Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEREKONOMIAN NASIONAL DAN INTERASIOANAL

“Sistem Keuangan Internasioanal”

OLEH :
KELOMPOK 6

DEWI SARTIKA (C0218006)


FITRAWATI (C0218008)
NURUL KASVIA (C0218032)
RAFLI (C0218033)
NURHIDAYAH (C0218030)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah , karena atas rahmat dan ridho-
Nya lah akhirnya tugas ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
berjudul, “Sistem keuangan internasional”.

Makalah ini dibuat guna memenuhi penilaian pada mata kuliah Perekonomian
nasional dan internasional. Dalam penyusunannya, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga penulis merasa tidak mengalami masalah dalam menyelesaikannya.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang tekah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi yang
membacanya, Amin.

Penulis,

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………….. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH............................................................ 1

C. TUJUAN...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 2

A.Sistem Keuangan Internasional.................................................... 2

B.Sistem Moneter Internasioanl....................................................... 5

BAB III PENUTUP.................................................................................... 15

A. KESIMPULAN........................................................................... 15

B. SARAN....................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat kita berbicara tentang moneter maka masalah utama yang seringkita
bicarakan adalah berkaitan dengan uang. Setiap negara mempunyai mata uangsendiri dan
mata uang itu menunjukkan nilai barangnya. Begitu juga dengansistem moneter
internasional ini mengacu pada institusi-institusi dimanapembayaran atas transaksi lintas
negara dilaksanakan. Sistem ini menentukanbagaiman kurs tukar asing ditentukan dan
bagaimana pemerintah dapatm empengaruhi kurs tukar.Sistem moneter internasional
merupakan sistem keuangan yang berlakuuntuk semua negara di dunia yang membahas
tentang pembayaran atas transaksilintas negara. Sistem moneter internasional yang
berfungsi dengan baik akanmemfasilitasi perdagangan internasional dan investasi, serta
mempermudah adaptasi terhadap perubahan.
Pembahasan inti dari sistem moneter internasional adalah menentukan pengaturan
sistem kurs tukar.Semenjak dimulainya sistem standar emas hingga abad ke 20,
sistemmoneter internasional telah mengalami pasang surut. Perubahan dari sistem
kesistem yang lain diakibatkan oleh gejolak ekonomi pada saat itu. Sampai saat inipun
sistem moneter internasional masih menjadi perhatian semua negara danmasih ingin
merubah sistemnya menjadi lebih berfungsi optimal. Untuk itu penulis akan membahas
terkait dengan “Sistem Moneter Internasional”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini
adalah:
1. Bagaimana sistem keuangan internasional pra perang dunia?
2. Bagaimana sistem moneter internasional?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penulisan pada makalah
ini adalah:
1. Untuk mengetahui Bagaimana sistem keuangan internasional pra-perang dunia!
2. Untuk mengetahuin Bagaimana sistem moneter internasional!
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian sistem keuangan internasional


Keuangan internasional (juga disebut ekonomi moneter internasional atau ekonomi
makro internasional) adalah cabang ekonomi keuangan yang mempelajari keterkaitan
dua negara atau lebih dari sisi moneter dan ekonomi makro. Keuangan internasional
mempelajari dinamika sistem keuangan global, sistem moneter internasional, neraca
pembayaran, nilai tukar, investasi asing langsung, dan hubungannya dengan perdagangan
internasional. Keuangan internasional, kadang disebut keuangan multinasional,
menangani manajemen keuangan internasional. Investor dan perusahaan multinasional
harus menilai dan mengelola risiko internasional seperti risiko politik dan risiko valuta
asing, termasuk keterpaparan transaksi, keterpaparan ekonomi, dan keterpaparan
penerjemahan.
1.) Sistem Keuangan Pra Perang Dunia
Sistem moneter intemasional yang berlaku sampai dengan menjelang pecah perang
dunia ialah sistem standar emas. Di antara sistem-sistem moneter dunia, sistem standar
emaslah yang hingga saat ini memegang rekor dalam hal lamanya berfungsi. Sistem
standar emas lahir bukan hasil prakarsa seseorang, melainkan sebagai hasil evolusi
praktek-praktek melaksanakan transaksi ekonomi intemasional pada umumnya dan
transaksi-transaksi pembayaran antar negara pada khususnya. Oleh karena itu tidak
mungkin ditetapkan dengan pasti kapan sistem standar emas dunia terjelma dan mulai
berfungsi. Sekedar untuk memberikan ancar-ancar mengenai mulai kapan sistem
standar emas dunia mulai berperan dalam perekonomian dunia, dapat dikatakan bahwa
di antara para sejarawan dicapai semacam konsensus untuk menganggap bahwa sistem
standar emas dunia dimulai pada sekitar tahun 1870.
Sebagai akibat pecah Perang Dunia Pertama sistem standar emas ditinggalkan.
Setelah Perang Dunia Pertama usai, beberapa negara Eropa mencoba untuk kembali
menggunakan sistem standar emas lagi. Akan tetapi sayang bahwa usaha mereka
temyata terhalang oleh melandanya depresi dunia 1929. Seperti halnya dengan
malapetaka perang, malapetaka depresi dunia tersebut memaksa mereka kembali
meninggalkan sistem standar emas lagi. Dalam sistem standar emas kurs valuta asing
relatif stabil, dapat berubah di sekitar titik paritas arta yasa dan dibatasi oleh titik ekspor
emas dan titik impor emas. Oleh karena demikian stabilnya, maka banyak andaikan
tidak dapat disebutkan sebagian besar, penulis yang mengatakan bahwa sistem standar
emas termasuk dalam kategori sistem kurs tetap (’fixedrate system’).
Keuntungan melekat pada sistem ini:
 Stabilnya kurs valas “dimana kurs yang tingkat ketinggiannya tidak berubah dan jika
ada pergerakan akan selalu diikuti oleh ekspor/impor emas.
 Defisit atau surplus neraca pembayaran berkecenderung tidak berlangsung “sebab
dalam kondisi surplus maupun deficit akan cenderung menimbulkan kekuatan-
kekuatan dalam perekonomian yang secara otomatis mengakibatkan surplus maupun
deficit neraca pembayaran yang terjadi yang pada akhirnya akan kembali seimbang”
Kelemahan sistem standar emas:
 Stabilitas dalam kurs valuta asing biasanya diikuti oleh ketidakstabilan tingkat harga.
Apabila terjadi aliran emas masuk maka tingkat harga dan kegiata ekonomi akan
cenderung naik dan demikian pula sebaliknya.
 Mekanisme penyeimbangan kembali neraca pembayaran dalam praktek asing sering
tidak lancar seperti yang diungkapkan dalam teori, yang disebabkan oleh adanya
kecenderungan pemerintah negara bersangkutan untuk tidak mematuji aturan
permainan sistem standar emas.
B. Sistem Moneter Internasional
Sistem Moneter Internasional (IMS) adalah pengaturan atau kesepakatan formal
antar negara atas nilai tukar masing-masing mata uang negara-negara dunia terhadap mata
uang lainnya. Sistem / ketentuan tersebut mengatur cara-cara/metode pembayaran yang
dapat diterima antara pembeli (konsumen) dan penjual (produsen) dalam batas negara
yang berbeda. Agar dapat berfungsi, sistem ini membutuhkan kepercayaan dari setiap
partisipan di dalamnya, dan tentu saja setiap negara (bank sentral) harus dapat
menyediakan cadangan kapital / likuiditas yang cukup akibat fluktuasi perdagangan
internasional sehingga ekuilibrum ekonomi global, terutama nilai setiap entitas ekonomi
bisa dikoreksi sewaktu-waktu sesuai nilai riilnya.
Menurut sejarawan perekonomian dunia, perjalanan perekonomian/sistem moneter
global dapat dirunut mulai tahun 1870-an, terutama merujuk pada hegemoni Inggris pada
abad itu dan perannya terhadap perekonomian global. Dalam bidang manufaktur/industri
misalnya, Inggris Raya merupakan produsen dari sekitar setengah cadangan besi dan batu
bara global, sementara hanya mengonsumsi kurang dari setengah kapas yang
diproduksinya.60 Dalam bidang finansial, pada periode 1870 – 1913 Inggris Raya
merupakan negara yang memiliki stok emas global terbesar dan membiayai sekitar 60%
kredit jangka pendek perdagangan global.61 Pada sekitar era tersebut para sejarawan
menemukan bahwa terdapat jaringan keuangan antarnegara yang cukup luas sehingga
pantas disebut sebagai sistem keuangan internasional atau International Monetary System
(IMS). Pada saat itu, terdapat penyatuan mata uang-mata uang di beberapa kawasan
(regional), seperti Latin Monetary Union (Belgia, Italia, Swiss, dan Perancis) dan
Scandinavian Monetary Union (Denmark, Norwegia, Swedia, dan lain-lain). Jika terdapat
transaksi internasional di antara negara-negara yang tidak termasuk anggota moneter itu
maka sistem pembayaran yang berlaku adalah dengan menggunakan sistem standar emas.
Hal tersebut juga berlaku bagi negara-negara induk maupun negara-negara
koloni/jajahan. Inilah yang kemudian merujuk sebagai abad globalisasi pertama.
Secara garis besar, selama satu abad lebih dari tahun 1870 hingga sekarang,
periodisasi IMS dapat dibagi menjadi tiga, yaitu masa praperang dunia, masa perang
dunia, dan masa pascaperang dunia. Pengelompokan/periodisasi dilakukan berdasarkan
perbedaan karakteristik sistem moneter internasional dengan ciri khasnya masing-masing,
sesuai dengan keadaan ekonomi-politik dunia dari tiga periode waktu yang berbeda.
Dengan pengelompokan tersebut, subbab ini akan menguraikan secara garis besar tentang
perkembangan IMS selama kurun waktu dua belas dasawarsa atau lebih tersebut.
1. Selama Perang Dunia (1914-1945)
Ketika Perang Dunia I pecah pada tahun 1914, sistem gold standard berhenti
berfungsi. Perekonomian global terpecah-pecah menjadi satuan kecil unit-unit
perekonomian nasional. Dengan lepasnya keterkaitan sistem moneter dan juga sistem
harga antarnegara maka perkembangan harga, kesempatan kerja, dan aktivitas ekonomi
lainnya pada umumnya bergerak sendiri-sendiri dengan perbedaan yang cukup besar
antara satu dan lainnya.
Selama masa perang dunia dan terutama pada masa Depresi Besar (the Great
Depression) tahun 1929 - awal 1940-an, hampir semua negara dunia mempraktikkan
sistem pengawasan devisa, kebijakan proteksionisme, dan terutama “beggar thy
neighbour policy”. Dalam sistem ini, kurs valuta asing tidak lagi diserahkan pada
mekanisme pasar, melainkan ditentukan oleh pemerintah yang bersangkutan.
Penggunaan valuta asing juga tidak lagi bebas, dan ditentukan oleh pemerintah melalui
prosedur “exchange quota”. Fenomena lain adalah gejala inflasi yang tinggi. Pada masa
perang besar lazim terjadi inflasi yang tinggi karena biaya perang yang besar sementara
defisit anggaran negara harus ditutup dengan terus mencetak uang kertas atau
membelanjakan kekayaan negara lainnya (cadangan valuta asing contohnya). Tidak
sedikit negara yang tadinya berstatus sebagai negara kreditor kemudian menjadi negara
debitor akibat perang besar ini, termasuk hegemon seperti Inggris. Ini dapat dilihat dari
tingkat kenaikan harga dengan acuan pembanding tahun 1913 hingga 1924, tingkat
harga di AS naik 2,72 kali; di Inggris 3,3 kali; di Perancis 8,0 kali, dan wilayahwilayah
Eropa lainnya yang tingkat kenaikannya lebih tinggi lagi. Inggris sendiri mengalami
penurunan kurs nominal mata uangnya hingga 25% dibandingkan era sebelum perang.
Setelah PD I usai, kegiatan perekonomian global diarahkan kembali pada
rekonstruksi sarana dan prasarana masing-masing negara, serta pembenahan kembali
lembaga-lembaga ekonomi, baik yang bersifat swasta, semiswasta, maupun nasional,
baik domestik maupun internasional. Beberapa negara Eropa bahkan berusaha
mengembalikan kejayaan gold standard seperti semula, antara lain seperti Inggris,
Perancis, dan lain-lain meski tidak mencapai hasil yang maksimal seperti masa-masa
sebelum perang. Perubahan lain tampak di mana pusat keuangan dunia yang tadinya
ada di London, Inggris kemudian beralih ke New York, AS secara perlahan-lahan.
Inggris yang pada masa sebelum perang dunia adalah hegemon, kemudian menjadi
berhutang banyak terhadap AS. AS lalu menjadi kekuatan finansial terbesar saat itu dan
menjadi kreditor dunia, terutama atas negara-negara Eropa yang porak poranda akibat
perang dunia. Masalah timbul ketika AS yang dengan status baru itu menolak sebagai
“international lender of last resort” dan menaikkan hambatan perdagangan akibat
Depresi Besar yang menimpa AS. Total sebanyak 1345 bank Amerika kolaps karena
Depresi Besar sehingga AS pun membatalkan semua permohonan pembatalan
pembayaran hutang negara-negara debitornya.
Masalah lain yang juga timbul yakni penentuan kurs arta yasa, yaitu nilai mata
uang domestik yang ditentukan dalam emas, akibat sudah lama terputusnya hubungan
sistem moneter dan sistem tingkat harga antarnegara karena perang. Penentuan kurs
suatu mata uang yang terlalu tinggi (apresiasi nominal) atau perendahan (depresiasi
nominal) dapat menimbulkan kerugian yang serius bagi semua yang terlibat di
dalamnya. Contohnya, ketika mata uang Poundsterling dinilai terlalu tinggi.
Konsekuensinya, Inggris mengalami kesulitan dalam neraca pembayarannya. Untuk
mengurangi defisit, Inggris terpaksa mendeflasikan perekonomiannya dengan
konsekuensi jumlah pengangguran yang meningkat.
Selain itu, momentum pengembalian ke gold standard tidak dilakukan secara
serentak di semua negara. Hal itu berarti bahwa ekuilibrum yang telah dicapai oleh
negara-negara yang sudah menerapkannya kembali mengalami guncangan jika ada
negara lain yang baru kembali ke sistem gold standard dengan kurs arta yasa yang
kurang realistis. Perbedaan konstelasi seperti inilah yang antara lain menyebabkan
kurang maksimalnya ide kembali ke gold standard sehingga pada saat itu sempat
diberlakukan kurs mata uang mengambang (floating currency).
2. Sistem Moneter Internasional Pasca-Perang(Sistem Bretton Words)
a) Sistem Bretton Woods
Yang dimaksud dengan kurun waktu pasca perang dunia di sini ialah kurun waktu
dari tahun 1946 sampai sekarang. Dalam kurun waktu ini dijumpai dua macam sistem
moneter dunia, yaitu Sistem Bretton Woods yang memiliki masa penggunaan dari
tahun 1946 sampai tahun 1972 dan Sistem Km s Mengambang Ter kendali yang
menggantikan Sistem Bretton Woods dan hingga sekarang masih dalam pemakaian.
Pengalaman pahit yang menimpa perekonomian dunia setelah berakhimya Perang
Dunia Pertama membaca dampak yang cukup berarti bagi sikap masyarakat dunia
terhadap perekonomian dunia. Ini tercermin antara lain dari terbentuknya tiga lembaga
ekonomi internasional InternationalMonetary Fund yang biasa disingkat IMF,
International Bank for Reconstruction and Development, yang biasa disingkat IBRD
dan sering pula disebut World Bank atau Bank Dunia dan sedianya juga International
Trade Organization yang biasa disingkat ITO. Melalui kebijakan-kebijakan ekonomi
internasional/’international economic policies’ yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga
ekonomi internasional itulah diharapkan perekonomian dunia dapat terhindar dari
terulangnya kembali malapetaka-malapetaka ekonomi yang muncul sesudah
berakhimya Perang Dunia I. Pertemuan Bretton Woods yang dihadiri oleh wakil-wakil
dari 44 negara dan diselenggarakan pada tahun 1944 di Bretton Woods, New
Hampshire, Amerika Serikat, berhasil disepakatinya pembentukan tiga buah lembaga
ekonomi internasional seperti disebutkan di atas.
Bank Dunia pada dasarnya diciptakan dengan tugas utama menggiatkan serta
mempengaruhi arah aliran modal antar negara. Kalau yang menjadi perhatian Bank
Dunia ialah masalah-masalah dalam bidang investasi internasional, makaIMF tugas
utamanyaberadadalam bidang moneter internasional, yang meliputi antara lain masalah
penetapan kurs devisa, pemeliharaan kurs devisa, membantu negara-negara anggota
dalam menghadapi kesulitan neraca pembayaran, dan sebagainya. Kalau dalam bidang
investasi internasional, lembaga yang diserahi tugas adalah IBRD, dalam bidang
moneter internasional ialah IMF, dalam bidang perdagangan internasional yang semula
diserahi tugas ialah /ftfernafiona/ Trade Organization, yang biasa disingkat ITO. ITO
mengemban tugas untuk berusaha meningkatkan volume perdagangan dunia dengan
carameliberalisasikari perdagangan. internasional. Akantetapi kenyataan menunjukkan
bahwa banyak negara, termasuk Amerika Serikat sendiri, tidak mau meratifikasinya,
sehingga akhimya sama sekali lepas dari perhatian tanpa sempat melaksanakan misi
yang diembannya. Untunglah, fakta sejarah menunjukkan bahwa perjanjian-perjanjian
bilateral yang dicipta dalam kerangka GATT temyata banyak yang berubah sifatnya
menjadi multilateral dan juga berhasil dalam usaha menurunkan tarif dan rintangan-
rintangan perdagangan dalam bentuk-bentuk lainnya, sejalan dengan keinginan
masyarakat dunia yang sedianya hendak dicapai melalui ITO. Oleh karena itulah maka
kiranyamudah dipahami akan tidak sedikitnya ungkapan uang menyebutkan bahwa
GATT pada akhirnya mengambil alih tugas ITO dalam usaha meliberalisasikan
perdagangan dunia.
Untuk memahami dengan baik bekerjanya sistem Bretton Woods, ada baiknya kita
menengok sejenak ketentuan-ketentuan inti yang berlaku bagi lembaga moneter dunia
IMF pada khususnya dan sistem keuangan internasional pada umumnya. Di atas telah
disebut-sebut bahwa dalam pertemuan Bretton Woods berhasil disepakati
pembentukantiga lembagaekonomi internasional. Dari ketiga lembagaekonomi
internasional tersebut, yang paling banyak berperan dalam membentuk sistem moneter
dunia ialah IMF. Oleh karena itulah, maka ada baiknya kita meninjau lebih lanjut
mengenai lembaga moneter dunia IMF tersebut.
Yang perlu kita ketahui pertama-tama ialah mengenai tujuan didirikannya IMF.
Dalam status pendirian IMF disebut enam butir tujuan yang ingin dicapai oleh IMF,
yaitu:
 Untuk memajukan kerjasama moneter internasional dengan jalan mendirikan
lembaga (IMF).
 Untuk memperluas perdagangan dan investasi dunia.
 Untuk memajukan stabilitas kurs valuta asing.
 Untuk mengurangi dan membatasi praktek-praktek pembatasan terhadap
pembayaran internasional.
 Untuk menyediakan dana yang dapat dipinjamkan dalam bentuk pinjaman jangka
pendek atau jangkamenengah yang dibutuhkan gunamempertahankankurs valuta
asing yang stabil selama neraca pembayaran mengalami defisit yang sifatnya
sementara, sampai dapat diatasi dengan jalan menyesuaikan tingginya kurs devisa.
 Untuk memperpendek dan memperkecil besamyadefisit atau surplus
neracapembayaran.
b. Kurs Devisa
Isi pasal IV sama sekali diubah. Dalam ketentuan yang baru, Negara anggota IMF
mempunyai kebebasan dalam mengatur dan menetukan kurs devisanya. Secara khusus
system kurs mengambang diakui. Namun demikian, kalau dikehendaki mereka
boleh ,enambahkan nilai mata uangnya pada satu atau lebih mata uang Negara lain.
Menambahkan pada SDR juga boleh. Yang tidak boleh ialah menambahkan pada
emas.
Sekalipun system moneter internasional berlaku mulai tahun 1973 sampai
sekarang mendapatkan sebutan resmi “Managed Flood” atau engambang terkendali,
namun sampai tahun 1980 masih juga menunjukkan banyaknya Negara yang tetap
menggunakan “pagged rates system”. Dari 140 negara anggota, 94 negara diantaranya
menambahkan mata uangnya pada salah satu mata uang Negara asing, sedangkan 8
negara yaitu belgia, Denmark, prancis, irlandia, italia, jerman, Luxemburg dan
belanda menggunakan system “ mengambang bersama” atau “join floar”. Sedangkan
38 negara sisanya menggunakan cara lain, di manan 12 di ataranya menggunakan
system kurs mengambang yang kurang lebihnya dapat dikatakan bebas.
Sekalipun Negara anggota bebbas memilih cara mereka mengatur kurs devisa
mereka, namun peraturan IMF dalam usaha menjamin terlaksananya kerja sama
internasional dalam bidang moneter tetap dipertahankan. Kolaborasi antara Negara
anggota IMF dan juga sesame Negara anggota, dalam usaha pengauran devisa secara
tertib dana dalam usaha mewujudkan system kurs devisa yang stabil merupakan
kewajiban yang harus dilaksanakan secara lebih tegas.
c. Special Drawing Right(SBR)
Special Drawing Right (SDR) adalah unit cadangan moneter yang ada di IMF.
Unit yang memiliki nama lain “paper gold” ini diciptakan pada tahun 1969 untuk
mendukung rezim Bretton Woods (sistem kurs tetap). SDR bukan sebuah mata uang
dan juga bukan sebuah claim86 di IMF, melainkan potential claim atas mata uang
negara-negara anggota IMF yang berlebih (free usable currencies).87 Pemegang SDR
dapat menukarkan SDR yang dimilikinya dengan mata uang negaranya (mata uang
domestiknya) yang beredar di pasar asing/internasional, biasanya untuk menjaga nilai
kurs mata uangnya.
Pada awalnya, nilai 1 SDR bernilai 0.888671 gram emas murni atau ekuivalen
dengan 1 US$. Akan tetapi, dengan runtuhnya rezim Bretton Woods sejak tahun
1970-an nilai SDR ditentukan berdasarkan gabungan nilai kurs (basket of currencies)
US dollar, Euro, Yen, dan Poundsterling. Komposisi nilai SDR yang terdiri atas
gabungan empat mata uang itu ditinjau setiap lima tahun sekali oleh Dewan Eksekutif
IMF dengan mempertimbangkan signifikansi relatif mata uang-mata uang yang ada
dalam perdagangan internasional dan sistem finansial dunia.
Hingga Januari 2010, total terdapat SDR 380 milyar yang ada di IMF. Secara
normatif, SDR dibuat untuk mengantisipasi keadaan kurang tersedianya US dollar
atau cadangan emas di pasaran internasional. Akan tetapi, pada praktiknya ada
beberapa negara atau kelompok negara yang mematok kurs mata uangnya terhadap
SDR (pegged rate). Dalam kaitannya dengan krisis finansial global sekarang, SDR
memainkan peran yang cukup penting sebagai cadangan internasional di IMF. Hal
tersebut tercermin dari peningkatan alokasi kapital SDR oleh negara-negara anggota
IMF yang digariskan salah satunya dalam komunike G-20.
d. Cadangan Emas dan Sistem Nilai Tukar
o Cadangan Emas
Dalam amandemen kedua, emas secara resmi di “amandemen” dan fungsinya
sebagai cadangan moneter dihapus. Harga resmi emas dihapus. Negara-negara
anggota dilarang mengkaitkan nilai mata uangnya pada emas. Kewajiabn IMF
mentransfer emas kepada para anggotanya juga ditiadakan. Separuh dari cadangan
emas dikembalikan kepada para anggota. Sisanya dijual dengan harga lelang,
hasilnya dipergunakan untuk menolong Negara-negara miskin.
o Sistem Nilai Tukar
International monetary system merupakan sekumpulan peraturan, institusi,
aplikasi praktis dan mekanisme yang menetapkan nilai tukar suatu mata uang asing
terhadap mata uang lainnya. Mekanisme untuk menetapkan nilai tukar terbagi
menjadi 5 diantaranya:
1. Free Float (Clean Float) Pada mekanisme ini, nilai tukr mata uang satu negara
terhadap negara lainnya ditentukan oleh interaksi supply dan/atau demand.
Supply dan/atau demand untuk mata ang tertentu terhadap mata uang lain
dipengaruhi oleh:
a. Perubahan price level
b. Perbedaan suku bunga
c. Pertumbuhan ekonomi
2. Manage Float (dirty float) Mekanisme Managed Float memungkinkan
pemerintah untuk mengintervensi pasar pertukaran mata uang untuk
mengurangi ‘economic uncertainty’ yang diakibatkan oleh Free Float. Resiko
Free Float dapat menyebabkan terjadinya inflasi serta dapat menyebabkan
terancamnya neraca pembayaran luar negeri karena membahayakan ekspor.
Oleh karena itulah dalam rangka mengurangi ‘volatility’ intervensi bank
sentral diperlukan. Terdapat 3 pendekatan intervensi: Smoothing (daily
fluctuation), Leaning against the wind, Unofficial pegging.
3. Target Zone Arrangement Dasar dari pada pembentukan mekanisme Target
Zone Arrangement ini adalah adanya kepercayaan dari beberapa ekonom bahwa
negara-negara industri maju dapat mengurangi volatilitas nilai tukar mata
uangnya dengan cara membentuk suatu aliansi untuk menetapkan nilai tukar
tetap mata uangnya (fixed central exchange rates). Isu pembentukan
mekanisme ini sudah dimulai dengan dibentuknya European Monetary
System (EMS) yang dilakukan pada tahun 1979. Follow-up dari
pembentukan EMS ini adalah dengan dibuatnya The European Currency
Unit (ECU) yang mempersatukan mata uang 10 negara di benua Eropa terutama
Eropa Barat. Pembentukan ECU ini berlangsung tidak mulus karena adanya
tentangan dari sejumlah negara dengan tingkat kesejahteraan yang cukup tinggi ,
karena akan terjadi ‘transfer of wealth’ terhadap negara anggota yang tingkat
kesejahteraannya lebih rendah. Jalan tengah yang ditempuh adalah menetapkan
nilai mata uang negara masing-masing terhadap ECU misalnya 1 ECU = 42,4582
Ff Belgia, 7,85212 Kroner Denmark, 6,90403 Ff Perancis dsb. Bila terjadi
peristiwa menguat / melemahnya nilai tukar mata uang salah satu negara anggota
terhadap mata uang negara anggota lain maka bank sentral negara masing-
masing akan menjual/beli mata uang masing- masing (currency swap). Karena
kebijakan moneter masing-masing negara anggota yang berbeda ditambah
dengan neraca pembayaran luar negeri masing-masing anggota yang
bervariasi maka pada tahun 1993 terjadi ‘pooling’ / pengkotak-kotakan ECU,
dimana negara dengan nilai tukar yang lebih kuat cenderung menetapkan
nilai tukar terhadap DM Jerman seperti Gulden (Belanda), Ff (Belgia, Perancis,
Luxembourg), dan Krone (Denmark). Sementara negara-negara dengan nilai
tukar yang lebih lemah membentuk pool lain yakni Inggris, Italia, Spanyol,
Portugal serta Irlandia.
4. Fixed Rate System . Pada mekanisme Fixed rate System ini setiap negara anggota
bersepakat untuk menjaga target tingkat nilai tukar mata uangnya. Bank sentral
secara aktif berjual-beli mata uang di forex market apabila nilai tukar mata
uangnya akan melenceng dari ‘stated par value’ nya pada prosentase diatas
jumlah yang ditolelir. Dengan demikian mereka akan memiliki tingkat inflasi
yang hampir sama besarnya. Apabila tingkat nilai tukar mata uang tidak
dapat dipertahankan, maka devaluasi merupakan ‘the last resort’ yang biasa
ditempuh negara anggota. Selain cara devaluasi, terdapat 4 cara untuk
menstabilkan kembali nilai tukar yaitu : Foreign Borrowing, Austerity dan
Austerity, Kontrol Terhadap Harga dan Gaji, Kontrol Nilai Tukar (Exchange
controls).
5. Current Hybrid System. Sistem nilai tukar pada masa kini merupakan suatu
perpaduan / hybrid antara managed-floating dengan free floating, dimana
mata uang utama akan dibatasi floating nya sedangkan mata uang lainnya
dibiarkan free float dan di’pegged’ terhadap mata uang utama dunia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem keuangan internasional dari sejarahnya telah mengalami begitu banyak
perkembangan dan transpormasi dari masa ke masa. Perkembangan ini disebabkan
oleh adanya perubahan ekonomi dan politik domestik sertan internasional pada masing-
masing masa. Para ahli beranggapan bahwa uang dan Sistem Moneter Internasional
merupakan unsur yang bersifat netral baik ekonomis atau politis, namun anggapan ini
tidak terbukti dalam ekonomi modern. Norma dan konvensi yang mengatur Sistem
Moneter Internasional dengan ini mempunyai efek distributif yang penting bagi power
suatu negara dan kesejahteraan dalam kehidupan negara tersebut.
Suatu Sistem Moneter Internasional yang berjalan dengan baik akan melancarkan
perdagangan dunia, arus investasi asing dan interdepedensi global. Kemampuan
Sistem Moneter Internasional adalah prasyarat bagi sehatnya ekonomi dunia,
sebaliknya runtuhnya Sistem Moneter Internasional barat menjadi penyebab
terpisahnya kesuraman dalam ekonomi internasional.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.studocu.com/id/document/universitas-siliwangi/ekonomi-internasional/makalah-
sistem-moneter-internasional/12510598

Anda mungkin juga menyukai