Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

ETIKA BISNIS
“ETIKA BISNIS PRESPEKTIF ISLAM”

Dosen pengampu :
Dr. Yusno Abdullah Otta, M.Ag

Disusun Oleh :
Nur Amnah Arinda (20141081)
Maghfirah Salha Tubagus (20141072)

PRODI EKONOMI SYARIAH C


FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN }
MANADO
2022
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Islam tidak memandang aktivitas bisnis hanya dalam tataran kehidupan dunia sebab semua
aktivitas dapat bernilai ibadah jika dilandasi dengan aturan- aturan yang telah disyariatkan Allah SWT.
Dalam dimensi inilah konsep keseimbangan kehidupan manusia mestinya terjadi yakni menempatkan
aktivitas keduniaan dan keakhiratan dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan, termasuk dalam
kegiatan bisnis pun harus dilandasi dengan pendangan etis/etika yang menjadi dasar transaksional
antara pelaku bisnis dan customer guna mewujukan nilai ibadah dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Dalam pengertian ini, etika bisnis dapat diposisikan sebagai aturan-aturan mengenai perilaku seseorang
atau kelompok masyarakat yang dianggap sebagai perilaku baik yang menekan standar norma dan moral
dalam urusan bisnis agar tidak melakukan tindakan menyimpang, melanggar, dan merugikan orang lain
dalam berbisnis.

Secara aplikatif, etika bisnis dalam kerangkan teologis Islam pada prinsipnya menekankan
beberapa hal dinataranya; (1) Menghindari transaksi bisnis yang diharamkan agama Islam. Seorang
muslim harus komitmen dalam berinteraksi dengan hal-hal yang dihalalkan oleh Allah SWT, (2)
Menghindari cara memperoleh dan menggunakan harta secara tidak halal, (3) Persaingan yang tidak fair
sangat dicela oleh Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah: 188. (4)
Pemalsuan dan penipuan, Islam sangat melarang memalsu dan menipu karena dapat menyebabkan
kerugian, kezaliman, serta dapat menimbulkan permusuhan dan percekcokan. Sehingga adanya
implementasi nila etika dalam bisnis juga dapat menjauhkan diri dari kerugian dan ketidaknyamanan
antara pelaku bisnis dan masyarakat. Lebih dari itu, bisnis yang berdasarkan etika akan menjadikan
sistem perekonomian akan berjalan secara seimbang dunia dan akhirat dalam kehidupan sosial
masyarakat.

RUMUSAN MASALAH
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ETIKA BISNIS DALAM ISLAM

Dalam istilah awam, mempelajari etika bisnis memerlukan pembelajaran tentang prinsip-prinsip
moral dan apa yang benar dan salah dalam dunia bisnis. Etika manajemen dan etika organisasi kadang-
kadang disebutkan dalam studi etika bisnis. Pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi
dan bisnis dapat disebut sebagai etika bisnis. Di sini, moralitas mengacu pada hal-hal berikut: aspek
perilaku manusia yang baik atau buruk, terpuji atau tercela, benar atau salah, wajar atau tidak wajar,
dan pantas atau tidak pantas. 1

Etika adalah seperangkat aturan atau aturan yang diikuti orang dalam kehidupan. Ini adalah cabang
filsafat yang berbicara secara rasional dan kritis tentang moralitas atau norma. Akibatnya, etika dan
moral berbeda. Menurut Ravi, Nuruddin, dan Arfa (2012), etika adalah refleksi kritis dan penjelasan
rasional tentang apa yang baik atau buruk, sedangkan institusi dan nilai adalah norma. Menurut Jones
dan Pollitt (2000) dan Grace dan Cohen (2005), etika bisnis juga dapat dilihat sebagai kode etik untuk
pengambilan keputusan bisnis. Hal ini juga dapat dilihat sebagai kerangka untuk memenuhi harapan
masyarakat dari kegiatan bisnis.

B. PENERAPAN ETIKA BISNIS ISLAM

Menurut Wet dan Yusuf (2013), etika bisnis Islam menginstruksikan bahwa tingkat keuntungan yang
diperbolehkan harus sesuai dengan hukum nasional dan syariah yang berlaku, dan juga tidak boleh
mengakibatkan eksploitasi, gangguan fungsi pasar, atau kegiatan kriminal. Overpricing jelas dilarang
karena akan merugikan masyarakat.

Yusuf (1990) juga mengatakan hal serupa, yaitu bahwa moral dan etika bisnis Muslim terkait dengan
keyakinan, ibadah, dan kesuksesan ekonomi. Dalam Islam, kejujuran, kebenaran, penghormatan
terhadap hak, dan perilaku yang baik adalah hal yang paling penting. Menurut Qardhawi (2001), berikut
ini adalah persyaratan umum prinsip-prinsip etika bisnis Islam:

a) Akidah
kepercayaan dengan pasrah Allah Ta'ala, pebisnis akan selalu menjaga amalnya dari hal-hal
dilarang oleh syariah.
b) Siddiq
Sifat Siddiq mendorong rasa tanggung jawab bertanggung jawab atas semua tindakan dalam hal
muamalah.
c) Fathanah
Sifat fathanah ini mendorong kebijaksanaan berpikir dan bertindak sehingga keputusan yang
dihasilkan menunjukkan profesionalisme berbasis sikap akhlak seperti akhlak Nabi Muhammad.
d) Dapat dipercaya/jujur

1
Abd.ghafur, “ETIKA BISNIS DALAM PERSPEKTIF ISLAM Abd. Ghafur 1,” Iqtishodiyah: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis
Islam, no. 2 (2018): 1–21.
Hubungan bisnis berdasarkan kejujuran melahirkan kepercayaan mana yang paling dasar? dari
semua hubungan bisnis.

e) Tabligh
Kemampuan berkomunikasi dengan kata-kata tablig menunjukkan prosesnya menyampaikan
sesuatu kepada mempengaruhi orang lain melalui kata kata yang bagus.
f) Tidak melakukan praktik bisnis yang bertentangan dengan syariah, antara lain:
1) Produk dan layanan yang dijual secara ilegal
2) Gharar, Gharar adalah salah satu jual beli mengandung unsur penipuan karena dalam
akad terjadi transaksi dilakukan tidak jelas
3) Al-Gabn dan Tadlis Al-Gabn, al-gabn memiliki harga tetap yang secara signifikan lebih
tinggi atau lebih rendah dari rata-rata, sedangkan Tadlis adalah penipuan dengan
mmenyembunyikan kekurangan suatu barang yang akan dijual pada saat transaksi
berlangsung.
4) Jual beli riba atau fadlal riba, adalah kelebihan yang didapat dari pemindahan barang.
5) Ihtikar Ihtikar adalah menimbun barang dengan harapan dapat menaikkan harga di
kemudian hari.
6) Mengurangi timbangan / dosis dari suatu produk.

Sementara itu, Agustin (2017) menyatakan bahwa tiga kegiatan keuangan berikut harus berpegang pada
etika bisnis Islam:

1) Kegiatan mengumpulkan uang.


Musyarakah, murabahah, salam, istisna', ijarah, sharf, wadi'ah, qardhul hasan, wakalah, kafalah,
hiwalah, dan rahn adalah contoh penggunaan syariah yang tepat.
2) Tugas yang terkait dengan manajemen aset/pengelolaan aktiva
Mengingat prinsip bahwa “uang adalah alat tukar, bukan komoditas yang diperdagangkan”
dapat dilakukan baik secara langsung maupun melalui perantara seperti reksa dana syariah atau
bank.
3) Cara menggunakan uang. Harus digunakan untuk tindakan yang direkomendasikan seperti zakat,
infaq, shadaqah, dan wakaf, serta untuk tindakan yang diperbolehkan seperti membeli barang
konsumsi dan melakukan kegiatan rekreasi, antara lain.

Menurut Naqvi (1981), etika bisnis Islam menekankan bahwa etika harus memandu semua usaha
ekonomi, bukan sebaliknya. Menurut Lewis dan Algaoud (2001), dalam rangka meningkatkan pandangan
dunia Islam, prinsip moral dan spiritual etika bisnis harus dimasukkan ke dalam semua aspek operasi
bisnis. Menurut Haniffa dan Hudaib (2007), jasa keuangan Islam harus menjunjung tinggi prinsip-prinsip
etika bisnis Islam karena filsafat Islam perilaku etis mempromosikan keadilan sosial dan kesejahteraan
dan mencari keridhaan Tuhan. Menurut Obaidullah (2005), hukum syariah harus harus diikuti dalam
semua urusan bisnis berdasarkan prinsip-prinsip etika bisnis Islam.2

C. TUJUAN ETIKA BISNIS ISLAM

2
Afrida Putritama, “Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Industri,” Jurnal Nominal VII, no. 1 (2018): 1–20,
https://journal.uny.ac.id/index.php/nominal/article/view/19356.
Menurut kerangka filosofis etika Islam, tujuannya adalah untuk mencapai pemahaman bersama tentang
apa yang merupakan perilaku baik dan buruk bagi semua orang di semua waktu dan di semua tempat
(An-nabhani, 1996:52). Di sisi lain, mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan ini karena perbedaan
pandangan dari masing-masing kelompok di dunia mengenai standar normatif baik dan buruk. Masing-
masing unik dalam ukuran dan kriteria pemilihannya. Ajaran etika tidak berasal dari ajaran agama,
melainkan dari akal sebagai cabang filsafat. 3 Dalam hal ini, etika bisnis Islami memainkan peran penting
dalam proses menjalankan bisnis profesional. Dr. Shahata menyatakan bahwa etika bisnis Islam
memainkan peran penting dalam menyediakan pelaku bisnis dengan alat-alat berikut:

1.Menetapkan kode etik Islam yang dalam kerangka ajaran agama mengatur, mengembangkan, dan
menanamkan praktik bisnis.Selain itu, kode etik ini berfungsi sebagai petunjuk arah untuk menjaga
pelaku bisnis dari bahaya.

2.Kode ini dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk menentukan tanggung jawab pemilik usaha—
khususnya bagi dirinya sendiri—dalam hubungannya dengan masyarakat, dunia usaha, dan di atas
segalanya, Allah SWT.

3.Alih-alih harus diserahkan ke sistem peradilan, kode etik ini dipandang sebagai dokumen hukum yang
dapat menyelesaikan masalah.

4.Kode etik berpotensi membantu penyelesaian berbagai persoalan yang timbul antara pelaku bisnis
dengan masyarakat di mana mereka beroperasi.suatu hal yang dapat memupuk kerjasama dan
persaudaraan (ukhuwah) di antara mereka semua.4

D. ETIKA BISNIS ISLAM PADA MASA RASULULLAH SAW.

Jika kita cermati ciri-ciri etika bisnis Islami yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, kita dapat melihat
bahwa mayoritas pelaku usaha kecil di tiga lokasi ini telah mengikutinya. Banyak ajaran Rasulullah SAW
tentang etika bisnis yang mencakup sifat-sifat Nabi dalam berbisnis, seperti:

1) Bahwa kejujuran adalah prinsip bisnis yang paling penting. Menurut ajaran Islam, menjalankan bisnis
dengan cara yang jujur adalah persyaratan mendasar. Nabi sangat ngotot untuk mempromosikan
integritas dalam urusan bisnis. Beliau menyatakan pada tingkat ini, "Menurut H.R. Al -Quzwani, “Tidak
halal bagi seorang muslim menjual jual beli yang mengandung aib, kecuali dia menjelaskan aibnya.” “Jika
ada yang menipu kami, dia bukan anggota kelompok kami” (H.R. Muslim). Nabi sendiri selalu jujur.
Beliau melarang pedagang menaruh barang segar di atas barang busuk.

2) Kesadaran akan pentingnya usaha bisnis bagi masyarakat. Sebagaimana diajarkan oleh Adam Smith,
pendiri ekonomi kapitalis, para pebisnis dalam Islam tidak hanya terfokus pada mencari uang sebanyak-
banyaknya, tetapi mereka juga berorientasi pada sikap ta' awun, atau membantu orang lain, sebagai
konsekuensi sosial dari aktivitas mereka. Jika berbicara tentang hal itu, menjalankan bisnis bukan hanya
tentang menghasilkan uang, tetapi juga tentang membuat hidup orang lain lebih mudah dengan menjual
barang.

3
Aris Baidowi, “Etika Bisnis Islam Dalam Perspektif Islam,” Hukum Islam 9, no. 1412–3851 (2010): 239–50.
4
Wiwin Koni, “Etika Bisnis Dalam Ekonomi Islam,” Al-Buhuts 13, no. 2 (2017): 75–89,
https://doi.org/10.30603/ab.v13i2.896.
3) Tidak berbohong kepada siapapun. Nabi bersabda, “Dengan mengambil sumpah palsu, barang dijual,
tetapi hasilnya tidak berkah” dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari. Dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Zar, Rasulullah bersabda bahwa mereka yang bersumpah palsu dalam bisnis akan
mendapatkan hukuman yang berat, tetapi Allah tidak akan mempedulikannya di hari kiamat (H.R.
Muslim). Dalam aktivitas bisnis saat ini, sumpah palsu sering dilakukan karena dapat membujuk
pelanggan, yang dapat meningkatkan pembelian kekuasaan atau pemasaran. Namun, meskipun banyak
keuntungan, hasilnya tidak dianggap sebagai berkah.5

4) Amanah . Amanah adalah bentuk masdar dari amuna, ya'munu berarti dapat dipercaya. Ini juga
memiliki arti pesan, instruksi atau saran. Dalam konteks fikih, amanah berarti kepercayaan terhadap
seseorang dalam kepemilikan . Muhammad menggunakan etika ini dalam urusan bisnisnya sebagai
prinsip untuk menjalankan bisnisnya. Ketika Muhammad menjadi salah satu pegawai Khadijah, beliau
memberikan kepercayaan penuh untuk mengantarkan barang-barang Khadijah, dan Dijual di
suriah. Dia mengurus barang-barangnya selama perjalanan . Muhammad bersama Messala menjual
barang-barang tersebut berdasarkan informasi yang dia terima dari Khetticher . Untuk menjaga
keamanan barangnya di jalan, Muhammad berdagang dengan kafilah. Selama perjalanan , kafilah
merasa aman karena dikawal oleh tim keamanan atau dijamin oleh suku tertentu.

5) Menimbang dengan baik etika bisnis Muhammad dalam menjual barang harus seimbang Barang
Kering dapat ditukar dengan Barang Kering. Barang kering tidak dapat ditukar dengan barang basah
Selain itu, saat menimbang , timbangan tidak dapat dikurangi. Dalam transaksi tersebut, Muhammad
menghindari apa yang disebut muzabana dan muḥaqala Muzabana menjual kurma atau anggur segar
(basah) dan kurma atau kismis berdasarkan beratnya. Muzabana pada dasarnya menjual barang-
barang yang tidak diketahui jumlah, berat atau dimensinya, dan barang-barang yang diketahui
jumlah, berat atau ukurannya. Muḥaqala membeli dan menjual gandum yang belum dipanen , atau
menukar gandum yang belum dipanen dengan gandum giling, atau menyewa tanah untuk gandum. 6

E. KONSEP ETIKA BISNIS DALAM AL-QURAN

Dalam Al-Qur'an terdapat istilah-istilah perdagangan seperti al-tijarah, al-bai'u, tadayantum dan
isytara Selain istilah tersebut, ada istilah yang cocok untuk penggunaan komersial, seperti takulu, infaq,
al-ghard Kata tijarah berasal dari akar kata tajara , tajran wa tijaratan, yang berarti menukar, membeli
atau menjual. At-tijaratun walmutjar; perdagangan, perdagangan, attijariyy wal mutjariyy; Berkaitan
dengan perdagangan atau bisnis. Menurut ar-Raghib al-Asfahani dalam al-Mufradat fi gharib al-Quran,
at- tijarah berarti mengelola harta untuk mendapatkan keuntungan Juga menurut Ibnu Arabi yang
dikutip ar-Raghib; solanun tajirun bi kadza , artinya orang yang fasih dan mengetahui arah dan
tujuan Dalam upaya Al Quran, kata tijarah muncul delapan kali dan tijaratuhum satu kali Bentuk -
bentuk tijarah dapat ditemukan dalam Surat al - Baqarah ( 2): 282, an-Nisa (4): 29, at-Taubah (9): 24, an -
Nur (24): 37, Fatir(35):29,as-Shaff(61):10,dalamSuratal-Jum'ah(62):11(disebutkanduakali) Tijaratuhum
dalam Surat al-Baqarah (2): 16.

5
Fitri Amalia, “Etika Bisnis Islam : Konsep Dan,” Etika Bisnis Islam: Konsep Dan Implementasi Pada Pelaku Usaha
Kecil, no. 95 (2013): 116–25.
6
Muhammad Saifullah, “ETIKA BISNIS ISLAM DALAM PRAKTEK BISNIS RASULULLAH,” Journal of Chemical
Information and Modeling 53, no. 9Predicting the binding mode of flexible polypeptides to proteins is an important
task that falls outside the domain of applicability of most small molecule and protein− (2011): 1689–99.
Ada dua pengertian dari istilah di atas. Pertama, ini dipahami sebagai perdagangan khusus kedua,
pengertian umum tentang niaga atau niaga. Makna perdagangan dikaitkan dengan konteksnya
masing-masing Definisi perdagangan tidak hanya terkait dengan hal-hal yang bersifat material, bahkan
sebagian besar perdagangan lebih berfokus pada hal-hal yang bersifat immaterial. Kedua, menurut Al-
Qur'an, keuntungan bisnis tidak hanya materi, tetapi materi dan immateri (spiritual), bahkan
mengutamakan immateri atau hal-hal yang bermutu tinggi. Ketiga, bisnis tidak hanya berhubungan
dengan manusia, tetapi juga dengan Tuhan Istilah etika yang berhubungan langsung dengan Al-Qur'an
adalah akhlak/khuluq, yang berarti tabi'at , budi pekerti, kebiasaan, kesatriaan, keberanian

Anda mungkin juga menyukai