Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SOSIOLOGI PERDESAAN
“Politik Masyarakat”

Disusun Oleh:
Muhammad Irsyad Nurhanuddin
1811330040

Dosen :
Arum Puspitasari, MA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
KOTA BENGKULU
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
telah memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Perdesaan. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kebaikan makalah ini sangat diharapkan dari para pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.

Bengkulu, Juli 2020

Penulis

2i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 1
C. Tujuan.................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat........................................................................ 3
B. Pengertian Politik................................................................................ 4
C. Hubungan Timbal Balik Antara Masyarakat Dan Politik................... 6
D. Memperkuat Peranan Politik Masyarakat........................................... 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.......................................................................................... 14
B. Saran.................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

ii

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah politik di Indonesia telah menjadi perhatian dan menjangkau
masyarakat yang sangat luas di Indonesia. Masyarakat saat ini tidak hanya
sekedar membicarakan politik dalam diskusi ringan dan non formal tetapi juga
sampai pada tingkat pemahaman yang dapat dikatakan baru dalam ilmu
politik, juga melewati batas keilmuan itu sendiri. Fenomena ini mencapai
klimaksnya pada pelaksanaan pemilihan presiden 9 Juli 2014 kemarin, baik
selama kampanye maupun setelah Komisi Pemilihan Umum mengumumkan
pemenang Pilpres. Hal ini barangkali, dapat menjadi catatan tersendiri untuk
kondisi masyarakat Indonesia saat ini, karena sangat jarang ditemui di dalam
masyarakat negara lain. Sebagai contoh, sekelompok mahasiswa dari sebuah
fakultas kedokteran membicarakan situasi politik terkini dan bahkan
mendiskusikan salah satu paradigma dalam ilmu politik, yang seharusnya
menjadi kajian utama mahasiswa ilmu politik. Kita tidak akan atau paling
tidak sulit untuk menemukan di Malaysia, misalnya, mahasiswa tehnik sipil,
atau mahasiswa elektronik dan jurusan seni rupa, membicarakan sebuah teori
dalam ilmu politik. Karena mereka tahu, bahwa hal itu di luar, bahkan jauh
melewati batas kompetensi keilmuannya. Seperti yang disampaikan oleh Afan
Gaffar dalam sebuah bukunya.
Di Indonesia, semua orang seperti punya peluang untuk menjadi ahli
politik, sekalipun tidak mempunyai latar belakang yang cukup tentang itu.
Sepanjang dia menulis dan berbicara di seminar, kemudian media
mengeksposnya, maka jadilah ia seorang pakar politik dan masyarakat umum
merespon apa yang disampaikannya. Secara umum, saat ini pergerakan
masyarakat sangat rentan terhadap dinamika politik bangsa dan begitu juga
sebaliknya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Masyarakat?
2. Bagaimana Pengertian Politik?
3. Bagaimana Hubungan Timbal Balik Antara Masyarakat Dan Politik?
4. Bagaimana Memperkuat Peranan Politik Masyarakat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Masyarakat
2. Untuk mengetahui Pengertian Politik
3. Untuk mengetahui Hubungan Timbal Balik Antara Masyarakat Dan
Politik
4. Untuk mengetahui Memperkuat Peranan Politik Masyarakat

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat
Masyarakat merupakan sekumpulan orang yang membentuk sistem, dimana
sistem tersebut bersifat semi tertutup atau sebaliknya. Kebanyakan interaksi
adalah hubungan antara individu yang saling melekat  dalam suatu kelompok
tersebut.  Kata "masyarakat" berakar dari bahasa Arab, musyarakah. Arti yang
lebih luasnya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan
antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah kelompok atau komunitas
yang interdependen atau individu yang saling bergantung antara yang satu
dengan lainnya. Pada umumnya sebutan masyarakat dipakai untuk mengacu
sekelompok individu yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Syaikh Taqyuddin An-Nabhani seorang pakar sosiologi menjabarkan
tentang definisi masyarakat, "sekelompok manusia bisa disebut sebagai suatu
masyarakat apabila mempunyai pemikiran, perasaan, serta sistem atau aturan
yang sama". Dengan kesamaan itu, manusia lalu berhubungan saling
berinteraksi antara sesama mereka berdasarkan kepentingan bersama.1
Masyarakat sering dikelompokkan berdasarkan cara utamanya dalam
mencari penghasilan atau kebutuhan hidup. Beberapa ahli ilmu sosial
mengelompokkan masyarakat sebagai: masyarakat pastoral nomadis,
masyarakat pemburu, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural
intensif disebut juga sebagai masyarakat peradaban. Sebagian pakar
beranggapan masyarakat industri dan post-industri sebagai kelompok
masyarakat yang terpisah dari kelompok masyarakat agrikultural tradisional.
Masyarakat pun berarti suatu komunitas yang dimana individu-individu
saling bergantung dan berhubungan antar sesama. Pada umumnya kata
masyarakat ini digunakan untuk dapat mengacu pada sekelompok individu
dan hidup secara bersama dalam satu komunitas yang penuh keteraturan.

1
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2008) h. 78

3
Masyarakat juga dapat bermakna sebagai sejumlah manusia yang
merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai
kepentingan yang sama. Seperti sekolah, keluarga,perkumpulan, bahkan
negara, kesemuanya adalah masyarakat.2
Sedangkan pengertian masyarakat yang diterjemahkan dari istilah bahasa
Inggris “society” adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem
semi tertutup atau sebaliknya, dimana kebanyakan interaksi adalah antara
individu-individu yang terdapat dalam kelompok tersebut.
Kata society berasal dari kata latin, societas, yang mempunyai makna
hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas berinduk pada
kata socius yang memiliki arti teman, sehingga makna society berkaitan erat
dengan kata sosial. Secara tersirat, kata society memiliki kandungan arti
bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama
dalam mencapai tujuan bersama.

B. Pengertian Politik
Secara etimologis, Politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa
Inggris politics, yang masing-masing bersumber dari bahasa Yunani τα
πολιτικά (politika - yang berhubungan dengan negara) dengan akar katanya
πολίτης (polites - warga negara) dan πόλις (polis - negara kota).3
Aristoteles (384-322 SM) dapat dianggap sebagai orang pertama yang
memperkenalkan kata politik melalui pengamatannya tentang manusia yang ia
sebut zoon politikon. Dengan istilah itu ia ingin menjelaskan bahwa hakikat
kehidupan sosial adalah politik dan interaksi antara dua orang atau lebih sudah
pasti akan melibatkan hubungan politik. Aristoteles melihat politik sebagai
kecenderungan alami dan tidak dapat dihindari manusia, misalnya ketika ia
mencoba untuk menentukan posisinya dalam masyarakat, ketika ia berusaha

2
Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. (Jakarta: PT. Gramedia.
1983) h. 34
3
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Sosial. (Surabaya: Airlangga University Press.
2001) h. 113

4
meraih kesejahteraan pribadi, dan ketika ia berupaya memengaruhi orang lain
agar menerima pandangannya.
Aristoteles berkesimpulan bahwa usaha memaksimalkan kemampuan
individu dan mencapai bentuk kehidupan sosial yang tinggi adalah melalui
interaksi politik dengan orang lain. Interaksi itu terjadi di dalam suatu
kelembagaan yang dirancang untuk memecahkan konflik sosial dan
membentuk tujuan negara. Dengan demikian kata politik menunjukkan suatu
aspek kehidupan, yaitu kehidupan politik yang lazim dimaknai sebagai
kehidupan yang menyangkut segi-segi kekuasaan dengan unsur-unsur: negara
(state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making),
kebijakan (policy, beleid), dan pembagian (distribution) atau alokasi
(allocation).4
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-
macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut
proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-
tujuan itu. Pengambilan keputusan (decision making) mengenai apakah yang
menjadi tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi terhadap beberapa
alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih.
Sedangkan untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijakan-
kebijakan umum (public policies) yang menyangkut pengaturan dan
pembagian (distribution) atau alokasi (allocation) dari sumber-sumber
(resources) yang ada.
Untuk bisa berperan aktif melaksanakan kebijakan-kebijakan itu, perlu
dimiliki kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) yang akan digunakan
baik untuk membina kerjasama maupun untuk menyelesaikan konflik yang
mungkin timbul dalam proses itu. Cara-cara yang digunakan dapat bersifat
meyakinkan (persuasive) dan jika perlu bersifat paksaan (coercion). Tanpa
unsur paksaan, kebijakan itu hanya merupakan perumusan keinginan
(statement of intent) belaka.

4
Marsh, David & Gerry Stoker. Teori dan Metode dalam Ilmu Politik. (Bandung: Nusa
Media 2010) h. 89

5
Politik juga merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang
dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak
hanya berkisar di lingkungan kekuasaan negara atau tindakan-tindakan yang
dilaksanakan oleh penguasa negara. Dalam beberapa aspek kehidupan,
manusia sering melakukan tindakan politik, baik politik dagang, budaya,
sosial, maupun dalam aspek kehidupan lainnya. Demikianlah politik selalu
menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals) dan bukan
tujuan pribadi seseorang (private goals). Politik menyangkut kegiatan
berbagai kelompok, termasuk partai politik dan kegiatan-kegiatan
perseorangan (individu).5
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional
maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut
pandang berbeda, yaitu dari teori klasik Aristoteles yang menyatakan
bahwa politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan
kebaikan bersama.
Dari beberapa pengertian politik di atas dapat kita ketahui bahwa politik
sangat erat kaitannya dengan individu dan masyarakat. Masyarakat adalah
salah satu subjek dari politik. Sebaliknya politik lahir dari adanya pergerakan
masyarakat. Dengan kata lain, Politik dan masyarakat saling mempengaruhi
dan saling berhubungan secara timbal balik.

C. Hubungan Timbal Balik Antara Masyarakat Dan Politik


Masyarakat indonesia semakin sadar akan keberadaan hak politiknya.
Dengan adanya kesadaran tersebut membuat Indonesia menjadi masyarakat
politik dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Dengan sadar dan sukarela menggunakan hak pilihnya dalam pemilu
terutama hak pilih aktif
2. Bersifat kritis dalam kebijakan yang dibuat oleh pemerintah

5
Creswell, John. Research Design Pendekatan Kualitatif Kuantitaif dan Mixed.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010) h. 78

6
3. Dalam penyelesaian masalah lebih suka dengan cara dialog atau
musyawarah
4. Memiliki komitmen kuat terhadap partai politik yang menjadi pilihannya.
Kesadaran politik masyarakat di Indonesia mendorong perkembangan
politik di Indonesia menjadi lebih dinamis. Peta perpolitikan di Indonesia
tidak lagi hanya di kuasai oleh satu kelompok saja. Kesadaran pergerakan
politik masyarakat Indonesia membuat kekuasaan penguasa tidak menjadi
absolut karena diimbangi oleh kelompok oposisi yang lahir dari pergerakan
masyarakat.
Untuk lebih memahami bagaimana politik dan masyarakat Indonesia
saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dapat dilihat dari beberapa
aspek, antara lain :
1. Perilaku Politik masyarakat Indonesia (Political Behavior)
Perilaku politik masyarakat Indonesia dapat kita amati dari
keseluruhan tingkah laku politik dari warga negara yang telah saling
memiliki hubungan antara pemerintah dan masyarakat, antara lembaga
pemerintah dan antara kelompok masyarakat dalam rangka proses
pembuatan, pelaksanaan dan penegakan keputusan politik. Keputusan
politik di Indonesia sangat erat kaitannya dengan pergerakan masyarakat
di tingkat akar rumput (grass root). Sebagai contoh tarik ulur keputusan
untuk mencabut subsidi Bahan Bakar Minyak oleh pemerintah. Tidak
dapat dipungkiri bahwa keputusan tersebut adalah keputusan politik
walaupun berdasarkan perhitungan kekuatan ekonomi negara. Keputusan
untuk mencabut subsidi BBM sangat sulit terealisasikan karena kuatnya
dorongan penolakan dari masyarakat. Contoh lain adalah kontroversi
pengesahan RUU pilkada dimana akhirnya DPR menyetujui UU yang
membuat pilkada di lakukan oleh DPRD. Secara politik seharusnya
keputusan DPR itu dihormati dan dilaksanakan sebagai produk politik
negara yang dituangkan dalam undang-undang, namun karena derasnya
penolakan dari warga masyarakat presiden SBY sampai harus menerbitkan
Perpu untuk meredam pergerakan masyarakat. Tentu saja akan ada pihak

7
masyarakat yang pro dan yang kontra terhadap setiap keputusan dan atau
produk politik negara. Justru pergerakan dua pihak yang pro kontra
tersebut semakin mempengaruhi hasil akhir dari produk politik negara dan
pada akhirnya mempengaruhi situasi politik negara secara keseluruhan.
Tidak hanya keputusan politik yang sangat dipengaruhi oleh
pergerakan masyarakat namun juga sebaliknya pergerakan masyarakat
sangat dipengaruhi  oleh situasi politik negara. Sebagai contoh pada saat
kampanye Pilpres 2014 pergerakan masyarakat seperti terpolarisasi
menjadi dua kutub yang sangat berlawanan. Situasi politik saat itu seperti
membelah masyarakat karena membela calon presidennya masing-masing.
Perpecahan bangsa sangat terasa di dunia maya (cyber space) melalui
“peperangan” di media sosial seperti web site, facebook, twitter, blog dan
media sosial lainnya. Masing-masing pihak tidak hanya membela
jagoannya tetapi juga sampai pada tingkatan menyerang dan bahkan
memfitnah pihak lawannya. Situasi politik saat pilpres 2014 sangaty jelas
mempengaruhi pergerakan masyarakat yang tercermin dengan adanya
perang opini di media sosial antara dua kelompok masyarakat yang
mendukung capresnya masing-masing.6
2. Budaya Politik (Political Culture)
Menurut Almond dan Verba, budaya politik merupakan suatu sikap
orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam
bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam
sistem itu. Pada masa reformasi ini budaya politik masyrakat Indonesia
cenderung ke arah yang lebih bebas dengan semakin mengesampingkan
nilai-nilai kesantunan dan musyawarah untuk mencapai mufakat. Sebagai
contoh adanya sekelompok masyarakat yang melakukan demonstrasi
dengan membawa seekor kerbau yang di personifikasikan sebagai simbol
kepala negara yang bagi mereka bergerak lambat dalm mengambil
keputusan politik. Ketidak sopanan masyararakat tersebut bisa saja terjadi

6
Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. (Jakarta: PT. Gramedia.
1983) h. 45

8
karena melihat elite politik Indonesia yang juga terkesan tidak santun
dalam berpolitik. Saling menyerang secara verbal baik antar persona
maupun antar institusi seperti menjadi hal yang biasa dilakukan oleh
tokoh-tokoh politik di Indonesia di era pasca reformasi. Kegaduhan dan
keributan saat sidang perdana anggota DPR periode 2014-2019 semakin
memojokan posisi tokoh politik Indonesia di mata masyarakatnya. Situasi
politik di gedung DPR yang gaduh ikut mempengaruhi presepsi
masyarakat tentang politik negaranya.
3. Kelompok Kepentingan
Dalam masyarakat Indonesia juga terdapat kelompok kepentingan
(Interest Group). Kelompok kepentingan ini adalah kelompok/organisasi
dalam masyarakat yang berusaha mempengaruhi kebijakan pemerintah
tanpa berkehendak memperoleh jabatan publik. Kelompok kepentingan
yang juga merupakan bagian dari masyarakat ini bisa sangat
mempengaruhi politik negara dengan menghimpun ataupun mengeluarkan
dana dan tenaganya untuk melaksanakan tindakan-tindakan politik,
biasanya mereka berada di luar tugas partai politik. Kekuatan kelompok
ini sangat terasa pada saat pelaksanaan pemilihan kepala daerah, dimana
kelompok ini menyediakan dana dan tenaga untuk memenangkan salah
satu calon dalam pelaksanaan Pilkada. Keterlibatan adik gubernur Banten
Ratu Atut yaitu Tubagus Chaeri Wardana dalam kasus suap sengketa
Pilkada ke pejabat MK adalah contoh bagaimana kelompok kepentingan
ini bisa mempengaruhi politik suatu daerah.7
4. Kelompok Penekan
Dalam suatu masyarakat termasuk masyarakat Indonesia terdapat
kelompok penekan (Pressure Group). Menurut Stuart Gerry Brown,
kelompok penekan adalah kelompok yang dapat mempengaruhi atau
bahkan membentuk kebijaksanaan pemerintah. Adapun cara yang
digunakan dapat melalui persuasi, propaganda atau cara lain yang lebih
efektif. Mereka antara lain: kelompok pengusaha, industriawan dan

7
Faulks, Keith. Sosiologi Politik. (Bandung: Nusa Media. 2010) h. 164

9
asosiasi lainnya. Kelompok ini di Indonesia lebih cenderung berusaha
mempengaruhi sikap politik pemerintah untuk membuat peraturan yang
dapat mempermudah kepentingan mereka. Sebagai contoh adalah
pemerintahan orde baru yang ditekan oleh kelompok pengusaha dari
lingkaran keluarga cendana untuk mengeluarkan regulasi yang
mempermudah usaha mereka, seperti program mobil nasional Timor milik
Hutomo Mandala Putra.8

D. Memperkuat Peranan Politik Masyarakat


Salah satu kegagalan konsolidasi demokrasi elektoral adalah tidak
terwujudnya pemilih yang cerdas dalam membuat keputusan di hari
pemilihan. Menghasilkan pemilih cerdas dalam pemilu tentu tidak dapat
dilakukan serta merta. Proses yang berkesinambungan melalui pendidikan
politik semestinya dilakukan sebelum mereka menjadi pemilih yang cerdas.
Sayangnya, ini yang tidak dilakukan oleh partai politik sehingga berdampak
pada kualitas pilihan masyarakat.9
Gejala ini sebenarnya dapat ditemukan di daerah. Misalnya, tidak sedikit
calon anggota legislatif yang yang diajukan partai politik tidak memiliki
kapasitas yang sesuai dengan fungsinya. Selain itu, tidak sedikit pula calon
yang diajukan partai bermasalah dari segi perilaku, integritas moral, dan yang
memiliki kasus hukum. Namun, sayangnya mereka tetap terpilih karena
mendapat dukungan dari masyarakat. Tentu hal ini menjadi pertanyaan
mengapa masyarakat masih saja memilih calon yang bermasalah tersebut.
Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kanan)
berbincang dengan Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto (kiri) saat
menggelar pertemuan di Jakarta, Minggu (20/11). Pertemuan itu membahas
dinamika politik nasional serta dukungan kedua partai terhadap Calon
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. ANTARA FOTO/Akbar

8
Horizon, Lisa. Metodologi Penelitian Politik. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
2007) h. 77
9
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2008) h. 21

10
Nugroho Gumay/kye/16 Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati
Soekarnoputri (kanan) berbincang dengan Ketua Umum Partai Golkar Setya
Novanto (kiri) saat menggelar pertemuan di Jakarta, Minggu (20/11).
Posisi masyarakat sebagai pemilih dalam pemilu memang berada pada
posisi yang lemah. Selain posisinya yang pasif dalam proses pencalonan,
seringkali mereka tidak punya pilihan karena terlalu dominannya partai politik
menentukan calon anggota legislatif di daerah. Masyarakat harus menerima
siapa saja calon anggota legislatif yang menjadi pilihannya, termasuk calon
yang bermasalah. Tentu jika masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup
membuat pilihan, hasil pemilu legislatif ini akan lebih berkualitas.
Dalam teori perilaku memilih, keputusan seseorang dalam membuat
pilihan politik sangat dipengaruhi oleh sistem nilai politik yang menjadi
keyakinannya. Sistem nilai ini dibentuk melalui internalisasi nilai-nilai politik
yang dimulai di lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan sejawat (peer
group). Sayangnya, internalisasi nilai politik dalam keluarga di Indonesia yang
terbatas menyebabkan mereka jadi buta terhadap politik.10
Hal yang sama juga berlangsung di sekolah-sekolah. Sementara
internalisasi dalam lingkungan sejawat, termasuk dalam hal ini pendidikan
politik oleh partai, tidak berjalan, jika tidak mau dikatakan gagal berfungsi.
Akibatnya, kognisi politik pemilih menjadi dangkal sehingga berdampak pada
kualitas pilihan yang dibuat.
Membagi Peran. Keadaan ini tentu tak boleh dibiarkan karena yang akan
dirugikan adalah masyarakat. Apalagi dari waktu ke waktu, aktivitas politik
semakin dinamis yang menuntut adanya peningkatan pemahaman masyarakat
sebagai aktor utama. Kegagalan partai melakukan pendidikan politik ini harus
segera dicarikan jalan keluarnya, jika ingin melihat demokrasi elektoral ini
jauh lebih berkualitas.
Pertama, memberi ruang yang besar kepada Komisi Pemilihan Umum
untuk melakukan fungsi pendidikan politik kepada masyarakat. Selama ini
memang sudah ada kegiatan yang dilakukan oleh KPU terkait dengan

10
Mujani, Saiful, dkk . Kuasa Rakyat. (Jakarta: Mizan Publika. 2012) h. 164

11
pendidikan politik. Misalnya, bagaimana menjadi pemilih yang baik. Namun,
pendidikan politik tentu tidak hanya menjadikan masyarakat sebagai pemilih
cerdas saja. Lebih luas dari itu masyarakat juga harus dibekali dengan
pengetahuan politik yang mendalam agar berdampak pada kualitas demokrasi
yang dihasilkan. Selama ini kegiatan yang dilakukan KPU baru sebatas
kegiatan pelengkap dalam rangka pelaksanaan pemilu atau pilkada saja.11
Ruang untuk keterlibatan KPU ini cukup besar karena setiap kegiatan
pemilu atau pilkada selesai dilaksanakan, komisioner dan staf sekretariat di
KPU terkesan kehabisan pekerjaan, terutama di daerah. Padahal aktivitas
politik ini berlangsung terus-menerus dan menjadi keseharian masyarakat.
Dengan melibatkan KPU, khususnya di daerah untuk memberikan pendidikan
politik, maka akan membantu partai politik melaksanakan fungsi yang belum
berjalan dengan baik.
Kedua, memberi ruang yang luas kepada pemerintah daerah untuk terlibat
aktif dalam mencerdaskan masyarakat dari segi politik. Keterlibatan
pemerintah daerah ini dapat dilakukan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik (Kesbangpol) yang memang memiliki fungsi ini.
Sebenarnya beberapa kegiatan Badan Kesbangpol di daerah sudah
dilaksanakan, namun masih terkesan sporadis dan bergantung pendanaan.
Padahal kalau kegiatan ini menjadi kegiatan utama yang harus ada, tentu
pelaksanaannya akan lebih berkualitas. Secara tidak langsung keberhasilan
kegiatan yang dilaksanakan Badan Kesbangpol ini akan membantu partai
politik menciptakan masyarakat yang cerdas berpolitik.12
Ketiga, membuka ruang bagi organisasi masyarakat sipil untuk melakukan
pendidikan politik kepada masyarakat melalui kerjasamanya dengan instansi
pemerintah. Bagaimanapun, demokrasi yang berkualitas menuntut hadirnya
masyarakat sipil yang kuat. Apalagi sejak reformasi dilaksanakan,
pertumbuhan organisasi masyarakat sipil ini cukup menggembirakan dan ini
harus dimanfaatkan. Instansi pemerintah di daerah yang memiliki fungsi ini
11
Creswell, John. Research Design Pendekatan Kualitatif Kuantitaif dan Mixed.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010) h. 34
12
Faulks, Keith. Sosiologi Politik. (Bandung: Nusa Media. 2010) h. 198

12
idealnya memang melibatkan organisasi masyarakat sipil tersebut agar
masyarakat semakin cerdas ketika membuat pilihan politiknya.
Demokrasi yang baik tentu harus diikuti oleh masyarakat yang melek
politik agar tidak mudah dibohongi oleh kekuatan politik mana pun.
Persoalannya sekarang, bersediakah partai politik memberi peran yang besar
pada pemangku kepentingan lain untuk melakukan pendidikan politik dengan
memasukkan aspek ini ke dalam revisi UU terkait, khususnya UU Pemilu
Legislatif dan Presiden mendatang.13

13
Marsh, David & Gerry Stoker. Teori dan Metode dalam Ilmu Politik. (Bandung: Nusa
Media 2010) h. 114

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mayarakat dan politik memiliki hubungan timbal balik yang sangat erat
kaitannya. Masyarakat melakukan kegiatan politik dalam menjalankan
hubungannya baik antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota
masyarakat lainnya atau hubungan antara anggota masyarakat secara individu
maupun kelompok dengan negara. Sebaliknya situasi politik suatau negara
mempengaruhi pergerakan masyarakat di dalamnya. Hubungan timbal balik
antara gerakan masyarakat dengan politik adalah termasuk hubungan timbal
balik antara aneka gejala sosial. Hubungan tersebut di pelajari melalui suatu
ilmu yang dinamakan sosiologi.

B. Saran
Diharapkan para pengambil kebijakan dalam praktek politik, mampu
mengesampingkan kepentingan pribadi/ golongan dan menunjung tinggi
kepentingan masyarakat. Dlain pihak, masyarakat diharapkan dapat
memainkan perannya untuk mempengaruhi dinamika perpolitikan agar politik
dapat berjalan untuk kepentingan bangsa dan negara.

14
DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga


University Press

Creswell, John. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif Kuantitaif dan


Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Faulks, Keith. 2010. Sosiologi Politik. Bandung: Nusa Media.

Horizon, Lisa. 2007. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group

Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT.


Gramedia

Mujani, Saiful, dkk . 2012. Kuasa Rakyat. Jakarta: Mizan Publika

Marsh, David & Gerry Stoker. 2010. Teori dan Metode dalam Ilmu Politik.
Bandung: Nusa Media

15

Anda mungkin juga menyukai