DISUSUN OLEH:
Nama : Annisa Rahmi
No Bp : 21101152630052
Kelas : IF-2
Dosen pengampu :
Mardison, S.kom, M.kom
Afrida Putritama
NISSN 2303-2065
VOL. VII NOMOR 1 / TAHUN 2018
Jurnal Nominal
Etika bisnis Islam mengajarkan bahwa laba yang diperbolehkan harus sesuai
dengan hukum nasional maupun syariah yang berlaku, serta tingkat laba tidak
menjurus pada eksploitasi, gangguan fungsi pasar, dan kejahatan sehingga
penetapan harga yang berlebihan sehingga merugikan masyarakat jelas tidak
diperkenankan (Basah dan Yusuf, 2013). Yusuf (1990) juga menyatakan hal yang
serupa yaitu bahwa pencapaian ekonomi terkait dengan keyakinan, ibadah, juga
moral seorang muslim dan etika bisnis Islam yang utama adalah kejujuran,
kebenaran, pemenuhan hak, dan bertingkahlaku baik. Secara umum,
prinsip etika bisnis Islam menurut Qardhawi (2001) harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Akidah
Dengan adanya penyerahan diri kepada Allah Ta’ala maka pelaku bisnis akan
selalu menjaga perbuatannya dari hal-hal yang dilarang oleh syariah.
b. Shiddiq
Sifat shiddiq mendorong rasa tanggung jawab atas segala perbuatan dalam hal
muamalah.
c. Fathanah
d. Amanah/ jujur
1
Ayub Budhi Anggoro dan 2Aritya Gusmala Sari
ISSN 2656-2332
Vol 3, No 1, Maret 2021
Jurnal Gamaliel : Teologi Praktika
Maidiantius Tanyid
ISSN 2407-4047
Vol. 12, No. 2, Oktober 2014
Jurnal Jaffray
Bernadetha Nadeak
ISSN 2620-3952
Volume 8, Nomor 2, Juli 2015: 123-129
Jurnal Dinamika Pendidikan
Aswand Hasoloan
ISSN : 1829-7463
No 57 (Juli 2018)
Jurnal Warta
Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis.
Untuk meraih keuntungan, yang sebagaimana terdapat dalam Pasal 22 yang
berbunyi “Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur
dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya persaingan usaha tidak sehat”. Pasal ini menjelaskan tentang Tender
adalah tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk
mengadakan barang-barang, atau untuk menyediakan jasa. Dan unsur dari
bersekongkol itu sendiri adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih, secara
terang-terangan maupun diam-diam melakukan tindakan penyesuaian dokumen
dengan peserta lainnya, membandingkan dokumen tender sebelum penyerahan,
menciptakan persaingan semu, menyetujui dan atau memfasilitasi terjadinya
persekongkolan, tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun mengetahui
atau sepatutnya mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk mengatur
dalam rangka memenangkan peserta tender tertentu, pemberian kesempatan
eksklusif oleh penyelenggara tender atau pihak terkait secara langsung maupun
tidak langsung kepada pelaku usaha yang mengikuti tender, dengan cara melawan
hukum. Hal diatas adalah pelanggaran yang akan diterima kepada perusahaan
yang tidak menerapkan etika didalam bisnisnya karena memiliki unsur
kecurangan. Hal lain yang menjadikan pelanggaran terhadap perusahaan yang
tidak menerapkan etika didalam bisnisnya adalah pegawai perusahaan yang
melakukan pelanggaran Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja (Code of Conduct)
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengenaan sanksi atas bentuk-bentuk
pelanggaran yang dilakukan oleh Komisaris dan Direksi, berpedoman pada
anggaran dasar perusahaan dan keputusan RUPS. Sedangkan pengenaan sanksi
terhadap pegawai perusahaan dilakukan sesuai dengan kesepakatan dalam
Peraturan Disiplin Pegawai (PDP) maupun aturan kepegawaian yang berlaku.
Pelaporan adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai tanpa
disertai dengan bukti-bukti pelanggaran dapat dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Dari contoh pelanggaran diatas kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa yang menjadikan perusahaan untuk menerapkan etika di dalam
bisnisnya bukanlah dari perusahaan itu sendiri melainkan adanya kejujuran dari
para pegawai yang bekerja di perusahaan tersebut sehingga dapat menciptakan
suasana kerja yang damai serta menjadikan perusahaan tersebut menjadi
perusahaan yang menerapkan etika didalam bisnisnya.
Aris Baidowi
ISSN 1829-7382
Volume 9, Nomor 2, Desember 2011 (239-250)
Jurnal Hukum Islam (JHI)
Agar kegiatan bisnis yang kita lakukan dapat berjalan harmonis dan
menghasilkan kebaikan dalam kehidupan, maka kita harus menjadikan bisnis yang
kita lakukan terwarnai dengan nilai-nilai etika. Salah satu sumber rujukan etika
dalam bisnis adalah etika yang bersumber dari tokoh teladan agung manusia di
dunia, yaitu Rasulullah saw. Beliau telah memiliki banyak panduan etika
untuk praktek bisnis kita, yaitu sebagai berikut.
Pertama adalah kejujuran. Kejujuran merupakan syarat fundamental dalam
kegiatan bisnis. Rasulullah sangat intens menganjurkan kejujuran dalam
aktivitas bisnis. Dalam tataran ini, beliau bersabda "Tidak dibenarkan seorang
muslim menjual satu jualan yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan aibnya,"
(H.R. Al-Quzwani). "Siapa yang menipu kami, maka dia bukan kelompok kami,"
(H.R. Muslim). Rasulullah sendiri selalu bersikap jujur dalam berbisnis. Beliau
melarang para pedagang meletakkan barang busuk di sebelah bawah dan barang
baru di bagian atas.
Kedua, menolong atau memberi manfaat kepada orang lain, kesadaran
tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut Islam, tidak
hanya sekedar mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya, sebagaimana yang
diajarkan Bapak Ekonomi Kapitalis, Adam Smith, tetapi juga berorientasi kepada
sikap ta’awun (menolong orang lain) sebagai implikasi sosial kegiatan bisnis.
Tegasnya, berbisnis, bukan mencari untung material semata, tetapi didasari
kesadaran memberi kemudahan bagi orang lain dengan menjual barang.
Waktu Indonesia Bercanda yang dipandu oleh Cak Lontong dan Fitri
Tropica kali ini melibatkan Bedu dan Peppy sebagai ketua tim dalam teka-teki sulit.
Kemudian Peppy dipasangkan dengan Reynold sebagai bintang tamu sekaligus
menjadi peserta, namun partner untuk Bedu belum didatangkan. Cak Lontong dan
Fitri Tropica kemudian memanggil Melody sebagai bintang tamu sekaligus menjadi
partner Bedu. Saat Melody keluar dan berdiri disamping Bedu, Bedu mengatakan
“pasangan gue kayak Melody, lo not balok” kepada Peppy yang saat itu
berpasangan dengan Reynold.
Pada permainan TTS (Teka-Teki Sulit), tim Peppy dan Reynold memilih 8
menurun yang berisi pertanyaan "buah bulat yang dijual di pasar", lalu tim Peppy
dan Reynold menjawab dengan "berat" dan ternyata jawabannya benar. Dalam
permainan Waktu Indonesia Bercanda, jika tim berhasil menjawab pertanyaan
dengan benar maka mereka akan mendapatkan reward kecil seperti makanan dan
minuman.
Ketika Peppy dan Reynold diberi reward oleh Fitri Tropica, Cak Lontong
berdiri di podium tim mereka yang di sebelahnya terdapat alat pemukul berdiri.
Peppy berbicara kepada Reynold agar bersulam sebagai tanda kemenangan dan Cak
Lontong berkata kepada Peppy "Hey kamu ngomong ke siapa Reynold kan di sini",
sambil menunjuk ke arah alat pemukul. Kata-kata tersebut ditujukan untuk Reynold
yang bermakna bahwa fisik Reynold yang berkepala plontos disamakan dengan alat
pemukul tersebut.
Peppy lalu berkata "dari tadi saya nahan-nahan loh pak" yang berarti bahwa
dia pun sebenarnya ingin meledek Reynold tetapi dia tahan agar tidak
menyinggung, tetapi Cak Lontong malah memulainya duluan. Sehingga mungkin
saja setelah ini akan ada ledekan terkait fisik lainnya.Ternyata benar, selanjutnya
Bedu berkata "makanya besok-besok kalo nyisir pake sisir lu dicakar sih nyisirnya".
Perkataan ini ditujukan untuk Reynold yang berkepala plontos dan dikarenakan dia
menyisir rambutnya dengan dicakar maka sekarang dia plontos.
Dari candaan para pemain serta pembawa acara saat itu, tanpa disadari
telah melanggar undang-undang penyiaran pasal 36 ayat (6) yang menyatakan, isi
siaran televisi dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan atau
mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia atau merusak hubungan
internasional. Namun memang tidak ada pelanggaran fisik secara langsung. Ucapan
tersebut memang bermaksud candaan saja, namun sayangnya meledek fisik orang
lain.
Candaan seperti itu apabila terus dilakukan dan ditayangkan kepada
masyarakat pun dapat berdampak negatif. Karena dari hal sekecil itu pun dapat
ditiru oleh penonton Waktu Indonesia Bercanda baik di rumah maupun di studio.
Terlebih lagi Waktu Indonesia Bercanda sendiri memiliki penonton dari berbagai
kalangan. Untuk teka-teki sulit sendiri memang tidak relevan dan tidak bernilai
edukasi, namun cukup menghibur untuk ditonton. Karena jawaban yang tidak
masuk akal dan didukung oleh lawakan-lawakan para pembawa acara serta bintang
tamu di dalamnya.
Jurnal Bidang Pemerintah
1
Anang Setiawan, 2Erinda Alfiani Fauzi
ISSN 2720-9393
Volume 1 No 1 Desember 2019
Jurnal Pemerintahan dan Kebijakan
Secara etimologis etika berasal dari perkataan Yunani “Etos” yang berarti
adat atau watak (Hulaimi, 2017). Kata ini identik dengan asal kata moral dari
bahasa latin “Mos” (Jamaknya adalah Mores) yang juga berarti adat atau cara
hidup (Sagala, 2018). Jadi kedua kata tersebut ( etika dan Moral) menunjukkan cara
berbuat yang menjadi adat karena persetujuan atau praktek sekelompok manusia.
Dengan demikian etika dapat di artikan sebagai suatu sikap kesediaan jiwa
seseorang untuk senantiasa taat dan patuh kepada seperangkat peraturan-
peraturan kesusilaan. Etika dan moralitas secara teoritis berawal dari pada ilmu
pengetahuan (cognitive) bukan pada efektif. Moralitas berkaitan pula dengan jiwa
dan semangat kelompok masyarakat. Moral terjadi bila dikaitkan dengan
masyarakat, tidak ada moral bila tidak ada masyarakat dan seyogyanya tidak ada
masyarakat tanpa moral, dan berkaitan dengan kesadaran kolektif dalam
masyarakat.
Etika mempersoalkan baik dan buruk dan bukan benar dan salah tentang
sikap, tindakan, dan perilaku manusia dalam berhubungan dengan sesamanya baik
dalam masyarakat maupun organisasi public atau bisnis, maka etika mempunyai
peran penting dalam praktek administrasi Negara. Etika diperlukan dalam
administrasi Negara. Etika dapat dijadikan pedoman, referensi, petunjuk tentang
apa yang harus dilakukan oleh administrasi negara dalam menjalankan kebijakan
politik, dan sekaligus dapat digunakan sebagai standar penilaian apakah perilaku
administrasi Negara dalam menjalankan kebijakan politik dapat dikatakan
baik atau buruk. Karena administrasi Negara bukan saja berkait dengan
masalah pelaksanaan kebijakan politik saja, tetapi juga berkait dengan masalah
manusia dan kemanusiaan.
Di dalam implementasinya etika pemerintahan itu meliputi etika yang
menyangkut individu sebagai anggota arganisasi pemerintahan, juga meliputi etika
organisasi pemerintahan serta etika profesi organisasi pemerintahan, yang
ketiganya dalam implementasinya bermuara pada nilai-nilai etis yang terkandung
baik pada peraturan perundangan, nilai-nilai agama, nilai-nilai social budaya, nilai-
nilai dalam asas penyelenggaraan pemerintahan dan nilai lainnya yang ada
kaitannya dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara
Isu tentang etika birokrasi di dalam pelayanan publik di Indonesia selama ini
kurang dibahas secara luas dan tuntas sebagaimana terdapat di negara maju,
meskipun telah disadari bahwa salah satu kelemahan dasar dalam pelayanan
publik di Indonesia adalah masalah moralitas. Etika sering dilihat sebagai elemen
yang kurang berkaitan dengan dunia pelayanan publik. Padahal, dalam literatur
tentang pelayanan publik dan administrasi publik, etika merupakan salah satu
elemen yang sangat menentukan kepuasan publik yang dilayani sekaligus
keberhasilan organisasi di dalam melaksanakan pelayanan publik itu sendiri.
Elemen ini harus diperhatikan dalam setiap fase pelayanan publik, mulai
dari penyusunan kebijakan pelayanan, desain struktur organisasi pelayanan,
sampai pada manajemen pelayanan untuk mencapai tujuan akhir dari
pelayanan tersebut. Dalam konteks ini, pusat perhatian ditujukan kepada aktor
yang terlibat dalam setiap fase, termasuk kepentingan aktor-aktor tersebut apakah
para aktor telah benar-benar mengutamakan kepentingan publik diatas
kepentingan- kepentingan yang lain. Misalnya, dengan menggunakan nilai-nilai
moral yang berlaku umum, seperti nilai kebenaran (truth), kebaikan (goodness),
kebebasan (liberty), kesetaraan (equality), dan keadilan (justice), kita dapat menilai
apakah para aktor tersebut jujur atau tidak dalam penyusunan kebijakan, adil atau
tidak adil dalam menempatkan orang dalam unit dan jabatan yang tersedia, dan
bohong atau tidak dalam melaporkan hasil manajemen pelayanan (Ismiyarto,
2016).