Anda di halaman 1dari 12

Universitas Muhammadiyah Cirebon

HUKUM BERWIRAUSAHA
DALAM SYARI'AH
Kewirausahaan Islam
Dosen Pengampu : M. Khozinul Huda, M.Pd.I
Introduction
Kelompok 3

Shofwatul Azkiya Wahyu Arif Gunawan Vina Siti Alifah


(NIM 210641022) NIM 210641089) (NIM 210641038)
Hukum Berwirausaha
Dalam Syari'ah
Hukum berwirausaha atau perdagangan dalam Islam yaitu mubah
atau boleh. Ajaran Islam secara tegas telah menghalalkan aktivitas
jual-beli atau perdagangan dan mengharamkan riba. Berwirausaha
akan dikatan haram apabila Dalam kegiatannya menyimpang dari
ajaran islam. Seperti adanya campur tangan dengan syaiton atau
dengan kata lain menyekutukan Allah SWT, adanya kecurangan,
terdapat riba serta hal lainnya yang tidak sesuai dengan islam
Berwirausaha Dengan
Metode Dimensi Vertikal
dan Dimensi Horizontal
Berwirausaha dengan metode
dimensi vertikal
Berwirausaha dengan metode dimensi vertikal sebagai wujud ketaatan kepada Allah SWT
(habluminallah). Dalam dimensi vertikal menggunakan tolak ukur HAQ-BATHIL. Dalam
dimensi ini pastikan tekad hati dalam berwirausaha semata-mata dilakukan karena Allah
dan melakukan kegiatan wirausaha bertujuan untuk beribadah pada Allah SWT. Sehingga
hasil yang diperoleh dalam berwirausaha akan dipergunakan kembali di jalan Allah dan akan
mempermudah jalan kita mendapatkan rezeki.
Berwirausaha dengan metode
dimensi horizontal
Berwirausaha dengan metode dimensi horizontal yang terkait pengabdian semua amal
sholeh atau perbuatan baik yang berhubungan dengan kehidupan antar sesama manusia
dan mahluk ciptaan Allah SWT (hablumminannas) Dalam dimensi horizontal menggunakan
tolak ukur BENAR-SALAH. Berwirausaha dengan metode dimensi horizontal berkaitan
tentang menjalin kerja sama yang harmonis dengan karyawan, pelanggan, serta
membangun relasi dengan lingkungan bisnis dan masyarakat.
Rukun dan Syarat
Berwirausaha Dalam Islam
Dalam wirausaha atau jual beli harus adanya aturan yang dilakukan, agar tidak
terjadi hal-hal yang melalaikan. Oleh karena itu, ada yang namanya rukun dalam
wirausaha yaitu :
1. ‘aqid (subjek jual beli), yaitu penjual dan pembeli
2. Ma’qud alaih (objek jual beli), yaitu barang dan harga dagangan.
3. Mahal al-‘aqdi (sighat), yaitu ijab dan qabul.
4. Maudhu ‘al-‘aqdi (tujuan jual beli), yaitu untuk memenuhi kebutuhan masing-
masing baik penjual maupun pembeli.
Adapun syarat jual beli dalam Islam seperti yang telah dikutip
dari buku Fiqh Muamalah oleh Drs. Harun, MH yaitu :

1. Penjual (subjek jual beli)


2. Barang (objek jual beli)
3. Harga (objek jual beli)
4. Ijab qabul (pernyataan jual beli)
Larangan Berwirausaha
Dalam Islam
1. Kesamaran (Jahalah)
2. Perjudian (Maisir)
3. Mengandung Unsur Riba
4. Penipuan atau Kecurangan (Gharar)
5. Penimbunan Barang (Ihtikar)
6. Bai’an Najsy (Rekayasa Permintaan)
S I T A N Y A JAWA
S E B
KESIMPULAN
Islam mengatur kehidupan manusia baik dibidang politik, budaya, keimanan dan
ekonomi serta membahas tentang wirausaha atau transaksi jual beli. Penerapan
hukum syariat Islam dalam berwirausaha dan bertransaksi senantiasa menjamin
kesuksesan dan kelanggengan usaha. Kewirausahaan dalam Islam sangat erat
kaitannya dengan hubungan dimensi horizontal, (hablumminannas) dan dimensi
vertikal (habluminallah) dimana kelak akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
Dalam berwirausaha juga terdapat harus adanya aturan yang dilakukan yang
dinamai dengan rukun dan syarat jual-beli, dengan demikian agar tidak terjadi
hal-hal yang melalaikan. Serta terdapat etika berwirausaha dalam Islam, yang
mencakup berbagai macam larangan dalam berwirausaha yang harus dihindari
sehingga tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain
T H A N K Y O U

Anda mungkin juga menyukai