Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PRAKTIK BISNIS

“Praktek Bisnis Syariah Yang Diterapkan di Indonesia”

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK IV:

ADNAN AFFANDHI (C0218001)

DEWI SARTIKA (C0218006)

HIJRANA (CO218013)

NURHIDAYAH (C0218030)

MARYAM (C0218021)

SARMILA (C0218038)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah, Karena atas rahmat dan ridho-Nya
lah akhirnya tugas ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul
“Praktek Bisnis Berbasis Syariah yang diterapkan di Indonesia”.
Makalah ini dibuat guna memenuhi penilaian pada mata kuliah Praktik Bisnis. Dalam
penyusunannya, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis
merasa tidak mengalami masalah dalam menyelesaikannya.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang tekah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi yang
membacanya, Amin.

Majene, 19 Desember 2021

Kelompok 4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia bisnis yang semakin berkembang pesat tentunya tidak terlepas dari konsep
dankode etik atau etika dalam berbisnis itu sendiri. Para pelaku bisnis sendiri telah
menyadaripentingnya etika dan konsep dalam perilaku berbisnis. Selain sebagai bentuk dari
perilakuyang baik memahami konsep dan etika dalam berbisnis juga merupakan pencerminan
jiwamanusia itu sendiri.
Dunia bisnis akan memperoleh keberhasilan jika mereka dapat menjaga
keseimbangandirinya dan lingkungannya. Profit bukanlah semata-mata tujuan yang harus
selaludiutamakan. Dunia bisnis juga harus berfungsi social dan harus dioperasikan
denganmengindahkan etika-etika yang berlaku dimasyarakat. Para pengusaha juga harus
terhindardari upaya yang menyalahgunakan segala cara untuk mengejar keuntungan pribadi
tanpamemerhatikan akibat yang merugikan pihak lain, masyarakat luas, bahkan merugikan
bangsadan negara.
Dalam ajaran Islam, telah disebutkan bahwa perniagaan atau bisnis merupakan salah
satupintu rizki. Namun bagaimana etika dalam berbisnis dilihat dari sudut pandang ajaran
Islam.Tentunya sebagai agama yang kompleks, bisnis tidak terlepas dalam ajaran Islam. Etika
ataumoral dalam bisnis merupakan buah dari keimanan, keIslaman dan ketakwaan
yangdidasarkan pada keyakinan akan kebenaran Allah SWT. Islam diturunkan Allah
padahakekatnya adalah untuk memperbaiki akhlak dan etika yang baik
B. Rumusan Masalah
1) Apa definisi bisnis berbasis syariah?
2) Bagaimana perkembangan nilai-nilai (value) Syariah di Indonesia?
3) Apa saja jenis-jenis bisnis Syariah yang berkembanh di indonesia?
4) Apa saja kekuatan dan kelemahan atas praktek bisnis berbasis syariah di indonesia?
5) Apa saja contoh perusahaan berbasis Syariah yang sukses dan gagal di Indonesia?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui apa definisi bisnis berbasis Syariah
2) Untuk mengetahui bagaimana perkembangan nili-nilai (value) Syariah di Indonesia
3) Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis bisnis berbasis Syariah yang berkembang di
indonesia
4) Untuk mengetahui apa saja kekuatan dan kelemahan atas praktek bisnis berbasis
Syariah di indonesia
5) Untuk mengetahui apa saja contoh perusahaan berbasis syariah yang sukses dan gagal
di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi bisnis berbasis Syariah


Bisnis syariah adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli yang
berdasarkanhokum syariah atau system islam. Bisnis syriah sendiri berasal dari dua kata
yakni bisnis dansyariah. Bisnis merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli
atau berdagang.Sementara syariah berarti sumber jaklan yang lurus.
Sementara secara istilah artinya perundang-undangan yang diturunkan oleh Allah
SWTmelalui Rasulullah Nabi Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia baik yang
menyangkutmasalah ibadah, akhlak, makanan, minuman, pakaian maupun muamalah.
Kegiatan bisnissyariah bukan hanya kegiatan jual beli yang targetnya mendapatkan
keuntungan. Namun bisnisini lebih mengarah kepada hukum islam yang sesuai dengan Al-
Qur’an dan Hadis. Jadi bisnis inidibatasi oleh cara mendapatkan keuntungan dan
mengembangkannya dengan konsep halal danharam. Jika halal dijalankan namun jika haram
maka ditinggalkan. Sehingga bukan melulukeuntungan namun juga mendapatkan keridhoan
dari Allah.
B. Perkembangan nilai-nilai (value) Syariah di Indonesia
Pangsa ekonomi syariah terhadap perekonomian nasional terus meningkat meski di
tengah pelemahan ekonomi yang terimbas pandemi COVID-19. Data Bank Indonesia (BI)
mencatat kontribusi pangsa sektor prioritas rantai nilai halal atau halal value chain (HVC)
pada tahun 2016 hingga 2020 terhadap PDB masing-masing sebesar 24,30 persen, 24,61
persen, 24,77 persen, dan 24,86 persen. Pertumbuhan sektor HVC (yoy) di setiap tahun
tersebut pun selalu berada di atas pertumbuhan PDB. Bahkan ketika ekonomi nasional
terkontraksi minus 2,07 persen pada tahun 2020, sektor HVC menunjukkan kinerja lebih baik
dengan kontraksi sebesar minus 1,72 persen.
Sistem ekonomi syariah terbilang unik. Sistem tersebut mengajarkan nilai-nilai yang
juga sejalan dengan nilai kearifan lokal masyarakat Indonesia. Tak hanya itu, prinsip utama
keuangan syariah yang berbasis riil aset serta konsep bagi hasil terbukti dapat menjaga
kestabilan sistem keuangan nasional. Sementara tujuan utama ekonomi dan keuangan syariah
atau maqasid syariah yakni memfokuskan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan.
Saat ini, ekonomi syariah menjadi daya tarik baru dalam perekonomian global. Pada
2019, pengeluaran konsumen muslim dunia mencapai USD 2,02 triliun yang mencakup enam
sektor riil yakni makanan dan minuman, produk farmasi, kosmetik, fesyen, travel, media, dan
rekreasi. Tren populasi muslim global juga terus meningkat. Bahkan di tahun 2030 jumlah
penduduk muslim dunia diprediksi akan melebihi seperempat dari populasi global.
Suminto menjelaskan ada empat strategi utama untuk mengembangkan ekonomi dan
keuangan syariah Indonesia yaitu sebagai berikut:
 Pertama, penguatan rantai nilai halal antara lain melalui pembentukan halal hub
daerah, sertifikasi halal, pemberian insentif investasi, dan kerja sama internasional.
“Salah satu program yang tengah disiapkan pemerintah saat ini adalah percepatan
sertifikasi halal bagi UMKM,” ungkap Suminto.
 Kedua, penguatan industri keuangan syariah. Penguatan industri halal menurut
Suminto perlu didukung oleh industri keuangan syariah yang mampu menyediakan
pembiayaan memadai dan sesuai prinsip syariah. “Melalui merger tiga bank syariah
himbara menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI), industri keuangan syariah diharapkan
punya struktur modal yang lebih mapan,” tambahnya. Senada, Anwar menyampaikan
dibutuhkan inovasi produk keuangan syariah yang dapat menjawab kebutuhan usaha
syariah. “Masih terdapat gap antara kebutuhan usaha syariah dengan kapasitas
pembiayaan yang tersedia,” ungkap Anwar.
 Ketiga, penguatan UMKM sebagai penggerak utama rantai nilai halal. Upaya ini
dilakukan antara lain melalui edukasi dan literasi untuk usaha mikro, fasilitas
pembiayaan terintegrasi, dan penyusunan basis data UMKM.
 Keempat, penguatan ekonomi digital. “Ini mencakup pendirian halal marketplace dan
sistem pembiayaan syariah, inkubasi start-up HVC, dan pembangunan sistem
informasi terintegrasi untuk traceability produk halal,” kata Suminto. Suminto dan
Anwar juga menyatakan hal yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah
peningkatan literasi keuangan syariah. Ini diperlukan untuk mendukung
pengembangan ekonomi syariah menuju Indonesia yang mandiri, makmur, dan
madani, dengan menjadi pusat ekonomi syariah terkemuka di dunia.
C. Jenis-jenis bisnis Syariah yang berkembang di Indonesia
1) Perbankan Syariah
Bank Syariah merupakan salah satu jenis bisnis berbasis syariat yang belakangan ini
sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia. Berbeda dengan bank konvensional yang
menerapkan sistem bunga, bank syariat menggunakan sistem bagi hasil secara adil. Sistem
operasional dan produk yang ditawarkan juga dikembangkan berdasarkan nilai-nilai Islami
sesuai Al Quran dan hadist.
Bisnis perbankan ini menjalankan usaha dengan memberikan kredit, peredaran uang,
dan pilihan jasa perbankan lainnya sesuai dengan prinsip syariat Islam. Salah satu lembaga
keuangan syariat yang halal dan terpercaya yaitu Amartha.com dengan pilihan produk,
seperti investasi syariah, pinjaman syariah, dan lain sebagainya.
2) Pegadaian Syariah
Ar-Rahn atau gadai merupakan suatu kegiatan menahan harta yang dimiliki oleh
peminjam dan dijadikan sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Benda-benda yang
menjadi jaminan gadai juga harus memiliki nilai ekonomis, misalnya perhiasan emas, barang-
barang elektronik, kendaraan bermotor, dan surat-surat berharga (saham, obligasi, dan lain-
lain).
3) BMT
BMT (Baitul mal wa tamwil) merupakan lembaga keuangan mikro yang bertujuan
membantu, membela kepentingan, dan mengangkat martabat kaum fakir miskin dengan
menerapkan prinsip bagi hasil. Kegiatan yang dilakukan oleh BMT bertujuan membantu
pertumbuhan dan perkembangan usaha mikro dan kecil.
D. Kekuatan dan kelemahan atas praktek bisnis berbasis Syariah di Indonesia
Adapun kekuatan atas praktik bisnis berbasis Syariah di Indonesia yaitu sebagai berikut:
1) Kesesuaian dalam prinsip syariah
Kelahiran bank syariah memberikan pemecahan masalah terhadap masyarakat,
khususnya masyarakat yang religius untuk menghindari riba berupa bunga bank. Selain itu
dengan kehadiran bank syariah telah menghilangkan kekhawatiran masyarakat dengan
kondisi kedaruratan dimana umat muslim menabung di bank konvensional. Namun terdapat
suatu kondisi yang menyebabkan masyarakat muslim terpaksa memiliki rekening ganda di
bank konvensional dan bank syariah, hal tersebut masih diperkenankan. Produk perbankan
syariah, baik produk penghimpunan dana maupun produk penyaluran dana, dan akad
muamalah sesuai dengan prinsip syariah. Akad pada bank syariah adalah terintegrasi, baik
antara pihak bank dan nasabah penabung maupun dengan nasabah peminjam, sehingga
apabila bagi hasil yang diberikan dari nasabah peminjam kecil, bagi hasil yang diberikan pun
akan kecil pula.
Pola pengawasan pada bank syariah terdiri dari dua pengawasan, yaitu pengawasan
kinerja pengelolaan bank syariah, seperti aspek manajemen, dilakukan oleh dewan komisaris
dan pengawasan pelaksanaan aturan syariat, dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS).
Selain itu, produk yang akan dikeluarkan pun harus memperoleh fatwa dari Dewan Syariah
Nasional (DSN) MUI sehingga seluruh akad produk dan penyaluran di bank syariah sesuai
dengan prinsip syariat.
2) Sistem adil dan menentramkan
Sistem perbankan syariah lebih adil, baik dari segi penabung maupun peminjam,
karena nasabah tidak perlu takut seperti pada krisis 1997, dimana banyak pengusaha yang
bangkrut karena tidak bisa membayar bunga kredit bank yang tidak perduli keadaan
perusahaan peminjam. Bank syariah menjalankan aktivitasnya berdasarkan pada sektor real
dan bagi hasil, dimana apabila bagi hasil yang diberikan oleh peminjam besar, besar pula bagi
hasil yang diberikan sehingga sistem ini lebih adil dan menentramkan penabung. Sistem bagi
hasil juga memperhatikan kondisi perusahaan, dimana jika pendapatan usaha meningkat,
hasil yang diberikanpun meningkat, begitupun sebaliknya. Pola kemitraan yang tercipta
memberikan keadilan dan ketentraman, berbeda dengan bank konvensional dimana pola
kemitraan yang tercipta berupa debitur-kreditur.
3) Tahan krisis
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 merupakan inflasi besar-besaran
yang mengakibatkan nilai tukar rupiah mengalami depresiasi kepercayaan investor terhadap
rupiah berkurang. Peristiwa ini merupakan konsekuensi dari lepasnya keterkaitan antara
sektor moneter dan real, dimana uang tidak hanya sebagai alat tukar, tetapi menjadi
komoditas. Hal ini berbeda pada sistem syariah, dimana uang hanya sebagai alat tukar dan
bukan sebagai komoditas sehingga uang tidak akan menghasilkan nilai tambah kecuali
dikonversi menjadi barang atau jasa. Karena itulah, perbankan syariah mampu melewati
krisis ekonomi yang terjadi karena transaksi keunagan dilatarbelakangi oleh sektor real,
bukan moneter. Keadaan ini melahirkan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang
Perbankan yang mengakui sistem perbankan syariah di Indonesia.
4) Mempunyai payung hukum perundang-undangan
Kendala dalam mengembangkan bank syariah karena tidak memiliki hukum yang
mengatur perbankan syariah secara khusus. Namun, sejak lahirnya Undang-Undang No. 21
tahun 2008, perbankan syariah memiliki peraturan perundang-undangan sebagai payung
hukum melaksanakan kegiatannya. Proses awal dimulai dari Undang-Undang No. 7 tahun
1992 yang mengakui bank dengan prinsip bagi hasil. Pada saat itu, perkembangan perbankan
syariah sangat lambat. Selanjutnya, muncullah bank syariah pertama, yaitu Bank Muamalat
Indonesia yang tahan terhadap krisis ekonomi sehingga sistem perbankan syariah diakui
dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998. Pada saat itu, sistem perbankan syariah terus
berkembang. Kekhawatiran muncul karena tidak adanya undang-undang khusus yang
mengatur perbankan syariah, sehingga lahirlah Undang-Undang No. 21 tahun 2008 sebagai
bentuk akomodasi sistem perbankan syariah.
Selain memiliki kekuatan, praktik bisnis berbasis Syariah juga memiliki kelemahan,
diantaranya:
1) Jaringan kantor dan ATM yang masih rendah dan belum merata
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia, preferensi masyarakat terhadap
bank syariah sangat tinggi. Namun, banyak yang mengeluhkan kualitas pelayanan, termasuk
rendahnya keterjangkauan jaringan. Kelemahan tersebut dapat diatasi dengan office
channeling, yaitu konter layanan syariah di bank konvensional yang memiliki unit usaha
syariah. Cara tersebut dinilai efektif dalam meningkatkan kualitas pelayanan, terutama bagi
masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam hal jaringan.
Bank umum syariah juga mengambil kebijakan bekerjasama dengan bank
konvensional atau instansi lain dalam rangka memperluas pasarnya, seperti yang dilakukan
oleh Bank Muamalat Indonesia yang bekerja sama dengan PT Pos Indonesia untuk
memasarkan shar-e, sehingga memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi di seluruh
Indonesia. Selain itu, Bank Muamalat Indonesia juga bekerja sama dengan Bank BCA,
sehingga kartu shar-e dapat digunakan di ATM Bank BCA.
2) Loyalitas nasabah
Nasabah pengguna bank syariah dibagi menjadi dua bagian, yaitu nasabah yang loyal
dan nasabah yang tidak loyal. Nasabah loyal (nasabah emosional) merupakan nasabah yang
menggunakan bank syariah berdasarkan aturan syariat yang digunakan sehingga tidak
mempermasalahkan besar persentase bagi hasil yang diberikan bank syariah. Nasabah tidak
loyal (nasabah rasional) merupakan nasabah yang masih memperhitungkan antara persentase
bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah dengan tingkat suku bunga di bank konvensional,
sehingga apabila tingkat suku bunga di bank konvensional lebih besar, ia bisa pindah
menggunakan bank konvensional. Terdapat dikotomi antara nasabah emosial dan nasabah
rasional, yaitu nasabah yang emosial merupakan nasabah yang rasional karena
memperhitungkan dalam jangka waktu panjang, bukan hanya pendek, sedangkan nasabah
rasional merupakan nasabah yang emosial karena hanya mengejar keuntungan jangka
pendek.
Selain itu, masyarakat masih belum memahami perbedaan antara perbankan syariah
dan perbankan konvensional yang menyebab masyarakat cenderung memilih bank
konvensional. Bank syariah perlu melakukan melakuakn terobosan dalam menjelaskan
kelebihannya kepada nasabah yang berujung pada meningkatnya loyalitas nasabah kepada
bank syariah.
3) Minimnya dana pemasaran dan promosi
Minimnya pendanaan pemasaran pada bank syariah menyebabkan banyaknya
masyarakat yang tidak mengerti cara untuk mengakses layanan perbankan syariah serta
kurangnya promosi yang dilakukan. Hal ini masih kalah dibandingkan dengan bank
konvensional dimana pendanaan pemasaran lebih besar, sehingga gaung perbankan syariah
kalah dengan bank konvensional.
Berdasarkan hal tersebut, bank syariah dituntut untuk mengembangkan usahanya,
baik dalam sosialisasi, instrumen, produk, pelayanan, dan kegiatan sosial agar memunculkan
sentiment positif, yaitu dengan cara merancang strategi promosi yang memadai agar
masyarakat mengetahui tentang perbankan syariah. Hal ini dapat dilakukan dengan bekerja
sama dengan seluruh bank syariah melalui logo iB (Islamic Banking) oleh Bank Indonesia
sehingga memperkuat branding perbankan syariah di Indonesia serta sebagai nama produk
agar lebih sederhana dan mudah diingat oleh masyarakat, seperti pada tabungan mudharabah
dan tabungan wadiah.
4) Minimnya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat
Bank syariah tidak bisa dipandang sebelah mata lagi karena telah terbukti tahan krisis
sebagai solusi ketahanan ekonomi nasional serta sebagai pelaksanaan kewajiban syariat
Islam. Namun, kurangnya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat menyebabkan
masyarakat tidak mengerti secara signifikan perbedaan antara bank syariah dengan bank
konvensional sehingga masyarakat lebih banyak menggunakan bank konvensional.
Untuk itu, diperlukan sosialisasi dan edukasi perbankan syariah agar lebih luas,
seperti mendekati tokoh formal dan informal di suatu daerah yang memiliki massa dan
pemberian edukasi di lingkungan kampus. Pemberian edukasi di lingkungan kampus
merupakan strategi penting, karena mahasiswa merupakan pemimpin di masa depan sehingga
mampu meneruskan perjuangan perbankan syariah.
5) Keterbatasan teknologi dan produk
Kelemahan lain perbankan syariah adalah keterbatan teknologi yang menyebabkan
perbankan syariah kurang diminati serta produk yang ditawarkan belum dapat diakomodasi
oleh perbankan syariah. Memang tidak adil jika dibandingkan dengan bank konvensional
yang telah lama berdiri, namun perbankan syariah diharapkan mampu dalam memenuhi
kebutuhan nasabah, baik dari segi teknologi, produk, maupun kesesuaian dengan prinsip yang
digunakan. Hal tersebut dapat dilakukan jika praktisi maupun akademisi memberikan
perhatian lebih yang didasarkan pada rasa optimisme.
6) Minimnya sumber daya manusia
Bank syariah kekurangan sumber daya manusia yang menguasai aspek fiqih tentang
perbankan syariah dan pengetahuan manajemen perbankan. Hal ini terlihat dari sibuknya
bank syariah pada jargon how to Islamize our banking system dan melupakan how to
Islamize the people involved in the banking industry, karena kesadaran terhadap prinsip-
prinsip syariah belum sepenuhnya dimengerti. Permasalahan ini dapat dipecahkan melalui
pendidikan perbankan syariah melalui kurikulum sekolah dasar hingga sekolah menengah
akhir serta perguruan tinggi, khususnya pendidikan berbasis ekonomi syariah. Selain itu,
internal perbankan syariah juga memberikan edukasi dan pelatihan kepada karyawan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang perbankan syariah itu sendiri. Penyiapan terhadap sumber
daya manusia di bidang keuangan, khususnya di bidang perbankan syariah membutuhkan
kerjasama dari berbagai pihak.
E. Contoh perusahaan berbasis Syariah yang sukses dan gagal di Indonesia
Adapun beberapa contoh bisnis berbasis Syariah yang sukses yaitu sebagai berikut:
1. Berbisnis Pakaian Dan Aksesoris Muslim
Contoh yang pertama adalah berbisnis pakaian dan aksesoris muslim. Ide bisnis ini
dapat kamu jadikan masukan. Berbicara tentang pakaian, lebih aman karena tidak ada tanggal
kadaluarsa. Tidak seperti makanan yang rawan akan kadaluarsa. Permintaan penggunaan baju
pun sampai saat ini masih banyak dilirik. Apalagi pakaian tersebut memiliki model gaya yang
update, simpel, elegan dan unik. Pakaian wanita salah satu peluang bisnis syariah yang cukup
besar. Selain menjual pakaian wanita syar’i jangan lupa untuk melampirkan aksesoris
lainnya. Misalnya gelang, kalung, anting-anting atau ikat pinggang. Aksesoris seperti tas
kecil unik lucu juga bisa loh. Sebenarnya ada banyak pilihan yang bisa kamu jalankan untuk
bisnis kamu.
2. Kosmetika Halal
Sekarang banyak sekali produk kecantikan dan kosmetik bertebaran di media sosial.
Ada yang halal ada pula yang tidak memiliki ijin halal. Nah, buat kamu yang memiliki
passion di bidang kecantikan dan memiliki produk kosmetik halal, bisa menjualnya. Sekarang
kosmetik tidak sekedar menarik bagi kaum hawa. Menarik pula untuk kaum adam lo. Bentuk
kosmetik tidak melulu berbentuk bedak, pelembab wajah atau parfum. Termasuk juga
deodorant dan dan pelembab wajah khusus cowok sekarang mulai bermunculan.
3. UMKM Makanan Dan Minuman
Jika menjalankan bisnis berbasis syariah di bidang kosmetika dan pakaian terlalu
besar. Kamu bisa mencoba menjalankan bisnis UMKM Makanan dan minuman. Tentu saja
ini lebih memungkinkan bagi pebisnis yang masih pemula. Dari segi modal pun
memungkinkan bisa direalisasikan. Apalagi buat kamu yang memiliki keterampilan memasak
dan membuat cemilan, maka usaha dibidang makanan dan minuman sangat terbuka lebar.
Cukup memoles sedikit terkait strategi marketing, semuanya akan lancar.
4. Biro Haji Dan Umroh
Biro haji dan umroh juga menjadi salah satu yang bisa dijadikan contoh. Mayoritas
keyakinan di Indonesia muslim, mendorong kesadaran pentingnya naik haji. Hal ini dapat
dilihat dari animo masyarakat yang mencari biro haji dan umroh untuk keberangkatan haji
mereka.
Adapun contoh perusahaan yang gagal adalah PT Bank Mualamat Indonesia.
Kalangan pengamat pasar modal menilai permasalahan yang dialami PT Bank Mualamat
Indonesia Tbk timbul karena kesalahan dalam menjalankan strategi bisnis perusahaan. Bank
Muamalat dinilai terlalu fokus pada pendanaan korporasi yang mengakibatkan pembiayaan
bermasalah (non performing financing/NPF) bank syariah pertama di Indonesia tersebut
meningkat tajam. Senior Vice President Royal Investium Sekuritas Janson Nasrial
menjelaskan kesalahan strategi tersebut disebabkan oleh kesalahan pemilihan strategi bisnis.
Harusnya Muamalat lebih fokus ke ritel bukan korporasi. Indonesia mayoritas atau
hampir 90% penduduknya Muslim, strategi bisnisnya harusnya ke sana. Jadi dari awal sudah
salah strategi," kata Janson, saat berbincang dalam program Squawk Box di CNBC
Indonesia, Jumat (15/11/2019).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bisnis Syariah merupakan Serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya
(yang tidak di batasi),Namun di batasi dalam cara perolehan dan pendayaan hartanya (ada
aturan halal dan haram). Dalam arti,Pelaksanaan bisnis harus tetap berpegang pada ketentuan
syariat (aturan-aturan dalam Al-Quran Dan Al-Hadits ). Dengan demikian syariat merupakan
nilai utama yang menjadi paling strategis maupun taktis bagi pelaku kegaiatan ekonomi
(bisnis). Bisnis syariah mempunyai 4 tujuan yaitu: Profit, Pertumbuhan, Keberlangsungan,
dan Keberkahan dari Allah SWT.
Dalam menjalankan transaksi bisnis, dalam bisnis syariah terdapat model-model
bisnis di antaranya: Pegadaian, Asuransi, Perbankan, BMT, Pasar Modal. Di mana kesemua
model-model bisnis itu berbasis syariah.
B. Saran
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini, masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan sekiranya pembaca memberikan saran dan kritik
mengenai kesalahan- kesalahan yang ada, demi kesempurnaan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai