Anda di halaman 1dari 19

TUGAS REVIU (Individu)

“Diajukan untuk memenuhi syarat tugas perkuliahan Lembaga keuangan


Syariah”

OLEH:

Nama : Silfina Muksin

Npm : 02272111151

Nama Mata Kuliah : Lembaga Keuangan Syariah

Kelas/Semester : D_VII

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UNKHAIR TERNATE


Nama Mata Kuliah : Lembaga Keuangan Syariah

Dosen Pengampuh : Iqbal M. Aris Ali, SE., S.Psi., MSA., Ak

SKS :3

Program Studi : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis

a. Resume Referensi/Artikel : Penjelasan umum keseluruhan materi


lembaga keuangan islam
b. Lingkup Resume:
1) Topik ;
• Pengertian dan lingkup Lembaga keuangan islam
• Perkembangan keuangan islam

2) Resume ;
Berdasarkan UU No.21 Th 2008 Bank Syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Syariah dan menurut janisnya
terdiri atas bank umum Syariah dan bank pembiayaan rakyat Syariah. Bank umum
Syariah adalah bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalulintas pembayaran. Bank pembibiayaan rakyat Syariah adalah bank Syariah
yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.

Perkembangan Bank Syariah

Pada awal masa operasinnya, Keberadaan bank Syariah belumlah


memperoleh perhatian yng optimal dalam tatanan sector perbankan nasional.
Landasan hokum operasi bank yang menggunakan system Syariah, Saat itu hanya
diakomodi dalam salah satu ayat tenteng “Bank dengan system bagi hasil” pada
UU No. 7 tahun 1992; Tanpa rincia landasan hokum Syariah serta jenis-jenis
usaha yang di peroleh.
Pada tahun 1998, Pemerintah dan dewan perwakilan rakyat melakukan
penyempurnaan UU No. 7/1992 tersebut menjadi UU No. 10 tahun 1998, Yang
secara tegas menjalankan bahwa terdapat dua system dalam perbankan di tanah air
(dual banking system), Yaitu system perbankan konvensional dan system
perbankan syariah.
Sejak mulai di kembangkannya system perbankan Syariah di Indonesia,
Dalam dua decade pengembengan keuangan Syariah nasional, Sudah banyak
pencapaian kemajuan, Baik dari aspek kelembagaan dan infrastruktur penunjang,
Perangkat regulasi dan system pengawasan, Maupun awareness dan literasi
masyarakat terhadap layanan jasa keuangan Syariah.
Pada ahir tahu 2013, Fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan
berpindah dari bank Indonesia ke otoritas jasa keuangan. Maka pengawasan dan
peraturan perbankan Syariah juga beralih ke OJK. OJK selaku otoritas sector jasa
keuangan terus menyempurnakan visi dan strategi kebijakan pengembangan setor
keuangan Syariah yang telah tertuang dalam Roadmap perbankan Syariah
Indonesia 2015-2019 yang di-Launching pada pasar rakyat Syariah 2014.
Roadmap ini di harapakan menjadi panduan arah pengembangan yang berisi
inisiatif-inisiatif strategis untuk mencapai sasaran pengembangan yang di
tetapkan.

3) Analisis :
Bank Syariah merupakan bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalulintas pembayaran.
Berdasarkan uraian di atas mengenai perkembangan bank Syariah, pada
awal operasinya bank Syariah keberadaan bank Syariah belumlah memperoleh
perhatian yang optimal dalam tatanan sector perbankan konvensional. Karena
pada saat itu bank Syariah menggunakan system “Bank dengan system bagi hasil”
Pada tahun 1998, pemerintah dan dewan perwakilan rakyat melakukan
penyempurnaan UU No. 7/1992 tersebut menjadi UU No.10 tahun 1998, yang
secara tegas menjalankan bahwa terdapat dua system dalam perbankan tanah air
(dual banking system), yaitu system perbankan konvensional dan system
perbankan syariah. Namum perkembangan perubahan regulasi dan system
pengawasan maupun awareness serta literasi masyarakat dari tahun ke tahun
terhadap layanan jasa keuangan yang begitu drastis. Maka pada akhir tahun 2013
fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan berpindah dari bank Indonesia ke
Otoritas Jasa keuangan maka pengawasan dan peraturan perbankan Syariah juga
beralih ke OJK. OJK selaku otoritas sector jasa keuangan terus menyempurnakan
visi dan strategi kebijakan pengembangan sector keuangan Syariah yang telah
tertuang dalam Roadmap perbankan Syariah Indonesia 2015-2019 yang
dilaonching pada pasar rakyat Syariah 2014. Jadi roadmap ini diharapkan untuk
menjadi panduan arah pengembangan pada system Syariah.

Buku online:

Dr. ASNAINI,M.A. dan HERLINA YUSTATI, M.A.EK. PP. November 2017,


Lembaga keuangan syari’ah. Pustaka belajar celeban timur UH III/548
Yogyakarta 55167,. Website:www.pustakabelajar.co.id
Nama Mata Kuliah : Lembaga Keuangan Syariah

Dosen Pengampuh : Iqbal M. Aris Ali, SE., S.Psi., MSA., Ak

SKS :3

Program Studi : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis

a. Resume Referensi/Artikel: Organisasi Syariah


b. Lingkup Resume:
a) Topik ;
• Organisasi Sebagai Tempat ibadah
• Tujuan dan sasaran perusahaan
• Model Spiritual perusahaan
• Spiritual dan Keunggulan Organisasi
b) Resume :
Manajemen merupakan bagian penting dalam organisasi bisnis tak terkecuali
Islamic banking agar suatu bisnis berjalan dengan baik dan memperoleh result
oriented yang diinginkan. Dalam organisasi bisnis banyak orang khususnya pihak
manajemen mengembangkan daya piker konvensional dan melahirkan prinsip
bahwa kegiatan bisnis hanya untuk mencetak keuntungan semata. Hal ini di
dasarkan pada pemikiran Peterdrucker dalam buku managing foor result (1964)
yang menggambarkan keberadaan sebuah bisnis sebagai entitas pencetak laba
berbagai cara di lakukan untuk memperoleh keuntungan tak peduli apakah cara
tersebut hala atau di larang secara syar’i. Hal ini tentu saja berakibat pada
pudarnya implementasi Islamic falues seperti nilai kejujuran.
Bisnis dalam pandangan islam
Bisnis dalam pandangan Al-Qur’an mempunyai fisi masa depan yang tidak
semata-,mata mencari keuntungan sesaat, Melainkan mencari keuntungan yang
hakiki “Baik dan berakibat baik pula bagi sesudahnya. Pembisnis yang
menjalankan usahanya dengan kejujuran dan sesuai dengan perintah Allah akan
mendapat reward di akhirat nanti. Oleh karena aktivitas bisnis merupakan salah
satu bentuk ibadah (Pengabdian dan kepatuhan terhadap Allah SWT)”. Sebagai
mana di jelaskan dalam Al-qur’an surah Al-Am ayat 162
Artinya: Sesungguhnya sembahyangku, Ibadahku, Hidupku dan Matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta Alam.

Tujuan dan sasaran:


Tujuan utama dalam organisasi Syariah adalah untuk mencapai
keuntungan yang halal dan berkah dengan cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip
Syariah.
Sasaran yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam organisasi Syariah
meliputi:
1. Mengembangkan produk atau jasa yang sesuai dengan prinsip-
prinsip Syariah, Seperti produk keuangan yang tidak mengandung
riba, Investasi pada bisnis yang halal dan mematuhi aturan-aturan
yang disyariatkan
2. Menjaga etika bisnis yang berkualitas tinggi dan ,menghargai hak-
hak kariawan, Pelanggan, Mitra bisnis, Dan lingkungan dalam
usaha bisnis.
3. Meningkatkan nilai tambah pada produk dan jasa yang di tawarkan
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
4. Mengembangkan SDM yang berkualitas tinggi dan memiliki
kompetensi dalam aspek bisnis yang sesuai dengan Syariah.
5. Memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan linggkungan
sekitar melalui program-program social dan lingkungan yang
berkelanjutan.
Model spiritual organisasi

Kekuatan spiritual di percaya dapat mendorong setiap manusia pebisnis


senantiasa berpikir tentang hikmah dalam berbagai problem yang dihadapi, Selalu
melakukan perubahan yang bernilai dan tidak pernah putus asa spiritual
manajemen seperti ini pada dasarnya akan melejitkan mental manusia bisnis kea
rah yang lebih luhur dan produktif menurut tata moral agama. Secara sederhana
proses spiritualisasi islamik bank bisa di mulai dari objek spiritualisasi itu sendiri
yaitu individu, Kelompok dan organisasi. Sebagai unit terkecil individu adalah
urutan pertama focus spiritualisasi.

Spiritual dan keunggulan organisasi

Organisasi spiritual seringkali memiliki keunggulan yang unik dan dapat


memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Berikut adalah beberapa
keunggulan yang umumnya dimiliki oleh beberapa organisasi spiritual

1. Peningkatan kesadaran diri


2. Pemahaman dan penerimaan
3. Pengembangan kualitas kepemimpinan
4. Mendorong kesejahteraan emosional
5. Peningkatan kualiatas hidup
6. Komunikasi dan dukungan

c) Analisis :
Manajemen merupakan bagian penting dalam organisasi bisnis tak terkecuali
Islamic banking agar suatu bisnis berjalan dengan baik dan memperoleh result
oriented yang diinginkan
Bisnis dalam pandangan Al-Qur’an mempunyai fisi masa depan yang tidak
semata-,mata mencari keuntungan sesaat, Melainkan mencari keuntungan yang
hakiki
karena aktivitas bisnis merupakan salah satu bentuk ibadah (Pengabdian dan
kepatuhan terhadap Allah SWT)”. Sebagai mana di jelaskan dalam Al-qur’an
surah Al-Am ayat 162
ARTI-NYA: Sesungguhnya sembahyangku, Ibadahku, Hidupku dan Matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta Alam.
Dengan tujuan untuk mencapai keuntungan yang halal dan berkah dengan
cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah.

Jurnal:

A.Riawan Amin, Menggagas manajemen Syariah:Teori dan praktik the celestial


management Jakarta: Salemba empat, 2010 h.30.
Nama Mata Kuliah : Lembaga Keuangan Syariah

Dosen Pengampuh : Iqbal M. Aris Ali, SE., S.Psi., MSA., Ak

SKS :3

Program Studi : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis

1. Resume Referensi/Artikel: Esensi Akad


2. Lingkup Resume:

a). Topik ;

• Pengertian
• Rukun dan syarat akad
• Macam-macam akad
• Akuntanbilitas organisasi

b). Resume :

1. Pengertian dan Dasar Hukum Akad Dalam Islam

Pengertian akad berasal dari bahasa Arab, al- „aqdyang berarti perikatan,
perjanjian, persetujuan dan pemufakatan. Kata ini juga bisa di artikan tali yang
mengikat karena akan adanya ikatan antara orang yang berakad. Dalam kitab
ْ (dan .(‫)اا ِلتِف َْك‬
fiqih sunnah, kata akad di artikan dengan hubungan (ُ‫طبّالر‬
kesepakatan.

Hasbi Ash-Shiddieqy mengutip definisi yang di kemukakan oleh Al-


Sanhury, akad ialah “perikatan ijab qabul yang di benarkan syara‟ yang
menetapkan kerelaan kedua belah pihak”. Ada pula yang mendefinisikan , akad
ialah “ikatan, pengokohan dan penegasan dari satu pihak atau kedua belah pihak”

2. Rukun dan Syarat Akad


Rukun-rukun akad adalah sebagai berikut :

1. Aqid: „Aqid adalah orang yang berakad (subjek akad).Terkadang masing-


masing pihak terdiri dari salah satu orang, terkadang terdiri dari beberapa
orang.
2. Ma‟qud „Alaih: Ma‟qud „alaih adalah benda-benda yang akan di akadkan
(objek akad), seperti benda-benda yang di jual dalam akad jual beli, dalam
akad hibah atau pemberian, gadai, dan utang.
3. Maudhu‟ al-„Aqid: Maudhu‟ al-„Aqid adalah tujuan atau maksud
mengadakan akad. Berbeda akad maka berbedalah tujuan pokok akad. Dalam
akad jual beli misalnya, tujuan pokoknya yaitu memindahkan barang dari
penjual kepada pembeli dengan di beri ganti.
4. Shighat al-„Aqid: Sighat al-„Aqid yaitu ijab qabul. Ijab adalah ungkapan
yang pertama kali di lontarkan oleh salah satu dari pihak yang akan
melakukan akad, sedangkan qabul adalah pernyataan pihak kedua untuk
menerimanya.

Ijab qabul akan di nyatakan batal apabila :


a. Penjual menarik kembali ucapannya sebelum terdapat qabul dari si pembeli,
b. Adanya penolak ijab qabul dari si pembeli,
c. Berakhirnya majlis akad. Jika kedua pihak belum ada kesepakatan, namun
keduanya telah pisah dari majlis akad. Ijab dan qabul di anggap batal,
d. Kedua pihak atau salah satu, hilang kesepakatannya sebelum terjadi
kesepakatan,
e. Rusaknya objek transaksi sebelum terjadinya qabul atau kesepakatan.

Syarat-syarat dalam akad adalah sebagai berikut :

1. Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak (ahli). Tidak sah akad
orang yang tidak cakap bertindak, seperti pengampuan, dan karena boros.
2. Yang di jadikan objek akad dapat menerima hukumnya,
3. Akad itu di izinkan oleh syara‟, di lakukan oleh orang yang mempunyai hak
melakukannya, walaupun dia bukan „aqid yang memiliki barang,
4. Janganlah akad itu akad yang di larang oleh syara‟, seperti jual beli
mulasamah. Akad dapat memberikan faedah, sehingga tidaklah sah bila rahn
(gadai) di anggap sebagai imbalan amanah (kepercayaan),
5. Ijab itu berjalan terus, tidak di cabut sebelum terjadi qabul. Maka apabila
orang berijab menarik kembali ijabnya sebelum qabul maka batallah ijabnya,
6. Ijab dan qabul harus bersambung, sehingga bila seseorang yang berijab telah
berpisah

Macam-macam Akad

1. Akad sahih: adalah akad yang telah memenuhi rukun-rukun dan syarat-
syaratnya.
2. Akad yang tidak shahih :adalah akad yang terdapat kekurangan pada rukun
atau syaratsyaratnya, sehingga seluruh akibat hukum akad itu tidak berlaku
dan tidak mengikat pihak-pihak yang berakad

Berakhirnya Akad: Akad berakhir di sebabkan oleh beberapa hal, di antaranya


sebagai berikut :
a. Berakhirnya masa berlaku akad tersebut, apabila akad tersebut tidak
mempunyai tenggang waktu.
b. Di batalkan oleh pihak-pihak yang berakad, apabila akad tersbeut sifatnya
tidak mengikat.
c. Dalam akad sifatnya mengikat, suatu akad dapat dianggap berakhir jika
• Jual beli yang di lakukan fasad, seperti terdapat unsur-unsur tipuan salah
satu rukun atau syaratnya tidak terpenuhi,
• Berlakunya khiyar syarat, aib, atau rukyat, \
• Akad tersebut tidak di lakukan oleh salah satu pihak secara sempurna,
• Salah satu pihak yang melakukan akad meninggal dunia.

c). Analisis :

akad berasal dari bahasa Arab, al- „aqd yang berarti perikatan, perjanjian,
persetujuan dan pemufakatan atau perikatan ijab qabul yang di benarkan syara
Dalam rukun akad, Aqid adalah orang-orang yang berakat, Ma’qud alaih
adalah benda-benda yang akan diakadkan, Maudhu al-Aqid adalah tujuan atau
maksud mengadakan akad,, dan Shighat Al-Aqid yaitu ijab Kabul. Jadi dalam
rukun akad itu ada yang berakad ada juga benda-benda yang akan diakadkan ada
pula tujuan dan maksud yang akan diakadkan lalu ijab dan Kabul yang dimana
ijab adalah ungkapan yang pertama kali dilontarkan oleh satu dari pihak yang
akan melakukan akad. Sedangkan Kabul adalah pernyataan pihak kedua unuk
menerimanya
Ada beberapa macam akad yang dimana yaitu Akad Sahih yang telah
memenuhi rukun dan syarat yang telah ditetapkan sedangkan Akad yang Tidak
sahih adalah akad yang terdapat kekurangan pada rukun ataupun syaratnya,
sehingga seluruh akad itu tidsk berlaku dan tidak mengikat pihak-pihak yang
beraka.

jurnal:

Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat, (Jakarta : Kencana, 2010), h. 51

Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogayakarta : Pustaka


Kencana, 2010), h. 51
Nama Mata Kuliah : Lembaga Keuangan Syariah

Dosen Pengampuh : Iqbal M. Aris Ali, SE., S.Psi., MSA., Ak

SKS :3

Program Studi : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis

1. Resume Referensi/Artikel: Dewan Pengawas Syariah


2. Lingkup Resume:
a). Topik ;
• Pengertian
• Penting keberadaan DPS
• Mekanisme kerja DPS

b). Resume :

Pengertian Dewan Pengawas Syariah

Dalam kamus Bahasa Indonesia kata “dewan” berarti badan yang terdiri
beberapa orang yang pekerjaannya memutuskan sesuatu dengan jalan berunding,
sedangkan kata “pengawas” berasal dari kata awas yang berarti pengawas.
Sedangkan “syariah” adalah segala sesuatu perintah Allah SWT yang
berhubungan dengan tingkah laku manusia di luar yang mengenai akhlak.

Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang melakukan


pengawasan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha bank syariah yang
dalam menjalankan fungsinya bertindak secara independen.

Bank syariah memiliki tiga fungsi utama, yaitu

a. mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk deposito dan investasi,


b. menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana dari bank;
dan
c. menyediakan layanan dalam bentuk layanan perbankan syariah.

Bank syariah dalam menjalankan fungsi utamanya memiliki risiko,


terutama dalam menyalurkan dana kepada masyarakat. Salah satunya adalah
risiko pembiayaan, yaitu risiko yang disebabkan oleh kegagalan pihak berlawanan
untuk memenuhi kewajibannya, risiko yang terkait produk pembiayaan dan
pendanaan perusahaan terkait.
Tugas Dewan Pengawas Syariah secara umum adalah bertugas mengawasi
operasional bank dan produk-produknya agar tidak menyimpang dari garis-garis
syariah. Dalam struktur organisasi bank syariah dengan bank konvensional secara
garis besar adalah sama. Yaitu ada komisaris dan direksi beserta perangkat
pendukung di bawahnya. Namun ada satu yang membedakan, yaitu keharusan
adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada setiap bank syariah.
Tugas, wewenang dan tanggung jawab DPS tersebut menurut ketentuan
PBI No.6/24/PBI/2004 meliputi :
a. Memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional Bank terhadap
fatwa yang dikeluarkan oleh DSN;
b. Menilai aspek syariah terhadap pedoman operasional, dan produk yang
dikeluarkan Bank;
c. Memberikan opini dari aspek syariah terhadap pelaksanaan operasional Bank
secara keseluruhan dalam laporan publikasi Bank;
d. Mengkaji produk dan jasa baru yang belum ada fatwa untuk dimintakan
fatwa kepada DSN;
e. Menyampaikan laporan hasil pengawasan syariah sekurang-kurangnya setiap
(enam) bulan kepada Direksi, Komisaris, Dewan Syariah Nasional dan Bank
Indonesia.

Good Corporate Governance (GCG) adalah suatu tata kelola Bank yang
menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas
(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), profesional (professional),
dan kewajaran (fairness)
Dewan Pengawas Syariah wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan prinsip-prinsip GCG
Pasal 47
1) Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah adalah memberikan
nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai
dengan Prinsip Syariah.
2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi antara lain :
3) Dewan Pengawas Syariah wajib menyampaikan Laporan Hasil Pengawasan
Dewan Pengawas Syariah secara semesteran.
4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib disampaikan kepada
Bank Indonesia paling lambat 2 (dua) bulan setelah periode semester
dimaksud berakhir.
5) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) akan
diatur lebih rinci dalam Surat Edaran bank Indonesia.

c).Analisis :

lembaga syariah harus menjadi lembaga bebas yang terdiri dari para ulama
yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan hukum Islam.

DPS dalam struktur bank syariah berada setingkat dengan komisaris sebagai
pengawas direksi. Jadi jika komisaris adalah sebagai pengawas kinerja
manajemen bank, maka DPS adalah pengawas manajemen bank yang berkaitan
dengan operasionalnya

. Keberadaan DPS di bank syariah sangat penting sebagai pihak yang


berperan di dalam mengawasi operasionalnya agar benar-benar berjalan sesuai
dengan syariah.

Namun Bagya Agung Prabowo dan Jasri Bin Jamal mengemukakan


beberapa kelemahan Dewan Pengawas Syariah, yaitu :
1. Hingga saat ini tidak ada hukum khusus yang dipakai sebagai referensi bagi
pengawasan khusus perbankan syariah;
2. DPS hanya digunakan sebagai objek pelengkap dalam sebuah lembaga
perbankan syariah yang ada, struktur dapat diisi tanpa kriteria yang khusus
berbasis keahlian;
3. Anggota DPS ditunjuk sebagai tokoh yang memiliki kharisma dan popularitas
di kalangan masyarakat, bukan karena keahlian pengetahuan mereka dalam
bidang ekonomi dan perbankan syariah;
4. Anggota DPS dilantik dan diberikan gaji oleh bank syariah yang diawasinya,
yang akan menjadikannya kurang objektif dalam melakukan pengawasan..
5. Anggota DPS adalah orang-orang yang sibuk dengan profesi utamanya, jadi
kemungkinan terbesar adalah mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk
melakukan pengawasan dikarenakan pengawasan terhadap perbankan syariah
hanya dilakukan sebagai pekerjaan sambilan;
6. DPS tidak ada kebebasan untuk bertindak tegas terhadap hasil
pengawasannya, DPS hanya dapat memberikan peringatan tetapi tidak boleh
menutup usaha perbankan yang terbukti bermasalah; DLL

Jurnal:

(P3EI), P. P. (2015). Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Akhmad Mujahidin, M. (2016). Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Rajawali


Pers.

Antonio, M. S. (2010). Bank Syariah : dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press.
Nama Mata Kuliah : Lembaga Keuangan Syariah

Dosen Pengampuh : Iqbal M. Aris Ali, SE., S.Psi., MSA., Ak

SKS :3

Program Studi : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis

3. Resume Referensi/Artikel: Lembaga Keuangan Syariah


4. Lingkup Resume:
a). Topik ;
• Pengertian perkembangan bank syariah
• Regulasi bank syariah
• Kegiatan usaha bank syariah

b). Resume :

Menurut SK Menkeu RI No.792 Tahun 1990, lembaga keuangan adalah


semua badan yang kegiatannya di bidang keuangan, melakukan perhimpunan dan
penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi
perusahaan. Meski dalam peraturan tersebut lembaga keuangan diutamakan untuk
membiayai investasi perusahaan namun tidak berarti membatasi kegiatan
pembiayaan lembaga keuangan. Dalam kenyataannya, kegiatan usaha lembaga
keuangan bisa diperuntukkan bagi investasi perusahaan, kegiatan konsumsi, dan
kegiatan distribusi barang dan jasa.

Perkembangan bank Syariah

Pada awal masa operasinya, keberadaan bank syariah belumlah


memperoleh perhatian yang optimal dalam tatanan sektor perbankan nasional.
Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah, saat itu hanya
diakomodir dalam salah satu ayat tentang “bank dengan sistem bagi hasil”pada
UU No. 7 Tahun 1992; tanpa rincian landasan hukum syariah serta jenis-jenis
usaha yang diperbolehkan.
Pada tahun 1998, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat melakukan
penyempurnaan UU No. 7/1992 tersebut menjadi UU No. 10 Tahun 1998, yang
secara tegas menjelaskan bahwa terdapat dua sistem dalam perbankan di tanah air
(dual banking system), yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem
perbankan syariah. Peluang ini disambut hangat masyarakat perbankan, yang
ditandai dengan berdirinya beberapa Bank Islam lain, yakni Bank IFI, Bank
Syariah Mandiri, Bank Niaga, Bank BTN, Bank Mega, Bank BRI, Bank Bukopin,
BPD Jabar dan BPD Aceh dan lain-lain.

Sebagai sebuah lembaga keuangan, bank memiliki kegiatan utama yakni


menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal
sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang
membutuhkannya, dan juga sebagai tempat tukar menukar uang, memindahkan
uang atau memerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti listrik,
telepon, air, pajak, uang kuliah dan pembayaran lainnya.
Lembaga fasilitator system keuangan syariah diantaranya yaitu :
a. Bank Indonesia
b. Kementrian Keuangan (OJK, Bapepam dan Direktorat Pembiayaan Syariah)
c. Dewan Syariah Nasional MUI
d. Dewan Pengawas Syariah
e. Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas)

Pasal 1 ayat 4 UU No.10 Tahun 1998: BPR adalah bank yang


melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip
Syariah yang dalamkegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Struktur lembaga keuangan syariah di Indonesia terdiri dari lembaga
keuangan bank dan lembaga keuangan non bank.
c).Analisis :

Pada awal masa operasi bank syariah belumlah memperoleh perhatian


dalam tatanan sector perbankan nasional.

Hingga Pada tahun 1998, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat


melakukan penyempurnaan UU No. 7/1992 tersebut menjadi UU No. 10 Tahun
1998, yang secara tegas menjelaskan bahwa terdapat dua sistem dalam perbankan
di tanah air (dual banking system), yaitu sistem perbankan konvensional dan
sistem perbankan syariah.

Lembaga keuangan syariah (syariah financial institution) yang merupakan


suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset-
aset keuangan (financial assets) maupun non financial asset atau asset riil
berlandaskan konsep syariah

Lembaga keuangan syariah dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a. Lembaga keuangan depository syariah (depository financial institution


syariah) yang disebut lembaga keuangan bank syariah
b. Lembaga keuangan syariah non depository (non depository financial
institution syariah) yang disebut lembaga keuangan syariah bukan bank.

Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa sebuah lembaga keuangan syariah
adalah lembaga, baik bank maupun non-bank, yang memiliki spirit Islam baik
dalam pelayanan maupun produk-produknya, dalam pelaksanaannya diawasi oleh
sebuah lembaga yang disebut Dewan Pengawasan Syariah.

Jurnal:

Ahmad Mujahidin, Ekonomi Islam : Sejarah, Konsep, Instrumen, Negara dan


Pasar, (Jakarta:Rajawali Press, 2013).

Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Zikrul
Hakim, 2008)

Anda mungkin juga menyukai