Anda di halaman 1dari 22

TUGAS

KOMPUTER DAN MASYARAKAT

DISUSUN OLEH:
Nama : Annisa Rahmi
No Bp : 21101152630052
Kelas : IF-2

Dosen pengampu :
Mardison, S.kom, M.kom

“Universitas Putra Indonesia “YPTK “


 Jurnal Bidang Industri
1. PENERAPAN ETIKA BISNIS ISLAM DALAM INDUSTRI PERBANKAN
SYARIAH

Afrida Putritama
NISSN 2303-2065
VOL. VII NOMOR 1 / TAHUN 2018
Jurnal Nominal

Etika bisnis Islam mengajarkan bahwa laba yang diperbolehkan harus sesuai
dengan hukum nasional maupun syariah yang berlaku, serta tingkat laba tidak
menjurus pada eksploitasi, gangguan fungsi pasar, dan kejahatan sehingga
penetapan harga yang berlebihan sehingga merugikan masyarakat jelas tidak
diperkenankan (Basah dan Yusuf, 2013). Yusuf (1990) juga menyatakan hal yang
serupa yaitu bahwa pencapaian ekonomi terkait dengan keyakinan, ibadah, juga
moral seorang muslim dan etika bisnis Islam yang utama adalah kejujuran,
kebenaran, pemenuhan hak, dan bertingkahlaku baik. Secara umum,
prinsip etika bisnis Islam menurut Qardhawi (2001) harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Akidah

Dengan adanya penyerahan diri kepada Allah Ta’ala maka pelaku bisnis akan
selalu menjaga perbuatannya dari hal-hal yang dilarang oleh syariah.
b. Shiddiq

Sifat shiddiq mendorong rasa tanggung jawab atas segala perbuatan dalam hal
muamalah.
c. Fathanah

Sifat fathanah ini mendorong kearifan berpikir dan bertindak sehingga


keputusan yang dihasilkan menunjukkan profesionalisme yang didasarkan sikap
akhlak seperti akhlak Rasulullah Saw.

d. Amanah/ jujur

Hubungan bisnis yang dilandasi kejujuran memunculkan kepercayaan yang


merupakan hal paling mendasar dari semua hubungan bisnis.
e. Tabligh

Kemampuan berkomunikasi dalam kata tabligh menunjukkan proses


menyampaikan sesuatu untuk mempengaruhi orang lain melalui perkataan
yang baik.
f. Tidak melakukan praktik bisnis yang bertentangan dengan syariah, antara
lain:

1) Produk dan jasa yang dijual haram


2) Gharar
Gharar adalah salah satu jual beli yang mengandung unsur penipuan
karena dalam akadnya transaksi yang dilakukan belum jelas.
3) Al-Gabn dan Tadlis
Al Gabn adalah harga yang ditetapkan jauh dari rata-rata yang ada baik lebih
rendah maupun lebih tinggi, sedangkan Tadlis adalah penipuan dengan
menutupi kecacatan sebuah barang yang akan dijual saat transaksi terjadi.
4) Riba
Riba jual beli yaitu riba fadlal adalah
kelebihan yang diperoleh dalam transaksi tukar-menukar barang.
5) Ihtikar
Ihtikar adalah menimbun barang dengan harapan mendapatkan harga
tinggi di kemudian hari.
6) Mengurangi timbangan atau takaran.
Sedangkan menurut Agustin (2017), ada tiga aktivitas keuangan yang harus
berlandaskan etika bisnis Islam yaitu:
a. Aktivitas perolehan dana. Harus memperhatikan cara-cara yang sesuai
dengan syariah seperti mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istisna’,
ijarah, sharf, wadi’ah, qardhul hasan, wakalah, kafalah, hiwalah, dan rahn.
b. Aktivitas pengelolaan aktiva.
Memperhatikan prinsip “uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang
diperdagangkan”, dapat dilakukan secara langsung atau melalui lembaga
intermediari seperti bnk syariah atau reksadana syariah.
c. Aktivitas penggunaan dana. Harus digunakan untuk hal-hal yang dianjurkan
seperti zakat, infaq, shadaqah, waqaf, dan untuk hal-hal yang tidak dilarang
seperti membeli barang konsumtif, rekreasi, dsb.
Etika bisnis Islam menegaskan bahwa segala kegiatan ekonomi harus tunduk
kepada etika, dan bukan sebaliknya (Naqvi, 1981). Lewis and Algaoud (2001)
menegaskan bahwa nilai-nilai etika bisnis Islam seharusnya tercermin dalam
segala aspek kegiatan bisnis sesuai nilai moralitas dan spiritualitas sehingga akan
meningkatkan pandangan hidup Islami. Haniffa dan Hudaib (2007)
menyatakan bahwa jasa keuangan syariah semestinya menjunjung tinggi nilai
etika bisnis Islam sebab memiliki filosofi bertingkahlaku etis dengan
mempromosikan keadilan dan kesejahteraan dalam masyarakat dan
mencari ridho Ilahi. Obaidullah (2005) menyatakan bahwa semua transaksi
bisnis yang berpedoman pada prinsip etika bisnis Islam harus sesuai dengan aturan
syariah.

2. ETIKA PESERTA DIDIK DALAM CYBER SYSTEM: SEBUAH TINJAUAN


ETIS ALKITABIAH PADA PEMBELAJARAN ERA PENDIDIKAN 4.0

1
Ayub Budhi Anggoro dan 2Aritya Gusmala Sari
ISSN 2656-2332
Vol 3, No 1, Maret 2021
Jurnal Gamaliel : Teologi Praktika

Perkembangan teknologi memungkinkan penggandaan data dengan


sangat mudah. Pertukaran informasi melalui komputer yang terkoneksi
dengan internet menjadi sangat cepat. Oleh sebab itu, pelanggaran etika dalam
pembelajaran cyber system dapat dilakukan dengan sangat mudah.
Pelanggaran etika yang umum terjadi dalam pembelajaran cyber system
adalah menyalin sebagian atau keseluruhan isi dari karya orang lain tanpa
menuliskan sumbernya, menyalin tugas dari sumber yang sama atau dari
peserta didik lainnya, mengunduh tulisan tanpa izin, membeli karya dari
orang lain yang menjual, menyontek saat evaluasi, mengakui ide, gambar, atau
rancangan orang lain, membiarkan karyanya disalin oleh orang lain, dan
mengerjakan tugas peserta didik lainnya.
Pelanggaran etika dalam pembelajaran cyber system yang telah
diuraikan di atas, dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu
plagiasi, pencurian, kecurangan, dan kompromi dengan kejahatan.

 Jurnal Bidang Perbankan

1. PRAKTIK FINANSIAL TEKNOLOGI ILEGAL DALAM BENTUK


PINJAMAN ONLINE DITINJAU DARI ETIKA BISNIS

Raden Ani Eko Wahyuni1, Bambang Eko Turisno2


ISSN 2656-6737
Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia

Finasial teknologi merupakan bagian dari penerapan teknologi informasi


di bidang keuangan. Meskipun tidak terdapat definisi yang baku, pada
dasarnya fintech adalah sebuah segmen dari dunia start-up yang memiliki
fokus untuk memaksimalkan penggunaan teknologi guna mengubah,
mempercepat atau mempertajam berbagai aspek dari layanan keuangan yang
tersedia saat ini. Penyelenggaraan Teknologi Finansial dikategorikan ke dalam:
sistem pembayaran; pendukung pasar; manajemen investasi dan manajemen
risiko; pinjaman, pembiayaan, dan penyediaan modal; dan jasa finansial lainnya
(Yuking, 2018).

Konsep etika bisnis terdapat aturan-aturan moral yang dibuat untuk


dipatuhi guna kelangsungan hidup suatu perusahaan agar dapat berjalan
dengan semestinya sesuai dengan yang telah diharapkan. Bisnis yang beretika
akan menjadi ciri karakter seorang wirausaha sejati yang selalu
mengedepankan nilai-nilai moral dan spiritual dalam bisnisnya. Pelanggaran
etika bisnis bisa terjadi pada setiap pelaku bisnis atau perusahaan. Dengan
alasan menghasilkan keuntungan yang maksimal dan produk yang
ditawarkan dapat diterima oleh masyarakat, pelaku bisnis kerap
menghalalkan segala cara. Pelaku bisnis dan perusahaan menengah ke
bawah yang dirugikan dalam pelanggaran etika bisnis tersebut karena
kurangnya kemampuan yng mereka miliki. Kegiatan bisnis yang baik bukan
saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik itu adalah selain bisnis
tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. (Sinaulan, 2016).

Kini masyarakat dengan mudah mendapatkan dana hanya dengan


memberikan data pribadinya. Kemudahan yang diberikan finansial teknologi
memunculkan resiko pelanggaran yang akan semakin tinggi apabila data
yang ada pada penguasaan penyedia jasa,dikelola oleh sistem yang tidak
mumpuni dan transparan (dengan penilaian yang mengacu pada
kriteria/standarisasi kelayakan dan transparansi yang disediakan oleh
komisi khusus) (Dewi, 2016).

2. PENGARUH PENGUNGKAPAN IDENTITAS ETIKA ISLAM TERHADAP


KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Nola Marka1, Vanica Serly2


ISSN 2656-3649
Vol. 2, No 2, Seri C, Mei 2020, Hal 2861-2872
Jurnal Eksplorasi Akuntansi

Kinerja keuangan bank adalah suatu gambaran tentang kondisi


keuangan pada bank dalam suatu periode, mencakup aspek menghimpun
dana dan menyalurkan dana. Laporan kinerja keuangan sangat bermanfaat
untuk kemajuan bank. Bank menggunakannya sebagai dasar penentuan
strategi perbankan untuk masa mendatang, Indikator penting yang
menjelaskan kinerja keuangan suatu bank adalah dengan menganalisa dan
mengukur profitabilitas dan likuiditas yang dihasilkan. Rasio profitabilitas
digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan
aset perusahaan (Suad dan Enny, 2012). Lebih lanjut, rasio likuiditas digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan
jangka pendek.
Rasio profitabilitas dalam penelitian ini adalah alat pengendali aset bank yang
mencakup rasio profitabilitas ekonomi yaitu return on equity (ROE) dan return
on investment (ROI). ROE dan ROI merupakan rasio profitabilitas yang
mempunyai fungsi mengukur tingkat kemampuan bank dalam menghasilkan
laba (Utami, 2019). Nilai profitabilitas yang tinggi menyatakan kondisi
suatu perusahaan yang semakin baik dalam memperoleh laba. Likuiditas pada
bank menggambarkan tersedia atau tidaknya dana dan informasi mengenai
sumber dana bank saat ini dan masa datang. Dalam penelitian ini, proksi dari
likuiditas adalah financing to deposit ratio (FDR). Semakin tinggi atau
semakin besar dana masyarakat yang dapat dihimpun oleh perbankan dan
disalurkan dalam bentuk pembiayaan secara tepat, efisien dan hati-hati maka
akan meningkatkan pendapatan perbankan. FDR pada bank syariah memiliki
fungsi intermediasi, apabila semakin baik pengelolaan fungsi intermediasi
suatu bank, maka akan meningkatkan profitabilitas pada tahun akan datang
(Riduwan 2017)

Pengungkapan identitas etika memiliki hubungan dengan prinsip


syariah yang diterapkan suatu perusahaan. Identitas etika berpengaruh
pada stakeholder dan kinerja keuangan. Perusahaan dengan identitas etika
yang sesuai standar akan mencapai tingkat kepuasan stakeholder yang semakin
besar, dan kemuadian dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan
(Sukardi dan Wijaya, 2013). Pengungkapan identitas etika Islam pada
perbankan syariah, diharapkan terjadinya perbaikan. Perbaikan tatanan
lembaga perbankan syariah di Indonesia dalam aspek budaya dan etika, serta
pengaturan, pengawasan dalam mengendalikan perusahaan pada aspek
keuangan, tata kelola kerja, peningkatan kinerja ekonomi dan keuangan juga
perbaikan citra.

Penelitian Haniffa dan Hudaib (2007) merumuskan delapan dimensi


identitas etika yang semestinya harus diungkapkan dalam laporan tahunan
perbankan Syariah. Diantara yaitu; pernyataan visi dan misi; informasi direksi
dan manajemen atas; produk dan jasa; zakat, sedekah dan qardh hassan;
komitmen terhadap karyawan; komitmen terhadap debitur; komitmen terhadap
masyarakat; informasi Dewan Pengawas Syariah (DPS). Pada penelitian Haniffa
dan Hudaib (2007), belum ada membahas mengenai hubungan
pengungkapan identitas etika yang ideal dengan kinerja keuangan perbankan
syariah, terutama pada masing-masing dimensi identitas etika.

 Jurnal Bidang Pendidikan


1. ETIKA DALAM PENDIDIKAN: KAJIAN ETIS TENTANG KRISIS MORAL
BERDAMPAK PADA PENDIDIKAN

Maidiantius Tanyid
ISSN 2407-4047
Vol. 12, No. 2, Oktober 2014
Jurnal Jaffray

Pada dasarnya etika pendidikan masing-masing memiliki pokok


pemahaman yang berbeda, yaitu etika menyangkut kebiasaan atau sikap baik
buruk seseorang sedangkan pendidikan menyangkut sebuah proses yang secara
terus-menerus berlangsung dalam kehidupan seseorang, yang mengacu pada
tujuan pendidikan itu sendiri, ingin menanamkan nilai-nilai yang baik, luhur,
pantas, benar dan indah untuk kehidupan manusia itu sendiri. H. A. R.
Tilaar mengatakan, “Suatu tindakan pendidikan atau lebih tepat lagi suatu
pertemuan pendidikan (pedagogical encounter) merupakan suatu tindakan
rasional etis. Hal ini membedakan manusia dengan binatang yang tindakan-
tindakannya berdasarkan insting dan bukan berdasarkan pertimbangan
rasional serta disadarkan pada etika. Manusia hidup untuk kebaikan dan oleh
sebab itu pertimbangan- pertimbangan etis ditunjukkan pada perbaikan
manusia sebagai makhluk yang baik. Ini yang disebut manusia sebagai
makhluk rasional etis.
Etika pendidikan berdasarkan pada sebuah kajian nyata bahwa
manusia harus melakukan sesuatu dalam tindakan yang beretika, termasuk di
dalamnya proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan. Proses
pendidikan harus dijalankan dengan etika yang baik dan benar, karena
pendidikan bukan saja berbicara dari sisi penanaman nilai yang baik melalui
pembelajaran tetapi juga berbicara dari sisi penerapan etika baik kepada
pendidik maupun peserta didik.
Salah satu pengertian pendidikan adalah proses transformasi budaya. Dalam
budaya konteks di Indonesia memiliki kandungan yang sangat kental tentang
etika dan moral yang sopan dan santun. Tilaar mengatakan, “Tindakan
manusia tidak terjadi dalam ruang yang hampa atau tanpa nilai. Tindakan
manusia selalu dalam satu wacana kebudayaan, yakni kebudayaan Indonesia.
Kebudayaan Indonesia yang sedang menjadi merupakan hasil karya dari
seluruh
masyarakat dan bangsa Indonesia.

Kemudian dalam kaitan etika pendidikan dan pembelajaran sebagai


proses dari pendidikan itu sendiri, tugas dosen adalah sebagai perencana,
pelaksana dan sebagai penilai keberhasilan belajar mahasiswa. Tugas tersebut
untuk membantu mahasiswa mendapatkan pengetahuan, kemahiran dan
keterampilan serta nilai dan sikap tertentu. Agar mahasiswa mempunyai nilai
dan sikap yang diharapkan, sesuai standar yang berlaku di masyarakat, dosen
atau pendidik harus melaksanakan tugasnya berdasarkan standar moral dan
etika yang baik dan benar. Dalam melaksanakan pendidikan, beretika yang baik
harus dipraktikkan oleh seorang pendidik, karena jika dikaitkan dengan
pemahaman Etika Pendidikan Kristen, maka seorang pengajar bukan saja
mampu mengajar dan berkualitas secara intelektual tetapi juga harus memiliki
kualitas rohani dan moral yang baik (1 Timotius 4:12).

2. ETIKA PENDIDIKAN KEDOKTERAN: KETELADANAN DALAM


PROFESIONALISME

Bernadetha Nadeak
ISSN 2620-3952
Volume 8, Nomor 2, Juli 2015: 123-129
Jurnal Dinamika Pendidikan

Para pendidik haruslah tetap menjadi pelajar, yaitu sebagai sarjana


mereka akan terus belajar kemudian secara serius dan berkelanjutan selalu
terhubung dengan dunia intelektual yang luas. Seorang pendidik dituntut
untuk selalu menambah dan memperbaharui pengetahuan dan
ketrampilannya agar pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya tidak
ketinggalan zaman. Hal ini karena yang dihadapi adalah peserta didik yang
sedang berkembang dengan segala dinamikanya yang memerlukan
pemahaman dan kearifan dalam bertindak dan menanganinya.Pengetahuan
dan ketrampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang
berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas
kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.

Dalam membimbing anak didik, Ki Hajar Dewantara mengemukakan


tiga kalimat yang terkenal yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun
karso, dan tut wuri handayani. Dari ketiga kalimat tersebut, etika pendidik
terhadap peserta didik tercermin.Pertama, pendidik hendaknya memberi
contoh yang baik bagi anak didiknya.Pengajar harus menjadi contoh nyata bagi
anak didiknya.Semua tingkah laku pengajar hendaknya jadi teladan. Menurut
Nurzaman, keteladanan seorang guru merupakan perwujudan realisasi
kegiatan belajar mengejar, serta menanamkan sikap kepercayaan terhadap
siswa. Kedua, pendidik harus dapat mempengaruhi dan mengendalikan anak
didiknya. Dalam hal ini, perilaku dan pribadi pengajar akan menjadi instrumen
ampuh untuk mengubah perilaku peserta didik. Ketiga, hendaknya pendidik
menghargai potensi yang ada dalam keberagaman siswa. Dalam keberagaman
itu maka pendidik harus bisa memberikan kesempatan kepada anak didiknya
untuk berkembang dan membantu mereka mengembangkan potensi yang
ada dalam diri mereka.
Prinsip manusia seutuhnya akan memandang manusia sebagai
kesatuan yang bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani. Pendidik dalam
mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau
perkembangan intelektualnya saja, tetapi juga harus memperhatikan
perkembangan pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, sosial maupun yang
lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan. Ini dimaksudkan agar peserta
didik pada akhirnya akan dapat menjadi manusia yang mampu menghadapi
tantangan-tantangan di masa depan. Untuk itulah pendidikan tentang etika
juga perlu ditanamkan kepada para peserta didik di sepanjang pendidikannya.
Secara khusus di lingkungan pendidikan kedokteran disimpulkan butir-butir
atribut yang harus dimiliki oleh seorang dosen dalam memelihara
profesionalismenya, yaitu: a) semangat terhadap bidangnya, b) komitmen
terhadap tugasnya untuk belajar dan mengajar, c) peka dan tanggap terhadap
kebutuhan pendidikan mahasiswa, d) mampu mengembangkan sifat dan nilai-
nilai profesionalisme yang diharapkan, e) memiliki pemahaman tentang
prinsip-prinsip pendidikan seperti yang diterapkan dalam kedokteran, e)
pemahaman terhadap metode penelitian, f) keterampilan dalam praktik
mengajar, g) kemauan mengembangkan diri sebagai pengajar dan dokter, h)
komitmen untuk memeriksa dan meninjau kembali pengajarannya, i)
kemampuan menggunakan penilaian formatif demi keuntungan
mahasiswanya, j) kemampuan melaksanakan telaah formal terhadap kemajuan
mahasiswa dan penampilan mereka sebagai dokter praktik

Penerapan profesionalisme di Lingkungan Fakultas Kedokteran


Universitas Kristen Indonesia adalah bahwa tiap para akademisi di Fakultas
Kedokteran UKI mampu mewujudkan penerpaan etika, dimana sedang
berperan sebagai pengajar, peneliti maupun klinisi.
Adapun penerapan prinsip etika dalam pendidikan kedokteran yang perlu
ditekankan adalah: a) bertanggungjawab terhadap bidang ilmu, b) toleran, dan
keadilan yang merata dalam bersikap dan bertindak, c) saling menghargai
sesama sejawat dan mahasiswa, d) penguasaan diri, e) pengembangan
profesi/standar mutu layanan, f) bertanggung jawab, g) terbuka (Open-
minded), h) jujur, i) memandang mahasiswa sebagai mitra, j) tidak
membedakan mahasiswa, k) menyadari peran dosen sebagai pengajar dan
pendidik, dan l) dapat menciptakan suasana akademik yang kondusif.

 Jurnal Bidang Bisnis


1. PERANAN ETIKA BISNIS DALAM PERUSAHAAN BISNIS

Aswand Hasoloan
ISSN : 1829-7463
No 57 (Juli 2018)
Jurnal Warta

Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis.
Untuk meraih keuntungan, yang sebagaimana terdapat dalam Pasal 22 yang
berbunyi “Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur
dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya persaingan usaha tidak sehat”. Pasal ini menjelaskan tentang Tender
adalah tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk
mengadakan barang-barang, atau untuk menyediakan jasa. Dan unsur dari
bersekongkol itu sendiri adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih, secara
terang-terangan maupun diam-diam melakukan tindakan penyesuaian dokumen
dengan peserta lainnya, membandingkan dokumen tender sebelum penyerahan,
menciptakan persaingan semu, menyetujui dan atau memfasilitasi terjadinya
persekongkolan, tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun mengetahui
atau sepatutnya mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk mengatur
dalam rangka memenangkan peserta tender tertentu, pemberian kesempatan
eksklusif oleh penyelenggara tender atau pihak terkait secara langsung maupun
tidak langsung kepada pelaku usaha yang mengikuti tender, dengan cara melawan
hukum. Hal diatas adalah pelanggaran yang akan diterima kepada perusahaan
yang tidak menerapkan etika didalam bisnisnya karena memiliki unsur
kecurangan. Hal lain yang menjadikan pelanggaran terhadap perusahaan yang
tidak menerapkan etika didalam bisnisnya adalah pegawai perusahaan yang
melakukan pelanggaran Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja (Code of Conduct)
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengenaan sanksi atas bentuk-bentuk
pelanggaran yang dilakukan oleh Komisaris dan Direksi, berpedoman pada
anggaran dasar perusahaan dan keputusan RUPS. Sedangkan pengenaan sanksi
terhadap pegawai perusahaan dilakukan sesuai dengan kesepakatan dalam
Peraturan Disiplin Pegawai (PDP) maupun aturan kepegawaian yang berlaku.
Pelaporan adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai tanpa
disertai dengan bukti-bukti pelanggaran dapat dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Dari contoh pelanggaran diatas kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa yang menjadikan perusahaan untuk menerapkan etika di dalam
bisnisnya bukanlah dari perusahaan itu sendiri melainkan adanya kejujuran dari
para pegawai yang bekerja di perusahaan tersebut sehingga dapat menciptakan
suasana kerja yang damai serta menjadikan perusahaan tersebut menjadi
perusahaan yang menerapkan etika didalam bisnisnya.

2. ETIKA BISNIS PERSPEKTIF ISLAM

Aris Baidowi
ISSN 1829-7382
Volume 9, Nomor 2, Desember 2011 (239-250)
Jurnal Hukum Islam (JHI)

Agar kegiatan bisnis yang kita lakukan dapat berjalan harmonis dan
menghasilkan kebaikan dalam kehidupan, maka kita harus menjadikan bisnis yang
kita lakukan terwarnai dengan nilai-nilai etika. Salah satu sumber rujukan etika
dalam bisnis adalah etika yang bersumber dari tokoh teladan agung manusia di
dunia, yaitu Rasulullah saw. Beliau telah memiliki banyak panduan etika
untuk praktek bisnis kita, yaitu sebagai berikut.
Pertama adalah kejujuran. Kejujuran merupakan syarat fundamental dalam
kegiatan bisnis. Rasulullah sangat intens menganjurkan kejujuran dalam
aktivitas bisnis. Dalam tataran ini, beliau bersabda "Tidak dibenarkan seorang
muslim menjual satu jualan yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan aibnya,"
(H.R. Al-Quzwani). "Siapa yang menipu kami, maka dia bukan kelompok kami,"
(H.R. Muslim). Rasulullah sendiri selalu bersikap jujur dalam berbisnis. Beliau
melarang para pedagang meletakkan barang busuk di sebelah bawah dan barang
baru di bagian atas.
Kedua, menolong atau memberi manfaat kepada orang lain, kesadaran
tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut Islam, tidak
hanya sekedar mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya, sebagaimana yang
diajarkan Bapak Ekonomi Kapitalis, Adam Smith, tetapi juga berorientasi kepada
sikap ta’awun (menolong orang lain) sebagai implikasi sosial kegiatan bisnis.
Tegasnya, berbisnis, bukan mencari untung material semata, tetapi didasari
kesadaran memberi kemudahan bagi orang lain dengan menjual barang.

Ketiga, tidak boleh menipu, takaran, ukuran, dan timbangan yang


benar. Dalam perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benar-benar
diutamakan. Firman Allah: "Celakalah bagi orang yang curang, yaitu orang yang
apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila
mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi" (QS
83:112).
Keempat, tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli
kepadanya. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Janganlah seseorang di antara
kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang
lain," (H.R. Muttafaq ‘alaih).
Kelima, tidak menimbun barang. Ihtikar ialah menimbun barang
(menumpuk dan menyimpan barang dalam masa tertentu, dengan tujuan agar
harganya suatu saat menja di naik dan keuntungan besar pun diperoleh).
Rasulullah melarang keras perilaku bisnis semacam itu.
Keenam, tidak melakukan monopoli. Salah satu keburukan sistem ekonomi
kapitalis ialah melegitimasi monopoli dan oligopoli. Contoh yang sederhana
adalah eksploitasi (penguasaan) individu tertentu atas hak milik sosial, seperti air,
udara, dan tanah serta kandungan isinya seperti barang tambang dan mineral.
Individu tersebut mengeruk keuntungan secara pribadi, tanpa memberi
kesempatan kepada orang lain. Hal ini dilarang dalam Islam.
Ketujuh, komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal,
bukan barang yang haram, seperti babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dan
sebagainya. Nabi Muhammad saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah
mengharamkan bisnis miras, bangkai, babi dan patung- patung," (H.R. Jabir).
Kedelapan, bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba. Firman Allah,
"Hai orang- orang yang beriman, tinggalkanlah sisa-sisa riba jika kamu
beriman," (QS. al-Baqarah::
278). Pelaku dan pemakan riba dinilai Allah sebagai orang yang kesetanan (QS. 2:
275).
Oleh karena itu, Allah dan Rasul-Nya mengumumkan perang terhadap riba.

Kesembilan, bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan. Firman


Allah, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan bisnis yang berlaku dengan
suka-sama suka di antara kamu," (QS. 4: 29).
Kesepuluh, membayar upah sebelum kering keringat karyawan. Nabi
Muhammad saw. bersabda, "Berikanlah upah kepada karyawan, sebelum kering
keringatnya." Hadis ini mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh
ditunda-tunda. Pembayaran upah harus sesuai dengan kerja yang dilakukan.
Berkenaan dengan hal itu, Islam sebagai ajaran yang universal memberikan
pedoman tentang kegiatan ekonomi berupa prinsip-prinsip dan asas-asas
muamalah. Juhaya S. Praja (2000) menyebutkan terdapat beberapa prinsip hukum
ekonomi Islam antara lain sebagai berikut.
1. Prinsip la yakun dawlatan bayn al-agniya, yakni prinsip hokum ekonomi
yang menghendaki pemerataan dalam pendistribusian harta kekayaan.
2. Prinsip ’antaradin, yakni pemindahan hak kepemilikan atas harta yang
dilakukan secara sukarela.
3. Prinsip tabadul al-manafi’, yakni pemindahan hak atas harta yang didasarkan
kepasa azas manfaat.
4. Prinsip takaful al-ijtima’, yakni pemindahan hak atas harta yang didasarkan
kepada kepentingan solidaritas sosial.
5. Prinsip haq al-lah wa hal al-adami, yakni hak pengelolaan harta kekayaan
yang didasarkan kepada kepentingan milik bersama, di mana individu maupun
kelompok dapat saling berbagi keuntungan serta diatur dalam suatu mekanisme
ketatanegaraan di bidang kebijakan ekonomi.

 Jurnal Bidang Hiburan

1. PENERAPAN ETIKA BISNIS ISLAM DI PASAR HIBURAN TAMAN KOTA


SANDIK KECAMATAN BATULAYAR KABUPATEN LOMBOK BARAT
Dedi Riswandi¹, Mashur².
ISSN : 2685-1016
Vol. 2 Nomor 2, November 2020
Jurnal Econetica

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,


dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa penerapan etika bisnis Islam dalam
transasksi jual beli di Pasar Hiburan Taman Kota Sandik Kec. Batulayar Kabupaten
Lombok Barat sebagai berikut:
1. Transaksi jual beli di Pasar Hiburan Taman Kota Sandik Kec. Batulayar
Kabupaten Lombok Barat belum menerapkan etika bisnis Islam
sepenuhnya. Karena pihak penjual masih melakukan diskriminasi kepada
pembeli dengan cara melakukan kebohongan bahkan penipuan tentang
kualitas dari produk yang dijual, selain itu juga beberapa penjual
memberikan informasi yang tidak valid tentang produk yang dijual. Pihak
penjual juga masih mementingkan keuntungan sendiri dengan tidak
memperhatikan hak pembeli tersebut. Sehingga sangat merugikan pembeli
apabila barang yang sudah dibeli tidak sesuai dengan kualitas yang
sebenarnya. Apabila terjadi ketidak sesuaian kualitas barang yang
diterima oleh pembeli, pihak penjual tidak menerima komplin dalam bentuk
apapun kecuali adanya tambahan biaya service. Sehingga dengan rasa
kecewa, pihak pembeli harus menerima barang tersebut meskipun barang
tersebut tidak sesuai dengan kualitas yang diinginkan oleh pembeli.
2. Berdasarkan hasil observasi dan kuesioner yang diperoleh dari para
pedagang dan pembeli di Pasar Hiburan Taman Kota Sandik Kec. Batulayar
Kabupaten Lombok Barat jika ditinjau dari prinsip-prinsip etika bisnis Islam
yang dijadikan tolak ukur, maka penerapan etika bisnis Islam di Pasar
Hiburan Taman Kota Sandik Kec. Batulayar Kabupaten Lombok Barat
belum diterapkan dengan baik oleh para pedagang. Hanya prinsip
kehendaak bebas yang sudah diterapkan dengan baik oleh para pedagang
dengan memperjual belikan barang atau produk sesuai keinginan mereka
dan tidak memaksakan para pembeli untuk membeli produk yang mereka
jual. Sementara Prinsip Kesatuan, keadilan, tanggung jawab dan prinsip
kebenaran belum diterapkan dengan baik oleh para pedagang. Hal ini
terlihat dari jawaban para pembeli dan berdasarkan hasil observasi yang
peneliti dapat, masih banyak para pedagang yang menawarkan barang
dagangan dengan kualitas yang tidak baik kepada para pembeli dengan cara
mengganti Spear Part aslinya dengan yang Second, selain itu pedagang di
Pasar Hiburan Taman Kota Sandik Kec. Batulayar Kabupaten Lombok Barat
belum menerapkan sifat kejujuran dalam melakukan transaksi jual beli
baik dari segi hal menawarkan barang berkualitas (asli dan tidaknya)
maupun dalam hal takaran dan timbangan.

1. ETIKA DALAM PROGRAM HIBURAN TELEVISI: ANALISIS PROGRAM


HIBURAN WAKTU INDONESIA BERCANDA NET TV

Azwar(1), Alifia Pradyanti(2), Nisfa Siti Elfianti Hidayah(3)


ISSN: 2614-6916
Vol. 1, No. 2, September 2018, 91-102
Journal of Digital Education, Communication, and Arts

Waktu Indonesia Bercanda Edisi 13 Februari 2018 Tema Centil

Waktu Indonesia Bercanda yang dipandu oleh Cak Lontong dan Fitri
Tropica kali ini melibatkan Bedu dan Peppy sebagai ketua tim dalam teka-teki sulit.
Kemudian Peppy dipasangkan dengan Reynold sebagai bintang tamu sekaligus
menjadi peserta, namun partner untuk Bedu belum didatangkan. Cak Lontong dan
Fitri Tropica kemudian memanggil Melody sebagai bintang tamu sekaligus menjadi
partner Bedu. Saat Melody keluar dan berdiri disamping Bedu, Bedu mengatakan
“pasangan gue kayak Melody, lo not balok” kepada Peppy yang saat itu
berpasangan dengan Reynold.
Pada permainan TTS (Teka-Teki Sulit), tim Peppy dan Reynold memilih 8
menurun yang berisi pertanyaan "buah bulat yang dijual di pasar", lalu tim Peppy
dan Reynold menjawab dengan "berat" dan ternyata jawabannya benar. Dalam
permainan Waktu Indonesia Bercanda, jika tim berhasil menjawab pertanyaan
dengan benar maka mereka akan mendapatkan reward kecil seperti makanan dan
minuman.
Ketika Peppy dan Reynold diberi reward oleh Fitri Tropica, Cak Lontong
berdiri di podium tim mereka yang di sebelahnya terdapat alat pemukul berdiri.
Peppy berbicara kepada Reynold agar bersulam sebagai tanda kemenangan dan Cak
Lontong berkata kepada Peppy "Hey kamu ngomong ke siapa Reynold kan di sini",
sambil menunjuk ke arah alat pemukul. Kata-kata tersebut ditujukan untuk Reynold
yang bermakna bahwa fisik Reynold yang berkepala plontos disamakan dengan alat
pemukul tersebut.
Peppy lalu berkata "dari tadi saya nahan-nahan loh pak" yang berarti bahwa
dia pun sebenarnya ingin meledek Reynold tetapi dia tahan agar tidak
menyinggung, tetapi Cak Lontong malah memulainya duluan. Sehingga mungkin
saja setelah ini akan ada ledekan terkait fisik lainnya.Ternyata benar, selanjutnya
Bedu berkata "makanya besok-besok kalo nyisir pake sisir lu dicakar sih nyisirnya".
Perkataan ini ditujukan untuk Reynold yang berkepala plontos dan dikarenakan dia
menyisir rambutnya dengan dicakar maka sekarang dia plontos.
Dari candaan para pemain serta pembawa acara saat itu, tanpa disadari
telah melanggar undang-undang penyiaran pasal 36 ayat (6) yang menyatakan, isi
siaran televisi dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan atau
mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia atau merusak hubungan
internasional. Namun memang tidak ada pelanggaran fisik secara langsung. Ucapan
tersebut memang bermaksud candaan saja, namun sayangnya meledek fisik orang
lain.
Candaan seperti itu apabila terus dilakukan dan ditayangkan kepada
masyarakat pun dapat berdampak negatif. Karena dari hal sekecil itu pun dapat
ditiru oleh penonton Waktu Indonesia Bercanda baik di rumah maupun di studio.
Terlebih lagi Waktu Indonesia Bercanda sendiri memiliki penonton dari berbagai
kalangan. Untuk teka-teki sulit sendiri memang tidak relevan dan tidak bernilai
edukasi, namun cukup menghibur untuk ditonton. Karena jawaban yang tidak
masuk akal dan didukung oleh lawakan-lawakan para pembawa acara serta bintang
tamu di dalamnya.
 Jurnal Bidang Pemerintah

1. Etika Kepemimpinan Politik Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Indonesia

1
Anang Setiawan, 2Erinda Alfiani Fauzi
ISSN 2720-9393
Volume 1 No 1 Desember 2019
Jurnal Pemerintahan dan Kebijakan

Dalam bahasa Indonesia “Etika” berarti “kesusilaan” yang terdiri dari


bahasa Sansekerta
“Su” yang berarti baik, dan “Sila” yang berarti norma atau dasar kehidupan. Etika
berkaitan dengan tingkah laku manusia untuk bertindak secara benar. Jadi etika
selalu condong pada perbuatan baik.

Secara etimologis etika berasal dari perkataan Yunani “Etos” yang berarti
adat atau watak (Hulaimi, 2017). Kata ini identik dengan asal kata moral dari
bahasa latin “Mos” (Jamaknya adalah Mores) yang juga berarti adat atau cara
hidup (Sagala, 2018). Jadi kedua kata tersebut ( etika dan Moral) menunjukkan cara
berbuat yang menjadi adat karena persetujuan atau praktek sekelompok manusia.
Dengan demikian etika dapat di artikan sebagai suatu sikap kesediaan jiwa
seseorang untuk senantiasa taat dan patuh kepada seperangkat peraturan-
peraturan kesusilaan. Etika dan moralitas secara teoritis berawal dari pada ilmu
pengetahuan (cognitive) bukan pada efektif. Moralitas berkaitan pula dengan jiwa
dan semangat kelompok masyarakat. Moral terjadi bila dikaitkan dengan
masyarakat, tidak ada moral bila tidak ada masyarakat dan seyogyanya tidak ada
masyarakat tanpa moral, dan berkaitan dengan kesadaran kolektif dalam
masyarakat.

Untuk mencari sistematika dalam etika pemerintahan sangat sulit karena


pemerintahan selalu berubah menurut power yang berkuasa. Pegangan yang
paling penting dalam etika pemerintahan ialah power dan authoritylotoritas
kekuasan. Dalam hal pemerintahan kita memerlukan etika. Karena permasalahan
pemerintahan menyangkut soal manusia. Ada dua unsur yang terlibat dalam soal
pemerintahan:

a. Unsur yang memerintah di sebut pemerintah b. Unsur yang di perintah di


sebut rakyat

Dalam etika pemerintah harus ada partisipasi yang intensif dengan


masyarakat. Harus di tanggapi segala keinginan-keinginan yang ada di
masyarakat. Memang untuk menstimulir partisipasi ini memang sulit karena
keinginan individu yang beraneka ragam. Dalam mengintensifkan partisipasi yang
fleksibel bagi pemerintahan adalah penting. Sebab yang di perhatikan bukan yang
memerintah tapi yang di perintah. Inti dari etika pemerintahan adalah penggunaan
kekuasaan (The Use of power).

Secara umum fungsi etika pemerintahan dalam praktek penyelenggaraan


pemerintahan ada
dua:

a) Sebagai suatu pedoman, referensi, acuan, penuntun, dalam pelaksanaan


tugas-tugas pemerintahan;
b) Sebagai acuan untuk menilai apakah keputusan dan/atau tindakan pejabat
pemerintahan itu baik atau buruk, terpuji atau tercela.

Etika mempersoalkan baik dan buruk dan bukan benar dan salah tentang
sikap, tindakan, dan perilaku manusia dalam berhubungan dengan sesamanya baik
dalam masyarakat maupun organisasi public atau bisnis, maka etika mempunyai
peran penting dalam praktek administrasi Negara. Etika diperlukan dalam
administrasi Negara. Etika dapat dijadikan pedoman, referensi, petunjuk tentang
apa yang harus dilakukan oleh administrasi negara dalam menjalankan kebijakan
politik, dan sekaligus dapat digunakan sebagai standar penilaian apakah perilaku
administrasi Negara dalam menjalankan kebijakan politik dapat dikatakan
baik atau buruk. Karena administrasi Negara bukan saja berkait dengan
masalah pelaksanaan kebijakan politik saja, tetapi juga berkait dengan masalah
manusia dan kemanusiaan.
Di dalam implementasinya etika pemerintahan itu meliputi etika yang
menyangkut individu sebagai anggota arganisasi pemerintahan, juga meliputi etika
organisasi pemerintahan serta etika profesi organisasi pemerintahan, yang
ketiganya dalam implementasinya bermuara pada nilai-nilai etis yang terkandung
baik pada peraturan perundangan, nilai-nilai agama, nilai-nilai social budaya, nilai-
nilai dalam asas penyelenggaraan pemerintahan dan nilai lainnya yang ada
kaitannya dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara
Isu tentang etika birokrasi di dalam pelayanan publik di Indonesia selama ini
kurang dibahas secara luas dan tuntas sebagaimana terdapat di negara maju,
meskipun telah disadari bahwa salah satu kelemahan dasar dalam pelayanan
publik di Indonesia adalah masalah moralitas. Etika sering dilihat sebagai elemen
yang kurang berkaitan dengan dunia pelayanan publik. Padahal, dalam literatur
tentang pelayanan publik dan administrasi publik, etika merupakan salah satu
elemen yang sangat menentukan kepuasan publik yang dilayani sekaligus
keberhasilan organisasi di dalam melaksanakan pelayanan publik itu sendiri.

Elemen ini harus diperhatikan dalam setiap fase pelayanan publik, mulai
dari penyusunan kebijakan pelayanan, desain struktur organisasi pelayanan,
sampai pada manajemen pelayanan untuk mencapai tujuan akhir dari
pelayanan tersebut. Dalam konteks ini, pusat perhatian ditujukan kepada aktor
yang terlibat dalam setiap fase, termasuk kepentingan aktor-aktor tersebut apakah
para aktor telah benar-benar mengutamakan kepentingan publik diatas
kepentingan- kepentingan yang lain. Misalnya, dengan menggunakan nilai-nilai
moral yang berlaku umum, seperti nilai kebenaran (truth), kebaikan (goodness),
kebebasan (liberty), kesetaraan (equality), dan keadilan (justice), kita dapat menilai
apakah para aktor tersebut jujur atau tidak dalam penyusunan kebijakan, adil atau
tidak adil dalam menempatkan orang dalam unit dan jabatan yang tersedia, dan
bohong atau tidak dalam melaporkan hasil manajemen pelayanan (Ismiyarto,
2016).

Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya


persoalan yang dihadapi oleh birokrasi, maka telah terjadi pula perkembangan di
dalam penyelenggaraan fungsi pelayanan publik, yang ditandai dengan adanya
pergeseran paradigma dari rule government yang lebih menekankan pada
aspek peraturan perundang-undangan yang berlaku menjadi paradigma
good governance yang tidak hanya berfokus pada kehendak atau kemauan
pemerintah semata, tetapi melibatkan seluruh komponen bangsa, baik birokrasinya
itu sendiri pihak swasta dan masyarakat (publik) secara keseluruhan.

1. PERAN ETIKA DALAM PELAYANAN PUBLIK SESUAI PEMBANGUNAN


DAERAH

Maria Yohana Nau, Agung Suprojo, Dody Setyawan


ISSN. 2442-6962
Vol. 1, No. 1 (2012)
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Peran Etika dalam Pelayanan Publik di Kecamatan Dau Malang


Secara umum tugas dan kewajiban pemerintahan adalah menciptakan
regulasi pelayanan publik, pengembangan sumber daya produktif, menciptakan
ketentraman dan ketertiban masyarakat, pelestarian nilainilai sosial kultural,
memperkuat persatuan kesatuan bangsa, pengembangan kehidupan d e m o k r
a s i , m e n c i p t a k a n k e a d i l a n , pelestarian lingkungan hidup, penerapan
dan p e n e g a k a n u n d a n g - u n d a n g d a n mengembangkan kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Untuk mewujudkan tugas-tugas tersebut tentunya membutuhkan suatu
pemerintahan yang bersih dan berwibawa dengan menerapkan nilai-nilai dan
normanorma atau etika yang dijunjung tinggi oleh bangsa. Etika-etika tersebut
dijadikan sebagai panduan atau pedoman dalam menjalankan tugas-tugas sebagai
abdi masyarakat yang dilandasi rasa saling menghargai dan menghormati dan
juga me ner a pka n nilai - nila i kes opa na n, menciptakan suasana yang
harmonis, tertib, teratur dan penuh damai.
Dengan modal tersebut diharapkan pemerintahan dapat berjalan s e
s u a i d e n g a n a m a n a t d a n a s p ir a s i masyarakat, baik di tingkat pusat
maupun tingkat pemerintahan daerah. Terkait dengan hal tersebut, kecamatan
memiliki peran yang penting dalam menunjang keberhasilan p e m e r i n t a h d a
e r a h o t o n o m k a r e n a merupakan ujung tombak pelayanan dan
pembinaan masyarakat seperti disebutkan dalam Undang-Undang No. 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 126 ayat (2) yang menyebutkan:

Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dipimpin oleh


camat yang dalam pe l ak s a n a a n t u g as ny a me m p e r o le h pelimpahan
sebagian wewenang bupati atau walikota untuk menangani urusan otonomi
daerah.
Jadi dapat dikatakan bahwa, semakin besar wewenang yang dilimpahkan
semakin besar tanggung jawab camat dalam mengemban tugasnya.
Kinerja Pelayanan yang ada di Kecamatan Dau: Kinerja Pelayanan di Bidang
Pemerintahan
(1) Pembinaan terhadap anggota satgas Linmas yang berada di desa dan
kelurahan agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya,
(2) Peningkatan dan perwujudan siskamling di tingkat desa, dusun atau
lingkungan sampai pada tingkat RT dan RW.
(3) Me ngadaka n patroli rutin ga bungan Muspika dan Dinas terkait serta
Desa dan
Kelurahan untuk melihat langsung aktivitas masyarakat dalam bersiskamling
(4) Mengadakan sosialisas iperaturan perundang- undangan di seluruh desa
dan kelurahan bersama dengan jajaran Muspika d a n D i n a s a ta u I n s t a n s i t e
rkait
(5) Mengadakan kegiatan operasidan penertiban antara lain, Operasi PKL,
Operasi WTS, Waria dan operasi pelajar serta operasi penyakit masyarakat
(PEKAT) bersama Muspika dan instansi terkait.

Anda mungkin juga menyukai