Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istana Negara dan Istana Merdeka yang berada di satu kompleks di
Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, merupakan dua buah bangunan utama
yang luasnya 6,8 hektare (1 hektare = 1 hektometer persegi = 10000 meter
persegi) dan terletak di antara Jalan Medan Merdeka Utara dan Jalan Veteran,
serta dikelilingi oleh sejumlah bangunan yang sering digunakan sebagai
tempat kegiatan kenegaraan.
Dua bangunan utama adalah Istana Merdeka yang menghadap ke
Taman Monumen Nasional (Monas)(Jalan Medan Merdeka Utara) dan Istana
Negara yang menghadap ke Sungai Ciliwung (Jalan Veteran). Sejajar dengan
Istana Negara ada pula Bina Graha. Sedangkan di sayap barat antara Istana
Negara dan Istana Merdeka, ada Wisma Negara.
Pada awalnya di kompleks Istana di Jakarta ini hanya terdapat satu
bangunan, yaitu Istana Negara. Gedung yang mulai dibangun 1796 pada masa
pemerintahan Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten dan selesai
1804 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johannes Siberg ini semula
merupakan rumah peristirahatan luar kota milik pengusaha Belanda, J A Van
Braam. Kala itu kawasan yang belakangan dikenal dengan nama Harmoni
memang merupakan lokasi paling bergengsi di Batavia Baru.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dan perkembangan Istana Kerajaan?
2. Sejarah Istana Kerajaan- Kerajaan Di Indonesia ?
3. Kerajaan Kerajaan Islam Di Indonesia?

1
C. Tujuan
1. Untuk memahami Pengertian dan perkembangan Istana Kerajaan
2. Untuk memahami Sejarah Istana Kerajaan- Kerajaan Di Indonesia
3. Kerajaan Kerajaan Islam Di Indonesia?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan perkembangan Istana Kerajaan


Istana adalah daerah tempat seorang penguasa (raja atau ratu) memerintah
atau tempat tinggalnya (istana). suatu bentuk negara yg kepala negaranya
adalah seorang raja/ratu, dan kepala pemerintahannya bisa oleh perdana
menteri ataupun raja sendiri. dalam kerajaan posisis raja adalah menjabat
seumur hidup, artinya sampai dia mangkat/mengundurkan diri maka dia akan
tetap menjadi raja. dan penerusnya nantipun harus berasal dari kerabat dekat si
raja.
Istana Negara dan Istana Merdeka yang berada di satu kompleks di
Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, merupakan dua buah bangunan utama
yang luasnya 6,8 hektare (1 hektare = 1 hektometer persegi = 10000 meter
persegi) dan terletak di antara Jalan Medan Merdeka Utara dan Jalan Veteran,
serta dikelilingi oleh sejumlah bangunan yang sering digunakan sebagai
tempat kegiatan kenegaraan.
Dua bangunan utama adalah Istana Merdeka yang menghadap ke
Taman Monumen Nasional (Monas)(Jalan Medan Merdeka Utara) dan Istana
Negara yang menghadap ke Sungai Ciliwung (Jalan Veteran). Sejajar dengan
Istana Negara ada pula Bina Graha. Sedangkan di sayap barat antara Istana
Negara dan Istana Merdeka, ada Wisma Negara.
Pada awalnya di kompleks Istana di Jakarta ini hanya terdapat satu
bangunan, yaitu Istana Negara. Gedung yang mulai dibangun 1796 pada masa
pemerintahan Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten dan selesai
1804 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johannes Siberg ini semula
merupakan rumah peristirahatan luar kota milik pengusaha Belanda, J A Van
Braam. Kala itu kawasan yang belakangan dikenal dengan nama Harmoni
memang merupakan lokasi paling bergengsi di Batavia Baru.
Pada tahun 1820 rumah peristirahatan van Braam ini disewa dan
kemudian dibeli (1821) oleh pemerintah kolonial untuk digunakan sebagai

3
pusat kegiatan pemerintahan serta tempat tinggal para gubernur jenderal bila
berurusan di Batavia (Jakarta). Para gubernur jenderal waktu itu kebanyakan
memang memilih tinggal di Istana Bogor yang lebih sejuk. Tetapi kadang-
kadang mereka harus turun ke Batavia, khususnya untuk menghadiri
pertemuan Dewan Hindia, setiap Rabu.
Rumah van Braam dipilih untuk kepala koloni, karena Istana Daendels
di Lapangan Banteng belum selesai. Tapi setelah diselesaikan pun gedung itu
hanya dipergunakan untuk kantor pemerintah.
Selama masa pemerintahan Hindia Belanda, beberapa peristiwa penting
terjadi di gedung yang dikenal sebagai Istana Rijswijk (namun resminya
disebut Hotel van den Gouverneur-Generaal, untuk menghindari kata Istana)
ini. Di antaranya menjadi saksi ketika sistem tanam paksa atau cultuur stelsel
ditetapkan Gubernur Jenderal Graaf van den Bosch. Lalu penandatanganan
Persetujuan Linggarjati pada 25 Maret 1947, yang pihak Indonesia diwakili
oleh Sutan Syahrir dan pihak Belanda diwakili oleh H.J. van Mook.
Pada mulanya bangunan seluas 3.375 m2 berarsitektur gaya Yunani
Kuno ini bertingkat dua. Tapi pada 1848 bagian atasnya dibongkar; dan
bagian depan lantai bawah dibuat lebih besar untuk memberi kesan lebih
resmi. Bentuk bangunan hasil perubahan 1848 inilah yang bertahan sampai
sekarang tanpa ada perubahan yang berarti.
Sebagai pusat kegiatan pemerintahan negara, saat ini Istana Negara
menjadi tempat penyelenggaraan acara-acara yang bersifat kenegaraan, antara
lain pelantikan pejabat-pejabat tinggi negara, pembukaan musyawarah dan
rapat kerja nasional, kongres bersifat nasional dan internasional, dan jamuan
kenegaraan.
Karena Istana Rijswijk mulai sesak, pada masa pemerintahan Gubernur
Jenderal J.W. van Lansberge tahun 1873 dibangunlah istana baru pada
kaveling yang sama, yang waktu itu dikenal dengan nama Istana Gambir.
Istana yang diarsiteki Drossares pada awal masa pemerintahan RI sempat
menjadi saksi sejarah penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan
Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Pemerintah Belanda pada 27 Desember

4
1949. Waktu itu RI diwakili oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, sedangkan
kerajaan Belanda diwakili A.H.J Lovinnk, wakil tinggi mahkota Belanda di
Indonesia.
Dalam upacara yang mengharukan itu bendera Belanda diturunkan dan
Bendera Indonesia dinaikkan ke langit biru. Ratusan ribu orang memenuhi
tanah lapangan dan tangga-tangga gedung ini diam mematung dan meneteskan
air mata ketika bendera Merah Putih dinaikkan. Tetapi, ketika Sang Merah
Putih menjulang ke atas dan berkibar, meledaklah kegembiraan mereka dan
terdengar teriakan: Merdeka! Merdeka! Sejak saat itu Istana Gambir
dinamakan Istana Merdeka.
Sehari setelah pengakuan kedaulatan oleh kerajaan Belanda, pada 28
Desember 1949 Presiden Soekarno beserta keluarganya tiba dari Yogyakarta
dan untuk pertama kalinya mendiami Istana Merdeka. Peringatan Hari
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus di Istana Merdeka pertama
kali diadakan pada 1950.
Sejak masa pemerintahan Belanda dan Jepang sampai masa
pemerintahan Republik Indonesia, sudah lebih dari 20 kepala pemerintahan
dan kepala negara yang menggunakan Istana Merdeka sebagai kediaman resmi
dan pusat kegiatan pemerintahan negara.
Sebagai pusat pemerintahan negara, kini Istana Merdeka digunakan
untuk penyelenggaraan acara-acara kenegaraan, antara lain Peringatan Detik-
detik Proklamasi, upacara penyambutan tamu negara, penyerahan surat-surat
kepercayaan duta besar negara sahabat, dan pelantikan perwira muda (TNI dan
Polri).
Bangunan seluas 2.400 m2 itu terbagi dalam beberapa ruang. Yakni
serambi depan, ruang kredensial, ruang tamu/ruang jamuan, ruang resepsi,
ruang bendera pusaka dan teks proklamasi. Kemudian ruang kerja, ruang tidur,
ruang keluarga/istirahat, dan pantry (dapur).
Sepeninggal Presiden Soekarno, tidak ada lagi presiden yang tinggal di
sini, kecuali Presiden Abdurrahman Wahid dan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY). Presiden Soeharto yang menggantikan Soekarno memilih

5
tinggal di Jalan Cendana. Tapi Soeharto tetap berkantor di gedung ini dengan
men-set up sebuah ruang kerja bernuansa penuh ukir-ukiran khas Jepara,
sehingga disebut sebagai Ruang Jepara serta lebih banyak berkantor di Bina
Graha.

B. Sejarah Istana Kerajaan- Kerajaan Di Indonesia


Keadaan kerajaan-kerajaan islam menjelang datangnya Belanda di akhir
abad ke 16 dan awal abad ke 17 ke indonesia berbeda-beda bukan hanya
berkenaan dengan kemajuan politik, tetapi juga proses islamisasinya.Di
Sumatera,penduduk sudah islam sejak tiga abad,sementara di Maluku dan
Sulawesi proses islamisasi baru saja berlangsung.
Di Sumatra, setelah malaka jatuh ketangan portugis percaturan politik di
kawasan selat malaka merupakan pertjuangan segitiga: Aceh, Portugis, dan
Johor. Pada abad ke16 tampaknya aceh menjadi dominan terutama karena para
pedagang muslim menghindar dari malaka dan memilih aceh sebagai
pelabuhan transit. Selain itu ekspansi aceh ketika itu berhasil menguasai
perdagangan pantai barat Sumatra. Ketika itu aceh memang sedang berada
dalam masa kejayaan dibawah pimpinan Sultan Iskandar Muda. Dan ketika
sultan iskandar muda telah wafat kemudian di gantikan oleh Sultan Iskandar
Tsani. Sultan ini masih mampu mempertahankan kebesaran aceh. Setelah ia
meninggal dunia aceh secara bedrturut-turut di pimpin oleh tiga orang wanita
selama 59 tahun. Ketika itulah aceh mulai mengalami kemunduran.
Di jawa, pusat kerajaan islam sudah pindah dari pesisir kedalam, yaitu
dari Demak ke Pajang kemudian Ke Mataram. Berpindahnya pusat
pemerintahan itu membawa pengaruh besar yang sangat menentukan
perkembangan sejarah islam di Jawa.
Pengaruh Perkembangan Sejarah Islam di Jawa diantaranya adlah sbb:
1. Kekuasaan dan sistem politik didasarkan atas asas agraris.
2. Peranan daerah pesisir dalam perdagangan dan pelayaran mundur.

6
3. Terjadinya pengeseran pusat-pusat perdagangan dalam abad ke-17 dengan
segala akibatnya.

Sebagai mana disebutkan seluruh Jawa Timur praktis sudah didalam


kekuasaan Mataram,yang ketika itu dibawah Sultan Agung.Pada Masa
pemerintahan Sultan Agung inilah kontak-kontak bersenjata antar kerajaan
Mataram dan VOC Mulai terjadi.
Meskipun ekspansi Mataram telah menghancurkan kota-kota pesisir dan
mengakibatkan perdagangan setengahnya menjadi lumpuh,namunsebagai
penghasil utama pengekspor beras,posisis mataram dalamjaringan
perdaganagan di Nusantara masih ber pengaruh.
Sementara itu di Banten, di pantai Jawa Barat muncul sebagai simpul
penting antara lain karena perdagangan adanya dan tempat penampungan
pelarian dari pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mrosotnya peran
pelabuhan-pelabuhan Jawa Timur akibat politik mataram dan munculnya
makasar sebnagai pusat perdagangan membuat jaringan perdagangan dan rute
pelayaran dagang di Indonesia bergeser.Kalau di awal abat ke-16 rute yang
ditempuh ialah Maluku Jawa Selat Malaka,maka diakhir abad itu menjadi
Maluku - Makassar - Selat Sunda.Sehubungan dengan perubahan itu Banten
dan Sebagainya,Sunda Kelapa,Bertambah setrategis.
Di sulawesi, pada akhir ke 16 pelabuhan makasar berkembang dengan
pesat.Lantaran Memang Strategis,yaitu tempat persinggahan ke
Maluku,Filipina,Cina,Patani,Kepulauan Nusa Tengara dan kepulauan
Indonesia bagian barat akan tetapi ada factor- factor historis lain yang
mempercepat perkembangan itu.
Faktor-faktor Historis yang mempercepat perkembanagan :
1. Pendudukan Malaka oleh Portugis mengakibatkan terjadinya migrasi
pedagang Melay,antara lain ke Makassar.
2. Arus migrasi Melayu bertambah besar setelah Aceh Mengadakan
Ekspedisi terus menerus di johor dan pelabuhan-pelabuhan di
Semenanjung Melayu.

7
3. Blockade Belanda terhadap Malaka dihindari oleh pedaganag-
pedagang,baik Indonesia maupun India,Asia Barat dan Asia Timur.
4. Merosotnya pelabuhan Jawa Timur mengakibatkan fungsinya diambil oleh
Pelabuan makasar.
5. Usaha Belanda Memonopoli perdaganagan rempah-rempah di Maluku
membuat menmuat Makassar mempnyai kedudukan sentral bagi
perdagangan antar Malaka dan Maluku
Dari Faktor-faktor diatas membuat pasar berbagai macam barang menjadi
berkembang disana.Sementara itu Maluku Banda,Seram dan Ambon sebagai
pangkal atau ujung perdaganagan rempah-rempah yang menjadi sasaran
pedagang Barat yang ingin menguasainya dengan politik monopoli lainya.
Ternate dan Tidore dapat terus dan berhasil mengelakkan dominasi total dari
Portugis dan Spanyol namun ini mendapat ancaman dari belanda yang datang
kesana.

C. Kerajaan Kerajaan Islam


1. Kerajaan Islam Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai, merupakan kerajaan Islam pertama di
Indonesia. Ia berdiri pada sekitar awal abad ke-13 M dengan rajanya yang
pertama Al Malik Ibrahim bin Mahdum, yang kedua bernama Al Malik Al
Shaleh dan yang terakhir Al Malik Sabar Syah (tahun 1444 M / abad ke-15
H). kerajaan ini terletak di pesisir timur laut Aceh yang sekarang dikenal
dengan nama Kabupaten Lhokseumawe atau Aceh Utara. Untuk waktu
yang lama, Pasai dianggap oleh kerajaan Islan di Nusantara sebagai pusat
Islam.
Kemunculan Samudra Pasai sebagai Kerajaan Islam diperkirakan
dimulai dari awal atau pertengahan abad ke-13, sebagai hasil dari proses
islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-
pedagang muslim sejak abad ke-7 M. dugaan atas berdirinya Kerajaan
Samudra Pasai pada abad ke-13 ini didukung oleh data-data sejarah yang
kongkret, antara lain adalah nisan kubur dari Samudra Pasai di Gampong

8
Samudra yang memuat nama Sultan Malik Al Saleh, yang berangka tahun
696 H / 1927 M.
Pendapat bahwa Islam sudah berkenbang disana sejak awal abad ke
-13 M, didukung oleh berita cina dan pendapat Ibnu Btutah, seorang
pengembara terkenal asal Maroko, yang pada pertengahan abad ke -14 M
(tahun 746 H / 1345 M) mengunjungi Samudra Pasai dalam perjalananya
dari Delhi ke Cina. Ketika itu Samudra Pasai diperintah oleh Sultan Malik
Al Zahir, putra Sultan Malik Al Shaleh. Malik Al Zahir dengan hangat
menghibur Ibnu Batutah dan rombongan kawan-kawannya didalam kota
berdinding kayu, yang terletak beberapa mil disebelah hulu sungai dari
pemukiman pelabuhan. Menurut sumber-sumber Cina, pada awal tahun
1282 M kerajaan Samudra mengirim kepada Raja Cina duta-duta yang
disebut dengan nama muslim yakni Husain dan Sulaiman.
Setelah Sultan Al Malik Al Shaleh mangkat (698 / 1297), digantikan oleh
putranya bernama Al Malik Al Zahir I yang memerintah tahun 1297-1326.
raja ketiga adalah Al Malik Al Zahir II yang memerintah dari tahun 1326-
1345 M.
Kerajaan Samudra pasai mengalami kejayaannya pada masa
pemerintahan Al Malik Al Zahir II. Setelah beliau wafat digantikan oleh
putranya yang bernama Mansur Malik Al Zahir dan seterusnya secara
turun menurun.
Kerajaan Samudra Pasai adalah sebuah kerajaan maritime. Dalam
kehidupan perekonomiannya, kerajaan maritime ini tidak mempunyai
basis agraris. Basis perekonomiannya adalah perdagangan dan pelayaran.
Kerajaan Islam Samudra Pasai berlangsung sekitar tiga abad (244 tahun),
yakni dari tahun 1280-an sampai dengan 1524 M. Secara berturut-turut,
kerajaan Samudra Pasai diperintah oleh raja-raja / siltan dengan nama-
nama sebagai berikut: Sultan Malik Al Shaleh yang memerintah setelah
beragama Islam sekitar tahun 1280-1297 M, Muhammad Malik Al Zahir
(1297-1326 M), Muhammad Malik Al Zahir (1326-1345 M), Mansur
Malik Al Zhir (1345-1346), Ahmad Malik Al Zahir (1346-1383 M),

9
Zaenal Abidin Malik Al Zahir (1383-1405 M), Nahrasyah (1402-? M),
Abu Zaid Malik Al Zahir (?-1455 M), Muhammad Malik Al Zahir (1455-
1477 M), Zaenal Abidin (1477-1500 M), Abdulah Malik al Zahir (1501-
1513 M), dan Zaenal Abidin (1513-1524 M).
2. Kerajaan Demak
Di daerah Jawa, kerajaan Demak memiliki peranan sangat penting
dalam proses pendidikan Islam. Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam
pertama di Jawa yang berdiri di tengah masyarakat yang sebelumnya
sudah berada di bawah pengaruh Hindu Majapahit. Yang sangat menonjol
pada penyebaran Islam di Demak ini diperankan oleh para wali yang
kemudian disebut Wali Songo. Mereka banyak berkiprah mengajarkan
Islam baik kepada kalangan kerajaan, pejabat, maupun rakyat. Walaupun
kerajaan Demak tidak lebih dari setemgah abad, pendidikan Islam pada
saat itu sudah tersebar ke seluruh bagian pulau Jawa baik Barat, Tengah,
maupun Timur.
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Fatah, seorang yang pernah
belajar agama Islam kepada sunan Ampel. Kerajaan ini berumur setengah
abad yaitu 1550-1550 M. raden Fatah sebagai raja pertama (1500-1518),
Pati Unus sebagai raja kedua (1518-1524) dan terakhir adalah Sultan
Trenggono (1524-1546).
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
Kerajaan ini terletak di Jawa bagian tengah, tepatnya di Kota Demak
sekarang, propinsi Jawa Tengah. Kerajaan Demak didirikan oleh Raden
Patah sekitar tahun 1500 Masehi. Wilayah Kerajaan Demak kemudian
berkembang menjadi kerajaan besar karena letaknya yang sangat strategis,
yaitu di dekat pelabuhan dan menghubungkan perdagangan di wilayah
timur Nusantara (Maluku dan Makassar) dengan wilayah barat (Malaka).
Selain itu, mundurnya kejayaan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur
juga mendukung kemajuan perkembangan Kerajaan Demak. Kerajaan
Demak merupakan salah satu pusat perkembangan agama Islam di
Indonesia, oleh karena itu wilayah ini banyak dikunjungi oleh berbagai

10
lapisan masyarakat untuk belajar agama. Kegiatan ekonomi Kerajaan
Demak turut maju berkat mobilitas penduduk antar pulau.
Penyebar agama Islam sekaligus pendukung berdirinya Kerajaan
Demak adalah para wali yang dikenal dengan sebutan Wali Songo. Dalam
menyebarkan agama Islam tersebut para wali ini sering menggunakan
saran kesenian dalam media dakwahnya, sehingga pada jaman Kerajaan
Demak kesenian wayang berkembang dengan sangat pesat. Salah satu
kesenian tersebut adalah wayang kulit. Kesenian Jawa dipadukan dengan
budaya Arab sehingga menghasilkan seni budaya Demak yang unik.
Memadukan Budaya Jawa Dan Islam.
Kehidupan sosial masyarakat Demak telah diatur dengan hukum-
hukum yang berlaku dalam ajaran agama Islam. Meski demikian,
peraturan tersebut tidak begitu saja meninggalkan tradisi lama sehingga
muncul sistem kehidupan sosial masyarakat yang telah mendapat pengaruh
agama Islam. Karakter agama Islam yang demokratis dan fleksibel
memberikan kesempatan bagi rakyat Demak untuk mengembangkan
pekerjaan mereka.
Pada awalnya, Kerajaan Demak merupakan daerah kekuasaan
Kerajaan Majapahit karena Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak, adalah
putra dari Raja Brawijaya V dari Majapahit. Setelah Raden Patah wafat, di
digantikan oleh Pati Unus yang dikenal dengan sebutan Pangeran Sabrang
Lor. Pengganti Pati Unus adalah Sultan Trenggono. Silsilah penguasa
Kerajaan Demak bisa kita pelajari melalui makam keluarga kerajaan yang
berada di kompleks Masjid Demak.
Sultan Trenggono adalah raja terbesar yang pernah memerintah
Kerajaan Demak. Pada masa pemerintahannya, wilayah Demak meliputi
seluruh Pulau Jawa, Sumatera bagian Selatan, Kalimantan (Kotawaringin
dan Banjar) serta Selat Malaka. Setelah Sultan Trenggono wafat pada
tahun 1546 dalam suatu pertempuran di wilayah Pasuruan, Kerajaan
Demak mengalami kemunduran. Akhirnya, menantu Sultan Trenggono

11
yang bernama Joko Tingkir berhasil menduduki tahta kerajaan dan
memindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah dimana Istana adalah daerah
tempat seorang penguasa (raja atau ratu) memerintah atau tempat tinggalnya
(istana). suatu bentuk negara yg kepala negaranya adalah seorang raja/ratu,
dan kepala pemerintahannya bisa oleh perdana menteri ataupun raja sendiri.
dalam kerajaan posisis raja adalah menjabat seumur hidup, artinya sampai dia
mangkat/mengundurkan diri maka dia akan tetap menjadi raja. dan penerusnya
nantipun harus berasal dari kerabat dekat si raja.
Kerajaan di Indonesia yang pertama berkembang di Indonesia yaitu
kerajaan Hindu dan Buddha sedangkan sistem perekonomian yang di gunakan
pada waktu itu adalah perdagangan, sehingga hubungan dengan negara-negara
tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, China dan wilayah Timur
Tengah pun bisa terjalin

B. Saran
Segala puji bagi Allah SWT,yang karena karunianya,akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah

13
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah
memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan
datang.

Bengkulu, November 2017

Penyusun

14 i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................


KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFATR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................. 2
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan perkembangan Istana Kerajaan .................................. 2
B. Sejarah Istana Kerajaan- Kerajaan Di Indonesia ................................ 5
C. Kerajaan Islam Di Indoensia

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 14
B. Kritik dan Saran .................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... iii

ii

15
MAKALAH AGAMA
KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI NUSANTARA

Disusun Oleh :
DWI PUJI LESTARI
IX D

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 20


KOTA BENGKULU
TAHUN 2017

16

Anda mungkin juga menyukai