PROPOSAL
Disusun Oleh:
Tetri Kumala Sari
1711290037
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad Saw
atas berkat perjuangan beliau dan para sahabatnya sehingga mengantarkan kita dari
zaman jahiliyah menuju ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
seperti sekarang ini.
Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Kesalahan Morfologi Dalam
Keterampilan Menulis Teks drama Siswa Kelas VIII Semester 2 Di SMP 1 KOTA
BENGKULU Tangerang II Pamulang Tahun Ajaran 2019/2020” ini penulis
menyadari masih banyak kekurangan dari berbagai segi. Oleh karena itu kritik dan saran
penulis harapkan guna perbaikan proposal ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan baik materil maupun spiritual, dalam proses penyelesaian
karya ilmiah ini,
Akhirnya penulis do’akan semoga segala kebaikan dan bantuan serta
partisipasi dari semua pihak yang telah membantu dan memotivasi penulis
menjadi amal yang shaleh. Hal itu tidak dapat penulis balas, kecuali Allah Jualah
yang membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda Amin.
Penulis
i
3
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
4
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Namun, tidak semua orang bisa menggunakan bahasa dengan baik dan benar,
Hal ini tentunya tergantung dari kebiasaan seseorang. Jika seorang anak
yang baik dan benar. Seorang pembimbing yang dimaksud adalah guru yang
kebiasaan siswa. Jika seorang siswa gemar membaca dan menulis, tentu
kesalahan yang ditemukan akan sedikit bahkan tidak ditemukan. Hal ini
1
2
tulisan.
melatih kemampuan menulis yang baik. Ini tentu akan berdampak positif bagi
penggunaan afiks. Hal ini tentu tidak boleh diabaikan, karena jika siswa tidak
menyesuaikan afiks dalam sebuah tulisan, ini akan menjadi sebuah kesalahan.
Tentu hal ini harus menjadi perhatian bagi calon guru maupun guru Bahasa
Indonesia.
Ketika siswa diminta untuk membuat karangan teks drama dalam bahasa
bahasa baik. Kesalahan berbahasa sering dijumpai pada berbagai tulisan dan
morfem yang salah seringkali terjadi dalam sebuah tulisan. Faktor lain yang
dan media informasi mempunyai pengaruh yang cukup besar. Pengaruh yang
3
tulisan. Lalu berkaitan dengan tulisan tentu harus ada minat dari diri siswa
dalam menulis.
Banyak siswa yang merasa bahwa kegiatan menulis itu sangat sulit. Hal
ini, tentu menjadi tantangan bagi guru bahasa Indonesia untuk meningkatkan
motivasi siswa dalam menulis. Misalnya saja, seorang guru menyarankan agar
siswa selalu mencatat hal-hal yang pernah dialami siswa. Kegiatan mencatat
ini bisa dilakukan setiap hari agar siswa gemar dalam menulis.
Siswa kelas VIII sudah diharapkan mampu menulis sebuah teks drama.
Memang ini bukan pekerjaan yang mudah, oleh karena itu, penulis
Sebelum siswa diberikan tugas membuat teks drama, siswa diberikan materi
mengenai teks drama dan diminta untuk membaca teks drama anak. Hal ini
kata yang tepat. Dalam penelitian ini, penulis lebih memfokuskan pada bagian
afiks yang meliputi: Prefiks, Infiks, Sufiks, dan Konfiks, hal ini dikarenakan
Cohtohnya pada prefiks di- terkadang tertukar dengan kata depan. Afiks
atau yang kita kenal dengan kata imbuhan tak pernah lepas dari kata dasar
kurangnya perhatian guru kepada siswa. Selain itu proses pembelajaran juga
perlu dibenahi agar waktu yang sudah ditentukan berdasarkan jam pelajaran
Jika waktu di sekolah sangat minim untuk pembelajaran, maka guru bisa
dilakukan siswa dalam hal menulis. Hal ini setidaknya membuat siswa tidak
takut lagi dalam menulis, karena guru sudah membiasakan di sekolah. Perlu
diperhatikan juga adanya kerjasama antara guru dan orang tua. Agar siswa
menulis dan membuat tulisannya dengan baik, maka bukan tidak mungkin hal
drama siswa kelas VIII semester 2 di SMP 1 Kota Bengkulu, khususnya dalam
morfem yang dilakukan siswa dalam karangan teks drama. Oleh karena itu,
dengan kata depan. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk menganalisis
B. Identifikasi Masalah
1. Penggunaan afiks yang tepat dalam menulis teks drama siswa kelas VIII
2. Minat siswa dalam menulis teks drama siswa kelas VIII SMP 1 Kota
Bengkulu.
3. Tingkat kesalahan yang dilakukan dalam menulis teks drama siswa VII
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka
pada masalah Analisis Kesalahan Morfologi pada Aspek Afiksasi Saja, yang
D. Rumusan Masalah
dan konfiks dalam teks drama siswa kelas VIII semester 2 di SMP 1 Kota
E. Tujuan Penelitian
morfologi pada teks drama siswa kelas VIII Semester II di SMP 1 Kota
Bengkulu. Selain itu, Jika ditemukan kesalahan di dalam teks drama siswa,
maka dapat dijadikan pembelajaran untuk penulis dan tenaga pengajar yang
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
yang tepat.
2. Manfaat Praktis
keterampilan menulis.
G. Sistematika Penulisan
penelitian.
yang relevan.
BAB II
ACUAN TEORI
A. Landasan Teoretis
1. Analisis Kesalahan
biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi
afiks, salah menggunakan kata ulang, salah menyusun kata majemuk, dan
2. Hakikat Morfologi
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti
„bentuk‟ dan kata logi yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah kata
1
Bambang Yulianto dan Maria Mintowati, Analisis Kesalahan Berbahasa. (Jakarta:
Universitas terbuka, 2009), hlm. 2.5
2
Henri Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa,
(Bandung: Angkasa, 1990), hlm. 198
3
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta: PT Rineke
Cipta, 2008), hlm. 3
8
9
kata.4
kata.
3. Proses Morfologis
dengan morfem yang lain menjadi kata.9 Pendapat lain mengatakan proses
4
Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta: CV. Karyono, 2001), hlm.
21
5
Francis Katamba, Morphology, (London: Macmillan Press Ltd, 1993), hlm. 19
6
Nirmala Sari, An Introduction to linguistics. Jakarta: Depdikbud, 1988
7
Sutarna, Morfologi bahasa Indonesia, (Jartata: Universitas terbuka, 2007), hlm.1.10
8
Zainuddin, Pengetahuan Kebahasaan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1985), hlm. 57
9
Ibid. hlm. 32
10
pernah menjadi bentuk dasar bagi struktur yang lebih besar dan tidak
10
Samsuri, Analisa Bahasa Memahami Bahasa Secara Ilmiah. (Jakarta: Erlangga, 1978),
hlm. 190
11
Zainuddin, Pengetahuan Kebahasaan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1985), hlm. 65
11
tertentu.12
(kebaikan)
kata (berjatuhan)
Kata (perencanaan)
12
Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm. 31
12
(perbaikan)
(melancong)
(penghubung)
(pertemuan)
(pemberian)
(pertemuan)
13
1) Pengulangan seluruh
Tabel 2.1
Pengulangan Seluruh
No Bentuk Dasar Hasil Pengulangan
Seluruh
1 Batu Batu-batu
2 Sembilan Sembilan-sembilan
3 Pembangunan Pembangunan-
pembangunan
2) Pengulangan sebagian
Tabel 2.2
13
Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia (Kajian Ke Arah Tatabahasa
Deskriptif), (Jakarta: Bumi Angkasa), hlm. 48
14
Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia (Kajian Ke Arah Tatabahasa
Deskriptif), (Jakarta: Bumi Angkasa), hlm. 52
15
Ibid. hlm. 53
14
Pengulangan Sebagian
No Bentuk Dasar Hasil Pengulangan
Sebagian
1 Memanggil Memanggil-manggil
2 Menulis Menulis-nulis
3 Seakan Seakan-akan
Tabel 2.3
Pengulangan yang Berkombinasi dengan Pembubuhan
Afiks
Bentuk Dasar Pengulangan dan + = Hasil Pengulangan
Pembubuhan Afiks
rumah + (pengulangan) -an = rumah-rumahan
kuning an + ke-(pengulangan)- = kekuning-kuningan
baik nya + se-(pengulangan)- = sebaik-baiknya
Tabel 2.4
Pengulangan dengan perubahan fonem
16
Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia (Kajian Ke Arah Tatabahasa
Deskriptif), (Jakarta: Bumi Angkasa), hlm. 53
17
Ibid. hlm. 54
15
kontruksi frasa berunsur kata benda dan kata kerja, ia mempunyai dua
sedangkan fungsi atribut yang bisa disisipi bentuk yang atau tidak.
dan tidak. Konstruksi Nia makan adalah bentuk frasa, karena bisa
18
Ibid. hlm. 53
16
4. Penggolongan Morfem
Menurut Sutarna, Morfem lebih menunjuk pada ciri bentuk dan arti
relative stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih
kecil.20
yang paling kecil beserta artinya.21 Dari beberapa definisi tersebut dapat
seperti kata di-, ke, kata dasar, dll. Morfem-morfem dalam setiap bahasa
lain dapat muncul dalam ujaran. Misalnya bawa, simpan, maju, dll.
19
Sutarna, Morfologi Bahasa Indonesia, (Jartata: Universitas terbuka, 2007), hlm. 1.35
20
Sutarna, dkk, Morfologi Bahasa Indonesia, (Jartata: Universitas terbuka, 1999), hlm.1.2
21
Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia (Kajian Ke Arah Tatabahasa
Deskriptif), (Jakarta: Bumi Angkasa), hlm. 3
22
Alek, linguistik Umum, (Jakarta: FITK Press UIN Jakarta, 2009), hlm. 60
17
morfem lain tidak dapat muncul dalam ujaran. Semua imbuhan (afiks)
apakah merupakan satu kesatuan yang utuh atau merupakan dua bagian
dari dua bagian yang terpisah, satu di awal dan satu di belakang. 25
fonem segmental, seperti morfem (lari), (kah), (kali), dan (ter). Jadi,
unsur-unsur suprasegmental.26
suku kedua artinya “darah. Di sini unsur segmental kedua bentuk itu
23
Ibid.hlm. 60-61
24
Ibid. hlm. 62
25
Ibid. hlm. 62
26
Ibid. hlm . 62-63
18
5. Keterampilan Drama
a. Pengertian Drama
para penonton.27
b. Klasifikasi Drama
27
Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan, (Malang: UMM press,2010), hlm. 4
28
Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2007), hlm. 1.3
19
2) Melodrama
meyakinkan penonton.29
riang.
4) Dagelan (Farce)
29
Wahyudi siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Malang: Grasindo, 2008), hlm. 141.
20
sangat luas sekali. Dalam hal ini Suharianto menggolongkan ada empat
30
Burhan Nurgiantoro. Teori Pengkajian Fiksi. (Yogyakarta: Dadjah Mada University
Press, 2005), hlm.23, cet, ke-5
31
Henry Guntur tarigan, Menulis, (Bandung: Angkasa, 2008), hlm. 3
21
3) Pemain
yang lebih luas, termasuk pemain adalah setiap orang yang terlibat
artistik.
4) Tempat
para pemain, namun juga oleh para menonton. Oleh karena itu,
fisik, psikis, dan sosial. Tujuan utama fungsi bantuan rias adalah
oleh seorang aktor. Seperti halnya rias, tata busana juga akan
7) Tata Lampu
berlansung.
menjadi bagian dari lakon, akan tetapi yang paling banyak adalah
ucapan yang jelas adalah ucapan yang bisa terdengar setiap suku
katan-nya.33
perubahan fonem pada awal morfem akibat pertemuan dengan morfem lain.
tiga kaidah, yaitu: kaidah peluluhan fonem, kaidah pemunculan fonem, dan
kaidah pergeseran fonem. Selain itu jenis morfem dasar terikat bahasa
dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012. Dengan judul
33
Kundaru Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Indonesia, Teori dan Aplikasi, (Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), hlm. 96
24
membahas tentang kesalahan morfologi pada majalah Hai edisi juli 2011
bahasa Indonesia, pernah dilakukan oleh Ratih Sugianti dari Universitas Islam
Negeri Jakarta 2006. Penelitian ini membahas tentang bentuk afiksasi dan
abreviasi kata bahasa Indonesia. Data yang diambil yaitu dari majalah Aneka
Yess! Gadis, Hai, dan Kawanku. Adapun data yaitu berupa kata untuk analisis
afiksasi dan abreviasi. Penelitian ini difokuskan pada analisis morfologi kata
bahasa Indonesia pada majalah remaja khususunya pada proses afiksasi dan
abreviasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
teks drama siswa kelas 7. Metode deskriptif ini menggunakan penelitian kualitatif
atau pemahaman atau fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus”.34
subjek penelitian dalam latar alamiah secara emic, menurut yang dikonstruk
keberlakuan umum).35
terjadi dalam penggunaan bahasa Indonesia yang terdapat pada teks drama
Waktu yang dipergunakan untuk meneliti yakni bulan Februari 2013 dan
selesai pada bulan Mei 2013. Adapun metode yang digunakan dalam
34
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),
hllm 5
35
Abdul Hanafi Halim, Metode Penelitian Bahasa, ( Jakarta: Diadit Media Press, 2011),
hlm. 92
26
disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih
sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih
bersifat kaulitatif.36
B. Lokasi Penelitian
Pemberian tes dilakukan ketika siswa diminta untuk mengarang teks drama
keadaan lingkungan, dan lain-lain. Data yang digunakan untuk penelitian ini
yaitu dari kelas 7.2, 73, dan 7.4 yang berjumlah 110 orang, setiap individu
penelitian ini sebanyak 25% yaitu 28 siswa. Menurut Suharsimi, jika jumlah
subjeknya besar, dapat diambil antara 10 - 15% atau 20 - 25% atau lebih.37
36
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 14, cet, ke11
37
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), (Jakarta: PT
Rineke Cipta, 2006), hlm. 134, Edisi Revisi VI.
27
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu.38
D. Fokus Penelitian
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data ini adalah analisis hasil
belajar siswa. penelitian ini dibantu dengan tabel pengamatan, mencatat data
berupa kalimat yang terdapat kesalahan morfem pada aspek afiksasi, seperti
contoh:
Tabel 3.1
Tabel Analisis Penggunaan morfem
No Kalimat Kesalahan morfem Afiks
Prefiks Infiks Sufiks Konfiks Perbaikan
Data yang diperoleh adalah dengan cara memberikan tugas kepada siswa,
sebagai berikut:
a. Pengklasifikasian
b. Pengodean
38
Sugiono Ibid. hlm. 120
28
c. Penabulasian
d. Pembetulan/pengoreksian
x
e. Pengalkulasian dengan menggunakan rumus x 100%
x2
x2 = Jumlah Kesalahan
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hanafi Halim, Metode Penelitian Bahasa, Jakarta: Diadit Media Press,
2011.
Alek dan Achmad H.P, Buku Ajar Bahasa Indonesia, Jakarta: FITK press