Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN AKUNTANSI MUSYARAKAH PADA PERBANKAN

SYARIAH SESUAI DENGAN PSAK 106

Rahmayana1

Dr. Muammar Khaddafi, S.E., M. Si2

1
Mahasiswi Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Malikussaleh

2
Dosen Program Studi Akuntans, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Malikussaleh

Email: rahmayana201101@gmail.com, khaddafi, S.E.,M.Si2

ABSTRACT

Sharia accounting standards are needed to support the development of Islamic


banking because these standards are the key to the success of Islamic banks in
serving the community. Information provided by Islamic banks can be in the form
of information on financial statements and information on Islamic banking
products. Broadly speaking, Islamic bank fundraising and channeling products
can be grouped into Islamic bank fundraising patterns consisting of wadi'ah and
mudharabah principles. This study aims to compare the theory with the practice
that applies in companies, especially in the treatment and measurement of
musyarakah accounting in Islamic banks regarding whether or not the accounting
treatment is appropriate with PSAK 106. The results of this study indicate that the
application of musyarakah accounting in Islamic banks after conforming to PSAK
106, however it's just that when writing the name, the estimate for recording with
the term musyarakah financing must be replaced with musyarakah investment
ABSTRAK

Standar akuntansi syariah sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan


perbankan syariah karena standar tersebut merupakan kunci keberhasilan bank
syariah dalam melayani masyarakat. Informasi yang diberikan bank syariah dapat
berupa informasi laporan keuangan dan informasi produk-produk perbankan
syariah. Secara garis besar, produk penghimpunan dan penyaluran dana bank
syariah dapat dikelompokkan dalam pola penghimpunan dana bank syariah terdiri
dari prinsip wadi’ah dan mudharabah. Penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan antara teori dengan praktik yang berlaku diperusahaan khusunya
dalam perlakuan dan pengukuran akuntansi musyarakah pada bank syariah
tentang sesuai atau tidaknya perlakuan akuntansi dengan PSAK 106. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan akuntansi musyarakah di bank
syariah sesudah sesuai dengan PSAK 106, namun hanya saja pada penulisan nama
perkiraan pencatatan dengan istilah pembiayaan musyarakah harus diganti dengan
investasi musyarakah

Kata Kunci: Akuntansi Musyarakah, PASK 106, Bank Syariah

PENDAHULUAN

Bank syariah adalah bank dalam setiap kegiatan atau aktivitasnya


meninggalkan masalah riba. Dengan demikian, adapun salah satu tantangan yang
dihadapi oleh dunia islam adalah menghindari bunga yang dianggap riba. Akhir-
akhir ini para ekonomi muslim menghancurkan perhatian besar untuk menemukan
cara untuk menemukan cara untuk bisa menggantikan sistem bunga didalam suatu
transaksi perbankan serta membangun model teori ekonomi dan pengujiannya
terhadap pertumbuhan ekonomi, alokasi dan distribusi pendapatan, sehinnga
menjadi hal yang sangat menggembirakan. Oleh karena itu, dibentuklah
mekanisme perbankan tanpa bunga yang biasa disebut bank syariah. Dimana
tujuan didirikannya perbankan syariah karena adanya pengambilan riba dalam
transaksi keuamgan dan non keuangan (Qs. Al- Baqarah 2: 275). Dalam sistem
bunga, bank tidak akan tertarik dengan kemitraan usaha kecuali ada jaminan
kepastian penarikan modal dan pendapatan bunga (Zaenul Arifin, 2002: 39- 40).

Menurut undang- undang No. 10 tahun 1998 Bank syariah adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip- prinsip syariah dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank dalam setiapa
aktivitas operasionalnya sesuai dengan prinsip syariah, artinya setiap bank dalam
sitem kegiatan operasionalnya mengikuti dan melaksanakan ketentuan syariah,
khususnya yang berkaitan dengan tata cara muamalah dalam islam. Berbagai
macam produk yang disediakan oleh bank syariah termasuk pola jual beli sepeti
murabahah, salam dan istishna, pola peminjaman seperti mudharabah dan
musyarakah, pola deposito, pola sewa seperti ijarah mutahiyah bitamlik dan pola
lainnya yaitu seperti wakalah, kafalah, dan akad rahnatau gadai. Bagi hasil adalah
musyarakah. Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk bisnis tertentu, dimana masing- masing pihak berkontribusi dana degan
kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan dibagi sesuai dengan persetujuan.
Akad musyarakah ini telah dilakukan oleh semua bank syariah melalui sitem
pembiayaan proyek maupun modal venture, (Antinio, Muhammad syafi’ i,
2001:3)

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 08/ DSN- MUI/IV/2000, tanggal 13


april 2000, kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraan
terkadang perlu mendapatkan dana dari pihak lain melalui pembiayaan muyarakah
yaitu pembiayaan berdasarkan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu, masing- masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan banwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. lembaga keuangan syariah memiliki beberapa aplikasi untuk
pembiayaan musyarakah. Pertama musyarakah permenen, dimana pihak koperasi
merupakan mitra usaha tetap dalam proyek/ usaha. Model ini jarang digunakan,
namum penanaman modal permannen ini merupakan alternatif menarik bagi
investasi surat- surat berharga atau saham, sebagai salah satu portofolio investasi
lembaga keuangan syariah. Kedua, musyarakah digunakan untuk sistem
pembiayaan modal kerja. Lembaga keuangan syariah merupakan mitra dalam
tahap awal bisnis atau proses produksi. Dalam skim ini, pihak lembaga keuangan
syariah akan menyediakan dana untuk membeli aset atau alat-alat produksi, begitu
juga dengan partner musyarakah lainnya.

Setelah bisnis berjalan dan dapat menghasilkan keuntungan, porsi


kepemilikan koperasi atas aset dan alat produksi akan berkurang karena dibeli
oleh para partner lainnya, dan pada akhirnya akan menjadi nol, model pembiayaan
ini lebih dikenal dengan istilah deminishing musyarakah, dan ini yang banyak
diaplikasikan dalam lembaga keuangan syariah. Ketiga, musyarakah
digunakanuntuk pembiayaan jangka pendek. Musyarakah jenis ini bisa
diaplikasikan dalam bentuk pembiayaan perdagangan, seperti ekspor, impor,
penyediaan bahan mentah atau keperluan-keperluan khusus nasabah lainnya.
Secara garis besar musyarakah dikategorikan menjadi dua jenis yaitu, musyarakah
kepemilikan (syirkah al amlak) dan musyarakah akad (syirkah al aq’d).
Musyarakah kepemilikan tercipta karna adanya warisan , wasiat atau kondisi
lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebihsetuju
bahwa tiap orang mereka memberikan kontribusi modal musyarakah, merekapun
sepakat berbagi keuntungan dan kerugian.

PSAK No. 106 merupakan standart akuntansi yang sering digunakan dalam
pengelolaan produk perbankan syariah maupun lembaga keuangan syariah
mengenai akad musyarakah. PSAK 106 menjelaskan tentang pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan pengelolaan dana musyarakahbaik
untuk pemilik modal maupun pengelola usaha, serta dasar penentuan bagi hasil
usaha musyarakah

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah- masalah dalam penelitian ini adalah
bagimana penerapan akuntansi musyarakah bedasarkan PASK pada perbankan
syariah

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis bagaimana penerapan akuntansi musyarakah berdasarkan PSAK 106
pada perbankan syariah

LANDASAN TEORI

Perbankan Syariah

Perbankan syariah merupakan lembaga keuangan yang kegiatan


operasionalnya dan produknya menganut prinsip- prinsip islam berlandaskan Al-
quran dan Hadist. Usaha pokok bank syariah diantaranya yaitu memberikan
pinjaman ataupun jasa- jasa lainnya kepada nasabah sesuain dengan syariat islam

Fungsi Bank Syariah

Berdasarkan pasal 4 UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah,


Bank syariah diwajibkan untuk menjalankan fungsi penghimpunan dana dari
masyarakat. Selain itu, UU perbankan syariah juga mengamanahkan bank syariah
untuk menjalankan fungsi sosial dengan menjalankan fungsi seperti lembaga
Baitul Maal

Sistem Operasional Bank Syariah

Dalam operasional, perbankan syariah harus selalu dalam prinsip- prinsip


sebagai berikut:

1. Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai


kontribusi dan resiko msing masing
2. Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor(penyimpan dana),
dan pengguna dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar
sebagai mitra usaha yang saling bersinergi untuk memperoleh
keuntungan
3. Transparansi, lembaga keuangan syariah akan memberikan laporan
keuangan secara terbuka dan besinambungan agar nasabah investor
dapat mengetahui kondisi dananya
4. Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, rasdan
golongan dalam masyrakat sesuai dengan prinip islam sebagai
rahmatan lil alamin.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian kepustakaan atau
library research yaitu dengan cara menelaah, mencerna, membaca dan
menganalisis buku literatur- literatur, catatan, dan jurnal maupun hasil penelitian
terdahulu yang bersangkutan ataupun berkaitan dengan masalah pembahasan,
kemudian disaring dan dituangkan kedalam kerangka teoritis. Dengan buku,
literatur literatur catatan dan jurnal sebagai sumber data yang akan diolah dan
dianalisis sesuai dengan pembahasan

PEMBAHASAN
Pembiayaan Musyarakah
Secara bahasa musyarakah berasal dari kata al-syirkah yang berarti
percampuran atau persekutuan dua hal atau lebih, sehingga antara masing-masing
sulit dibedakan. Se-perti persekutuan hak milik atau perserikatan usah. Secara
etimologis, musyarakah adalah penggabungan, percampuran atau serikat.
Musyarakah berarti kerja sama kemitraan atau dalam bahasa inggris disebut
partnership.Maka secara keseluruhan musyarakah merupakan akad kerja sama di
antara para pemilik modal yang mencampurkan modal mereka dengan tujuan
mencari keuntungan dalam musyarakah, para mitra sama-sama menyediakan
modal untuk membiayaai suatu usaha tertentu dan bekerja bersama mengelola
usaha tersebut. Modal yang ada harus digunakan dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan bersama se-hingga tidak boleh digunakan untuk
kepentingan pribadi atau dipinjamkan pada pihak lain tanpa seijin mitra lainnya
Secara fiqih, dalam As-Sailur Jarrar III : 246 dan 248, Imam Asy-Syaukani
menulis buku sebagai berikut, “(Syirkah Syari’ah) terwujud atau terealisasi atas
dasar sama-sama ridha diantara dua orang atau lebih, yang masing-masing dari
mereka menge-luarkan modal dalam ukuran tertentu.” Kemudian modal bersama
ini dikelola untuk mendapatkan keuntungan, dengan syarat masing-masing
diantara mereka men-dapat keuntungan sesuai dengan besarnya saham yang
diserahkan kepada syirkah tersebut. Namun manakala mereka sepakat dan ridha,
keuntungannya dibagi rata antara mereka, meskipun besarnya modal tidak sama,
maka hal itu boleh dan sah, walaupun saham sebagian mereka lebih sedikit sedang
yang lain lebih besar jumlahnya.
Musyarakah adalah akad kerja sama yang terjadi diantara para pemilik
modal untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam
suatu kemitraan, dengan nisbah pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan,
sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi
modal

PSAK 106 Tentang Musyarakah


Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan keten-tuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan
kerugian berda-sarkan porsi kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas atau aset
nonkas yang diperkenankan oleh syari’ah.
1. Pengungkapan dan Pengukuran
a. Akuntansi untuk Mitra Aktif
 Investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau nonkas
untuk usaha musyarakah.
 Pengukuran investasi musyarakah dalam bentuk kas dinilai
sebesar jumlah yang diserahkan
 Dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan jika
terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai buku aset nonkas, maka
selisih tersebut diakui sebagai selisih penilaian aset musyarakah
dalam ekuitas. Selisih penilaian aset musyarakah tersebut
diamortisasi selama masa akad musyarakah.
 Aset nonkas musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai wajar
disusutkan dengan jumlah penyusutan.
 Jika proses penilaian pada nilai wajar menghasilkan penurunan
nilai aset, maka penurunan nilai ini langsung diakui sebagai
kerugian. Aset nonkas musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai
wajar disusutkan berdasarkan nilai wajar yang baru.
 Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah tidak dapat diakui
sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari
seluruh mitra musyarakah.
 Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif diakui sebagai
investasi musyarakah dan di sisi lain sebagai dana syirkah
temporer.
 Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah dengan pengembalian
dana mitra pasif di akhir akad.
 Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah menurun dinilai
sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diserahkan
untuk usaha musyarakah pada awal akad ditambah dengan jumlah
dana syirkah temporer yang telah dikembalikan kepada mitra pasif,
dan dikurangi kerugian jika ada.
 Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum
dikembalikan kepada mitra pasif diakui sebagai kewajiban.
 Pendapatan usaha musyarakah yang menjadi hak mitra aktif diakui
sebesar haknya sesuai dengan kesepakatan atas pendapatan usaha
musyarakah. Sedangkan pendapatan usaha untuk mitra pasif diakui
sebagai hak pihak mitra pasif atas bagi hasil dan kewajiban.
 Kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana
masing-masing mitra dan mengurangi nilai aset musyarakah.
 Jika kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau
pengelola usaha, maka kerugian tersebut ditanggung oleh mitra
aktif atau pengelola usaha musyarakah.
 Pengakuan pendapatan usaha musyarakah dalam praktik dapat
diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi pendapatan
usaha dari catatan akuntansi mitra aktif atau pengelola usaha yang
dilakukan secara terpisah.

b Akuntansi Untuk Mitra Pasif


o Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau
penyerahan aset nonkas kepada mitra aktif.
o Pengukuran investasi musyarakah dalam bentuk kas dinilai sebesar
jumlah yang dibayarkan.
o Dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan jika
terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat aset nonkas,
maka selisih tersebut diakui sebagai keuntungan tangguhan dan
diamortisasi selama masa masa akad atau kerugian pada saat
terjadinya.
o Investasi musyarakah nonkas yang diukur dengan nilai wajar aset
yang diserahkan akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan
atas aset yang diserahkan, dikurangi dengan amortisasi keuntungan
tangguhan jika ada.
o Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah tidak dapat diakui
sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari
seluruh mitra.
o Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah dengan pengembalian
dana mitra pasif di akhir akad dinilai sebesar jumlah kas yang
dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi
dengan kerugian atau nilai wajar aset musyarakah nonkas pada saat
penyerahan untuk usaha musyarakah setelah dikurangi penyusutan
dan kerugian jika ada.
o Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah menurun dinilai
sebesar jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada
awal akad dikurangi jumlah pengembalian dari mitra aktif dan
kerugian jika ada.
o Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum
dikembalikan oleh mitra aktif diakui sebagai piutang.
o Pendapatan usaha investasi musyarakah diakui sebesar bagian
mitra pasif sesuai kesepakatan. Sedangkan kerugian investasi
musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana.
2 Penyajian

a. Mitra aktif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan


usaha musyarakah dalam laporan keuangan:

o Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang
diterima dari mitra pasif disajikan sebagai investasi musyarakah.
o Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai
unsur dana syirkah temporer.
o Selisih penilaian aset musyarakah, bila ada, disajikan sebagai unsur
ekuitas.

b. Mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan


usaha musyarakah dalam aporan keuangan:
o Kas atau aset nonkas yang diserahkan kepada mitra aktif disajikan
sebagai investasi musyarakah.
o Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang
diserahkan pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan dari
investasi musyarakah.
3. Pengungkapan
a. Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah,
tetapi tidak terbatas pada

o Isi kesepakatan utama usaha musyarakah seperti porsi dana,


pembagian hasil usaha, akti-vitas usaha musyarakah dan lain-lain.
o Pengelola usaha jika tidak ada mitra aktif.
o Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penya-jian
Laporan Keuangan Syari’ah.

KESIMPULAN
Penerapan akuntansi musyarakah pada perbankan syariah yang meliputi
pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan, secara umum telah sesuai
dengan aturan PSAK 106.
DAFTAR PUSTAKA

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 08/ DSN- MUI/IV/2000 Pembiayaan


Musyarakah
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), 2007 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
No. 106, Akuntansi Musyarakah. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntansi Indonesia. Jakarta
Undang- undang No. 110 Tahun 1998 Tentang Perbankan Syariah
Antonio, s (2001) Bank syariah dari teori ke praktek. Jakarta: Gema Insani Press

Anda mungkin juga menyukai