Abstrak
Abstract
METODE PENELITIAN
Pada penelitian kali ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif
yang berlandaskan pada kondisi objek yang alamiah yang mana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci (Sugiyono:18). Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan
wawancara. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar dalam
permasalahan yang ditanyakan.
PENDAHULUAN
Wirausaha adalah kemampuan seseorang untuk berfikir dan bekerja secara kreatif dan
inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari kesempatan menuju
sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu
yang baru ada dan berbeda melalui kreatif dan bertindak inovatif untuk kesempatan menuju
kesuksesan.
Secara bahasa wirausaha berasal dari kata “Wira” dan “Usaha” yang artinya
berkemauan keras. Seorang wirausaha dapat diartikan sebagai berikut : wirausaha adalah
seseorang yang berkemauan keras dalam sebuah kegiatan yang bermanfaat dan layak menjadi
contoh bagi banyak orang. Seseorang diluar sana banyak sekali yang sukses berkat kemauan
yang keras, kreatif, inovatif serta dibarengi usaha dan doa. Kunci suksesnya berwirausaha
adalah menciptakan sesuatu yang baru atau sesuatu yang sudah ada dengan cara-cara yang
baru.
Persaingan yang sangat ketat di era modern sekarang ini menyebabkan manusia untuk
selalu kreatif dan inovatif untuk memenuhi kebutuhannya tanpa mendapatkan bantuan orang
lain. Oleh karena itu wirausaha harus memiliki prinsip agar visi dan misi nya berjalan dengan
lancar. Adapun prinsip yang harus dimiliki seorang wirausaha yaitu :
Di dalam agama Islam pun menyuruh umatnya bekerja keras serta tidak mudah
menyerah. Banyak sekali ilmu tentang berwirausaha dalam prinsip Islam atau syariah, salah
satunya yaitu bekerja keras dan jujur dalam berwirausaha.
َو ُقِل اْع َم ُلْو ا َفَسَيَر ى ُهّٰللا َع َم َلُك ْم َو َر ُسْو ُلٗه َو ا ْلُم ْؤ ِم ُنْو َن ۗ َو َس ُتَر ُّد ْو َن ِاٰل ى ٰع ِلِم اْلَغْيِب َو ا لَّشَها َد ِة َفُيَنِّبُئُك ْم ِبَم ا ُكْنُتْم َتْع َم ُلْو َن
“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga
Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan.””
ٰۤي ـَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتْأُك ُلْۤو ا َاْم َو ا َلـُك ْم َبْيَنُك ْم ِبا ْلَبا ِط ِل ِاۤاَّل َاْن َتُك ْو َن ِتَج ا َر ًة َع ْن َتَر ا ٍض ِّم ْنُك ْم ۗ َو اَل َتْقُتُلْۤو ا َاْنـُفَس ُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َك ا َن
ِبُك ْم َر ِح ْيًم ا
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu.”
Nilai-nilai yang berada pada prinsip syariah menjadi pemicu semangat dalam setiap
tindakan dan transaksi bisnis yang terjadi dalam proses keberlangsungan mencapai tujuan
bisnis tersebut. Faktor berkah dan bertujuan pada ridha Allah SWT menjadi hal yang paling
penting dalam menjalankan bisnis yang berlandaskan prinsip syariah. Karena hal tersebut
menjadi landasan orientasi untuk bisnis agar terus berada pada jalan menurut syariat Islam.
Dalam keberlangsungan bisnis ada beberapa jenis hal yang harus diperhatikan, yaitu
keberlangsungan permodalan, keberlangsungan sumber daya manusia, keberlangsungan
produksi dan keberlangsungan pemasaran, yang menitikberatkan dan bersumber pada tiga
kata kunci yang tersirat dalam definisi keberlangsungan usaha, yaitu memenuhi kebutuhan,
mengembangkan sumber daya, dan melindungi sumber daya.
Terdapat beberapa aspek yang diperhatikan untuk perkembangan aktivitas usaha dalam
kerangka Islam demi tercapainya keberlangsungan usaha, yaitu:
1. Produksi
Produksi adalah proses mendapatkan, mengalokasikan dan mengolah
sumberdaya menjadi sebuah barang setengah jadi atau barang jadi yang bertujuan
meningkatkan kemaslahatan bagi umat manusia. Semua kegiatan produksi terpaku
pada tatanan nilai moral dan teknikal Islami. Nilai-nilai Islam yang relevan dengan
produksi dikembangkan dari tiga nilai utama dalam ekonomi Islam yaitu khilafah,
adil, dan takaful. Secara lebih jelas, nilai-nilai ini misalnya berwawasan lingkungan
dan jangka panjang, menepati janji dan kontrak yang telah disepakati, menghindari
hal-hal yang diharamkan baik dari proses mendapatkan bahan baku, proses
mengolahnya, dan lain-lain.
2. Pemasaran
Pemasaran dalam Islam didefinisikan sebagai disiplin bisnis strategi yang
menuju pada proses penciptaan, penawaran, dan Perubahan value (nilai) dari suatu
inisiator kepada stakeholders-nya, yang dalam seluruh prosesnya sesuai dengan akad
dan prinsip-prinsip muamalat (bisnis) dalam Islam. Terdapat penekanan nilai yang
terdapat pada Islam pada setiap langkah proses pemasaran syariah yang menyeluruh
karena mencakup proses penciptaan, penawaran, hingga perubahan nilai tambah dari
suatu produk yang di tawarkan serta akad-akad yang mengiringi proses pemasaran
tersebut. Ada 4 hal yang menjadi panduan dalam marketing syariah ini, yaitu : 1)
teistis (rabbâniyyah) artinya bersifat ketuhanan, 2) etis (akhlâqiyyah) bermakna nilai
moralitas dan etika, 3) realistis (alwaqi’iyyah) bersifat fleksibel namun senantiasa
mengedepankan nilai-nilai religius, dan 4) humanistis (insâniyyah) artinya bersifat
universal bagi seluruh umat manusia dengan kekuatan persatuan manusia.
3. Permodalan
Dalam prinsip syariah telah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa riba itu haram.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
َاَّلِذ ْيَن َيْأُك ُلْو َن الِّر ٰب وا اَل َيُقْو ُم ْو َن ِااَّل َك َم ا َيُقْو ُم اَّلِذ ْي َيَتَخَّبُطُه الَّشْيٰط ُن ِم َن اْلَم ِّس ۗ ٰذ ِلَك ِبَا َّنُهْم َقا ُلْۤو ا ِاَّنَم ا اْلَبْيُع ِم ْثُل
الِّر ٰب واۘ َو َا َح َّل ُهّٰللا اْلَبْيَع َو َح َّر َم الِّر ٰب واۗ َفَم ْن َج ٓاَء ٗه َم ْو ِع َظٌة ِّم ْن َّرِّبٖه َفا ْنَتٰه ى َفَلٗه َم ا َس َلَف ۗ َو َا ْم ُر ۤٗه ِاَلى ِهّٰللاۗ َو َم ْن َعا َد
َفُا وٰٓلِئَك َاْص ٰح ُب الَّنا ِر ۚ ُهْم ِفْيَها ٰخ ِلُد ْو َن
“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata
bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual-beli dan
mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia
berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 275)
Modal yang didapat harus dari proses yang halal. Islam telah membolehkan
beberapa cara untuk mendapatkan modal dengan cara yang efektif, yaitu dengan cara
prinsip partisipasi yaitu mendorong kerja sama dan solidaritas yang sama-sama saling
menguntungkan. Keberadaan lembaga keuangan syariah memberikan kemudahan
akses mendapatkan modal dengan skema kerja sama yang telah disepakati.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kewirausahaan
Zimmerer dan Scarborough, (1998) menjelaskan kewirausahaan adalah ilmu
yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, perilaku seseorang dalam menghadapi
tantangan hidup (usaha). Kewirausahaan merupakan ilmu yang memilik obyek
kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Kewirausahaan adalah ilmu, seni maupun perilaku, sifat, ciri dan watak
seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam
dunia nyata secara kreatif (create new & different). Kewirausahaan (entrepreneurship)
adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya
untuk mencari peluang menuju sukses.
Kewirausahaan Islam merupakan aspek kehidupan yang dikelompokkan ke
dalam masalah muamalah. Masalah yang erat kaitannya dengan hubungan yang
bersifat horisontal, yaitu hubungan antar manusia yang akan dipertanggungjawabkan
kelak di akhirat. Kewirausahaan Islam merupakan suatu ibadah yang akan
mendapatkan pahala apabila dilaksanakan.
Bisnis
Bisnis adalah interaksi antara dua pihak atau lebih dalam bentuk tertentu guna
meraih manfaat dan karena interaksi tersebut mengandung risiko, maka diperlukan
manajemen yang baik untuk meminimalkan sedapat mungkin risiko itu dan kegiatan
yang dilakukan adalah menghasilkan suatu barang dan jasa guna menciptakan
manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Bisnis dalam Al-Qur’an dijelaskan melalui kata tijarah, yang mencakup dua
makna. Pertama, berniaga secara umum mencakup berniaga antara manusia dengan
Allah, yaitu dengan mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangannya. Kedua,
berniaga secara khusus yaitu perdagangan antara sesama manusia. Perdagangan yang
dimaksud adalah perdagangan yang baik sesuai dengan aturan Al-Qur‟an dan hadis.
Sedangkan jual-beli yang dilakukan harus menguntungkan dan bermanfaat bagi orang
lain. Jual beli yang dilakukan berlandaskan kesukarelaan diantara kedua belah pihak
dandilakukan dengan keterbukaan atau jujur mengenai kondisi barang yang diperjual
belikan.
“Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu. Bagi orang
(miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apaapa (yang tidak mau
meminta).”46 Ayat diatas menjelaskan tentang prinsip syariah dalam
menyeimbangkan ekonomi yang menerangkan bahwa adanya hak tertentu pada harta
orang kaya atau berlebih bagi kaum fakir dan miskin yang dapat berupa zakat, infaq
dan shodaqoh.
ْأ
ِإ َّن ال َّل َه َي ُم ُر ِب ا ْل َع ْد ِل َو ا ِإْل ْح َس ا ِن َو ِإ يَتا ِء ِذ ي ا ْل ُق ْر َب ٰى َو َي ْن َه ٰى َع ِن ا ْل َف ْح َش ا ِء َو ا ْل ُم ْن َك ِر
َو ا ْل َب ْغ ِي ۚ َيِع ُظ ُك ْم َل َع َّل ُك ْم َت َذ َّك ُر وَن
“Sesungguhnya Allah Swt. menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah Swt. melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.”
b. Prinsip al-Iḥsa n (berbuat kebaikan), pemberian manfaat kepada orang lain lebih
daripada hak orang lain itu. Prinsip ini dilakukan agar kita sebagai pebisnis muslim
tidak setengah hati dalam melakukan suatu kegiatan. sebagaimana firman Allah dalam
QS. Al-Baqarah (2) ayat 195 yang berbunyi:
َو َأ ْن ِف ُق وا ِف ي َس ِب ي ِل ال َّل ِه َو اَل ُت ْل ُق وا ِب َأْي ِد ي ُك ْم ِإ َل ى ال َّت ْه ُل َك ِة ۛ َو َأ ْح ِس ُن واۛ ِإ َّن ال َّل َه ُي ِح ُّب ا ْل ُم ْح ِس ِن يَن
d. Prinsip al-Kifa yah (sufficiency), tujuan pokok dari prinsip ini adalah untuk
membasmi kefakiran dan mencukupi kebutuhan primer seluruh anggota dalam
masyarakat. Prinsip ini dapat dilakukan dengan cara menyantuni fakir miskin dan
anak yatim, dan sebagainya. Atau dapat dilakukan dengan cara memberikan fakir
miskin berupa dana produktif yang dapat digunakan untuk usaha bukan hanya untuk
konsumsi saja. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. Al-Isra ’ (17) ayat 26
sebagai berikut:
َو آ ِت َذ ا ا ْل ُق ْر َب ٰى َح َّق ُه َو ا ْل ِم ْس ِك يَن َو اْب َن الَّس ِب ي ِل َو اَل ُت َب ِّذ ْر َتْب ِذ يًر ا
“Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hammburkan (hartamu)
secara boros.”
f. Prinsip kejujuran dan kebenaran. Prinsip ini merupakan sendi akhlak karimah.
Etika bisnis Islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai dengan
nilai-nilai Islami sehingga dalam melaksanakannya sudah diyakini sebagai sesuatu
yang baik dan benar. Menurut Muhammad Djakfar dalam jurnal Erly Juliyani etika
bisnis Islam adalah norma-norma dimana etika yang berdasarkan Al-Qur‟an dan hadis
yang harus dijadikanacuan dalam aktivitas berbisnis. Jadi etika bisnis Islam adalah
sejumlah perilaku etis bisnis yang dibungkus dengan nilai-nilai syariah yang
mengedepankan halal dan haram. Secara umum prinsip etika bisnis Islam dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Kesatuan (Tauhid)
Konsep tauhid merupakan dimensi vertikal Islam yang berarti Allah sebagai
Tuhan Yang Maha Esa menetapkan berupa batas-batas tertentu kepada manusia
sebagai khalifah di muka bumi, untuk memberikan manfaat pada individu tanpa
mengorbankan hak-hak individu lainnya.17 Oleh karena itu tauhid merupakan dasar
sekaligus motivasi untuk menjamin kelangsungan hidup serta kecukupan mausia yang
telah diatur oleh Allah menjadi makhluk yang dimuliakan. Dengan mengedepankan
aspek religius dalam kehidupan sehari-hari dan juga ekonomi akan menimbulkan
perasaan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan akan selalu diawasi oleh Allah SWT,
termasuk dalam aktivitas ekonomi sehingga dalam melakukan aktivitas bisnis tidak
menyimpang dari segala ketentuan syariat Islam.
2. Keseimbangan (keadilan)
Keadilan merupakan konsep yang sangat komprehensif karena menyangkut
semua segi kehidupan manusia. Keadilan merupakan prinsip dasar Ideologi
Islam.Dalam pelaksanaannya Islam tidak boleh berat sebelah, tanpa membeda-
bedakan status sosial seseorang, kekayaaan, kelas, ras, suku, politik, maupun
keyakinan agama seseorang. Al-Qur‟an mewajibkan manusia bersikap adil dan
memutuskan segaa sesuatu perkara dengan adil. Tidak berat sebelah, serta menepati
janji. Karena seluruh umat bukan hanya para penguasa memiliki tanggungjawab
untuk mewujudkan keadilan.
4. Tanggung jawab
5. Jujur
Praktek mal bisnis adalah praktek-praktek bisnis yang tidak terpuji karena
merugikan pihak lain dan melanggar hukum yang ada. Perilaku yang ada dalam
praktek bisnis mal sangat bertentangan dengan nila-nilai yang ada dalam AlQur‟an.
Ada beberapa jenis praktek mal bisnis, antara lain:
Kewirausahaan adalah ilmu, seni maupun perilaku, sifat, ciri dan watak
seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam
dunia nyata secara kreatif (create new & different). Kewirausahaan (entrepreneurship)
adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya
untuk mencari peluang menuju sukses. Kewirausahaan Islam merupakan aspek
kehidupan yang dikelompokkan ke dalam masalah muamalah. Masalah yang erat
kaitannya dengan hubungan yang bersifat horisontal, yaitu hubungan antar manusia
yang akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Kewirausahaan Islam merupakan
suatu ibadah yang akan mendapatkan pahala apabila dilaksanakan
Islam sebagai agama rahmatan li al-„ālamīn, memberikan sebuah prinsip yang
baik di gunakan dalam berwirausaha yaitu sebuah prisnsip yang dimana di dalamnya
terdapat sebuah prinsip tentang keadilan,kejujuran,tanggung jawab dan saling
mengasihi yang Ketika kita menggunakan prinsip tesebut dalam berwirausaha maka
akan membuat kita menjadi seorang pelaku bisnis yang di cintai allah SWT juga
menjadikan kita sebagai pelaku usaha yang dapat memberi kenyamanan dan
keuntungan terhadap sesama manusia.
Dan juga kita sebagai seorang muslim kita juga harus memiliki sebuah etika
dalam berbisnis yaitu dimana Ketika kita berbisnis kita tidak merugikan salah satu
pihak di karenakan dalam berbisnis terdapat sebuah symbiosis mutualisme yang
dimana antara pebisnis dan pembeli harus sama-sama di untungkan tidak adanya
sebuah kecurangan dalam berbisnis dan juga dengan kita menjadi seorang pebisnis
yang bertanggun jawab maka kita sudah disebut sebagai seorang pelaku bisnis yang
memiliki etika dalam berbisnis.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, R. (2019). Analisis Penerapan Prinsip-prinsip Syariah pada Bisnis Ritel Syariah di
Minimarket Sakinah 212 Mart Wonorejo Tandes Surabaya (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel
Surabaya).
Bahri, B. (2018). Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan Bertransaksi
Syariah dengan Metode Dimensi Vertikal (Hablumminallah) dan Dimensi Horizontal
(Hablumminannas). Maro, 1(2), 67-86.
Muttakin, A. F., Hayatudin, A., & Srisusilawati, P. (2019). Tijauan Hukum Islam terhadap
Kerjasama Online Shop dengan Jasa Pengiriman. Prosiding Hukum Ekonomi Syariah, 478-486
Sari, W. P. (2021). Analisis penerapan bisnis berbasis syariah pada wirausaha
muslim (Doctoral dissertation, IAIN Padangsidimpuan).
Srisusilawati, P., & Eprianti, N. (2017). Penerapan prinsip keadilan dalam akad mudharabah
di lembaga keuangan syariah. Law and Justice, 2(1), 12-23..
Srisusilawati, P., Putra, P. A. A., & Utami, A. T. (2020, March). Sharia-Based Rehabilitation
Model of Social Economic. In 2nd Social and Humaniora Research Symposium (SoRes 2019) (pp. 79-
81). Atlantis Press