Anda di halaman 1dari 13

PENERAPAN AKUNTANSI MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK 105

PADA PERBANKAN SYARIAH

Afra Syahdina1

Dr. Muammar Khaddafi, S.E., M.Si2

1
Mahasisiwi Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Malikussaleh

2
Dosen Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Malikussaleh

Email: afrasyahdina1308@gmail.com, khaddafi@unimal.ac.id

ABSTRACT

The focus of this research is on the application of mudharabah accounting based


on PSAK 105. According to the Statement of Financial Accounting Standards
(PSAK) 105, mudharabah accounting is a cooperation agreement between two
parties, in which the first party is the owner of the funds (shahibul maal) who

provides all the funds, while the second party acts as the fund manager (mudharib),
and the profits will be shared using the percentage or ratio method according to
the agreement in the initial agreement. Mudharabah financing is regulated in
PSAK 105 which includes the treatment of the application of recognition,
measurement, presentation and disclosure of mudharabah financing. The purpose
of this study is to analyze how the application of mudharabah accounting based on
PSAK 105 on Islamic banking. The research method used is descriptive qualitative
based on secondary data, namely through books related to research. The results of
the analysis show that the accounting treatment for mudharabah has been carried
out correctly and in accordance with PSAK 105 starting from the recognition,
measurement, presentation and disclosure of mudharabah financing.

Keywords: Mudharabah Accounting, Financing, PSAK 105


ABSTRAK

Fokus penelitian ini yaitu pada penerapan akuntansi mudharabah yang berdasarkan
PSAK 105. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 105,
akuntansi mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak
pertama sebagai pemilik dana (shahibul maal) yang menyediakan seluruh dana,
sedangkan pihak kedua sebagai sebagai pengelola dana (mudharib), dan
keuntungannya akan dibagi dengan metode persentase atau nisbah menurut
kesepakatan pada perjanjian awal. Pembiayaan mudharabah diatur dalam PSAK
105 yang mencakup perlakuan terhadap penerapan pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan pembiayaan mudharabah. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis bagaimana penerapan akuntansi mudharabah berdasarkan
PSAK 105 pada perbankan syariah. Metode penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif yang didasarkan pada data sekunder, yaitu melalui buku-buku
yang berkaitan dengan penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan
akuntansi mudharabah telah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan PSAK 105
mulai dari pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan tentang
pembiayaan mudharabah.

Kata Kunci: Akuntansi Mudharabah, Pembiayaan, PSAK 105

PENDAHULUAN

Lembaga keuangan syariah di Indonesia semakin mengalami


perkembangan. Dari tahun ke tahun jumlah lembaga keuangan syariah di Indonesia
semakin bertambah. Bank Muamalat merupakan bank syariah yang pertama di
Indonesia dan mulai beroperasi penuh pada tahun 1992. Dari data yang diterbitkan
Bank Indonesia, pada tahun 2000 terdapat 2 Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia, 3 Unit Usaha Syariah, dan 79 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Dari data yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai Desember 2015
sudah terdapat 12 Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia, 22 Unit Usaha Syariah,
dan 104 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Salah satu upaya dalam
menerapkan prinsip Islam dalam ekonomi adalah berkembangnya lembaga
keuangan syariah yang berlandaskan prinsip Islam di Indonesia. Adapun tujuan
pendirian lembaga keuangan syariah yaitu untuk mengembangkan prinsip-prinsip
syariah dalam transaksi keuangan dan perbankan. Prinsip syariah adalah prinsip
hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh
lembaga yang berwenang dalam penetapan fatwa di bidang syariah, yang dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Perbankan merupakan suatu lembaga keuangan atau badan usaha di mana


kegiatan utamanya adalah menghimpun dana, mengumpulkan dana dari
masyarakat, dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang
membutuhkan dana. Perbankan syariah adalah perbankan yang mana kegiatannya
berlandaskan pada hukum Islam atau syariat, serta tidak mengandung unsur dan
praktek riba.

Semakin berkembangnya lembaga keuangan syariah, maka membuktikan


bahwa masyarakat mulai beralih memilih sistem keuangan yang adil dan tidak
bertentangan dengan nilai syariah dalam Islam. Selain itu, masyarakat pun mulai
sadar bahwa riba bertentangan dengan prinsip Islam. Lembaga keuangan syariah
berbentuk bank seperti Bank Umum Syariah (BUS), Bank Perkreditan Rakyat
Syariah (BPRS), dan lembaga keuangan syariah non bank seperti BMT (Baitul Mal
Wa Tamwil), Asuransi Syariah, Pegadaian Syariah, dan Pasar Modal Syariah.

Pada saat ini, lembaga keuangan syariah lebih banyak mengeluarkan


pembiayaan yang bersifat konsumtif, daripada pembiayaan bersifat produktif. Data
yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Desember 2015 hanya
terdapat 14.820 (Miliar Rupiah) pembiayaan mudharabah yang dikeluarkan oleh
Bank Umum Syariah, yang membuktikan bahwa lebih sedikit daripada pembiayaan
murabahah Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yaitu
sebesar 112.111 (Miliar Rupiah).
Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, penulis tertarik untuk
meneliti dengan judul: “Penerapan Akuntansi Mudharabah berdasarkan
PSAK 105 pada Perbankan Syariah”.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana penerapan akuntansi mudharabah berdasarkan
PSAK 105 pada perbankan syariah.

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis bagaimana penerapan akuntansi mudharabah berdasarkan PSAK 105
pada perbankan syariah.

MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1) Bagi perusahaan berguna sebagai alternatif dan ide pemikiran terkhusus


untuk perbankan syariah dalam menerapkan pembiayaan berdasarkan
PSAK 105 untuk menentukan pembiayaan akuntansi mudharabah yang
disesuaikan dengan pengeluaran biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi.
2) Bagi pembaca berguna sebagai bahan masukan dalam menambah karya tulis
untuk penelitian selanjutnya sehubungan dengan penelitian ini.
LANDASAN TEORI

Pengertian Akuntansi Mudharabah

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 105, akuntansi


mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak pertama
sebagai pemilik dana (shahibul maal) yang menyediakan seluruh dana, sedangkan
pihak kedua sebagai sebagai pengelola dana (mudharib), dan keuntungannya akan
dibagi dengan metode persentase atau nisbah menurut kesepakatan pada perjanjian
awal.

Jenis-jenis Mudharabah

Ada tiga jenis mudharabah, yaitu:

1) Mudharabah Muqayyadah, adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana


(shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib), dengan kondisi
pengelola dana (mudharib) diberikan batasan oleh pemilik dana (shahibul
maal) dalam hal tempat, cara, atau objek investasi.
2) Mudharabah Muthlaqah, adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana
(shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib) tanpa adanya
pembatasan dana oleh pemilik dana (shahibul maal) dalam hal tempat, cara,
atau objek investasi.
3) Mudharabah Musytarakah, adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana
(shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib), di mana pengelola dana
(mudharib) ikut menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama
investasi. Mudharah ini merupakan perpaduan antara akad mudharabah dan
musyarakah.

Bentuk-bentuk Mudharabah

Menurut Ismail (2011:83) dalam bukunya yang berjudul “Perbankan


Syariah”, bentuk mudharabah terbagi dalam 3 bentuk, yaitu:
1) Investasi Mudharabah
2) Tabungan Mudharabah
3) Deposito Mudharabah

Konsep Dasar Mudharabah PSAK 105

Akuntansi mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana
pihak pertama sebagai pemilik dana (shahibul maal) yang menyediakan seluruh
dana, sedangkan pihak kedua sebagai sebagai pengelola dana (mudharib), dan
keuntungannya akan dibagi dengan metode persentase atau nisbah menurut
kesepakatan pada perjanjian awal, sedangkan kerugiannya hanya ditanggung oleh
pemilik dana (shahibul maal). Kerugian akan ditanggung pemilik dana (shahibul
maal) sepanjang kerugian tersebut tidak diakibatkan oleh kelalaian pengelola dana.
Apabila kerugian tersebut disebabkan oleh kelalaian oleh pengelola dana, maka
kerugian ini ditanggung oleh pengelola dana (mudharib).

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 105

Perkembangan yang berkaitan dengan akuntansi selalu ditanggapi oleh


Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), khususnya dalam hal-hal yang mempengaruhi
dunia usaha dan profesi akuntan. Hal demikian dapat terlihat dari bagaimana
pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 sampai saat
ini. Terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi
keuangan di Indonesia.

Yang pertama, saat menjelang diaktifkan pasar modal di Indonesia pada


tahun 1973. Masa tersebut merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi
prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam buku “Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI)”.

Yang kedua, terjadi pada tahun 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku
“Standar Akuntansi Keuangan (SAK)” pada 01 Oktober 1994. Sejak tahun 1994,
IAI memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi
internasional dalam pengembangannya.
Yang ketiga, saat terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian
mengadopsi dalam rangka konvergensi dengan Internatonal Financial Reporting
Standards (IFRS). Standar akuntansi keuangan tersebut terus direvisi secara
berkesinambungan yang menjadikannya semakin berkembang.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang


didasarkan pada data sekunder, yaitu melalui buku-buku yang berkaitan dengan
penelitian. Pendekatan penelitian ini dilakukan dengan cara riset kepustakaan
(library research). Riset kepustakaan (library research) adalah penelitian yang
dilakukan dengan cara menelaah, membaca, mencerna dan menganalisis buku-
buku, literatur-literatur, catatan, dan jurnal-jurnal serta hasil penelitian sebelumnya
yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

Oleh karena itu, penulis berpegang pada teori-teori yang ada pada buku-
buku, literatur, catatan, dan jurnal untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Objek
penelitian ini adalah perbankan syariah tentang penerapan akuntansi mudharabah
berdasarkan PSAK 105.

PEMBAHASAN

Pada umumnya, perbankan syariah memiliki dua bentuk akad, yaitu akad
mudharabah dan wadiah. Skema dalam pembiayaan mudharabah yaitu: awalnya
nasabah mengajukan pembiayaan kepada bank untuk memperoleh modal usaha.
Bank memberikan modal sebesar 100% untuk dikelola oleh nasabah. Ketika akad
terjadi, maka telah ditentukan proporsi atau nisbah bagi hasilnya. Jika terjadi
kerugian yang bukan merupakan kelalaian nasabah, maka kerugian tersebut
ditanggung oleh bank. Keuntungannya dibagi berdasarkan ketentuan nisbah,
kemudian nasabah mengembalikan modal pokok kepada bank.
PSAK 105 tentang akuntansi mudharabah dikeluarkan oleh Dewan Standar
Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 27 Juni 2007.
PSAK 105 adalah standar akuntansi keuangan keuangan syariah yang mengatur
tentang pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi
mudharabah. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/47/PBI/2005 tentang
Transparasi Kondisi Keuangan BPRS, BPRS diwajibkan melakukan pencatatan
atas kegiatan usahanya berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) yang berlaku bagi perbankan syariah.

Pengakuan

PSAK 105 tentang pengakuan pembiayaan mudharabah yaitu sebagai


berikut.

1) Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana (shahibul maal) diakui
sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyersahan
aset non kas kepada pengelola dana.
2) Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk aset non kas:
a. Penurunan sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau faktor
lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka
penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo
investasi mudharabah.
b. Penurunan nilai setelah usaha dimulai, jika sebagian investasi
mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian
pengelola dana, maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi
jumlah investasi mudharabah, tetapi diperhitungkan saat pembagian
bagi hasil.
3) Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha
diterima oleh pengelola dana.
4) Investasi mudharabah yang diberikan dalam bentuk aset non kas dan
mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan
secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian tersebut
tidak langsung mengurangi jumlah investasi, tetapi diperhitungkan pada
saat pembagian hasil.
5) Kelalaian atau kesalahan pengelola dana, antara lain:
a. Persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi.
b. Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majur) yang lazim atau
yang telah ditentukan dalam akad.
c. Hasil keputusan dari institusi berwenang.
6) Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan
belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui
sebagai piutang.
7) Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan
usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang
disepakati.
8) Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah
berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian
investasi. Saat akad mudharabah berakhir, selisih antara:
a. Investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi.
b. Pengembalian investasi mudharabah.
Diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
9) Pengakuan penghasilan usaha mudharabah berdasarkan laporan bagi hasil
atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana, tidak diperkenankan
mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha.
10) Kerugian akibat kelalaian atas kesalahan pengelola dana dibebankan pada
pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah.
11) Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dan diakui sebagai
piutang.

Pengukuran

Pengukuran adalah proses penetapan jumlah kas untuk mengakui dan


memasukkan setiap unsur-unsur laporan keuangan. Pengakuan pembiayaan
mudharabah dalam PSAK 105 adalah sebagai berikut.
1) Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
dibayarkan.
2) Investasi mudharabah dalam bentuk aset non kas diukur sebesar nilai wajar
aset non kas pada saat penyerahan.

Penyajian

Penyajian merupakan bagaimana suatu transaksi disajikan dalam laporan


keuangan. Penyajian pembiayaan mudharabah dalam PSAK 105 yaitu sebagai
berikut.

1) Pembiayaan mudharabah disajikan sebesar saldo pembiayaan mudharabah


nasabah kepada bank.
2) Piutang bagi hasil disajikan sebagai bagian dari aset lainnya saat nasabah
tergolong performing. Sedangkan jika nasabah tergolong non-performing,
maka piutang bagi hasil disajikan pada rekening administratif.
3) Cadangan kerugian penurunan nilai pembiayaan mudharabah disajikan
sebagai pos lawan (contra account) pembiayaan mudharabah.
4) Pembiayaan mudharabah yang diakhiri sebelum jatuh tempo atau sudah
berakhir dan belum diselesaikan oleh nasabah tetap disajikan sebagai bagian
pembiayaan mudharabah.

Pengungkapan

Pengungkapan oleh pemilik dana dalam PSAK 105 berkaitan dengan


transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas pada:

1) Rincian jumlah pembiayaan mudharabah berdasarkan sifat akad


(Mudharabah Muthlaqah atau Mudharabah Muqayyadah), jenis
penggunaan dan sektor ekonomi.
2) Klasifikasi pembiayaan mudharabah menurut jangka waktu (masa akad),
kualitas pembiayaan, valuta, dan cadangan kerugian penurunan nilai dan
tingkat bagi hasil rata-rata.
3) Jumlah dan persentase pembiayaan mudharabah yang diberikan kepada
pihak-pihak berelasi.
4) Jumlah pembiayaan mudharabah yang telah direstrukturisasi dan informasi
lain tentang pembiayaan mudharabah tersebut selama periode berjalan.
5) Kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian risiko portofolio
pembiayaan mudharabah.
6) Pembiayaan mudharabah bermasalah dan cadangan kerugian penurunan
nilai untuk setiap sektor ekonomi.
7) Kebijakan dan metode yang dipergunakan dalam penanganan mudharabah
bermasalah.
8) Ikhtisar pembiayaan mudharabah yang dihapus baku menunjukkan saldo
awal, penghapusan selama tahun berjalan, penerimaan atas pembiayaan
mudharabah yang telah dihapusbukukan dan pembiayaan mudharabah yang
telah dihapus tagih, dan saldo akhir pembiayaan mudharabah yang dihapus
buku.

Saat Akad Pembiayaan

Dalam PSAK 105 dijelaskan bahwa mudharabah adalah akad kerja sama
antara dua pihak, di mana pihak pertama sebagai pemilik dana (shahibul maal) yang
menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua sebagai sebagai pengelola dana
(mudharib), dan keuntungannya akan dibagi dengan metode persentase atau nisbah
menurut kesepakatan pada perjanjian awal sedangkan kerugiannya hanya
ditanggung oleh pemilik dana (shahibul maal).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dan pembahasan uraian di


atas, dapat disimpulkan bahwa:

1) Perlakuan akuntansi mengenai pengakuan terhadap pembiayaan


mudharabah terdiri dari pengakuan investasi dan pengakuan beban, telah
sesuai dengan PSAK 105. Namun, pengakuan terhadap keuntungan dari
pembiayaan mudharabah belum sesuai dengan PSAK 105, dikarenakan
pengakuan keuntungan diukur bukan dari laporan keuangan melainkan atas
hasil proyeksi atau perkiraan.
2) Perlakuan akuntansi terhadap pembiayaan mudharabah mengenai
pengukuran telah sesuai dengan PSAK 105.
3) Perlakuan akuntansi terhadap pembiayaan mudharabah mengenai penyajian
telah sesuai dengan PSAK 105.
4) Perlakuan akuntansi terhadap pembiayaan mudharabah mengenai
pengungkapan belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK 105, yaitu tidak
adanya pengungkapan terhadap penyisihan kerugian investasi mudharabah
dan pengungkapan terhadap kerugian akibat penurunan nilai aktiva
mudharabah.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dihasilkan di atas, maka penulis memberikan


saran:

1) Bagi perbankan, diharapkan untuk mampu mengikuti perkembangan


peraturan perbankan syariah terkhusus tentang pembiayaan mudharabah
yang berkaitan dengan perhitungan nisbah bagi hasil sehingga dapat sesuai
dengan prinsip syariah yang ada.
2) Perbankan diharapkan untuk melakukan sosialisasi dan edukasi kepada
masyarakat dan calon anggota pembiayaan mudharabah, terkhusus
pembiayaan berbasis bagi hasil yang perhitungannya membutuhkan laporan
keuangan dari anggota pembiayaan mudharabah.
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba


Empat.

Nurhayati, S dan Wasilah. (2015). Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta:


Salemba Empat.

M. Syafii Antonio. (2009). Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: PT Gema
Insani Press.

Salman, K.R. (2012). Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah. Book.

Kautsar Riza Salman, S.E., Ak., M.S.A., B.K.P., S.A.S. (2012). Akuntansi
Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah. Book.

Dewita, Asri dan H. Abd. Jalil. (2019). ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN


MUDHARABAH MENURUT PSAK 105 PADA PERBANKAN
SYARIAH. Al-Mizan: Jurnal Ekonomi Syariah, 2(2), 16-28.

Katman, Muhammad Nasri dan Ria Indrawati. (2020). PENERAPAN DAN


KENDALA AKUNTANSI AKAD MUDHARABAH PADA
PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK 105.
Study of Scientic and Behavioral Management (SSBM), 1(3), 70-80.

Darmawan dan Abdul Hamid. (2018). PENERAPAN AKUNTANSI


PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK NO. 105
PADA BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG MIKRO KOTA
PAREPARE. Jurnal Syari’ah dan Hukum Diktum, 16(1), 65-80.

Anda mungkin juga menyukai