Anda di halaman 1dari 19

PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DALAM BERWIRAUSAHA

1. M Danu Attaraya, 2. Reyhan Mandaris Fadilah, 3. Fachrul Noer Rakhim


Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah, Universitas Islam Bandung
E-mail : attarayadanu@gmail.com, reyhanmandarisfadilah@gmail.com ,
fachrulrakhim@gmail.com

Abstrak

Kewirausahaan Islam merupakan aspek kehidupan yang dikelompokkan kedalam


masalah mu’amalah. Di dalam kehidupan zaman modern seperti sekarang ini perkembangan
dunia usaha dan dalam bertransaksi mulai begeser nilai dan visinya. Dalam melakukan
transaksi bisnis secara halal sudah banyak ditinggalkan dan dilakukan dengan cara yang
diridhoi Allah SWT. Oleh sebab itu, agar dalam berwirausaha dan bertransaksi umat muslim
tidak menyimpang, maka perlu mengetahui strategi dan cara berbisnis Nabi Muhammad
SAW. Islam sebagai agama universal seluruh aspek kehidupan manusia sudah diatur Allah
SWT termasuk tentang ekonomi. Dalam Al Qur’an dan Hadits sudah tercantum cara dan
prinsip melakukan wirausaha dan bertransaki secara halal sesuai yang dilakukan Nabi
Muhammad SAW yang bisa menjadi tuntunan umat muslim.Tujuan dari penulisan ini adalah
untuk mengetahui prinsip-prinsip syariah dalam berwirausaha yaitu berwirausaha dengan
memiliki asas akidah islam,serta panduan bagi perilaku seseorang dengan menyelaraskan
perilakunya dengan perilaku Rasulullah.Diketahui bahwa konsep berwirausaha Nabi
Muhammad SAW dilakukan dengan cara shiddiq, amanah, tabligh, fathonah. Konsep
berwirausaha yang islami dengan berpegang teguh pada Allah SWT yaitu berkaitan dengan
berwirausaha semata-mata karena Allah SWT, berwirausaha adalah Ibadah, Takwa, Tawakal,
Dzikir dan Syukur.Dengan demikian kita dapat mengetahui apa saja prinsip-prinsip syariah
dalam berwirausaha yang dimana sangat tidak merugikan dan merupakan sebuah prinsip
yang sudah di terapkan oleh Rasulullah sehingga dengan menggunakan prinsip tersebut
dalam berwirausaha maka secara tidak langsung akan membuat diri kita sebagai pelaku usaha
mempunyai sifat sidiq,tabligh,Amanah,dan fathanah. Pada penelitian kali ini metode yang
digunakan adalah metode kualitatif deskriptif yang berlandaskan pada kondisi objek yang
alamiah yang mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci (Sugiyono:18). Pengambilan data
dalam penelitian ini menggunakan wawancara. Pedoman wawancara yang digunakan hanya
berupa garis-garis besar dalam permasalahan yang ditanyakan.

Kata kunci : kewirausahaan islam,prinsip syariah,perilaku

Abstract

Islamic entrepreneurship is an aspect of life that is grouped into mu'amalah


problems. In modern life as it is today, the development of the business world and in
transactions has begun to shift its values and vision. In conducting business
transactions in a lawful manner, many have been abandoned and carried out in a
way that is pleasing to Allah SWT. Therefore, so that in entrepreneurship and
transactions, Muslims do not deviate, it is necessary to know the strategies and
ways of doing business of the Prophet Muhammad. Islam as a universal religion, all
aspects of human life have been regulated by Allah SWT, including the economy. In
the Qur'an and Hadith already listed the ways and principles of doing
entrepreneurship and transacting in a lawful manner according to the Prophet
Muhammad SAW who can be a guide for Muslims. Islam, as well as guidelines for
one's behavior by aligning his behavior with the behavior of the Prophet. It is
known that the concept of entrepreneurship of the Prophet Muhammad was carried
out by means of shiddiq, amanah, tabligh, fathonah The concept of Islamic
entrepreneurship by holding fast to Allah SWT is related to entrepreneurship solely
because of Allah SWT, entrepreneurship is Worship, piety, Tawakal, Dhikr and
Gratitude. detrimental and is a principle that has been applied by the Prophet so
that by using this principle in entrepreneurship, it will indirectly make us as
business actors have the characteristics of sidiq, tabligh, amanah, and fathanah. In
this research, the method used is descriptive qualitative method based on the
condition of natural objects in which the researcher is the key instrument
(Sugiyono: 18). Collecting data in this study using interviews. The interview guide
used is only in the form of outlines in the questions asked

Keywords: Islamic entrepreneurship, sharia principles, behavior

METODE PENELITIAN

Pada penelitian kali ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif
yang berlandaskan pada kondisi objek yang alamiah yang mana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci (Sugiyono:18). Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan
wawancara. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar dalam
permasalahan yang ditanyakan.

PENDAHULUAN

Wirausaha adalah kemampuan seseorang untuk berfikir dan bekerja secara kreatif dan
inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari kesempatan menuju
sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu
yang baru ada dan berbeda melalui kreatif dan bertindak inovatif untuk kesempatan menuju
kesuksesan.

Menurut Kasmir, wirausaha adalah menciptakan sesuatu yang diperlukan suatu


kreativitas dan jiwa inovatif yang tinggi. Seseorang yang memiliki kreativitas dan jiwa
inovatif tentu berfikir untuk mencari atau menciptakan peluang yang baru dan lebih baik dari
sebelumnya. kemampuan menciptakan memerlukan adanya kreativitas dan inovasi yang terus
menerus untuk menentukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya, kemudian
dengan kreativitas dan inovasi tersebut pada akhirnya mampu memberi kontribusi bagi
masyarakat banyak.

Secara bahasa wirausaha berasal dari kata “Wira” dan “Usaha” yang artinya
berkemauan keras. Seorang wirausaha dapat diartikan sebagai berikut : wirausaha adalah
seseorang yang berkemauan keras dalam sebuah kegiatan yang bermanfaat dan layak menjadi
contoh bagi banyak orang. Seseorang diluar sana banyak sekali yang sukses berkat kemauan
yang keras, kreatif, inovatif serta dibarengi usaha dan doa. Kunci suksesnya berwirausaha
adalah menciptakan sesuatu yang baru atau sesuatu yang sudah ada dengan cara-cara yang
baru.

Telah diketahui bahwa wirausaha merupakan inovator dalam menggabungkan bahan-


bahan yang baru, produksi yang baru di akses pasaran, serta pangsa pasar yang baru. Sifat
tersebut dipengaruhi oleh sifat kepribadian wirausaha, yaitu sifat keberanian dalam
mengambil resiko, sikap optimis dan positif, memiliki aura memimpin yang baik serta
kemauan yang kuat.

Persaingan yang sangat ketat di era modern sekarang ini menyebabkan manusia untuk
selalu kreatif dan inovatif untuk memenuhi kebutuhannya tanpa mendapatkan bantuan orang
lain. Oleh karena itu wirausaha harus memiliki prinsip agar visi dan misi nya berjalan dengan
lancar. Adapun prinsip yang harus dimiliki seorang wirausaha yaitu :

a. Mengetahui potensi yang dimiliki


b. Berani menghadapi tantangan
c. Mental baja dan berkemauan keras
d. Percaya diri
e. Jujur
f. Disiplin

Di dalam agama Islam pun menyuruh umatnya bekerja keras serta tidak mudah
menyerah. Banyak sekali ilmu tentang berwirausaha dalam prinsip Islam atau syariah, salah
satunya yaitu bekerja keras dan jujur dalam berwirausaha.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

‫َو ُقِل اْع َم ُلْو ا َفَسَيَر ى ُهّٰللا َع َم َلُك ْم َو َر ُسْو ُلٗه َو ا ْلُم ْؤ ِم ُنْو َن ۗ  َو َس ُتَر ُّد ْو َن ِاٰل ى ٰع ِلِم اْلَغْيِب َو ا لَّشَها َد ِة َفُيَنِّبُئُك ْم ِبَم ا ُكْنُتْم َتْع َم ُلْو َن‬

“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga
Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan.””

(QS. At-Taubah 9: Ayat 105)


Menurut Syaikh Al-Qardhawi, dalam Hermawan dan Syakir Sula, mengatakan bahwa
diantara nilai transaksi bisnis adalah kejujuran. Ia merupakan puncak moralitas iman dan
karakteristik yang paling menonjol dari orang yang beriman. Bahkan, kejujuran merupakan
karakteristik para Nabi. Tanpa kejujuran, kehidupan agama tidak akan berdiri tegak dan
kehidupan dunia tidak akan berjalan dengan baik. Sebaliknya, kebohongan adalah pangkal
kemunafikan dan ciri-ciri dari orang munafik. Cacat perdagangan di dunia kita dan yang
paling banyak memperburuk citra perdagangan adalah kebohongan, manipulasi, dan
mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan, baik dalam menerangkan spesifikasi barang
dagangan, memberitahukan harga beli atau harga jual, banyaknya merupakan puncak
moralitas iman dan karakteristik yang paling menonjol dari orang yang beriman. Bahkan,
kejujuran merupakan karakteristik para Nabi. Tanpa kejujuran, kehidupan agama tidak akan
berdiri tegak dan Kehidupan dunia tidak akan berjalan dengan baik. Sebaliknya, kebohongan
adalah pangkal kemunafikan dan ciri-ciri dari orang munafik. Cacat perdagangan di dunia
kita dan yang paling banyak memperburuk citra perdagangan adalah kebohongan,
manipulasi, dan mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan, baik dalam menerangkan
spesifikasi barang dagangan, memberitahukan harga beli atau harga jual, banyaknya
pemesanan, dan lain sebagain pemesanan, dan lain sebagainya.

Didalam Islam berwirausaha atau berbisnis merupakan rangkaian aktivitas yang


bermacam-macam bentuknya, terdapat batasan untuk perolehan dan pendayagunaan hartanya
(halal dan haram). Islam juga sudah menetapkan prinsip-prinsip syariah dalam entitas bisnis.
Pelaksanaan bisnis harus berpegang teguh dan bersumber dari syariat yang bersumber dari
Al-Qur’an dan Sunah. Dengan kata lain, syariat merupakan nilai utama yang menjadi payung
strategis maupun taktis bagi pelaku kegiatan ekonomi (bisnis).

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

‫ٰۤي ـَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتْأُك ُلْۤو ا َاْم َو ا َلـُك ْم َبْيَنُك ْم ِبا ْلَبا ِط ِل ِاۤاَّل َاْن َتُك ْو َن ِتَج ا َر ًة َع ْن َتَر ا ٍض ِّم ْنُك ْم ۗ  َو اَل َتْقُتُلْۤو ا َاْنـُفَس ُك ْم ۗ  ِاَّن َهّٰللا َك ا َن‬
‫ِبُك ْم َر ِح ْيًم ا‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu.”

(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 29)


Ayat diatas menjelaskan kelengkapan syariat Islam dalam mengatur dan melindungi
aktivitas-aktivitas berbisnis secara keseluruhan. Hal ini sejalan dengan apa yang dicontohkan
Rasulullah SAW. Lewat akhlak yang baik dapat menuntun manusia dalam menjalani hidup
dengan acuan Al-Qur’an dan Hadis.

Nilai-nilai yang berada pada prinsip syariah menjadi pemicu semangat dalam setiap
tindakan dan transaksi bisnis yang terjadi dalam proses keberlangsungan mencapai tujuan
bisnis tersebut. Faktor berkah dan bertujuan pada ridha Allah SWT menjadi hal yang paling
penting dalam menjalankan bisnis yang berlandaskan prinsip syariah. Karena hal tersebut
menjadi landasan orientasi untuk bisnis agar terus berada pada jalan menurut syariat Islam.
Dalam keberlangsungan bisnis ada beberapa jenis hal yang harus diperhatikan, yaitu
keberlangsungan permodalan, keberlangsungan sumber daya manusia, keberlangsungan
produksi dan keberlangsungan pemasaran, yang menitikberatkan dan bersumber pada tiga
kata kunci yang tersirat dalam definisi keberlangsungan usaha, yaitu memenuhi kebutuhan,
mengembangkan sumber daya, dan melindungi sumber daya.

Terdapat beberapa aspek yang diperhatikan untuk perkembangan aktivitas usaha dalam
kerangka Islam demi tercapainya keberlangsungan usaha, yaitu:

1. Produksi
Produksi adalah proses mendapatkan, mengalokasikan dan mengolah
sumberdaya menjadi sebuah barang setengah jadi atau barang jadi yang bertujuan
meningkatkan kemaslahatan bagi umat manusia. Semua kegiatan produksi terpaku
pada tatanan nilai moral dan teknikal Islami. Nilai-nilai Islam yang relevan dengan
produksi dikembangkan dari tiga nilai utama dalam ekonomi Islam yaitu khilafah,
adil, dan takaful. Secara lebih jelas, nilai-nilai ini misalnya berwawasan lingkungan
dan jangka panjang, menepati janji dan kontrak yang telah disepakati, menghindari
hal-hal yang diharamkan baik dari proses mendapatkan bahan baku, proses
mengolahnya, dan lain-lain.
2. Pemasaran
Pemasaran dalam Islam didefinisikan sebagai disiplin bisnis strategi yang
menuju pada proses penciptaan, penawaran, dan Perubahan value (nilai) dari suatu
inisiator kepada stakeholders-nya, yang dalam seluruh prosesnya sesuai dengan akad
dan prinsip-prinsip muamalat (bisnis) dalam Islam. Terdapat penekanan nilai yang
terdapat pada Islam pada setiap langkah proses pemasaran syariah yang menyeluruh
karena mencakup proses penciptaan, penawaran, hingga perubahan nilai tambah dari
suatu produk yang di tawarkan serta akad-akad yang mengiringi proses pemasaran
tersebut. Ada 4 hal yang menjadi panduan dalam marketing syariah ini, yaitu : 1)
teistis (rabbâniyyah) artinya bersifat ketuhanan, 2) etis (akhlâqiyyah) bermakna nilai
moralitas dan etika, 3) realistis (alwaqi’iyyah) bersifat fleksibel namun senantiasa
mengedepankan nilai-nilai religius, dan 4) humanistis (insâniyyah) artinya bersifat
universal bagi seluruh umat manusia dengan kekuatan persatuan manusia.
3. Permodalan
Dalam prinsip syariah telah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa riba itu haram.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
‫َاَّلِذ ْيَن َيْأُك ُلْو َن الِّر ٰب وا اَل َيُقْو ُم ْو َن ِااَّل َك َم ا َيُقْو ُم اَّلِذ ْي َيَتَخَّبُطُه الَّشْيٰط ُن ِم َن اْلَم ِّس ۗ  ٰذ ِلَك ِبَا َّنُهْم َقا ُلْۤو ا ِاَّنَم ا اْلَبْيُع ِم ْثُل‬
‫الِّر ٰب واۘ  َو َا َح َّل ُهّٰللا اْلَبْيَع َو َح َّر َم الِّر ٰب واۗ  َفَم ْن َج ٓاَء ٗه َم ْو ِع َظٌة ِّم ْن َّرِّبٖه َفا ْنَتٰه ى َفَلٗه َم ا َس َلَف ۗ  َو َا ْم ُر ۤٗه ِاَلى ِهّٰللاۗ  َو َم ْن َعا َد‬
‫َفُا وٰٓلِئَك َاْص ٰح ُب الَّنا ِر ۚ  ُهْم ِفْيَها ٰخ ِلُد ْو َن‬

“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata
bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual-beli dan
mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia
berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 275)
Modal yang didapat harus dari proses yang halal. Islam telah membolehkan
beberapa cara untuk mendapatkan modal dengan cara yang efektif, yaitu dengan cara
prinsip partisipasi yaitu mendorong kerja sama dan solidaritas yang sama-sama saling
menguntungkan. Keberadaan lembaga keuangan syariah memberikan kemudahan
akses mendapatkan modal dengan skema kerja sama yang telah disepakati.

4. Manajemen Sumber Daya Manusia


Sumber Daya Manusia merupakan sumber daya yang dimiliki perusahaan
yang sifatnya dinamis sehingga memerlukan perlakuan yang khusus. Kecerdasan
spiritual Islam membuka wacana baru dalam mengelola sumber daya manusia, yang
mengedepankan nilai-nilai nurani sebagai arahan agar senantiasa mengikuti jalan
yang benar. Peran manajer dan juga karyawan sama-sama sangat penting untuk bisnis
dan kebaikan itu harus di mulai dari manajer, di mana jika manajer baik, maka akan
mampu memberikan pengarahan yang baik kepada karyawannya. Kembali lagi
kepada figur manajer atau pelaku usaha selaku pemimpin dalam usaha tersebut, maka
keteladanan merupakan aspek yang sangat penting yang harus dimiliki oleh seorang
manajer atau pemimpinnya.
Pengelolaan sumber daya manusia jika dilihat dari sudut pandang manajemen
yang Islami, terdapat empat kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh pelaku usaha
dalam kewirausahaan Islam, yaitu mampu memberikan motivasi kepada para anggota
karyawannya, mampu memberikan tugas kepada karyawan secara jelas dan sesuai
kemampuan masing-masing di bidangnya, mampu memberikan hadiah atau bonus
yang dapat berbentuk materi ataupun pujian hingga motivasi yang menyemangati
karyawan, demikian pula jika terdapat kesalahan maka manajer mampu memberikan
hukuman atau konsekuensi seperti dalam bentuk teguran, selanjutnya mampu
memberikan contoh yang baik seperti sikap disiplin yang dapat diteladani oleh
karyawan.
Pada umumnya kecerdasan spritual Islam yang berkembang dengan baik
ditandai dengan mampunya seseorang dalam bersikap dan memimpin, serta pada
akhirnya menjadikan seseorang mengerti akan arti hidupnya. Kecerdasan spiritual
Islam juga mampu diterapkan dalam pengelolaan bisnis, ini merupakan hal penting
yang terkadang sering tidak terlihat dari perhatian pengusaha. Bentuk penerapan ini
selaras dengan bentuk nyata terlaksananya kegiatan bisnis yang sesuai dengan syariat
Islam.
Bisnis sebagai salah satu bentuk ibadah maka selayaknya aturan-aturan dalam
syariat Islam diterapkan di setiap pelaksanaannya. Hal tersebut dapat tertuang dalam
pengelolaan bisnis yang beretika Islam, baik dalam pengambilan keputusan hingga
pelaksanaan secara keseluruhan. Islam telah menuntun manusia agar melakukan usaha
atau bisnis dengan cara-cara yang sesuai syariat Islam bukan dengan cara yang batil
atau menzalimi orang lain.

PEMBAHASAN

A. Pengertian
 Kewirausahaan
Zimmerer dan Scarborough, (1998) menjelaskan kewirausahaan adalah ilmu
yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, perilaku seseorang dalam menghadapi
tantangan hidup (usaha). Kewirausahaan merupakan ilmu yang memilik obyek
kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Kewirausahaan adalah ilmu, seni maupun perilaku, sifat, ciri dan watak
seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam
dunia nyata secara kreatif (create new & different). Kewirausahaan (entrepreneurship)
adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya
untuk mencari peluang menuju sukses.
Kewirausahaan Islam merupakan aspek kehidupan yang dikelompokkan ke
dalam masalah muamalah. Masalah yang erat kaitannya dengan hubungan yang
bersifat horisontal, yaitu hubungan antar manusia yang akan dipertanggungjawabkan
kelak di akhirat. Kewirausahaan Islam merupakan suatu ibadah yang akan
mendapatkan pahala apabila dilaksanakan.
 Bisnis

Bisnis adalah interaksi antara dua pihak atau lebih dalam bentuk tertentu guna
meraih manfaat dan karena interaksi tersebut mengandung risiko, maka diperlukan
manajemen yang baik untuk meminimalkan sedapat mungkin risiko itu dan kegiatan
yang dilakukan adalah menghasilkan suatu barang dan jasa guna menciptakan
manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

Bisnis dalam Al-Qur’an dijelaskan melalui kata tijarah, yang mencakup dua
makna. Pertama, berniaga secara umum mencakup berniaga antara manusia dengan
Allah, yaitu dengan mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangannya. Kedua,
berniaga secara khusus yaitu perdagangan antara sesama manusia. Perdagangan yang
dimaksud adalah perdagangan yang baik sesuai dengan aturan Al-Qur‟an dan hadis.
Sedangkan jual-beli yang dilakukan harus menguntungkan dan bermanfaat bagi orang
lain. Jual beli yang dilakukan berlandaskan kesukarelaan diantara kedua belah pihak
dandilakukan dengan keterbukaan atau jujur mengenai kondisi barang yang diperjual
belikan.

Perbedaan Dari Segi Karakteristik

Bisnis Islami dan Bisnis Non-Islami

N Bisnis Islami Karakteristi Bisnis Non-Islami


o k Bisnis
1 Akidah Islam (nilai-nilai Asas Sekularisme (nilainilai
transendental) materialism
2 Dunia akhirat Motivasi Dunia
3 Profit, zakat dan benefit (non Orientasi Profit, pertumbuhan dan
materi), pertumbuhan, keberlangsungan.
keberlangsungan, dan
keberkahan.
4 Tinggi, bisnis adalahbagian Etos kerja Tinggi, bisnis adalah
dari ibadah. kebutuhan duniawi.
5 Maju dan produktif, Sikap Maju dan produktif sekaligus
konsekuensi keimanan dan mental konsumtif, konsekuensi
manifestasi kemusliman. aktualisasi diri.

6 Cakap dan ahli di bidangnya, Keahlian Cakap dan ahli di bidangnya,


konsekuensi dari kewajiban konsekuensi dari motivasi
seorang muslim. punishment dan reward.

7 Terpercaya dan Amanah Tergantung kemauan individu


bertanggungjawab, tujuan (pemilik kapital), tujuan
tidak menghalal segala cara. menghalalkan segala cara.
8 Halal Modal Halal dan haram.
9 Sesuai dengan akad kerjanya Sumber Sesuai dengan akad kerjanya,
daya atau sesuai dengan keinginan
manusia pemilik modal.
10 Halal Sumber Halal dan haram.
daya
11 Visi dan misi organisasi Manajemen Visi dan misi organisasi
terkait erat dengan misi strategic. ditetapkan pada kepentingan
penciptaan manusia di dunia. material belaka.
12 Jaminan halal dari setiap Manajemen Tidak ada jaminan halal bagi
masukan, proses dan operasional setiap masukan, proses dan
keluaran, mengedepanan keluaran, mengedepankan
produktivitas dalam koridor produktivitas dalam koridor
syariah. manfaat.
13 Jaminan halal bagi setiap Manajemen Tidak ada jaminan halal bagi
masukan, proses dan keluaran keuangan. setiap masukan, proses dan
keuangan, mekanisme keluaran keuangan, mekanisme
keuangan dengan bagi hasil. keuangan dengan bunga.
14 Pemasaran dalam koridor Manajemen Pemasaran menghalalkan seala
jaminan halal. pemasaran. cara.
15 SDM professional dan Manajemen SDM provisional, SDM adalah
berkepribadian Islam, SDM SDM faktor produksi, SDM
adalah pengelola bisnis, SDM bertanggung jawab pada diri
bertanggung jawab pada diri, dan majikan.
majikan dan Allah.

Dapat diketahui bahwa ciri-ciri bisnis Islam memiliki banyak perbedaan


dengan bisnis konvensional. Dimana bisnis kovensional lebih mengejar kepada
keuntungan saja. Sedangkan bisnis Islam pelaku bisnisnya sangat penuh kehati-hatian
dalam menjalankan bisnisnya.

B. Perilaku Bisnis Wirausaha Islam


Al-Qur‟an dan hadis adalah panduan bagi perilaku seseorang dengan
menyelaraskan perilakunya dengan perilaku Rasulullah. Perilaku bisnis seorang
wirausaha muslim dapat dilihat dari ketakwaannya, sikap amanah yang dia miliki,
kebaikannya, cara melayani pembeli atau pelanggannya dengan ramah, serta semua
kegiatan bisnisnya hanya dilakukan untuk ibadah semata.
1. Takwa
Takwa adalah menaati perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.
Manusia yang bertakwa akan selalu menghindari larangan-larangan Allah, tetapi
sebaliknya akan menjalankan semua yang diperintahkan Allah menuju jalan yang
benar. Islam mengahalalkan bisnis tetapi yang harus diingat adalah semua kegiatan
bisnis tidak bolehmengahalangi seseorang untuk beribadah dan ingat kepada Allah
SWT dengan tetap menjaga shalat lima waktu, berdzikir, dan menjalankan semua
perintah Allah SWT.
2. Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya sebagaimana kita ketahui bahwa Rasulullah
SAW dikenal dengan seseorang yang professional dan jujur dengan sebuan Al-amin
yang artinya dapat dipercaya. Sifat amanah memainkan peranan yang fundamental
dalam ekonomi dan bisnis, karena tanpa kredibilatas dan tanggungjawab, kehidupan
ekonomi dan bisnis akan hancur. Tugas manusia adalah amanah dari Allah yang harus
dipertanggungjawabkan. Implikasi dari cara pandang ini adalah pengakuan sekecil
apapun upaya dan perbuatan manusia, baik dan buruk, tetap mendapat perhatian dari
Allah dan akan mendapatkan balasannya kembali pada dirinya sendiri. Dengan
demikian kejujuran bukan saja merupakan tuntutan dalam hal bisnis tetapi juga
mengandung nilai ibadah.
3. Melayani Dengan Baik
Seorang wirausaha muslim harus memiki sikap yang khidmah yakni melayani
dengan baik. Berwirausahaberpeluang berbuat baik kepada orang lain dengan cara
melayani dengan baik, memberikan pelayannan yang cepat, membantu kemudahan
bagi orang yang berbelanja, memberikan pertolongan, dan lain-lain.43 Pembeli akan
merasa senang jika dilayani dengan baik. Memberikan tenggang waktu saat pembeli
belum dapat membayar kekurangannya atau melunasi pinjaman. Sikap yang baik saat
melayani akan membawa seorang wirausaha banyak mengenal orang baru dan bisa
saja mendapatkan teman untuk bekerjasama mengembangkan bisnisnya.
4. Bermurah Hati dan Membangun Hubungan Baik
Dalam transaksi antara penjual dan pembeli akan terjadi kontak. Seorang
penjual diharapkan dapat bersikap ramah, murah senyum serta bermurah hati kepada
setiap pembeli. Dengan sikap ini penjual akan mendapatkan berkah dalam berjualan
serta diminati oleh pembeli. Bermurah hati dengan pembeli dengan memberikan
penangguhan pembayaran. Penangguhan pembayaran diberikan untuk menolong
sesama manusia yang berbeda dalam keadaan kurang baik dari segi ekonomi.
Sebagaimana dalam sebuah hadis yang artinya, “Dari Jabir Radhiyallahu Anhu,
berkata Rasulullah Saw, bersabda: “Allah mengasihani seseorang yang murah hati
bila menjual, bila membeli dan bila menawar”.” (HR Bukhari).
Rasulullah SAW selalu menganjurkan kita untuk selalu bersikap jujur dan
tolong menolong apalagi dalam hal jual beli.
5. Bekerja Sebagai Ibadah
Bagi seorang Muslim, kegiatan berdagang sebenarnya lebih tinggi derajatnya,
yaitu dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Sebab kita sudah berjanji yang kita
ikrarkan dalam shalat lima waktu, bahwa shalatku, ibadahku, hidupku, danmatiku
adalah bagi Allah SWT. Berdagang adalah sebagian dari hidup kita yang harus
ditunjukkan untuk beribadah kepada-Nya, dan wadah untuk berbuat baik kepada
sesama.Umat Islam menjalankan suatu usaha adalah dalam rangka ibadah kepada
Allah. Demikian pula hasil yang diperoleh dalam berwirausaha akan dipergunakan
kembali ke jalan Allah. Berwirausaha adalah sebagian dari kewajiban hidup manusia
yang harus ditunjukkan untuk beribadah kepada Allah SWT.

C. Prinsip prinsip syariah


Islam sebagai agama universal mengatur segala hubungan antara manusia
dengan penciptanya, hubungan manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan alam
(lingkungan) disekitarnya. Prinsip-prinsip syariah adalah suatu aturan atau kebijakan
dalam perjanjian yang didasarkan pada suatu etika dalam bisnis Islam yang terjadi
antara pebisnis dengan konsumen untuk melakukan suatu kegiatan bisnis berdasarkan
syariat Islam.45 Berikut firman Allah Swt. dalam QS. Al-Ma’a rij (70) ayat 24-25
mengenai prinsip-prinsip syariah sebagai berikut :

“Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu. Bagi orang
(miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apaapa (yang tidak mau
meminta).”46 Ayat diatas menjelaskan tentang prinsip syariah dalam
menyeimbangkan ekonomi yang menerangkan bahwa adanya hak tertentu pada harta
orang kaya atau berlebih bagi kaum fakir dan miskin yang dapat berupa zakat, infaq
dan shodaqoh.

Prinsip-prinsip Syariah dalam Ekonomi Islam adalah sebagai berikut :

a. Prinsip keadilan, mencakup seluruh aspek kehidupan, merupakan prinsip yang


penting. Keadilan adalah menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya,
memperlakukan sesuatu hanya pada posisinya, dan memberikan sesuatu hanya pada
yang berhak menerimanya. Keadilan dalam aktivitas ekonomi berupa adil dalam
menakar timbangan, dalam penentuan harga, dan dalam kualitas produk. Sebagaimana
firman Allah Swt. dalam QS. An-Naḥl (16) ayat 90 sebagai berikut:

‫ْأ‬
‫ِإ َّن ال َّل َه َي ُم ُر ِب ا ْل َع ْد ِل َو ا ِإْل ْح َس ا ِن َو ِإ يَتا ِء ِذ ي ا ْل ُق ْر َب ٰى َو َي ْن َه ٰى َع ِن ا ْل َف ْح َش ا ِء َو ا ْل ُم ْن َك ِر‬
‫َو ا ْل َب ْغ ِي ۚ َيِع ُظ ُك ْم َل َع َّل ُك ْم َت َذ َّك ُر وَن‬

“Sesungguhnya Allah Swt. menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah Swt. melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.”

b. Prinsip al-Iḥsa n (berbuat kebaikan), pemberian manfaat kepada orang lain lebih
daripada hak orang lain itu. Prinsip ini dilakukan agar kita sebagai pebisnis muslim
tidak setengah hati dalam melakukan suatu kegiatan. sebagaimana firman Allah dalam
QS. Al-Baqarah (2) ayat 195 yang berbunyi:

‫َو َأ ْن ِف ُق وا ِف ي َس ِب ي ِل ال َّل ِه َو اَل ُت ْل ُق وا ِب َأْي ِد ي ُك ْم ِإ َل ى ال َّت ْه ُل َك ِة ۛ َو َأ ْح ِس ُن واۛ ِإ َّن ال َّل َه ُي ِح ُّب ا ْل ُم ْح ِس ِن يَن‬

“Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang


berbuat baik.”

c. Prinsip al-Mas’u liyah (accountability, pertanggung jawaban), yang meliputi


berbagai aspek, yakni: pertanggung jawaban antara individu dengan individu (al-
mas’u liyah al-afrad), pertanggung jawaban dalam masyarakat (al-mas’u liyah al-
mujtama’). Pebisnis muslim dalam melakukan aktivitas ekonomi haruslah memiliki
sikap tanggung jawab. Dengan adanya sikap tanggung jawab, kita akan sangat
berhati-hati dalam melakukan suatu tindakan karena setiap tindakan yang kita lakukan
memiliki konsekuensi tersendiri. Seperti dalam kutipan arti salah satu ayat Al-Qur’an
yang berbunyi “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.”

d. Prinsip al-Kifa yah (sufficiency), tujuan pokok dari prinsip ini adalah untuk
membasmi kefakiran dan mencukupi kebutuhan primer seluruh anggota dalam
masyarakat. Prinsip ini dapat dilakukan dengan cara menyantuni fakir miskin dan
anak yatim, dan sebagainya. Atau dapat dilakukan dengan cara memberikan fakir
miskin berupa dana produktif yang dapat digunakan untuk usaha bukan hanya untuk
konsumsi saja. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. Al-Isra ’ (17) ayat 26
sebagai berikut:
‫َو آ ِت َذ ا ا ْل ُق ْر َب ٰى َح َّق ُه َو ا ْل ِم ْس ِك يَن َو اْب َن الَّس ِب ي ِل َو اَل ُت َب ِّذ ْر َتْب ِذ يًر ا‬

“Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hammburkan (hartamu)
secara boros.”

e. Prinsip keseimbangan prinsip al- wasathiyah (al-I’tidal, moderat, keseimbangan),


syariat Islam mengakui hak pribadi dengan batas- batas tertentu. Dalam Islam,
keseimbangan ditentukan dari kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.

f. Prinsip kejujuran dan kebenaran. Prinsip ini merupakan sendi akhlak karimah.

D. Etika bisnis dalam islam

Etika bisnis Islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai dengan
nilai-nilai Islami sehingga dalam melaksanakannya sudah diyakini sebagai sesuatu
yang baik dan benar. Menurut Muhammad Djakfar dalam jurnal Erly Juliyani etika
bisnis Islam adalah norma-norma dimana etika yang berdasarkan Al-Qur‟an dan hadis
yang harus dijadikanacuan dalam aktivitas berbisnis. Jadi etika bisnis Islam adalah
sejumlah perilaku etis bisnis yang dibungkus dengan nilai-nilai syariah yang
mengedepankan halal dan haram. Secara umum prinsip etika bisnis Islam dapat
dijelaskan sebagai berikut:

1. Kesatuan (Tauhid)

Konsep tauhid merupakan dimensi vertikal Islam yang berarti Allah sebagai
Tuhan Yang Maha Esa menetapkan berupa batas-batas tertentu kepada manusia
sebagai khalifah di muka bumi, untuk memberikan manfaat pada individu tanpa
mengorbankan hak-hak individu lainnya.17 Oleh karena itu tauhid merupakan dasar
sekaligus motivasi untuk menjamin kelangsungan hidup serta kecukupan mausia yang
telah diatur oleh Allah menjadi makhluk yang dimuliakan. Dengan mengedepankan
aspek religius dalam kehidupan sehari-hari dan juga ekonomi akan menimbulkan
perasaan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan akan selalu diawasi oleh Allah SWT,
termasuk dalam aktivitas ekonomi sehingga dalam melakukan aktivitas bisnis tidak
menyimpang dari segala ketentuan syariat Islam.

2. Keseimbangan (keadilan)
Keadilan merupakan konsep yang sangat komprehensif karena menyangkut
semua segi kehidupan manusia. Keadilan merupakan prinsip dasar Ideologi
Islam.Dalam pelaksanaannya Islam tidak boleh berat sebelah, tanpa membeda-
bedakan status sosial seseorang, kekayaaan, kelas, ras, suku, politik, maupun
keyakinan agama seseorang. Al-Qur‟an mewajibkan manusia bersikap adil dan
memutuskan segaa sesuatu perkara dengan adil. Tidak berat sebelah, serta menepati
janji. Karena seluruh umat bukan hanya para penguasa memiliki tanggungjawab
untuk mewujudkan keadilan.

3. Tidak melakukan monopoli

Manusia adalah khalifah di muka bumi, dengan tugas yang dimilikinya


manusia mempuanyai kebebasan dalam menentukan hal yang baik dan buruk dalam
hidupnya. Kebebasan dalam Islam tentu saja tetap terikat dengan Allah SWT sebagai
Tuhan yang memiliki kebebasan secara mutlak. Dalam bisnis syariah kegiatan
ekonomi dengan menggunakan konsep kebebasan terletak pada lancarnya keluar-
masuk barang. Dengan adanya kebebasan ekonomi syariah melarang adanya praktek
monopoli, monopoli tidak diperbolehkan dalam Islam dikarenakan semua orang
berhak untuk melakukan bisnis.

4. Tanggung jawab

Artinya suatu perbuatan akan terwujud apabila perbuatan tersebut merupakan


produk pilihan sadar dalam situasi bebas, dimana pertanggung jawaban bisa
dilakukan. Wirausaha muslim haruslah memiliki sifat amanah dan tanggung jawab.
Dengan sifat yang amanah maka wirausaha muslim akan bertanggung jawab atas
segala hal yang dilakukan dalam hal bermuamalah.

5. Jujur

Seorang wirausaha yang jujur akan menjaga timbangannya serta mengatakan


baik baruknya barang dagangannya. Dari hubungan jual beli yang didasari oleh
kejujuran atau adil kepercayaan akan muncul dengan sendirinya diantara penjual dan
pembeli. Kepercayaan yang dihasilkan dari ketulusan hati seseorang adalah hal paling
mendasar dari semua hubungan dan termasuk dalam kegiatan bisnis.

6. Produk yang dijual halal


Kata “halal” merupakan istilah dalam Al-Qur‟an yang digunakan di berbagai
tempat dan dengan konsep yang berbeda-beda pula, dan sebagian diantaranya sering
digunakkan pada produk makanan dan minuman. Jadi halal yang dimaksud adalah
sesuatu yang diperbolehkan oleh syariat unuk dilakukan dan digunakan karena telah
terurai dari yang mencegahnya atau unsur yang membahayakannya dan disertai
dengan cara memperolehnya bukan dengan hasil muamalah yang haram dan dilarang
dalam syariat Islam.

7. Tidak melakukan praktek mal bisnis

Praktek mal bisnis adalah praktek-praktek bisnis yang tidak terpuji karena
merugikan pihak lain dan melanggar hukum yang ada. Perilaku yang ada dalam
praktek bisnis mal sangat bertentangan dengan nila-nilai yang ada dalam AlQur‟an.
Ada beberapa jenis praktek mal bisnis, antara lain:

 Gharar, artinya keraguan, atau tindakan yang bertujuan untuk


merugikan pihak lain.
 Tidak menipu (al-gabn dan tadlis), Gabn adalah harga yang dietapkan
jauh dari harga rata-rata baik itu lebih rendah maupun lebih tinggi.
Sedangkan tadlis adalah penipuan dengan motif menutupi cacat dari
sebuah barang yang akan dijual.
 Riba, merupakan penyerahan pergantian sesuatu dengan sesuatu yang
lain, yang tidak dapat dilihat adanya kesamaan menurut timbangan
syara‟ pada waktu akad, atau disertai mengakhirkan dalam tukar
menukar atau hanya salah satu.
 Penimbunan atau ihtikar, adalah membeli sesuatu yang dibutuhkan
masyarakat untuk tidak dijual sementara dengan tujuan menaikkan
harga jual barang tersebut.
 Mengurangi timbangan atau takaran Berdagang sangatlah identik
dengan timbangan atau takaran sebagai alat penjual. Mengurangi
timbangan atau takaran merupakan tindakan tidak terpuji dalam hal
berbisnis serta dapat merugikan orang lain. Kecurangan dengan cara
ini biasanya ditempuh penjual demi mendapatkan keuntungan lebih
secara cepat.
KESIMPULAN

Kewirausahaan adalah ilmu, seni maupun perilaku, sifat, ciri dan watak
seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam
dunia nyata secara kreatif (create new & different). Kewirausahaan (entrepreneurship)
adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya
untuk mencari peluang menuju sukses. Kewirausahaan Islam merupakan aspek
kehidupan yang dikelompokkan ke dalam masalah muamalah. Masalah yang erat
kaitannya dengan hubungan yang bersifat horisontal, yaitu hubungan antar manusia
yang akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Kewirausahaan Islam merupakan
suatu ibadah yang akan mendapatkan pahala apabila dilaksanakan
Islam sebagai agama rahmatan li al-„ālamīn, memberikan sebuah prinsip yang
baik di gunakan dalam berwirausaha yaitu sebuah prisnsip yang dimana di dalamnya
terdapat sebuah prinsip tentang keadilan,kejujuran,tanggung jawab dan saling
mengasihi yang Ketika kita menggunakan prinsip tesebut dalam berwirausaha maka
akan membuat kita menjadi seorang pelaku bisnis yang di cintai allah SWT juga
menjadikan kita sebagai pelaku usaha yang dapat memberi kenyamanan dan
keuntungan terhadap sesama manusia.
Dan juga kita sebagai seorang muslim kita juga harus memiliki sebuah etika
dalam berbisnis yaitu dimana Ketika kita berbisnis kita tidak merugikan salah satu
pihak di karenakan dalam berbisnis terdapat sebuah symbiosis mutualisme yang
dimana antara pebisnis dan pembeli harus sama-sama di untungkan tidak adanya
sebuah kecurangan dalam berbisnis dan juga dengan kita menjadi seorang pebisnis
yang bertanggun jawab maka kita sudah disebut sebagai seorang pelaku bisnis yang
memiliki etika dalam berbisnis.
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, R. (2019). Analisis Penerapan Prinsip-prinsip Syariah pada Bisnis Ritel Syariah di
Minimarket Sakinah 212 Mart Wonorejo Tandes Surabaya (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel
Surabaya).
Bahri, B. (2018). Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan Bertransaksi
Syariah dengan Metode Dimensi Vertikal (Hablumminallah) dan Dimensi Horizontal
(Hablumminannas). Maro, 1(2), 67-86.
Muttakin, A. F., Hayatudin, A., & Srisusilawati, P. (2019). Tijauan Hukum Islam terhadap
Kerjasama Online Shop dengan Jasa Pengiriman. Prosiding Hukum Ekonomi Syariah, 478-486
Sari, W. P. (2021). Analisis penerapan bisnis berbasis syariah pada wirausaha
muslim (Doctoral dissertation, IAIN Padangsidimpuan).
Srisusilawati, P., & Eprianti, N. (2017). Penerapan prinsip keadilan dalam akad mudharabah
di lembaga keuangan syariah. Law and Justice, 2(1), 12-23..
Srisusilawati, P., Putra, P. A. A., & Utami, A. T. (2020, March). Sharia-Based Rehabilitation
Model of Social Economic. In 2nd Social and Humaniora Research Symposium (SoRes 2019) (pp. 79-
81). Atlantis Press

Anda mungkin juga menyukai