Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ILMU POLITIK
“Fenomena Politik Pemerintah”

Disusun Oleh:
MBAGAS DWIANANTA YUSUF

Dosen:
DELFAN EKO PUTRA, S.IKom., M.IKom

PROGRAM STUDI JURNALISTIK


FAKULTAS PILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Karya
Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan,
Sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan di
masa yang akan datang. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca, Amin.

Bengkulu, November 2021

Penulis,

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Masalah................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem Parlementer.............................................................................. 4
B. Sistem Presidencial.............................................................................. 7
C. Sistem Pemerintah Sebelum Amandemen........................................... 10
D. Demokrasi Pancasila (Reformasi)....................................................... 14

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ......................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

ii

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaksanaan sistem pemerintahan Indonesia mengalami dinamika yang
unik, pada awal kemerdekaan Indonesia sempat menerapkan
sistem Demokrasi Parlementer namun perseteruan politik telah mengakibatkan
kegagalan kabinet untuk dapat bekerja dengan baik. Setelah Presiden
Soekarno mengeluarkan dekret yang antara lain menyatakan kembali ke UUD
1945. Sistem pemerintahan Indonesia kembali ke presidensial dalam
praktiknya, baik pada masa Soekarno maupun Soeharto presiden menguasai
panggung politik Indonesia. Amandemen UUD 1945 yang dilakukan diera
reformasi diharapkan mampu menerapkan kedudukan legislatif dan eksekutif
secara profesional. Berikut ini dapat dilihat perbandingan sistem pemerintahan
negara Republik Indonesia sebelum dan sesudah dilaksanakan amandemen
UUD 1945 dan lahirnya UU RI No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan
Kedudukan Tertinggi MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
Pada era reformasi sekarang ini, kekuasaan tertinggi tidaklah tertumpu di
tangan MPR yang sepenuhnya melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal ini
berakibat tidak terjadinya saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks
and balances). Jabatan Presiden dan Wakil Presiden dalam satu pasangan oleh
rakyat melalui pemilihan umum. Masa jabatannya pun dibatasi hanya untuk
dua periode saja. Adanya pemilihan langsung dalam memilih pimpinan
negara, maka kedaulatan rakyat menjadi sangat penting dan menentukan masa
depan bangsa negara Indonesia. Presiden tidak akan bertindak sewenang-
wenang, karena ada lembaga perwakilan rakyat yang ikut memantau jalannya
sistem pemerintahan, yaitu DPR.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Sistem Parlementer?
2. Apa itu Sistem Presidencial?

1
3. Apa itu Sistem Pemerintah Sebelum Amandemen?
4. Apa itu Demokrasi Pancasila (Reformasi)?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sistem Parlementer
2. Untuk mengetahui Sistem Presidencial
3. Untuk mengetahui Sistem Pemerintah Sebelum Amandemen
4. Untuk mengetahui Demokrasi Pancasila (Reformasi)

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Parlementer
1. Pengertian Sistem Parlementer
Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana
parlemen memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini
parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan
parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara
mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda dengan sistem
presidensiil, di mana sistem parlemen dapat memiliki seorang presiden dan
seorang perdana menteri, yang berwenang terhadap jalannya
pemerintahan. Dalam presidensiil, presiden berwenang terhadap jalannya
pemerintahan, namun dalam sistem parlementer presiden hanya menjadi
simbol kepala negara saja.
Sistem parlementer dibedakan oleh cabang eksekutif pemerintah
tergantung dari dukungan secara langsung atau tidak langsung cabang
legislatif, atau parlemen, sering dikemukakan melalui sebuah veto
keyakinan. Oleh karena itu, tidak ada pemisahan kekuasaan yang jelas
antara cabang eksekutif dan cabang legislatif, menuju kritikan dari
beberapa yang merasa kurangnya pemeriksaan dan keseimbangan yang
ditemukan dalam sebuah republik kepresidenan.
2. Ciri-Ciri Sistem Parlementer
Ciri-ciri pemerintahan parlemen yaitu:
a. Adanya pemisahan antara kepala Negara dan kepala pemerintahan.
Akan tetapi, tidak ada pemisah antara kekuasaan eksekutif dan
legislatif.
b. Badan legislatif atau parlemen adalah satu-satunya badan yang
anggotanya dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum.
Parlemen memiliki kekuasaan besar sebagai badan perwakilan dan
lembaga legislatif.

3
c. Anggota parlemen terdiri atas orang-orang dari partai politik yang
memenangkan pemiihan umum. Partai politik yang menang dalam
pemilihan umum memiliki peluang besar menjadi mayoritas dan
memiliki kekuasaan besar di parlemen.
4. Kepala pemerintah adalah pimpinan kekuasaan mayoritas di parlemen.
Kepala Negara hanya memiliki kekuasaan simbolis di luar eksekutif
dan legislatif. Jadi kekuasaan legislatif lebih kuat dari kekuasaan
eksekutif.
5. Pemerintah atau kabinet terdiri dari atas para menteri dan perdana
menteri sebagai pemimpin kabinet. Perdana menteri dipilih oleh
parlemen untuk melaksakan kekuasaan eksekutif. Dalam sistem ini,
kekuasaan eksekutif berada pada perdana menteri sebagai kepala
pemerintahan. Anggota kabinet umumnya berasal dari parlemen.
6. Pemerintah bertanggung jawab kepada parlemen dan dapat bertahan
sepanjang mendapat dukungan mayoritas anggota parlemen. Hal ini
berarti bahwa sewaktu-waktu parlemen dapat menjatuhkan kabinet jika
mayoritas anggota parlemen menyampaikan mosi tidak percaya kepada
kabinet.
7. Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Kepala
pemerintahan adalah perdana menteri, sedangkan kepala negara adalah
presiden dalam negara republik atau raja/sultan dalam negara monarki.
Kepala negara tidak memiliki kekuasaan pemerintahan. Ia hanya
berperan sebgai symbol kedaulatan dan keutuhan negara.
8. Sebagai imbangan parlemen dapat menjatuhkan kabinet maka presiden
atau raja atas saran dari perdana menteri dapat membubarkan
parlemen. Selanjutnya, diadakan pemilihan umum lagi untuk
membentukan parlemen baru.
3. Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer
a. Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi
penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena

4
kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi
partai.
b. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan
publik jelas.
c. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet
sehingga kabinet menjadi barhati-hati dalam menjalankan
pemerintahan.
4. Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer
a. Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas
dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan
oleh parlemen.
b. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa
ditentukan berakhir sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-
waktu kabinet dapat bubar.
c. Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para
anggota kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai
meyoritas. Karena pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai,
anggota kabinet dapat mengusai parlemen.
d. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.
Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan
manjadi bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif
lainnya.
5. Sistem Parlemen Satu Kamar Dan Dua Kamar
a. Sistem Satu Kamar (Unikameral)
Adalah Sistem Pemerintahan yang terdiri dari satu kamar Parlemen
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa dalam
unikameral yang berarti satu kamar. Berarti tidak mengenal juga
pemisahan antara DPR dan senat atau majelis tinggi dan majelis
rendah. Sistem unicameral banyak di anut di negara asia seperti
Vietnam, Singapura, Laos , Libanon, Syiria, dan Kuwait. Beberapa hal
terkait dengan parlemen sistem satu kamar adalah sebagai berikut:

5
1) Para pendukung menyatakan bahwa sistem satu kamar mencatat
perlunya pengendalian atau pengeluaran pemerintahan dan
dihapuskannya pekerjaan berganda yang dilakukan oleh dua kamar
2) Para pengeritik menyatakan bahkan sistem satu kamar
menunjukkan adanya pemeriksaan dan pengimbangan ganda yang
diberikan oleh sistem dua kamar dan dapat menambah tingkat
konsensus dalam masalah legislatif.
3) Kelemahan sistem satu kamar ialah bahwa wilayah-wilayah urban
yang memiliki penduduk yang lebih besarakan mempunyai
pengaruh yang lebih daripada wilayah-wilayah pedesaan yang
penduduknya lebih sedikit. Satu-satunya cara untuk membuat
wilayah yang penduduknya lebih sedikit terwakili dalam
pemerintahan kesatuan adalah menerapkan sistem dua kamar,
seperti misalnya pada periode awal Amerika Serikat.
b. Sistem parlemen dua kamar
Sistem parlemen dua kamar adalah praktik pemerintahan yang
menggunkan dua kamar legislatif atau perlemen. Jadi, parlemen dua
kamar (bikameral) adalah parlemen atau lembaga legislatif yang terdiri
atas dua kamar. Di Britania Raya, sistem dua kamar ini di praktikkan
dengan menggunakan Majelis Tinggi (house of Lords) dan Majelis
Rendah (House of Commons). di Amerika Serikat, sistem ini
diterapkan melalui kehadiran senat dan Dewan perwakilan. Indonesia
juga sistem yang aga mendekati dua kamar melalui kehadiran Majelis
permusyawaratan Rakyat (DPR), meskipun dalam praktiknya sistem
ini tidak sepenuhnya diberlakukan karena persidangan MPR tidak
berlangsung sesering persidangan DPR.Adapun bentuk parlemen
dengan sistem Dua Kamar, dapat dibedakan menjadi:
1) Federalisme
Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Australia, India,
Brazil, Swiss, dan Jerman, menggunakan sistem dua kamar mereka
dengan struktur politik federal mereka. Di Amerika Serikat,

6
Australia, dan Brazil misalnya, masing-masing negara bagian
mendapatkan jumlah kursi yang sama di majelis tinggi badan
legislatif dengan tidak mempedulikan perbedaan jumlah penduduk
antara masing –masing negara bagian. Hal ini direncanakan untuk
memastikan bahwa negara-negara bagian yang lebih kecil tidak
dibayang-banyangi oleh negara-negara bagian yang penduduknya
lebih banyak.
2) Sistem dua kamar kebangsawanan
Di beberapa negara, sistem dua kamar dilakukan dengan
menyejajarkan unsur-unsur demokratis dan kebangsawanan.
Contohnya adalah Majelis Tinggi (house of lourd) Britania raya
yang terdiri dari sejumlah anggota hereditary peers. Majelis Tinggi
ini merupakan sisa – sisa sistem kebangsawanan yang dulu pernah
medominasi politik Britania Raya, sementara majelis lainnya,
majelis rendah (house Commons), anggotanya sepenuhnya dipilih.

B. Sistem Presidencial
1. Pengertian Sistem Presidensial
Sistem pemerintahan presidensial atau disebut juga dengan sistem
kongresional adalah sistem pemerintahan dimana badan eksekutif dan
legislatif memiliki kedudukan yang independen. Kedua badan tersebut
tidak berhubungan secara langsung seperti dalam sistem pemerintahan
parlementer. Mereka dipilih oleh rakyat secara terpisah. Sistem
presidensial tidak mengenal adanya lembaga pemegang supremasi
tertinggi. Kedaulatan negara dipisahkan (separation of power) menjadi tiga
cabang kekuasaan, yakni legislatif, eksekutif, dan yudikatif, yang secara
ideal diformulasikan sebagai ”Trias Politica” oleh Montesquieu. Presiden
dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat untuk masa kerja yang
lamanya ditentukan konstitusi. Konsentrasi kekuasaan ada pada presiden
sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Dalam sistem presidensial

7
para menteri adalah pembantu presiden yang diangkat dan bertanggung
jawab kepada presiden.
2. Unsur Pemerintahan Presidensiil
 Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan dan mengangkat
pejabat-pejabat pemerintahan yang terkait.
 Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap,
tidak bisa saling menjatuhkan.
Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat
dan tidak dapat dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya
dukungan politik. Namun masih ada mekanisme untuk mengontrol
presiden. Jika presiden melakukan pelanggaran konstitusi, pengkhianatan
terhadap negara, dan terlibat masalah kriminal, posisi presiden bisa
dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena pelanggaran-pelanggaran tertentu,
biasanya seorang wakil presiden akan menggantikan posisinya.
3. Ciri-ciri Pemerintahan Presidensial
a. Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan
sekaligus kepala negara.
b. Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat
dan dipilih langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan
rakyat.
c. Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat
dan memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan
non-departemen.
d. Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif
(bukan kepada kekuasaan legislatif).
e. Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet
bertangungjawab kepada presiden dan tidak bertanggung jawab kepada
parlemen atau legislatif.
f. Presiden tidak bertanggungjawab kepada parlemen. Hal itu
dikarenakan presiden tidak dipilih oleh parlemen.

8
g. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem
parlementer.
h. Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga
perwakilan. Anggota parlemen dipilih oleh rakyat.
4. Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial:
a. Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung
pada parlemen.
b. Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu.
Misalnya, masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun,
Presiden Filipina adalah enam tahun dan Presiden Indonesia adalah
lima tahun.
c. Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka
waktu masa jabatannya.
d. Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif
karena dapat diisi oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.
e. Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung
pada parlemen.
f. Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu.
Misalnya, masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun,
Presiden Indonesia adalah lima tahun.
g. Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka
waktu masa jabatannya.
h. Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif
karena dapat diisi oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.
5. Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial:
a. Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga
dapat menciptakan kekuasaan mutlak.
b. Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
c. Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-
menawar antara eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi
keputusan tidak tegas dan memakan waktu yang lama.

9
d. Karena presiden tidak bertanggung jawab pada badan legislatif, maka
sistem pertanggungjawabannya menjadi tidak jelas
e. Bisa menciptakan sebuah kekuasaan yang mutlak karena kekuasaan
eksekutif berada di luar pengawasan langsung legislatif.

C. Sistem Pemerintah Sebelum Amandemen


1. Sumber hukum tata negara Indonesia
Ilmu negara adalah ilmu yang menyelidiki asas-asas pokok dan
pengertian- pengertian pokok mengenai negara dan hukum tata negara.14
Oleh karena itu, ilmu negara merupakan ilmu pengetahuan untuk
mempelajari ilmu Hukum Tata Negara, ilmu Hukum Administrasi Negara
dan juga ilmu Hukum Internasional Publik. Baik hukum tata negara
maupun hukum internasional publik, sama-sama merupakan cabang ilmu
hukum publik. Akan tetapi objek perhatian hukum internasional
publik sangat berbeda dengan objek perhatian hukum tata negara hanya
mempelajari negara dari struktur internalnya. Sedangkan hukum
internasional publik mempelajari hubungan-hubungan hukum antara
negara itu secara eksternal. Di samping itu hukum internasional sendiri,
ada juga yang bersifat prifat (perdata) di samping ada juga yang bersifat
publik. Tentunya yang mempunyai hubungan erat dengan ilmu hukum tata
negara adalah cabang hukum internasional publik keduanya sama-sama
menelaah dan mengatur mengenai organisasi negara.
Akan tetapi hukum internasional mempelajari dan mengatur
mengenai hubungan- hubungan eksternal dan negara di kaji. Misalnya
konsep kedaulatan yang bersifat eksternal dalam hubungan antar negara,
sedangkan dalam hukum tata negara yang di bahas adalah prspektif yang
bersifat internal, misalnya teori tentang kedaulatan rakyat, kedaulatan
hukum dan teori kedaulatan lainnya.
Untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dah hukum maka secara
teori dikenal konsep negara hukum. Konsep tersebut merupakan
perpaduan yang menghendaki kekuasaan negara ataupun kedaulatan harus

10
dilaksanakan sesuai hukum begitu pula sebaliknya. Sedangkan menurut
Hans Kelsen mengartikan hukum tata negara dengan dengan
menggunakan istilah “Mengatur proses kenegaraan dalam keadaan
diam (state in stationair)”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hukum tata negara
adalah hukum yang mengatur organisasi, sistem organisasi serta
fungsi organisasi kenegaraan.
Sumber Hukum Tata Negara Indonesia
Sumber hukum tata negara dalam arti materil, yaitu pancasila.
Sumber hukum tata negara dalam arti formil terdiri dari beberapa sumber,
yaitu:
a. Undang-Undang Dasar 1945 dan amandemennya;
b. Ketetapan MPR, di mana berdasarkan hasil perubahan keempat UUD
1945, dilakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum
ketetapan MPR dalam Sidang Tahunan MPR tahun 2003. Sejak
periode 2004, MPR tidak lagi mempunyai putusan yang dikenal
Ketetapan MPR, sehingga berdasarkan UU No. 10 tahun 2004,
Ketetapan MPR tidak lagi sebagai peraturan perundang- undangan;
c. Undang-Undang atau peraturan pemerintah pengganti undang-
undang (Perpu);
d. Peraturan Pemerintah (PP), yaitu peraturan yang dibentuk oleh
Presiden untuk menjalankan ketentuan-ketentuan dalam undang-
undang;
e. Peraturan presiden (Perpres), yaitu peraturan yang dibentuk oleh
Presiden untuk menjalankan ketentuan dalam UU dan PP. Materi
muatan Perpres lebih bersifat pengaturan;
f. Keputusan presiden (Keppres). Berdasarkan Undang-Undang No. 10
Tahun 2004, Keppres bukan lagi peraturan perundang-undangan;
g. Peraturan daerah (Perda) dan Perdes juga termasuk peraturan daerah;
Peraturan perudang-undangan saat ini yang berlaku adalah UU No. 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.19

11
2. Sistem Pemerintahan Indonesia Sebelum Amandemen
Pada dasarnya untuk melihat sistem pemerintahan negara
terdapat dua parameter yang dijadikan titik uji. Pertama, sistem
pemerintahan yang ditinjau dari sifatnya. Kedua, sistem pemerintahan
ditinjau dari pembagian kekuasaan yang dianut oleh Indonesia.
Berdasarkan UUD 1945 sebelum amandemen maka sistem pemerintahan
Indonesia adalah presidensial. Namun sistem ini bukan merupakan suatu
konsekuensi yang diadakan karena UUD menganut ajaran trias
politika. Jadi jika ada pemerintahan presidensial itu harus diukur
dengan syarat-syarat yang ada dalam sistem pemerintahan presidensial,
maka Indonesia tidak terdapat sistem pemerintahan presidensial yang
murni.
Pasal 4 dan 17 UUD 1945 menunjukan bahwa pemerintahan
Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial, di mana Presiden
menjadi kepala eksekutif dan mengangkat serta memberhentikan
Menterinya. Dengan demikian, berdasarkan Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17
UUD 1945, sistem peemrintahan Indonesia adalah presidensial, karena
Presiden adalah eksekutif dan Menteri-menteri adalah pembantu
Presiden. Tetapi apabila dilihat dari sudut pertanggung jawaban
presiden kepada MPR. Maka berati bahwa eksekutif dapat dijatuhkan
oleh lembaga negara lain. Dengan demikian maka pada dasarnya sistem
pemerintahan di bawah UUD 1945 sebelum amandemen adalah bukan
sistem presidensial murni, atau dapat disebut “quasi” presidensial.
Secara umum sistem pemerintahan Indonesia menganut “sistem
presidensial” dijelaskan dengan terang dan sistematis dalam penjelasan
UUD 1945. Di dalam penjelasan itu dikenal delapan buah kunci pokok,
yaitu:
a. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum tidak berdasarkan
atas kekuasaan belaka. Hal ini berarti bahwa negara (termasuk
lembaga negara) dalam melaksanakan tindakan apapun harus

12
berdasarkan hukum atau harus dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum;
b. Sistem konstitusional, Pemerintah berdasarkan atas sistem
konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan
yang tidak terbatas);
c. Kekuasaan negara tertinggi berada di tangan MPR. Kedaulatan rakyat
berada pada suatu badan bernama MPR, sebagai penjelma seluruh
rakyat Indonesia. Majelis inilah yang memegang kekuasaan negara
tertinggi, sedangkan presiden harus menjalankan haluan negara
menurut garis-garis besar yang telah ditetpkan oleh majelis.
d. Presiden ialah penyelenggara pemerintahan tertinggi di bawah MPR.
Di bawah MPR, presiden ialah penyelenggara pemerintahan tertinggi.
Dalam menjalankan ppemerintahan negara, kekuasaan dan
tanggungjawab adalah di tangan presiden.
e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR. Di samping Presiden
adalah DPR. Presiden harus mendapat persetujuan dari DPR untuk
membentuk UU dan untuk menetapkan APBN. Oleh karena itu
Presiden harus bersama-sama dengan dewan, akan tetapi presiden tidak
bertanggung jawab kepada Dewan.
f. Menteri negara ialah pembantu Presiden. Menteri negara tidak
bertanggungjawab kepada DPR melainkan kepada Presiden. Presiden
mengangkat dan memberhentikan Menteri-menteri, kedudukan
Menteri tidak tergantung pada Dewan akan tetapi tergantung pada
Presiden. Maka mereka ialah pembantu Presiden.
g. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas. Meskipun kepala negara
tidak bertanggung jawab kepada Dewan, ia bukan diktator artinya
kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas. Di atas telah ditegaskan
bahwa presiden bertanggung jawab kepada MPR. Kecuali itunia harus
memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR.
h. Tidak ada fokus kekuasaan dalam sistem politik. Dalam sistem
pemerintahan presidensial kekuasaan tidak terfokus pada suatu

13
organisasi negara saja, karena negara yang menganut sistem
presidensial pada umumnya menganut ajaran pembagian atau
pemisahan kekuasaan.

D. Demokrasi Pancasila (Reformasi)


1. Pengertian Demokrasi Pancasila
Pengertian demokrasi Pancasila bisa dilihat secara khusus dan
umum. Secara khusus, pengertian demokrasi ini dapat dilihat dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bahwa demokrasi Pancasila
adalah demokrasi yang berdasarkan sila Pancasila yang dilihat sebagai
suatu keseluruhan yang utuh. Sedangkan secara umum pengertian dari
demokrasi Pancasila adalah sebuah paham  demokrasi yang dilandasi oleh
prinsip-prinsip yang terdapat dalam Pancasila. Demokrasi ini merupakan
paham yang telah diyakini oleh masyarakat Indonesia dari masa lalu.
Sedangkan konsep pemahaman demokrasi ini jelas berasal dari asas-asas
yang terkandung dalam Pancasila.
Pancasila memang merupakan gambaran jelas yang mewakili ciri
bangsa Indonesia dari zaman dulu hingga saat ini. Secara garis besar
Pancasila merupakan hasil dari pemikiran dan perumusan yang diterapkan
pada seluruh aspek kehidupan masyarakat dan telah diberlakukan sejak
zaman dulu. Sebagai salah satu tokoh Indonesia, Bung Hatta telah
berperan besar dalam tercetusnya Pancasila yang hingga saat ini
diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari yang dibahas pada buku Moh
Hatta-Demokrasi Pancasila.
2. Landasan Pokok Demokrasi Pancasila
Negara Indonesia yang menganut sistem pemerintahan demokrasi
Pancasila memiliki tujuh sendi pokok yang menjadi landasannya. Adapun
tujuh landasan tersebut adalah sebagai berikut ini.

14
a. Indonesia merupakan negara yang berdasarkan hukum
Semua tindakan warga negaranya harus berlandaskan hukum.
Persamaan kedudukan dalam hukum bagi masyarakat negara ini harus
jelas dan tercermin di dalamnya.
b. Negara Indonesia menganut sistem konstitusional
Pemerintah negara Indonesia beraktivitas berdasarkan sistem
konstitusional atau hukum dasar yang tidak bersifat absolut. Dalam
artian kekuasaan pemerintah tidak bersifat mutlak dan terbatas. Sistem
konstitusional di sini menegaskan bahwa kegiatan pemerintah itu
dibatasi dan dikendalikan oleh undang-undang.
c. MPR atau Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah pemegang
kekuasaan tertinggi negara
Dalam pasal 1 ayat 2 UUD 1945 sebelum amandemen disebutkan
bahwa kekuasaan tertinggi negara berada di tangan rakyat dan
sepenuhnya dilakukan oleh MPR. Berarti jelas bahwa MPR adalah
pemegang kekuasaan tertinggi negara. Adapun tugas-tugas dari MPR
adalah menetapkan UUD, menetapkan GBHN, dan memilih serta
mengangkat presiden dan wakil presiden.
d. Presiden merupakan penyelenggara pemerintah tertinggi dibawah
MPR
Presiden merupakan penyelenggara pemerintah tertinggi di bawah
kendali MPR. Presiden diangkat oleh MPR, berarti presiden juga
dalam melaksanakan tugasnya harus tunduk dan bertanggungjawab
kepada majelis tersebut. Presiden merupakan mandataris MPR dan
wajib menjalankan berbagai putusannya.
e. Pengawasan Terhadap Dewan Perwakilan Rakyat
Presiden di sini tidak bertanggung jawab pada DPR, tapi DPR yang
mengawasi pelaksanaan wewenang yang diberikan pada presiden.
Dalam pelaksanaan tugasnya, DPR dan presiden harus bekerja sama
untuk membentuk Undang-Undang termasuk di dalamnya APBN.

15
Sedangkan untuk mengesahkan Undang-Undang presiden harus
mendapat persetujuan dari DPR.
f. Menteri negara merupakan pembantu presiden dan tidak bertanggung
jawab pada DPR
Pada sistem demokrasi Pancasila, presiden memiliki wewenang
untuk mengangkat dan memberhentikan menteri negara. Para menteri
dalam melaksanakan mandatnya tidak bertanggung jawab pada DPR,
tapi kepada presiden. Merujuk hal ini, berarti sistem kabinet  negara ini
adalah kabinet presidensial. Maksud menteri bertanggung jawab pada
presiden adalah pada saat menjalankan kekuasaannya berada dibawah
kontrol presiden.
g. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas
Presiden memang tidak bertanggung jawab kepada DPR, tapi
bukan berarti memiliki kekuasaan tak terbatas. Presiden harus menaati
suara DPR. DPR memiliki kedudukan yang kuat karena presiden tidak
dapat membubarkannya. Semua anggota DPR merangkap juga menjadi
anggota MPR.
3. Prinsip Demokrasi Pancasila
a. Melindungi dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
b. Setiap keputusan yang diambil berdasarkan hasil musyawarah
c. Adanya badan peradilan yang merdeka, dalam artian terlepas dari
pengaruh kekuasaan pemerintah dan kekuasaan lembaga lainnya
d. Memiliki partai-partai politik dan organisasi sosial politik, karena
lembaga-lembaga tersebut sebagai tempat masyarakat menyalurkan
aspirasinya.
e. Adanya pelaksanaan pemilihan umum
f. Kedaulatan negara berada di tangan rakyat dan pelaksanaannya sesuai
dengan Undang-Undang Dasar 1945
g. Adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban
h. Adanya pelaksanaan kebebasan yang tetap bertanggung jawab kepada
Tuhan YME, individu, masyarakat dan juga negara.

16
i. Mendukung serta menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional
j. Adanya penjelasan mengenai pemerintahan dalam UUD, seperti
berikut ini:
1) Indonesia merupakan negara hukum dan bukan negara yang hanya
berdasarkan kekuasaan belaka
2) Pemerintah negara ini berjalan berdasar sistem hukum dasar yang
tidak bersifat absolut
3) Kekuasaan tertinggi negara berada di tangan rakyat.
4. Asas-asas Demokrasi Pancasila
Untuk mengambil gagasan dan keputusan penting harus
dilandaskan asas-asas. Adapun asas yang diterapkan dalam demokrasi
Pancasila adalah sebagai berikut ini:
a. Asas Kerakyatan
Asas Kerakyatan adalah asas yang mendasari kesadaran kecintaan
terhadap rakyat, juga memiliki jiwa kerakyatan, baik berupa nasib
ataupun cita-cita. Dalam asas kerakyatan, berarti demokrasi Pancasila
ini memiliki rasa cinta dan menyatu dengan rakyat, agar tercipta satu
kesatuan dalam mencapai tujuan.
b. Asas Musyawarah
Asas musyawarah merupakan asas yang menghimpun suara dan
kehendak rakyat dalam kelompok musyawarah. Hal tersebut dilakukan
untuk menyatukan berbagai pendapat demi mencapai kesepakatan
bersama yang dilandasi rasa kasih sayang, pengorbanan juga
kebahagiaan seluruh anggota.
c. Asas Penjaminan HAM
Negara yang berdasarkan demokrasi Pancasila sangat menghormati
hak asasi manusia. Setiap anggota masyarakat dipandang sama status
sosialnya, dalam artian tidak dibeda-bedakan.

17
5. Tujuan Demokrasi Pancasila
a. Memudahkan pemerintah mengetahui proses pengambilan keputusan
dalam menyelesaikan sebuah masalah dengan menggunakan asas-asas
demokrasi Pancasila.
b. Agar semua bagian pemerintahan di Indonesia berkegiatan sesuai
dengan landasan negara ini.
c. Menjadi jaminan pemerintah negara ini memang benar bertanggung
jawab penuh kepada tugasnya juga kepada rakyat.
d. Menjamin perundang-undangan di negara ini dipatuhi dan dijalankan
seperti seharusnya.
e. Menjamin semua warga negara Indonesia turut serta dalam kehidupan
bernegara dan mau berpartisipasi dalam pemilu dengan menggunakan
hak suaranya.
6. Kelebihan Demokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila memiliki beberapa keunggulan, seperti yang
dikutip dari situs Kemendikbud berikut ini.
a. Demokrasi ini mengutamakan pengambilan keputusan berdasarkan
kesepakatan bersama yang berlandaskan kekeluargaan.
b. Sangat mengutamakan keseimbangan hak dan kewajiban antara
kepentingan pribadi dan sosial.
c. Mendahulukan kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan.
Demokrasi adalah sebuah cara melakukan perubahan atas hal-hal yang
terjadi di masa lampau. Demokrasi memberikan wewenang pada rakyat
untuk memilih pemimpinnya. Dalam demokrasi, penguasa atau
pemerintah berada dalam pengawasan masyarakat. Di Indonesia sendiri
perkembangan demokrasi mengalami aneka pasang surut.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam sistem penyelenggaraan negara ada yang disebut dengan aparatur
negara, aparatur negara adalah lembaga-lembaga negara berdasarkan UUD
1945 dan perubahannya. Lembaga-lembaga kenegaraan di tingkat
pusat/nasional dipegang oleh Presiden dan Wakil Presiden selaku badan
Eksekutif, (MPR, DPR, dan DPD) selaku badan Legislatif, (Mahkamah
Agung, Komisi Yudisial, dan Mahkamah Konstitusi) selaku badan Yudikatif,
dan BPK selaku badan Auditif/Eksplanatif. Sedangkan di tingkat provinsi di
pegang oleh Gubernur/Wakil Gubernur selaku badan Eksekutif, (DPRD
Provinsi) selaku badan Legislatif dan di tingkat Kabupaten/Kota di pegang
oleh Bupati dan Wakil Bupati atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota selaku
badan Eksekutif, (DPRD Kabupaten/Kota) selaku badan Legislatif.
Dalam sistem pemerintahan ini, lembaga-lembaga negara itu berjalan sesuai
dengan mekanisme demokratis, sedangkan dalam sistem pemerintahan negara
monarki, lembaga itu bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip yang berbeda.
Setelah adanya perubahan/amandemen UUD 1945 tidak ada kedudukan
lembaga tertinggi, melainkan semuanya sama sebagai lembaga-lembaga tinggi
negara.

B. Saran
Indonesia merupakan Negara kesatuan yang berbentuk Republik. Di mana
Negara ini menganut sistem Presidensial. Seharusnya presiden sebagai kepala
Negara sekaligus kepala pemerintahan bisa melaksanakan kewajiban
keduanya dengan baik. Presiden sebagai kepala pemerintahan harus mampu
mengondisikan sistem pertahanannya dengan baik, karena pada kenyataannya
sistem yang berjalan belum bisa dikatakan berhasil membuat rakyat makmur.
Sesuai dengan tujuan pemerintahan Indonesia.

19
DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam. 2009. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka Utama.
Hidayat, Komarudin dkk. 2010. Pendidikan Kewargaan. Jakarta: ICCE UIN
Syarif Hidayatullah.
Mahmud, Abdullah dkk. 2000. Tata Negara. Ponorogo: Darussalam Press.
Ranadireksa, Hendarmin. 2007. Arsitektur Konstitusi Demokratik. Bandung:
Fokusmedia.
Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan Pancasila. Jakarta: PT. Grasindo.
Syafiie, Kencana, dkk. 2009. Sistem Politik Indonesia. Bandung: PT. Refika
Aditama.

20

Anda mungkin juga menyukai