Anda di halaman 1dari 10

MEMBEDAH SEJARAH APA BENAR INDONESIA DIJAJAH BELANDA

350 TAHUN

A. MATERI IPS MISKONSEPSI


Selama ini peserta didik telah diberikan informasi yang salah mengenai
dijajahnya Indonesia oleh Belanda selama 350 tahun atau 3,5 abad atau
pandangan yang menyatakan bahwa kedatangan orang Belanda pertama kali ke
Nusantara adalah awal penjajahan.
Perang antara Belanda melawan Spanyol selama 80 tahun (1568-1648)
telah mendorong Belanda untuk mencari daerah jajahan ke nusantara. Tujuan
Belanda datang ke Indonesia, sama dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya, yaitu
mencari kekayaan, monopoli perdagangan, dan mencari daerah jajahan. Belanda
datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596, di bawah pimpinan Cornelis
de Houtman, dan berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Namun kedatangan
Belanda diusir penduduk pesisir Banten karena mereka bersikap kasar dan
sombong. Belanda datang lagi ke Indonesia dipimpin Jacob van Heck pada tahun
1598.

Pada tanggal 20 Maret tahun 1602, Belanda mendirikan kongsi dagang


bernama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), dengan tujuan sebagai
berikut. Pertama, menghilangkan persaingan yang merugikan para pedagang
Belanda. Kedua, menyatukan tenaga untuk menghadapi persaingan dengan bangsa
Portugis dan pedagang-pedagang lainnya di Indonesia. Ketiga, mencari
keuntungan yang sebesar-besarnya untuk membiayai perang melawan Spanyol.

Kepemimpinan VOC dipegang oleh dewan beranggotakan 17 orang yang


berkedudukan di Amsterdam. Oleh pemerintah Belanda, VOC diberi oktroi (hak-
hak istimewa) sebagai berikut. Pertama, dianggap sebagai wakil pemerintah
Belanda di Asia. Kedua, memonopoli perdagangan. Ketiga, mencetak dan
mengedarkan uang sendiri. Keempat, mengadakan perjanjian dan melakukan
perang dengan negara lain. Kelima, menjalankan kekuasaan kehakiman dan
melakukan pemungutan pajak. Keenam, memiliki angkatan perang sendiri.
Ketujuh, mengadakan pemerintahan sendiri.

Untuk melaksanakan kekuasaannya di Indonesia, diangkatlah Gubernur


Jendera VOC antara lain sebagai berikut. Pieter Both, yaitu Gubernur Jenderal
VOC pertama yang memerintah tahun 1610-1619 di Ambon. Jan Pieterzoon Coen,
yaitu Gubernur Jenderal VOC kedua yang memindahkan pusat VOC dari Ambon
ke Jayakarta

Batavia atau Batauia adalah nama yang diberikan oleh orang Belanda pada
koloni dagang yang sekarang tumbuh menjadi Jakarta, ibu kota Indonesia. Batavia
didirikan di pelabuhan bernama Jayakarta yang direbut dari kekuasaan Kesultanan
Banten. Sebelum dikuasai Banten, bandar ini dikenal sebagai Kalapa atau Sunda
Kalapa, dan merupakan salah satu titik perdagangan Kerajaan Sunda. Dari kota
pelabuhan inilah VOC mengendalikan perdagangan dan kekuasaan militer dan
politiknya di wilayah Nusantara. Nama Batavia dipakai sejak sekitar tahun 1621
sampai tahun 1942, ketika Hindia-Belanda jatuh ke tangan Jepang.

Nama Batavia diambil dari nama suku. Batavia sebuah suku Germanik yang
bermukim di tepi sungai Rhein pada zaman Kekaisaran Romawi. Bangsa Belanda
dan sebagian bangsa Jerman adalah keturunan dari suku ini.

Batavia juga merupakan nama sebuah kapal layar tiang tinggi yang cukup
besar buatan Belanda (VOC), dibuat pada 29 Oktober 1628, dinahkodai oleh
Kapten Adriaan Jakobsz. Tidak jelas sejarahnya, entah nama kapal tersebut yang
merupakan awal dari nama Batavia, atau bahkan sebaliknya, pihak VOC yang
menggunakan nama Batavia untuk menamai kapalnya. Kapal tersebut akhirnya
kandas di pesisir Beacon Island, Australia Barat. Dan seluruh awaknya yang
berjumlah 268 orang berlayar dengan perahu sekoci darurat menuju kota Batavia
ini.

Di dalamnya, tercantum hak-hak VOC yang bersifat kenegaraan (Gaastra,


2007), yakni:
a. Hak monopoli untuk berdagang dan berlayar di wilayah sebelah Timur
Tanjung Harapan dan sebelah barat Selat Magelhaens serta menguasai
perdagangan untuk kepentingan sendiri.
b. Hak kedaulatan (soevereiniteit) sehingga dapat bertindak layaknya
suatu Negara untuk:
1) Memelihara angkatan perang.
2) Maklumkan perang dan mengadakan perdamaian.
3) Merebut dan menduduki daerah- daerah asing di luar negeri
Belanda, memerintah daerah-daerah tersebut, menetapkan
mengeluarkan mata uang sendiri, dan memungut pajak.
Pieter Both yang menjadi Gubernur Jenderal VOC pertama, lebih memilih
Jayakarta sebagai basis administrasi dan perdagangan VOC daripada pelabuhan
Banten, karena pada waktu itu di Banten telah banyak kantor pusat perdagangan
orang-orang Eropa lain seperti Portugis, Spanyol kemudian juga Inggris,
sedangkan Jayakarta masih merupakan pelabuhan kecil.

Pada tahun 1611 VOC mendapat izin untuk membangun satu rumah kayu
dengan fondasi batu di Jayakarta, sebagai kantor dagang. Kemudian mereka
menyewa lahan sekitar 1,5 hektar di dekat muara di tepi bagian timur Sungai
Ciliwung, yang menjadi kompleks perkantoran, gudang dan tempat tinggal orang
Belanda, dan bangunan utamanya dinamakan Nassau Huis.

Ketika Jan Pieterszoon Coen menjadi Gubernur Jenderal (1618 - 1623), ia


mendirikan lagi bangunan serupa Nassau Huis yang dinamakan Mauritius Huis,
dan membangun tembok batu yang tinggi, di mana ditempatkan beberapa meriam.
Tak lama kemudian, ia membangun lagi tembok setinggi 7 meter yang
mengelilingi areal yang mereka sewa, sehingga kini benar-benar merupakan satu
benteng yang kokoh, dan mulai mempersiapkan untuk menguasai Jayakarta.

Dari basis benteng ini, pada 30 Mei 1619 Belanda menyerang Jayakarta,
yang memberi mereka izin untuk berdagang, dan membumihanguskan keraton
serta hampir seluruh pemukiman penduduk. Berawal hanya dari bangunan
separuh kayu, akhirnya Belanda menguasai seluruh kota. Semula Coen ingin
menamakan kota ini sebagai Nieuwe Hollandia, namun de Heeren Seventien di
Belanda memutuskan untuk menamakan kota ini menjadi Batavia, untuk
mengenang bangsa Batavieren.
Jan Pieterszoon Coen menggunakan semboyan hidupnya "Dispereert niet, ontziet
uw vijanden niet, want God is met ons" menjadi semboyan atau motto kota
Batavia, singkatnya "Dispereert niet" yang berarti "Jangan putus asa".

Pada 4 Maret 1621, pemerintah Stad Batavia (kota Batavia) dibentuk.


Jayakarta dibumiratakan dan dibangun benteng yang bagian depannya digali parit.
Di bagian belakang dibangun gudang juga dikitari parit, pagar besi dan tiang-tiang
yang kuat. Selama 8 tahun kota Batavia sudah meluas 3 kali lipat.
Pembangunannya selesai pada tahun 1650. Kota Batavia sebenarnya terletak di
selatan Kastil yang juga dikelilingi oleh tembok-tembok dan dipotong-potong
oleh banyak parit.

Beberapa persetujuan bersama dengan Banten (1659 dan 1684) dan


Mataram (1652) menetapkan daerah antara Cisadane dan Citarum sebagai wilayah
kompeni. Baru pada akhir abad ke-17 daerah Jakarta sekarang mulai dihuni orang
lagi, yang digolongkan menjadi kelompok budak belian dan orang pribumi yang
bebas.

Pada 1 April 1905 nama Stad Batavia diubah menjadi Gemeente Batavia.
Pada 8 Januari 1935 nama kota ini diubah lagi menjadi Stad Gemeente Batavia.
Setelah pendudukan Jepang pada tahun 1942, nama Batavia diganti menjadi
"Jakarta" oleh Jepang untuk menarik hati penduduk pada Perang Dunia II.

Singkat cerita Belanda menyerah kepada Jepang di Indonesia pada 8 Maret


1942 dengan tanpa syarat. Penyerahan tanpa syarat ini dilaksanakan di Kalijati,
Subang. Pihak Belanda diwakili oleh Panglima Tentara Belanda, Jenderal Ter
Poorten, sedangkan Jepang diwakili oleh Jenderal Imamura. Penyerahan ini
dikenal dengan perjanjian Kalijati.

B. FAKTA-FAKTA BARU
Terdapat kontroversi ketika membahas seberapa lama Belanda menjajah di
Indonesia. Dalam pelajaran sejarah dijelaskan bahwa Belanda menjajah Indonesia
selama 350 tahun dan Jepang menjajah Indonesia selama 3,5 tahun. Namun,
apakah benar demikian? Ada beberapa tokoh sejarawan yang menjelaskan tentang
hal ini, diantaranya :

Menurut GJ Resink
GJ Resink merupakan ahli hukum internasional keturunan Belanda
Indonesia. Ia berpendapat bahwa penghitungan 350 tahun diambil dari tahun
1595. Namun, hal ini tidak sesuai karena Cornelis de Houtman baru tiba di Banten
tahun 1596 dan bertujuan untuk berdagang. Nama Indonesia baru dikenal 254
tahun setelah kedatangan Cornelis de Houtman. Sebelumnya, Indonesia lebih
dikenal dengan nama Nusantara dan baru pada tahun 1850 nama Indonesia
diperkenalkan.

GJ Resink menjelaskan bahwa tidak semua wilayah Indonesia dijajah dan


antara satu dengan wilayah yang lain tidak memiliki keterikatan. Beberapa daerah
yang tidak dijajah Belanda diantaranya Gowa, Ternate, Bacan, Kutai dan Riau.
Narasi 350 tahun menjajah adalah untuk membulatkan masa kolonialisme
Belanda. Namun, faktanya ada beberapa daerah yang dijajah tidak sepanjang 350
tahun. Sebagai contoh Aceh baru dikuasai Belanda pada 1904 dan terhitung hanya
40-50 tahun penjajahan.

Menurut Pakar Sejarah UI, UGM dan UNDIP


Pendapat kedua datang dari 3 sejarawan yakni Dr Lilie Suratminto, MA
(Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia), Dr Sri Margana
(Jurusan Sejarah Universitas Gajah Mada) dan Bonnie Triyana (alumni jurusan
sejarah Universitas Diponegoro dan Pemred Majalah Historia)

Ketiganya sependapat bahwa penjajahan Belanda memang bukan 350 tahun. Dr.
Sri Margana menjelaskan bahwa penjajahan Belanda dapat dihitung pada 1800
setelah VOC mengalami kebangkrutan.

Selama masa penjajahan VOC, tujuan mereka bukanlah menjajah


melainkan melakukan praktek perdagangan. Pada masa itu tidak semua wilayah
dikuasi Belanda. Selain itu, penghitungan secara keseluruhan tidak bisa dilakukan
karena wilayah Aceh baru dijajah sejak 1901 yang artinya penjajahan Belanda
hanya selama 41 tahun.

Sedangkan Lilie menambahkan, yang disebut masa kolonial berarti secara


pemerintahan lengkap, dengan aparat hukum dan undang – undangnya beserta
angkatan bersenjatanya. Apabila ditotal secara keseluruhan masa penjajahan
Belanda juga dikurangi masa penjajahan Republik Bataaf (Perancis) pada 1800 –
1811 dan Inggris pada 1816 – 1816. Praktis apabila ditotal dar tahun 1800-1942,
total penjajahan Belanda hanyalah 142 tahun.

Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun, kalau dihitung mundur dari
tahun 1945, artinya kita dijajah Belanda mulai 1595. Sedangkan tahun 1596
Cornelis de Houtman baru pertama kali mendarat di Banten dan dalam catatan
sejarah de Houtman adalah orang Belanda yang pertama kali menginjakkan kaki
di Nusantara. Artinya, pada tahun 1595 belum ada seorang pun dari bangsa
Belanda yang tiba di Nusantara. Saat Cornelis de Houtman mendarat di Banten
itu tujuannya untuk berdagang, sekalipun de Houtman melakukan penjajahan
bukan semata- mata berdagang di tahun 1596 tentu saja yang dijajah bukan
Indonesia. Karena nama Indonesia itu sendiri belum pernah ditulis orang pada
tahun 1596.
Sebutan "Indonesia" sendiri baru dikenal 254 tahun sesudah de Houtman
menginjakkan kakinya di Indonesia. Nama Indonesia pertama kali dipakai pada
tahun 1850. Nama Indonesia berasal dari perkataan ″Indo″ dan ″Nesie″ (dari
bahasa Yunani: Nesos) berarti kepulauan Hindia. Adapun kata ″nesos″ itu hampir
berdekatan dengan kata ″nusa″ dalam bahasa Indonesia, yang juga berarti pulau.
Orang pertama yang mempergunakan nama Indonesia itu ialah James
Richardson Logan (1869) dalam kumpulan karangannya yang berjudul The
Indian Archipelago and Eastern Asia, terbit dalam Journal of the Asiatic Society
of Bengal (1847- 1859) (Kumoratih, 2020). Kemudian nama Indonesia
dipopulerkan oleh Profesor Adolf Bastian (1816- 1905) seorang ahli ethnologi
dan anthropologi bangsa Jerman pernah menjadi guru besar pada Universitas di
Berlin dalam ilmu bahasa. Bastian ini pernah menulis sebuah kitab bernama:
Indonesiaan oder die Inseln des Malayaschen Archipelago (1884-1889) (Salam,
1987).
Nama Indonesia tidak dikenal pada masa sebelum dipopulerkan oleh
peneliti tersebut. Yang paling dikenal hanyalah Nusantara, meliputi Negara
Indonesia dan beberapa negara yang bertetangga dengan Indonesia sekarang,
seperti Malaysia dan Singapura. Nusantara masa lalu dengan Negara Indonesia
masa sekarang sangatlah berbeda. Mengapa demikian, karena Nusantara pada
masa dahulu adalah suatu kompleks atau wilayah dimana negera-
negara/kerajaan-kerajaan yang berdaulat dan merdeka di dalamnya serta
memiliki kedaulatan atas kerajaannya masing-masing. Tidak ada yang namanya
Negara Kesatuan Nusantara, yang ada hanyalah hubungan internasional antar
Negara/Kerajaan, terutama dalam hal perdagangan. Nusantara adalah suatu
sebutan wilayah tetapi sifatnya tidak mengikat, antara daerah satu dengan yang
lain itu tidak ada ikatan. Jika suatu wilayah/negara di Nusantara ditakhlukkan
oleh penjajah (Belanda), maka Negara di bagian Nusantara yang lain belum tentu
terjajah atau masih merdeka. Seperti contoh ketika Belanda menaklukkan
sebagian besar wilayah di Jawa, sementara itu wilayah bagian Nusantara yang
lain seperti Kerajaan Makasar masih berdaulat, begitu juga dengan kerajaan-
kerajaan yang ada di Kalimantan dan di Pulau Sumatera.
Sedangkan wilayah Indonesia, luas wilayahnya adalah bekas wilayah
Hindia Belanda, Negara Indonesia lahir pada tanggal 17 Agustus 1945. Ditinjau
dari sifatnya Indonesia adalah suatu Negara yang mengikat dan secara konstitusi
Indonesia telah memenuhi 4 syarat berdirinya Negara. Mulai dari ujung
Sumatera sampai Papua diikat dengan suatu ikatan persatuan yang namanya
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi, jika Indonesia terjajah berarti
wilayah dari Sabang sampai Merauke tersebut dikuasai oleh bangsa asing,
berbeda dengan Nusantara yang telah disebutkan di atas tadi. Makanya ada
sebutan "Perjuangan Nasional", namun jika di Nusantara ada sebutan
"Perjuangan Daerah".
Terkait mengapa istilah 350 tahun digunakan hingga sekarang adalah
dalam konteks membakar semangat rakyat dalam melawan penjajahan. Sehingga
tercipta keadaan yang dramatis dan mendorong masyarakat untuk bergerak.
C. ANALISIS KRITIS

Pendekatan hukum internasional yang digunakan oleh G.J Resink


berhasil membongkar mitos Indonesia dijajah Belanda 350 tahun.
Berlawanan dengan pendekatan historis yang digunakan sejarawan Barat pada
masa itu, yang mengandalkan arsip “resmi” birokrasi kolonial, Resink
membedah dokumen hukum dan perjanjian milik kerajaan-kerajaan nusantara.
Hasil penelitiannya bermuara pada kesimpulan bahwa Indonesia tidak dijajah
oleh Belanda selama tiga setengah abad. Latar belakang ilmiahnya telah
memungkinkan Resink untuk berhasil menyajikan argumen tentang masalah
ini dari sudut pandang hukum internasional (Tirta, 2020). Oleh karena itu, pada
bagian ini penulis akan memaparkan bagaimana G.J Resink melakukannya.
Van der Kroef (1968) menguraikan bahwa Resink di hampir semua
artikel ini telah berusaha untuk membongkar"mitos" tiga ratus tahun kekuasaan
Belanda atas kepulauan Indonesia dan menggantikannya dengan gambaran
pola negara Indonesia yang beraneka ragam, mempertahankan diri mereka
sendiri sampai awal abad ini dengan persetujuan terbuka atau pasif dari otoritas
kolonial Belanda sebagai begitu banyak entitas berdaulat yang terpisah, dengan
praktik mereka sendiri dan undang- undang hukum internasional. Kerajaan-
kerajaan berdaulat di Hindia Timur yang dianggap memiliki kedudukan yang
setara dengan Belanda. Kerajaan-kerajaan tersebut adalah Soppeng, Gowa,
Torete, Bone, Wajo-Luwu, Baikonka, Aceh, Kerinci, Dalu-Dalu, Rokan,
Batak, dan beberapa lainnya. Resink berpendapat bahwa berbagai daerah
berdaulatndi Hindia Timur tidak boleh digeneralisasikan sebagai satu kesatuan
politik seperti pada umumnya dinyatakan dalam banyak buku sejarah (Kadir,
2015). Selain itu, kerajaan- kerajaan lokal Nusantara terdapat persaingan antara
masing-masing dari mereka. Misalnya, Aceh sering mengirim armadanya ke
semanjung Melayu, sebuah rivalitas antara Banten dan Mataram berlangsung
untuk waktu yang lama (Patra, 2020).
Berangkat dari penjelasan ini, dapat diketahui bahwa sebenarnya G.
Resink menganalisis praktik-praktik yang dilakukan oleh Belanda khususnya
kepada negara/kerajaan yang berdaulat-merdeka, ditambah melalui pendekatan
hukum internasional semakin melengkapi bahwa masih banyak
negara/kerajaan yang merdeka bahkan hingga awal abad ke-20.
Jadi, menurut saya, Terkait mengapa istilah 350 tahun digunakan hingga
sekarang adalah dalam konteks membakar semangat rakyat dalam melawan
penjajahan. Sehingga tercipta keadaan yang dramatis dan mendorong masyarakat
untuk bergerak.
DAFTAR PUSTAKA

Absiroh, U., Isjoni, & Bunari. (2017). Understanding of History 350 Years
Indonesia Colonized By Dutch. Jurnal Online Mahasiswa (JOM)
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Riau, 1,
1–15.

Dame, I., Junaidi, T., & Sukirno. (2014). Pertentangan Antara Christian
Snouck Hurgronje Dan Johanes Benedictus Van Heutsz Dalam
Penetapan Kebijakan Kolonialisme Belanda di Aceh (1898-1904).
Seuneubok Lada, 1(1), 32–45.

Firdaus, I. (2021). 2 April 1595, Pelayaran Perdana Armada Belanda ke


Nusantara Jadi Awal Penjajahan. Kompas.Com.
https://www.kompas.tv/article/160560/2- april-1595-pelayaran-perdana-
armada- belanda-ke-nusantara-jadi-awal- penjajahan?page=all

Hasudungan, Anju Nofarof. 2021. Pelurusan Sejarah Mengenai Indonesia Dijajah


Belanda 350 Tahun Sebagai Materi Sejarah Kritis Kepada Peserta Didik
Kelas Xi Sman 1 Rupat. Jurnal Widya Winayata: Jurnal Pendidikan
Sejarah Volume 9 Nomor 3, Desember 2021

Anda mungkin juga menyukai