Pendahuluan
Bisnis merupakan salah satu kebutuhan yang sering dilakukan, tetapi bisnis bukan
hanya sekedar bisnis saja tapi masih ada etika bagaimana cara berbisnis yang baik dan
benar secara syariah, dalam berbisnis banyak cara dan banyak macam salah satunya bisnis
yang sangat angkat yaitu bisnis arisan, bisnis arisan ini sering dilakukan oleh kaum hawa
akan tetapi semua macam-macam bisnis arisan ini dimulai dari zaman rasulallah SAW,
sehingga sampai pada zaman sekarang arisan masih berjalan walaupun banyak macam-
macam arisan yang sudah berkembang. Dengan banyaknya macam-macam bisnis yang
sudah ada tidak luput dari etika yang sudah ditentukan oleh syariah.
1
Metode Penelitian
Untuk memenuhi data seperti yang disinggung diatas maka diperlukan sumber data
perimer dan skunder
a. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari buku-buku serta jurnal
ekonomi yang berkaitan dengan penelitian ini yang dijadikan sebagai sumber
utama.
b. Data skunder
Data skunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitab-kitab serta
data-data dari website atau media lainnya yang berhubungan dengan pembahasan
(penelitian) sebagai data pendukung
Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif, yaitu data yang tidak
bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung.3 Sebagai pendekatannya
1
Menurut Hadari Nawawi, metode penelitian atau metodologi research adalah ilmu yang
memperbincangkan tentang metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan. Hadari
Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Cet.5, (Yogyakarta:Gajah Mada University Press, 1991), 24.
2
Menurut Suharsimi Arikunto, metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, taranskrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat dan sebagainya.
Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan Praktek, Cet.12, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,.
2008), 206.
3
Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Cet. 3. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995),
h.134.
2
digunakan metode deskriptif analisis, yaitu cara penulisan dengan mengutamakan
pengamatan terhadap gejala, peristiwa dan kondisi aktual dimasa sekarang.4 Maksudnya
yaitu, deskriptif berarti menggambarkan, analisis berarti menguraikan. Jadi pengertian
deskriptif analisis dalam penelitian ini yaitu menguraikan dan menggambarkan data yang
diperoleh tentang Etika Bisnis Islam Dalam Bentuk Arisan.
1. Definisi Etika
Etika dalam kutipan buku kuliah mendefinisikan secara terminologis yaitu
etika merupakan studi sistematis tentang tabiat konsep nilai, baik buruk, harus,
benar, salah dan lain sebagainya dan prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita
untuk mengaplikasikannya atas apa saja.5
2. Etika Bisnis Islam
Etika bisnis lahir di Amerika pada tahun 1970 an kemudian meluas ke Eropa
tahun 1980 an dan menjadi fenomena global di tahun 1990 an jika sebelumnya
hanya para teolog dan agamawan yang membicarakan masalah-masalah moral dari
bisnis, sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis
disekitar bisnis, dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis
moral yang meliputi dunia bisnis di Amerika Serikat, akan tetapi ironisnya justru
negara Amerika yang paling gigih menolak kesepakatan Bali pada pertemuan
negara-negara dunia tahun 2007 di Bali. Ketika sebagian besar negara-negara
peserta mempermasalahkan etika industri negara-negara maju yang menjadi
sumber penyebab global warming agar dibatasi, Amerika menolaknya.
Jika kita menelusuri sejarah, dalam agama Islam tampak pandangan positif
terhadap perdagangan dan kegiatan ekonomis. Nabi Muhammad SAW adalah
seorang pedagang, dan agama Islam disebarluaskan terutama melalui para
pedagang muslim. Dalam Al Qur’an terdapat peringatan terhadap penyalahgunaan
kekayaan, tetapi tidak dilarang mencari kekayaan dengan cara halal.
4
Wasty Soemanto, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), 15.
5
Drs. Faisal Badroen, MBA.,et al, Etika Bisnis Dalam Islam,Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2006,03
3
”Allah telah menghalalkan perdagangan dan melarang riba”. (QS: 2;275).
Kunci etis dan moral bisnis sesungguhnya terletak pada pelakunya, itu
sebabnya misi diutusnya Rasulullah ke dunia adalah untuk memperbaiki akhlak
manusia yang telah rusak. Seorang pengusaha muslim berkewajiban untuk
memegang teguh etika dan moral bisnis Islami yang mencakup Husnul Khuluq.
Pada derajat ini Allah akan melapangkan hatinya, dan akan membukakan pintu
rezeki, dimana pintu rezeki akan terbuka dengan akhlak mulia tersebut, akhlak yang
baik adalah modal dasar yang akan melahirkan praktik bisnis yang etis dan moralis.
Salah satu dari akhlak yang baik dalam bisnis Islam adalah kejujuran. Akhlak yang
lain adalah amanah, Islam menginginkan seorang pebisnis muslim mempunyai hati
yang tanggap, dengan menjaganya dengan memenuhi hak-hak Allah dan manusia,
serta menjaga muamalah nya dari unsur yang melampaui batas atau sia-sia. Seorang
pebisnis muslim adalah sosok yang dapat dipercaya, sehingga ia tidak menzholimi
kepercayaan yang diberikan kepadanya. Sifat toleran juga merupakan kunci sukses
pebisnis muslim, toleran membuka kunci rezeki dan sarana hidup tenang. Manfaat
toleran adalah mempermudah pergaulan, mempermudah urusan jual beli, dan
mempercepat kembalinya modal.
Konsekuen terhadap akad dan perjanjian merupakan kunci sukses yang lain
dalam hal apapun sesungguhnya Allah memerintah kita untuk hal itu:
”Hai orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu” (QS: Al- Maidah;1).
Menepati janji mengeluarkan orang dari kemunafikan sebagaimana Firman
Allah:
”Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggungjawabannya” (QS: Al Isra;34).
Kita mengklarifikasikan pengimplikasian prinsip-prinsip etika dalam
berbisnis dengan petunjuk Al-Qur’an itu dengan:
4
a. Perilaku Bisnis yang Sah
b. Bentuk-bentuk Transaksi6
Jadi di setiap melakukan bisnis itu harus berpatokan pada pondasinya
yaitu kebebasan, keadilan, akhlaq yang baik, dan bentuk-bentuk transaksi dari
4 prinsip ini bahwasannya dalam berbisnis tidak hanya sekedar berbisnis akan
tetapi harus sesuai dengan ajaran islam.
3. Aktivitas Bisnis Arisan Dalam Islam
Dari pengertian arisan, bahwasannya arisan adalah bisnis yang sangat
menguntungkan semua orang karena arisan salah satu sifat saling tolong menolong,
arisan di kalangan masyarakat sudah menyebar luas akan tetapi dengan
perkembangan zaman arisan semakin banyak macam-macam arisan yang sering
dilakukan oleh masyarakat contohnya arisan haji, umroh, gula, sembako dan lain-
lain. Arisan merupakan sekelompok orang yang mengumpulkan uang atau barang
dalam jumlah yang sama dan akan ada yang menjadi pemenag melalui undian yang
dilaksanakan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya. Dari
pengertian diatas jelas bahwa arisan terdiri dari dua kegitan pokok yaitu
pengumpulan uang dan pengundian diantara peserta arisan yang bertujuan untuk
menenutukan siapa yang memperolehnya.
Hukum arisan secara syariah yaitu arisan merupakan muamalat yang belum
pernah di bahas dalam alquran dan as sunah secara langsung, maka hukumnya
dikembalikan kepada hukum asal muamalah yaitu dibolehkan. Dalam kitab
Qulyubi juz 2 halaman 258 dijelaskan:
6
Dr. Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam,Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003, 91-92
5
ِّ ع ٍة ِّم ْن ُه َّن قَدْرا ُمعَيَّنا
فى َ احدَةٍ ِّم ْن َج َما ِّ اء بِّا َ ْن ت َأ ْ ُخذَ ا ِّْم َرأَة ٌ ِّم ْن ُك ِّل َو
ِّ س َ ِّْال ُج ُمعَةُ ْال َم ْش ُه ْو َرة ُ بَيْنَ الن
ي ُّ ِّي ْال ِّع َراق
ُّ ِّلى آ َ ِّخ ِّره َِّّن َجائِّزَ ة ٌ َك َما قَالَهُ ْال َو ِّل
َ احدَةٍ ا
ِّ احدَةٍ بَ ْعدَ َو َ ُك ِّل ُج ُمعَ ٍة ا َ ْو
ِّ ش ْه ٍر َوت َ ْد َفعُهُ ِّل َو
“Hari Jum'at yang termasyhur di antara para wanita, yaitu apabila
seseorang wanita mengambil dari setiap wanita dari jama'ah para wanita
sejumlah uang tertentu pada setiap hari Jum'at atau setiap bulan dan
menyerahkan keseluruhannya kepada salah seorang, sesudah yang lain,
sampai orang terakhir dari jamaah tersebut adalah boleh sebagaimana
pendapat Al-Wali al-'Iraqi.” [AlQolyuuby II/258]
Dilihat dari sisi substansi pada hakekatnya arisan merupakan akad pinjam
meminjam lebih tepatnya akad al-qardh yaitu (utang-piutang). Dengan demikian
uang arisan yang diambil oleh orang yang mendapat atau memenangkan undian itu
adalah utangnya. Dan wajib untuk memenuhi kewajibannya dengan membayar
sejumlah uang secara berkala sampai semua anggota mendapatkan hak atas arisan
tersebut.
Arisan yang dilakukan secara syariah dapat dilakukan dengan cara seperti
berikut yaitu pihak yang menyelenggarakan arisan jelas dan ada pihak yang
memberikan jaminan atas terselenggaranya arisan tersebut. Mengenai undian yang
terjadi dalam arisan, ini juga boleh sebab Rasulullah SAW sendiri pernah
melakukan undian. Sebagaimana yang dibahas dalam riwayat dari aisyah ia berkata:
Jika di pahami secara cermat, Nabi saw memilih diantara istri beliau untuk
dibawa berpergian dengan cara mengundi (Qur’ah) tentu cara itu hukumnya halal
karena pada undian itu tidak ada pemindahan hak, dan tidak ada perselisihan milik,
maka jika pengundian di dalam arisan tidak ada pemindahan hak dan perselisihan
milik maka hukumnya halal. Wallohu a’lam.
6
Penutup
Dilihat dari sisi substansi pada hakekatnya arisan merupakan akad pinjam
meminjam lebih tepatnya akad al-qardh yaitu (utang-piutang). Dengan demikian uang
arisan yang diambil oleh orang yang mendapat atau memenangkan undian itu adalah
utangnya. Dan wajib untuk memenuhi kewajibannya dengan membayar sejumlah uang
secara berkala sampai semua anggota mendapatkan hak atas arisan tersebut. Arisan yang
dilakukan secara syariah dapat dilakukan dengan cara seperti berikut yaitu pihak yang
menyelenggarakan arisan jelas dan ada pihak yang memberikan jaminan atas
terselenggaranya arisan tersebut. Jika di pahami secara cermat, Nabi saw memilih
diantara istri beliau untuk dibawa berpergian dengan cara mengundi (Qur’ah) tentu cara
itu hukumnya halal karena pada undian itu tidak ada pemindahan hak, dan tidak ada
perselisihan milik, maka jika pengundian di dalam arisan tidak ada pemindahan hak dan
perselisihan milik maka hukumnya halal. Wallohu a’lam.
7
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi, prosedur penelitian suatu pendekatan Praktek, Cet.12, (Jakarta: PT.
M. Amirin, Tatang, Menyusun Rencana Penelitian, Cet. 3. (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1995)
Badroen, Drs. Faisal, MBA.,et al, Etika Bisnis Dalam Islam,Jakarta : Kencana Prenada
Ahmad, Dr. Mustaq, Etika Bisnis Dalam Islam,Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003