Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata-kata madani pernah terdengar dari salah satu buku di kelas  2 SMA
yang menjelaskan peran aktif suatu masyarakat untuk melakukan ataupun ikut
serta dalam suatu kegiatan politik. Sekarang ini banyak ungkapan yang
menyebutkan bahwa masyarakat madani adalah suatu masyarakat yang bukan
hanya ikut serta dalam kegiatan politik namun juga, masyarakat yang
berkembang sesuai sesuai dengan potensi budaya, adat istiadat, dan agama.
Masyarakat madani merupakan suatu cita-cita untuk bangsa ini, agar mampu
mengembangkan bangsa menjadi lebih dan lebih baik lagi. Bangsa Indonesia
pada era reformasi ini diarahkan untuk menuju masyarakat madani, untuk itu
kehidupan manusia Indonesia akan mengalami perubahan
yang  fundamental yang tentu akan berbeda dengan kehidupan masayakat
pada era orde baru.
Masyarakat madani merupakan konsep yang mengalami proses yang
sangat panjang. Masyarakat madani muncul bersamaan dengan adanya proses
modernisasi, terutama pada saat transformasi menuju masyarakat modern.
Dalam mendefinisikan masyarakat madani ini sangat bergantung pada kondisi
sosio-kultural suatu bangsa. Dalam islam masyarakat yang ideal adalah
masyarakat yang taat pada aturan Allah SWT, hidup dengan damai dan
tentram, dan yang tercukupi kebutuhan hidupnya.
Menempatkan agama sebagai sumber pada masyarakat madani,
merupakan suatu keniscayaan bagi suatu Negara terutama Indonesia karena
masyarakat Indonesia yang beragama agar pemaknaan masyarakat madani
berbeda dengan civil society yang berkembang di barat yang pada akhirnya
menimbulkan masyarakat secular dan individual. Kita juga harus meneladani
sikap kaum Muslim awal yang tidak mendikotomikan antara kehidupan dunia
dan akhirat. Mereka tidak meninggalkan dunia untuk akhiratnya dan tidak
meninggalkan akhirat untuk dunianya. Mereka bersikap seimbang (tawassuth)

1
dalam mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika sikap yang melekat pada
masyarakat Madinah mampu diteladani umat Islam saat ini, maka kebangkitan
Islam hanya menunggu waktu saja.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Masyarakat Madani?
2. Bagaimana Karakteristik Masyarakat Madani?
3. Bagaimana Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani?
4. Bagaimana Sistem Ekonomi Islam Dan Kesejahteraan Umat?
5. Bagaimana Kesejahteraan Umat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep Masyarakat Madani
2. Untuk mengetahui Karakteristik Masyarakat Madani
3. Untuk mengetahui Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat
Madani
4. Untuk mengetahui Sistem Ekonomi Islam Dan Kesejahteraan Umat
5. Untuk mengetahui Kesejahteraan Umat

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Masyarakat Madani


Masyarakat madani memiliki banyak pengertian yang telah dikemukakan
oleh beberapa pakar diberbagai negara yang mengaji dan mempelajari tentang
fenomena masyarakat madani, antaranya:
Pertama, definisi yang dikemukakan oleh Zbigniew Rau dengan latar
belakang kajiannya pada kawasan Eropa Timur dan Uni Soviet. Ia mengatakan
bahwa yang dimaksud masyarakat madani merupakan suatu masyarakat yang
berkembang dari sejarah, yang mengandalkan ruang di mana individu dan
perkumpulan tempat mereka bergabung, bersaing satu sama lain guna
mencapai nilai-nilai yang mereka yakini.
Kedua, yang digambarkan oleh Han Sung-joo yang belatar belakang kasus
Korea Selatan. Ia mengatakan bahwa masyarakat madani merupakan sebuah
kerangka hukum yang melindungi dan menjamin hak-hak dasar individu,
perkumpulan sukarela yang terbebas dari Negara, suatu ruang publik yang
mampu mengartikulasi isu-isu politik, gerakan warga Negara yang mampu
mengendalikan diri dan independen, yang secara bersama-sama mengakui
norma-norma dan budaya yang menjadi identitas dan solidaritas yang
terbentuk serta pada akhirnya akan terdapat kelompok inti dalam civil society
ini.
Ketiga, definisi yang dikemukakan oleh Kim Sunhyuk, juga dalam
konteks Korea Selatan. Ia mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
masyarakat madani adalah suatu satuan yang terdiri dari kelompok-kelompok
yang secara mandiri menghimpun dirinya dan gerakan-gerakan dalam
masyarakat yang secara relative otonom dari Negara, yang merupakan satuan-
satuan dasar dari (re) produksi dan masyarakat politik yang mampu
melakukan kegiatan politik dalam suatu ruang public, guna menyatakan
kepedulian mereka dan memajukan kepentingan-kepentingan mereka menurut
prinsip-prinsip pluralisme dan pengelolaan yang mandiri.

3
Masyarakat madani diistilahkan pertama kali oleh mantan Wakil Perdana
Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim.
Menurut Ibrahim masyarakat madani merupakan system sosial yang subur
berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbanganan taraf kebebasan
individu dengan kestabilan masyarakat.
Menurut Anwar Ibrahim yang dikutip oleh Dawam Rahardjo (1999) dalam
buku Masyarakat Madani: agama, kelas menengah dan perubahan social,
mengatakan bahwa membentuk masyarakat madani harus dan tetap bersumber
kepada agama, peradaban adalah prosesnya dan masyarakat kota adalah
hasilnya. Jadi masyarakat madani mengandung tiga unsur pokok, yaitu agama,
peradaban dan perkotaan.
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan
firman-Nya dalam Q.S. Saba’ ayat 15:
         
         
   
“Sesungguhnya bagi kaum Saba´ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.
(kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu)
adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha
Pengampun".

B. Karakteristik Masyarakat Madani


Masyarakatat madani tidak muncul dengan sendirinya. Ia membutuhkan
unsur-unsur sosial yang menjadi prasyarat terwujudnya tatanan masyarakat
madani. Faktor-faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang saling mengikat
dan menjadi karakter khas masyarakat madani. Beberapa unsur pokok yang
harus dimiliki oleh masyarakat madani adalah wilayah publik yang bebas (free

4
publik sphere), demokrasi, toleransi, kemajemukan (pliralism), dan keadilan
sosial (social justice).3
Muhammad AS Hikam memberikan ciri-ciri masyarakat madani mengutip
dan pendapat Tocqueville yaitu adanya sikap warga dengan kesukarelaan,
keswasembadaan, dan keswadayaan, kemandirian yang tinggi berhadapan
dengan Negara, dan keterikatan dengan norma-norma serta nilai-nilai hukum
yang diikuti oleh warganya.
Sedangkan Nurcholis Madjid (1999) mengungkapkan beberapa ciri
mendasar dari masyarakat madani yang acuannya tetap kepada konsep
masyarakat yang dibangun Nabi Muhammad Saw di Madinah, yaitu:
1. Egalitarianisme (kesepadaan),
2. Penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi,
3. Keterbukaan dan partisipasi aktif seluruh masyarakat,
4. Penegakan hukum dan keadilan,
5. Toleransi dan pluralisme,
6. Musyawarah
Dalam masyarakat madani tidak terdapat marginalisasi derajat, bahkan
mereka percaya bahwa semua orang mempunyai derajat yang sama. Inilah
yang disebut dengan egalitarianism, antara pemimpin dan pengikut tidak
dibedakan dalam perlakuan dan dan pengakuan atas hak dan kewajiban
individual maupun kelompoknya. Yang ada dalam masyarakat madani adalah
kewajaran, kelayakan, proposionalitas, dan resiprositas.
Dalam mewujudkan masyarakat madani, dibutuhkan manusia-manusia
yang secara pribadi berpandangan hidup dengan semangat ketuhanan dengan
konsekuensi tindakan rahmatan lil alamiin. Dalam islam tidak ada system
keturunan, kesukuan, atau ras, yang ada adalah sebuah ukhuawah islamiyah,
persatuan antar umat islam.
Dalam rangka penegakan hukum dan keadilan, Nabi Muhammad Saw juga
tidak membedakan antara orang atas dan orang bawah. Sehingga keadilan
yang dijunjung oleh Nabi Muhammad Saw adalah mengibaratkan seandainya

5
Fatimah, putri kesayangan beliau, melakukan kejahatan, beliau sendiri yang
akan memberikan hukuman sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Paham pluralisme atau kemajemukan masyarakat tidak cukup hanya
dengan sikap mengakui dan menerima kenyataan masyarakak yang majemuk,
tapi harus disertai dengan sikap yang tulus untuk menerima kenyataan
kemajemukan itu adalah suatu hal yang positif. Dengan demikian, akan
memperkaya pertumbuhan budaya melalui interaksi dinamis dan pertukaran
silang budaya yang beraneka ragam. pemahaman pluralisme harus diiringi
dengan toleransi yang memberikan penilaian bahwa merupakan suatu
kewajiban untuk melaksanakan ajarannya sendiri.
Jika toleransi menghasilkan adanya tata cara pergaulan yang enak entara
berbagai kelompok yang berbeda-beda maka hasil itu harus dipahami sebagai
“hikmah” atau “manfaat” dan pelaksanaan suatu ajaran yang benar. Dasar
toleransi dan pluralisme dalam Piagam Madinah, diambil dari konsep Al-
Qur’an yang mengajarkan tidak ada paksaan dalam agama, sehingga bisa
memilih dan bertanggung jawab dengan dasar kebenaran.
Keberadaan manusia dalam sebuah masyarakat yang sangat plural
mengharuskannya berinteraksi dengan baik. Ajaran kemanusiaan yang suci
membawa konsekuensi kita harus melihat sesama manusia secara optimis dan
positif dengan berprasangka baik. Berdasarkan pandangan kemanusiaan yang
optimis-positif tersebut, kita harus memandang bahwa setiap orang
mempunyai potensi yang baik dan benar sehingga pendapatnya layak untuk
didengar.
Demikianlah menurut Nurcholis, musyawarah pada hakikatnya tak lain
ialah interaksi positif berbagai individu dalam masyarakat untuk berpendapat
dan mendengarkan pendapat. Kemudian Maulidin Al-Maulana, Direktur
lembaga Studi Agama dan Demokrasi (LSAD) Surabaya, memberikan ciri-ciri
utama masyarakat madani adalah sebagai berikut.
1. kemandirian yang tinggi dari individu dan kelompok masyarakat saat
berhadapan dengan Negara,

6
2. adanya ruang public yang bebas sebagai wahana bagi keterlibatan politik,
secara aktif dari warga Negara melalui wacana praktis yang berkaitan
dengan kepentingan public,
3. adanya kemampuan membatasi kuasa Negara agar ia tidak intervensional.
Maulidin memberikan ciri tentang masyarakat madani sebagai
keindonesiaan civil society berkiblat pada pemikir-pemikir barat seperti yang
dikonsepsikan masyarakat madani sebagai lawan Negara.

C. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani


Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial umat
Islam terjadi pada masa Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam menunjukkan
kemajuan di bidang kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi,
militer, ekonomi, politik dan kemajuan bidang-bidang lainnya. Umat Islam
menjadi kelompok umat terdepan dan terunggul. Nama-nama ilmuwan besar
dunia lahir pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Imam al-Ghazali, al-Farabi, dan
yang lain.
Salah satu jalan peran umat islam mewujudkan masyarakat madani adalah
meningkatkan SDM kaum muslimin dengan jalur pendidikan (mempunyai
lembaga pendidikan unggulan). Kita semua prihatin dengan adanya
sinyalemen bahwa lembaga pendidikan  islam masih ketinggalan baik system
maupun output yang dihasilkannya. Mulai abat XIV sampai sekarang masih
sangat kecil sumber daya manusia yang menguasai iptek.
SDM umat Islam saat ini belum mampu menunjukkan kualitas yang
unggul. Karena itu dalam percaturan global, baik dalam bidang politik,
ekonomi, militer, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, belum mampu
menunjukkan perannya yang signifikan. Di Indonesia jumlah umat Islam
±85% tetapi karena kualitas SDM-nya masih rendah, juga belum mampu
memberikan peran yang proporsional. Hukum positif yang berlaku di negeri
ini bukan hukum Islam. Sistem sosial politik dan ekonomi juga belum dijiwai
oleh nilai-nilai Islam, bahkan tokoh-tokoh Islam belum mencerminkan akhlak
Islam.

7
D. Sistem Ekonomi Islam Dan Kesejahteraan Umat
Setiap sistem ekonomi pasti didasarkan pada ideologi yang memberikan
landasan dan tujuannya di satu pihak, dan aksioma-aksioma serta prinsip-
prinsipnya di lain pihak. Sebagai konsekuensinya suatu sistem untuk
mendukung ekonomi islam seharusnya diformulasikan berdasarkan pandangan
islam tentang kehidupan.
Sistem ekonomi islam adalah sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi
yang di simpulkan dari Al-Qur’an dan sunnah, dan merupakan bangunan
perekonomian yang di dirikan atas landasan dasar-dasar tersebut yang sesuai
dengan kondisi lingkungan dan masa.
Definisi ekonomi islam menurut beberapa ahli ekonimi islam:
1. Muhammad Abdul mannan : “ekonomi Islam merupakan ilmu
pengetahuan sosial yang diihlami oleh nilai-nilai Islam.”
2. Hasanuzzaman : “ Ilmu ekonomi islam adalah pengetahuan dan aplikasi
dari anjuran dan aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam
memperoleh sumber daya material sehingga tercipta kepuasan manusia
dan memungkinkan meraka menjalankan perintah Allah dan masyarakat.”
Jadi, sistem ekonomi islam merupakan suatu sistem ekonomi yang
didalamnya mempelajari perilaku ekonomi manusia yang diatur berdasarkan
aturan agama islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana yang dirangkum
dalam rukum Iman dan rukan Islam.
Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah swt memerintahkannya,
sebagaimana firman-Nya dalam surat At Taubah ayat105 :
      
      
   
“Dan katakanlah, bekerjalah kamu, Allah dan rasul-Nya serta orang-
orang yang beriman akam melihat pekerjaan itu.”
Dan karena kerja membawa kepada ampunan, sebagai sabda Rasulullah
Muhammad saw: “Barang siapa diwaktu sorenya kelelahan  karena kerja
tangannya, maka di waktu sore itu ia mendapat ampunan.” (HR. Thabrani dan
baihaqi)

8
Islam diturunkan ke muka bumi ini dimaksudkan untuk mengatur hidup
manusia guna mewujudkan ketentraman kebahagian hidup seluruh umat di
dunia dan di akhirat sebagai nilai ekonomi tertinggi. Ketentraman hidup tidak
sekedar dapat memenuhi kebutuhan hidup secara melimpah ruah di dunia,
tetapi juga dapat memenuhi ketentraman jiwa sebagai bekal di akhirat
nanti. Jadi antara pemenuhan dalam kebutuhan hidup di dunia dan kebutuhan
untuk di akhirat harus ada keseimbangan.
Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam:
1. Hidup hemat dan tidak bermewah-mewah
Pada sistem ekonomi islam, masyarakat diajarkan untuk hidup
hemat menggunakan semua dengan seperlunya tanpa ada kemewahan
yang diperlihatkan kepada masyarakat lain.
2. Pelarangan Riba
Islam melarang adanya riba, karena riba telah diharamkan oleh
Allah dalam firman-Nya :
       
       
       
       
         
        
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu,
adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.” (Q.S Al Baqarah :275)
3. Menjalankan usaha-usaha halal

9
Islam membebaskan segala bentuk usaha yang akan dilakukan oleh
masyarakat, asalkan usaha yang dilakukan tersebut halal dan tidak
merugikan orang lain.
4. Implementasi zakat
Dalam sistem ekonomi zakat dijadikan sebuah kewajiban bukan
sebuah kesukarelaan sebagaimana dalam rukun Islam. Zakat harus
dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab).
5. Berbagai sumber daya yang ada dipandang sebagai pemberian atau titipan
dari Allah swt kepada manusia.
6. Kekuatan pengerak utama ekonomi islam adalah kerja sama.
7. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai
oleh segelintir orang saja.
Sistem ekonomi islam adalah ilmu ekonomi yang dilaksanakan dalam
praktek (penerapan ilmu ekonomi) sehari-harinya bagi individu, keluarga,
kelompok masyarakat, maupun pemerintah/penguasa dalam rangka
mengkoordinasi faktor produksi, distribusi, dan pemanfaatannya barang dan
jasa yang dihasilkan tunduk dalam peraturan/perundang-undangan islam
(sunnatullah).

D. Kesejahteraan Umat
Sejahtera menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah aman, sentosa dan
makmur, selamat terlepas dari segala macam gangguan, kesukaran. Dengan
demikian kesejahteraan umat merupakan keadaan masyarakat yang sejahtera.

1. Manajemen Zakat
Dilihat dari sudut bahasa, kata zakat berasal dari kata “zaka” yang
berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. Pendapat lain juga mengatakan
bahwa kata dasar “zaka” berarti bertambah dan tumbuh, sedangkan segala
sesuatu yang bertambah disebutkan dengan zakat. Adapun dari segi istilah,
banyak ahli yang mengatakan ataupun mendefinisikan. Menurut istilah

10
fikih zakat berarti sejumlah harta tertentu diwajibkan Allah untuk
diserahkan kepada yang berhak.
Menurut Imam Nawawi jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu
disebut zakat karena yang dikeluarkan itu menambah banyak, membuat
lebih berarti dan melindungi kekayaan dari kebinasaan. Sedangkan
menurut Ibnu Taimiyah, jiwa dan kekayaan orang yang berzakat itu
menjadi bersih dan kekayaannya akan bertambah.
Allah telah berfirman dalam QS. al-Baqarah ayat 110, yang
artinya: “Dan Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa
saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala
nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang
kamu kerjakan”.
Adapun harta-harta yang wajib dizakati itu yaitu: harta berharga,
hasil pertanian, binatang ternak, harta perdagangan, harta galian (harta
rikaz). Sedangkan orang-orang yang berhak menerima zakat adalah: Fakir,
Miskin, Amil, Muallaf, Riqab, Gharim, Fi sabilillah, Ibnussabil.
a. Syarat-syarat Zakat
Menurut Yusuf al-Qardawi, syarat – syarat harta yang wajib
dikeluarkan zakatnya adalah sebagai berikut:
1) Pemilikan yang sempurna
2) Berkembang
3) Cukub senisab
4) Melebihi kebutuhan pokok
5) Bebas dari hutang
6) Berlaku satu tahun
b. Tujuan Zakat
Tujuan-tujuan  tersebut diantaranya yaitu :
1) Mengankat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari
kesulitan hidup dan penderitaan.
2) Membantu memecahkan masalah yang hidup dihadapi oleh para
ibnusabil dan mustahiq lainnya.

11
3) Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat
Islam pada umumnya.
4) Menghilangkan sifat kikir atau loba pemilik harta.
5) Membersihkan diri dari sifat dengki dan iri dalam hati orang-orang
miskin.
6) Menjembatani jurang pemisah antara orang kaya dan orang miskin.
7) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial dan pada diri sendiri.
8) Mendidik manusia disiplin menunaikan kewajibannya untuk
menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.
9) Sarana pemerataan pendapatan (rizqi) untuk mencapai keadilan
social.
Dari tujuan-tujuan diatas tergambar bahwa zakat merupakan salah satu
ibadah khusus kepada Allah yang mempunyai dampak positif  yang sangat
besar bagi kesejahteraan masyarakat.
2. Manajemen Wakaf
Wakaf di satu sisi berfungsi sebagai ibadah kepada Allah,
sedangkan di sisi lain wakaf juga berfungsi sosial. Dalam fungsinya
sebagai ibadah ia diharapkan akan menjadi bekal bagi si wakif di
kemudian hari, sedangkan dalam fungsi sosialnya, wakaf merupakan aset
amat bernilai dalam pembangunan umat.
a. Pengertian Wakaf
Istilah wakaf beradal dari “waqb” artinya menahan. Sedangkan
menurut istilah wakaf ialah memberikan sesuatu barang guna dijadikan
manfaat untuk kepentingan yng disahkan syara’ serta tetap bentuknya
dan boleh dipergunakan diambil manfaatnya oleh orang yang
ditentukan (yang meneriman wakaf). Sebagaimana hadits:
Abu Hurairah r.a. menceritakan, bahwa Rasullullah SAW
bersabda, “Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah
masa ia melanjutkan amal, kecuali mengenai tiga hal, yaitu: Sedekah
jariyah (waqafnya) selama masih dipergunakan, ilmunya yang

12
dimanfaatkan masyarakat, dan anak salehnya yang mendo’akannya.”
(Riwayat Muslim).
b. Rukun Wakaf
1) Yang berwakaf, syaratnya: berhak berbuat kebaikan dan kehendak
sendiri
2) Sesuatu yang diwakafkan, syaratnya: kekal dan milik sendiri.
3) Tempat berwakaf (yang berhak menerima hasil wakaf itu).
4) Lafadz wakaf.
c. Syarat Wakaf
1) Ta’bid, yaitu untuk selama-lamanya/tidak terbatas waktunya.
2) Tanjiz, yaitu diberikan waktu ijab kabul.
3) Imkan-Tamlik, yaitu dapat diserahkan waktu itu juga.
d. Hukum Wakaf
Pemberian wakaf tidak dapat ditarik kembali sesudah
diamalkannya. Dan pemberian harta wakaf yang ikhlas karena Allah
akan mendapatkan ganjaran terus-menerus selagi benda itu dapat
dimanfaatkan oleh umum.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah
berpacu pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan kita harus mengetahui apa yang
dimaksud dengan masyarakat madani itu dan cara menciptakan suasana pada
masyarakat madani tersebut yang terdapat pada pada zaman Rasullullah.
Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada
potensi manusia yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi
yang ada di dalam diri manusia sangat mendukung kita untuk mewujudkan
masyarakat madani. Karena semakin besar potensi yang dimiliki oleh
seseorang dalam membangun agama Islam maka akan semakin baik pula
hasilnya.
Di dalam Islam mengenal yang namanya zakat, dengan zakat ini kita dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat hingga mencapai derajat yang disebut
masyarakat madani. Selain itu, ada pula wakaf, wakaf selain untuk beribadah
kepada Allah juga dapat berfungsi sebagai pengikat jalinan antara seorang
muslim dengan sesama. Jadi wakaf mempunyai tiga fungsi yakni fungsi
ibadah, fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Insya Allah dengan menjalankan
syariat Islam dengan baik dan teratur kita dapat memperbaiki kehidupan
bangsa ini secara perlahan.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di
pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

14
Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan
lain akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.
Semoga makalah  ini dapat bermanfaat semua yang mencari ilmu
pengetahuan mengenai masyarakat madani dan kesejahteraan umat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Tim ICCE UIN Jakarta. 2003. Demokrasi Hak Asasi Manusia Masyarakat


Madani. Jakarta: Prenada media Group

Wahyuddin, Achmad, M. Ilyas, M. Saifulloh, Z. Muhibbin. 2009. Pendidikan


Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. : Grasindo

Suhrawardi K Lubis. 2000. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta : Sinar Grafika.

Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, Rineka Cipta, Jakarta

16
MAKALAH
AGAMA
“Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat”

Disusun Oleh:
Dandi Trio Rahmadi
Ilham Ramadhan
Yuri Jumansa
Gun Komedi
Nurikhsan

Dosen Pengampu :
Muhamad Uyun, M.Pd

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2019

17
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Karya
Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik..
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan,
Sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan di
masa yang akan datang. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca, Amin.

Bengkulu, Desember 2019

Penulis,

18
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Masyarakat Madani................................................................. 3
B. Karakteristik Masyarakat Madani......................................................... 4
C. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani............... 7
D. Sistem Ekonomi Islam Dan Kesejahteraan Umat................................. 8
E. Kesejahteraan Umat.............................................................................. 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 14
B. Saran .................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

i
19
i

Anda mungkin juga menyukai