunyai aturan main
sendiri yang berbeda sama sekali dari aturan yang berlaku dalam kehidupan sosial pada umumnya.
3. Harus dibedakan antara legalitas dan moralitas
4. Etika harus dibedakan dari ilmu empiris. Dalam ilmu empiris, suatu gejala atau fakta yang berulang terus
dan terjadi diman-mana menjadi alasan yang sah bagi setiap manusia untuk menarik sebuah teori atau
hukum ilmiah yang sah dan berlaku universal.
5. Pemberitaan, surat pembaca, dan berbagai aksi protesyang terjadi dimana-mana untuk mengancam
berbagai pelanggaran dalam kegiatan bisnis, atau mengecam berbagai kegiatan bisnis yang tidak baik,
menunjukan bahwa masih banyak orang dan kelompok masyarakat menghendaki agar bisnis dijalankan
secara baik dan tetap mengindahkan norma-norma moral.
Keuntungan dan etika
Untuk memperoleh keuntungan etika sangat dibutuhkan, sangat relevan dan mempunyai tempat yang
sangat strategis dalam bisnis, yaitu:

1. Dalam bisnis modern para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-orang profesional dibidangnya.
2. Dalam pesaingan bisnis yang ketat para pelaku bisnis modern sangat sadar bahwa konsumen adalah benar-
benar raja.
3. Dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang bersifat netral tak berpihak tetapi efektif
menjaga agar kepentingan dan hak semua pihak dijamin, para pelaku bisnis berusaha sebisa mungkin
untuk menghindari campur tangan pemerintah, yang baginya akan sangat merugikan kelangsungan
bisnisnya.
4. Perusahaan-perusahaan modern juga semakin menyadari bahwa karyawan bukanlah tenaga yang siap
untuk dieksploitas demi mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.

Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis


Ada tiga sasaran dan lingkup pokok etika bisnis, yaitu:

1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi, dan masalah yang terkait dengan
praktek bisnis yang baik dan etis.
2. Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawan, dan masyarakat luas pemilik
aset umum semacam lingkungan hidup, akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh
praktek bisnis siapa pun juga.
3. Etika bisbis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu praktik
bisnis.
Dari ketiga lingkup dan sasaran etika bisnis ini berkaitan erat satu dengan yang lainnya, dan bersama-sama
menentukan baik tidaknya, etis tidaknya praktek bisnis. Atas dari dasar ketiga sasaran dan lingkup di atas
akan di bahas terpisah satu sama lain. Namun ketiganya jelas mendapatkan perhatian, menjiwai dan
mewarnai seluruh uraian di atas. Maka terlihat dengan jelas bahwa ketiganya mendapatkan porsi dan
penekanan tersendiri kendati belum tentu secara proposional

Anda mungkin juga menyukai