Anda di halaman 1dari 12

FINALISASI PERBANKAN SYARIAH

A. Pendahuluan
Pengorganisasian dan perancangan dan pengembangan organisasi
adalah meliputi pembagian kerja yang logis, penetapan garis tanggung jawab
dan wewenang yang jelas, pengukuran pelaksanaan dan prestasi yang dicapai
yang menunjukkan dengan jelas tanggung jawab dan wewenang atas suatu
tindakan,

misalnya

seseorang

yang

memberikan

pembiayaan

harus

bertanggung jawab untuk menagih dan menyelesaikannya, karena pemberian


pembiayaan itu bukanlah tujuan
Dienul islam adalah suatu sistem yang lengkap dalam kehidupan untuk
mengelola manusia dan alam semesta yang sesuai dengan kehendak Allah.
Kalimat menegakkan dienberarti mengatur kehidupan ini agar rapi, dan
janganlah berpecah belah berarti kita diperintahkan untuk mengorganisasikan
kehidupan kita dengan sebaik-baiknya. Struktur organisasi tergantung padaa
besar kecilnya bank (bank size) , keragaman layanan yang ditawarkan,
keahlinya personelnya dan peraturan-peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Tidak ada acuan baku bagi penyusunan struktur organisasi bagi bank
dalam segala situasi kebutuhan operasinya. Struktur organisasi setiap bank
berikut tanggung jawab dan wewenang para pejabatnya bervariasi satu sama
lain. Oleh karena itu struktur organisasi mencerminkan pandangan menejemen
tentang cara yang paling efektif untuk mengoperasikan bank.
B. Pembahasan
1. Mekanisme Kerja Perbankan Syariah
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank
konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang
amat membedakan antar bank syariah dan bank konvensional adalah
keharusan adanya dewan pengawas syariah (DPS) yang bertugas mengawasi

operasional bank dan produk- produknya agar sesuai dengan garis- garis
syariah. 1
Dewan pengawas syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat
dewan komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas dari
setiap opini yang diberikan oleh dewan pengawas syariah. Karena itu,
biasanya penetapan anggota dewan pengawas syariah dilakukan oleh rapat
umum pemegang saham, setelah para anggota dewan pengawas syariah itu
mendapat rekomendasi dari dewan syariah nasional. Adapun skema dari
struktur organisasi bank syariah ada yang murni bank syariah ada juga yang
cabang dari bank konvensional, berikut skema bank syariah:
DSN didirikan berdasarkan SK MUI No.Kep 754/II/1999, dengan
empat tugas pokok, yaitu:
1. Menumbuh kembangkan penerapan nilai- nilai syariah dalam kegiatan
ekonomi;
2. Mengeluarkan fatwa atas jenis- jenis kegiatan keuangan.
3. Mengeluarkan fatwa atau produk keuangan syariah.
4. Mengawasai penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.
DSN berwenang, sebagai berikut: 2
1. Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS dimasing- masing lembaga
keuangan syariah dan menjadi dasar tindakan hukum terkait.
2. Mengeuarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/peraturan yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang seperti departemen keuangan
dan Bank Indonesia.
3. Memberika rekomendasi dan mencabut rekomendasi nama- nama yang
akan duduk sebagai DPS pada suatu LKS.
4. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan
dalam pembahasan ekonomi syariah, termasuk otoritas moneter/ lembaga
keuangan dalam maupun luar negeri.

1 Syafii Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta, hal 59
2 Yaya, Rizal. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer. Hal. 34

5. Memberikan peringatan kepada LKS untuk menghentikan penyimpangan


dari fatwa yang dikeluarkan oleh DSN.
6. Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil tindakan
apabila pelanggaran tidak diindahkan. Adapun fungsi dari dewan syariah
nasional adalah
7. Mengawasi produk- produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan
syariah;
8. Meneliti dan memberi fatwa bagi produk- produk yang dikembangkan
lembaga keuangan syariah
9. Memberikan rekomendasi ulama- ulama yang akan ditugaskan sebagai
DPS pada suatu lembaga keuangan syariah
10. Memberi teguran kepada lembaga keuangan syariah, jika terjadi
penyimpangan dari garis panduan yang ditetapkan.
Pasal 27 PBI No.6/24/PBI/2004 menguraikan tugas, wewenang, dan
tanggung jawab DPS, yaitu antara lain meliputi:
1. Memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional bank
terhadap fatwa yang dikeluarkan oleh DSN.
2. Menilai aspek syariah terhadap pedoman operasional, dan produk uang
dikeluarkan bank;
3. .Memberikan opini dari aspek syariah terhadapa pelaksanaan operasional
bank secara keseluruhan dalam laporan publikasi bank;
4. Mengkaji produk dan jasa baru yang belum ada fatwa untuk dimintakan
fatwa kepada DSN;
5. Menyampaikan laporan hasil pengawasan syariah sekurang- kurangnya
setiap 6 bulan kepada direksi, komisaris, DSN, dan Bank Indonesia.
Fungsi utama DPS adalah : 3
a) Sebagai penasihat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan unit
usaha syariah, dan pimpinan kantor cabang syariah mengenai hal- hal
yang terkait dengan aspek syariah;

3 Yaya, Rizal. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer.hal. 36

b) Sebagai mediator antara lembaga keuangan syariah dengan DSN


dalam mengomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan
jasa dari lembaga keuangan syariah yang memerlukan kajian fatwa
dari DSN.
Sedangkan kewajiban DPS adalah sebagai berikut
a) Mengikuti fatwa- fatwa DSN
b) Mengawasi kegiatan usaha lembaga keuangan syariah agar tidak
menyimpang dari ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan
oleh DSN.
c) Melaporkan kegiatan usaha dan perkembangan lembaga keuangan yang
diawasinya secara rutin kepada DSN, sekurang- kurangnya dua kali
dalam setahun.
Berdasarkan UU No. 10 tahun 1998, otoritas yang berwenang untuk
menyatakan telah terjadi pelanggaran terhadap prinsip- prinsip syariah,
termasuk penerapan sanksi hukum adalah Bank Indonesia Hubungan kerja
antara BI dan DSN disarankan merupakan suatu bentuk koordinasi antara
kedua lembaga tersebut. Hal ini tentunya dapat dilakukan apabila DSN
ditentukan sebagai lembaga berdiri sendiri diluar BI dan sejajar
kedudukannya dengan BI.
BI sebagai otoritas pengawas perbankan dapat meminta fatwa
kepada DSN apabila disinyalir ada masalah pelanggaran syariah
compliance. Sebaliknya, DSN juga dapat melakukan inisiatif atau berperan
aktif dalam mengawasi DPS ataupun bank syariah terhadap adanya
permasalahan syariah compliance, misalnya terdapat produk- produk,
praktik bank syariah, maupun tidakan DPS yang melanggar prinsipprinsip syariah, dengan jalan melaporkan kepada BI4
.Terhadap laporan ini BI harus melakukan tindakan pemeriksaan,
bila terbukti bersalah, maka BI dapat melakukan tindakan- tindakan
penertiban atau pemberian sanksi kepada bank syariah atau praktik
4 Mulyana, Deddy. Manajemen Perbankan : Suatu Pengantar Perbankan . Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2005, hal 79

perbankan syariah yang melanggar tersebut sesuai dengan peraturan yang


berlaku. DSN juga dapat melakukan teguran langsung kepada DPS.
Namun teguran tersebut lebih bersifat moral, karena DPS sebagai suatu
lembaga independen tidak dapat mengeksekusi bank syariah byang
menyimpang. Berbeda dengan DSN di Malaysia yang mempunyai
kekuatan eksekusi terhadap suatu bank syariah karena DSN Malaysia
berkedudukan di Bank Sentral Malaysia dan menyatu dengan Islamic
Banking Division (Setingkat Direktorat)5
2. Finalisasi Sistem Perbankan Syariah
Implementasi inisiatif merupakan finalisasi sistem perbankan syariah
yang diharapkan dapat memenuhi standar keuangan dan kualitas pelayanan
internasional.
1.

Kepatuhan pada prinsip-prinsip syariah


Mewujudkan konsep rating perbankan yang terintegrasi antara sisi
syariah dan keuangan. Menindaklanjuti prinsip kesatuan antara prinsip
syariah dan keuangan, Bank Indonesia akan mendorong diterapkannya
konsep pengaturan yang terintegrasi antara aspek keuangan dan
kesyariahan

2.

Ketentuan kehati-hatian
Mewujudkan terciptanya sistem pengaturan berbasis insentif
Sesuai dengan paradigma pengaturan perbankan moderen, Bank Indonesia
pada akhirnya akan mendorong diberlakukannya sistem pengaturan yang
berbasis insentif. Adapun tujuan akhir dari paradigma pengaturan yang
baru adalah self-regulatory banking system.

3.

Peningkatan efisiensi operasional dan daya saing yang tinggi


Mendorong terciptanya pemain-pemain yang berskala global dan
berdaya saing internasional Secara konsisten tetap mendorong efisiensi
operasi sehingga mampu bersaing secara global.

5 Mulyana, Deddy. Manajemen Perbankan : Suatu Pengantar Perbankan . Bandung : PT


Remaja Rosdakarya, 2005, hal 7

4. Stabilitas

sistem

perbankan

syariah

dan

kemanfaatan

bagi

perekonomian
Mendorong terwujudnya sistem keuangan syariah yang kaffah. Bank
Indonesia akan selalu mendorong terbentuknya sistem keuangan syariah
yang secara kaffah dapat menggunakan sumber-sumber dana yang diatur
dalam syariah dan menggunakannya sesuai dengan syariah serta amanah
(konsep safety net) dalam menjalankan operasinya.
Finalisasi sistem perbankan syariah diharapkan mampu memenuhi
standar keuangan dan kualitas pelayanan internasional. Akibat infrastruktur
pasar dan aturan-aturan bisnis belum lengkap, termasuk RUU perbankan
syariah menjadikan pelaku perbankan syariah harus berhati-hati dalam
mengambil keputusan. Meskipun terkadang perbankan syariah terlihat bingung
dalam memilih segmentasi yang tidak infokus.6
Hal ini pun sama kasusnya dengan model perbankan konvensional yang
cenderung ikut-ikutan dalam memilih program kerja di pasar. Contohnya saat
salah satu Bank syariah meluncurkan produk gadai syariah (rahn), maka bankbank syariah lain cenderung mengikuti. Seharusnya pelaku perbankan syariah
lebih memfokuskan diri terhadap strategi market development (pengembangan
pasar) dan market penetration selain dari pada pengembangan produk.
Pemilihan segmentasi yang ingin dituju perbankan syariah haruslah sesuai
dengan pola perbankan syariah sendiri.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa ada dua pola yaitu dual banking
system dan full syariah banking. Secara umum pelaku perbankan syariah
cenderung generik dalam pemilihan segmentasi termasuk juga dalam memilih
produk dan strategi pasar, kecuali BII Syariah yang fokus terhadap segmentasi
high nasabah individu berpendapatan tinggi dengan positioning yang jelas
sebagai platinum syariah.7 Hal ini penting karena masing-masing pola memiliki
kekuatan dan kelemahan yang berbeda sehingga diperlukan analisis yang kuat
untuk memilih segmentasi pasar yang sesuai.
6 Syafii Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta, hal 67
7 Syafii Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta, hal. 61

Kembali terhadap permasalahan yang kini sedang dihadapi pihak


perbankan konvensional terkait dengan defisitnya kredit investasi daripada
kredit konsumsi yana cenderung meningkat. Hal ini pun diperparah dengan
persaingan yang tidak sempurna diantara bank-bank di Indonesia, dimana
hanya 15 Bank utama yang menguasai hampir 75 persen pasar, sedangkan
bank-bank konvensional lainnya harus saling berebut dalam lingkup 25 persen
sisanya.
Keadaan yang tidak berimbang ini pun mesti terusik oleh guncanganguncangan ekonomi yang dialami Negara-negara maju selaku parameter
kekuatan ekonomi dunia. Fluktuasi ekonomi dunia menjadikan tingkat bunga
perbankan konvensional menjadi tidak terkendali. Kasus ini jelas sangat
berbeda dengan perbankan syariah yang sejak lama berpola keuntungan bagi
hasil dalam rangka mencapai perekonomian yang berkelanjutan dan adil.
Keberadaan perbankan syariah sendiri sebenarnya memberikan angin
segar bagi dunia perbankan di Indonesia karena memberikan alternatif produk
dan jasa perbankan bagi masyarakat terutama muslim, yang dari pengalaman
krisis lalu terbukti mampu meningkatkan ketahanan satuan-satuan ekonomi
melalui prinsip bagi hasil (profit and loss sharing) dan tidak mengenal berbagi
risiko (risk sharing). Hal ini tentunya berbanding terbalik dengan perbankan
konvensional yang menganut paham bunga (interest fee). Akhirnya jika
penerapan strategi kerja yang mantap tersebut dalam rangka peningkatan daya
saing
Implementasi inisiatif merupakan finalisasi sistem perbankan syariah
yang diharapkan bisa memenuhi standar keuangan dan kualitas pelayanan
internasional.
Meski berdasarkan cetak biru tersebut saat ini pengembangannya baru
mulai memasuki tahap II, beberapa ekonom menyebutkan perbankan syariah
telah berada di jalur fast growing atau tumbuh cepat.
Pencapaian itu tentu tak bisa lepas dari upaya BI yang terus melakukan
penyempurnaan baik dari aspek regulasi atau peraturan maupun sistem
pengawasan.

Pada aspek regulasi telah diterbitkan Pedoman Akuntansi Perbankan


Syariah Indonesia (PAPSI) yang mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No 59. 8
Di samping itu, dikeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang
Kualitas Aktiva Produktif serta tentang Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif bagi bank syariah.
Dalam kerangka pelaksanaan fungsi lender of the last resort BI
menerbitkan pula peraturan mengenai Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek
bagi perbankan syariah.
Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi, pengawasan Unit Usaha
Syariah (UUS) yang selama ini dilaksanakan oleh Direktorat Pengawasan Bank
Umum BI dialihkan ke Direktorat Perbankan Syariah yang telah dinaikkan
statusnya dari semula setingkat Biro.
Seiring

dengan

langkah-langkah

otoritas

moneter

yang

terus

menyempurnakan berbagai peraturan, kalangan perbankan syariah juga mesti


menuntaskan beberapa pekerjaan rumah (PR)-nya.
Proaktif mempromosikan sistem perbankan syariah kepada masyarakat
luas karena kualitas pengenalan dan persepsi mereka terhadap lembaga
keuangan syariah belum sebagaimana yang diharapkan.
Masih banyak masyarakat yang belum paham benar mengenai lembaga
keuangan syariah, jenis produk, serta keunggulannya dibandingkan dengan
lembaga keuangan konvensional.
Masyarakat harus diberi bukti bahwa perbankan syariah memberi
ketenangan dan kenyamanan dari sisi nurani serta keuntungan dari sisi
bisnisnya.
Perlu ditekankan bertransaksi dengan pola bagi hasil akan mendatangkan
dua misi sekaligus, yakni keuntungan dan misi sosial.

8 Severin J, Werner and Tankard, James W Jr. Teori Manajemen Bank Syariah . Jakarta :
Kencana , 2007, hal . 67

Kedua, terus berusaha meningkatkan layanan karena kunci sukses bisnis


jasa adalah kepercayaan yang akan terbentuk secara solid jika layanannya
memuaskan para pelanggan atau pengguna.
Meningkatkan layanan bisa ditempuh melalui banyak cara. Antara lain
memperbanyak jaringan kantor, selalu meng-up grade sumber daya manusia
(SDM), serta menciptakan produk-produk inovatif yang tetap mengacu pada
prinsip syariah.9
Membuka jaringan layanan memang membutuhkan investasi cukup
besar, tetapi jika hal itu tak dilakukan maka sangat sulit mengharapkan
perbankan syariah kian berkembang. Kerja sama dan aliansi secara horisontal
serta vertikal dengan lembaga sejenis bisa menghemat pengeluaran investasi.
Terkait dengan penyediaan SDM kini sudah banyak lembaga pendidikan
tinggi swasta dan negeri yang membuka program studi ekonomi Islam atau
perbankan syariah baik jenjang diploma maupun sarjana, sehingga masalah
kelangkaan SDM di bidang lembaga keuangan syariah akan cepat teratasi.
Sementara itu inovasi produk berhubungan erat dengan pemanfaatan
teknologi informasi. Anjungan tunai mandiri (ATM), electronic banking,
phone banking, mobile banking, dan sejenisnya yang sudah digunakan
perbankan konvensional perlu diadopsi dan disesuaikan dengan prinsip
syariah.
Ketiga, meningkatkan permodalan untuk mewujudkan postur perbankan
syariah yang kuat dan sehat sebagai salah satu pilar perekonomian.
Tak bisa tidak jika ingin besar maka bank-bank syariah harus menaikkan
modalnya. Itu bisa dilakukan lewat penjualan saham ke pasar modal atau
bekerja sama dengan bank syariah besar di berbagai negara.
Dari situ kita berharap perbankan syariah di Indonesia berkembang
menuju jati dirinya dalam menopang ekonomi nasional.

9 Mulyana, Deddy. Manajemen Perbankan : Suatu Pengantar Perbankan . Bandung : PT


Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 21

Jangan sampai syariah hanya ''ganti baju'', sedangkan pola pikir dan
sistemnya tetap konvensional. Untuk itu ke depan perlu dipertimbangkan
membentuk undang-undang tersendiri mengenai perbankan syariah.
C. Kesimpulan
Pengorganisasian adalah meletakkan tujuan dan sasaran yang telah
dirancangkan kedalam tindakan melalui penetapan kebijakan dan proses,
termasuk pengadaan fungsi pendukung dan penyebaran layanan melalui
struktur organisasi. Kesuksesan dalam bisnis itu bergantung pada kemampuan
pengelola atau pemimpinnya .
lembaga yang melatih para kariawannya dan menata organisasinya
dengan

sistem

pelayanan

yang

baik

dan

efisien.Dewan

komisaris

berwewenang dan bertanggung jawab untuk memberikan persetujuan atas


kebijakan

pembiayaan

dan

rencana

pembiayaan

tahunan,

termasuk

pembiayaan kepada pihak-pihak terkait dan nasabah-nasabah besartertentu


yang di tuangkan dalam rencana kerja bank.Direksi bertanggung jawab atas
penyusunan kebijakan dan rencana pembiayaan yang dituangkan dalam
rencana kerja bank, dan memastikan bahwa kebijakan itu tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah.

10

DAFTAR PUSTAKA

Syafii Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta
Yaya, Rizal. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer.
Jakarta
Mulyana, Deddy. Manajemen Perbankan : Suatu Pengantar Perbankan .
Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005

Severin J, Werner and Tankard, James W Jr. Teori Manajemen Bank Syariah .
Jakarta : Kencana , 2007

11

MAKALAH
HUKUM PERBANKAN SYARIAH
Sistem Oprasional Bank Syariah

DISUSUN OLEH :
Yoga Pranata
1316140487

DOSEN PEMBIMBING :
WERI GUSMANSYAH

PRODI EKONOMI PERBANKAN


FAKULTAS PERBANKAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
2015
ii
12

Anda mungkin juga menyukai