Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ULUMUL HADIS
“Hadis Maudhu’”

Disusun Oleh:
Debi 2111150043
Ayub Muzaki Nur 2111190048
Anita Rachman 2111150041

Dosen :
Amir Abdullah, Lc., MA

PROGRAM STUDI HUUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BENGKULU
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Hadis Maudhu’” tepat
pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah
memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Bengkulu, November 2021

Penyusun

i
2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................


KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFATR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Batasan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan ...........................................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits Madhu..................................................................... 3
B. Contoh Hadis Maudhu’......................................................................... 4
C. Hukum Membuat dan Meriwayatkan Hadits Maudhu’........................ 5
D. Ciri – Ciri Hadits Maudhu.................................................................... 6
E. Akibat Munculnya Hadits Maudhu...................................................... 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................... 12
B. Kritik dan Saran ................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

3
ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sejalan dengan berjalannya waktu, umat manusia menghadapi berbagai


permasalahan yang harus disikapi dan dijalankan dengan baik. Bagi umat
Islam, peramasalahan yang timbul kapan dan dimanapun harus dikembalikan
kepada pegangan hidup mereka yang telah ditetapkan yaitu al-Qur’an dan
Hadits Nabi. Al-Qur’an maupun Hadits dianggap pedoman yang siap kapan
saja untuk dijadikan rujukan terhadap semua permasalahan yang dihadapi.
Namun dalam tataran prakteknya tidak semudah mengemukakannya dalam
teori semata. Perlu usaha yang mendalam dan serius untuk menggali dalil-dalil
tersebut agar menjadi pedoman praktis untuk dilaksanakan dengan mudah dan
meyakinkan kebenarannya.

Para ulama, tidak pernah berhenti berkarya untuk menghasilkan suatu


pedoman hidup yang bersifat praktis bagi masyarakat yang mempunyai
tingkatan intelektual yang varian dalam berbagai lingkungan kehidupan
mereka. Para ulama hadits ternyata telah berusaha menafsirkan makna hadis-
hadis yang telah dibukukan oleh ulama sebelumnya. Upaya ulama pensyarah
tersebut menjadi inspirasi para ulama hadis yang datang pada masa setelah
mereka untuk menghasilkan buah karya dalam bidang pemahaman makna
hadis yang beragam pula. Salah satu metode yang sebelumnya popular dalam
penafsiran al-Qur,an yaitu metode maudhu’iy, pada masa-masa selanjutnya
mulai pula dicoba terapkan dalam memahami hadits Nabi. Sekalipun kendala
yang dihadapi cukup berarti, namun upaya tersebut membuahkan hasil berupa
karya-karya yang menjadi pedoman bagi penyelesaian berbagai persoalan
yang dihadapi. Dalam segi pemahaman teks hadits ini tentunya akan terus

1
berkembang sesuai dengan perkembangan sekaligus kompliksnya problema
yang dihadapi dalam kehidupan umat Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Hadits Madhu?
2. Bagaimana Contoh Hadis Maudhu’?
3. Bagaimana Hukum Membuat dan Meriwayatkan Hadits Maudhu’?
4. Bagaimana Ciri – Ciri Hadits Maudhu?
5. Bagaimana Akibat Munculnya Hadits Maudhu?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Pengertian Hadits Madhu
2. Untuk mengetahui Contoh Hadis Maudhu’
3. Untuk mengetahui Hukum Membuat dan Meriwayatkan Hadits Maudhu’
4. Untuk mengetahui Ciri – Ciri Hadits Maudhu
5. Untuk mengetahui Akibat Munculnya Hadits Maudhu

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits Madhu

Hadits maudhu’ secara etimologi merupakan bentuk isim maf’ul, wadha’a,


yadha’u yang bermakna yang disusun, dusta yang diada-adakan, dan yang
diletakkan. Sedangkan dari segi terminologi ulama hadits mengartikan hadits
maudhu’ yaitu sesuatu yang dinisbatkan kepada Rasul saw, secara mengada-
ada dan dusta, yang tidak beliau sabdakan, beliau kerjakan, dan beliau
taqrirkan.

Hadits maudhu’ atau hadits palsu ialah hadits yang di dalam sanadnya
(umumnya) ada seorang atau beberapa orang rawi yang pendusta. Sedangkan
hadits yang tidak ada asalnya ialah hadits yang tidak mempunyai sanad untuk
diperiksa. Yakni, perkataan yang beredar dari mulut ke mulut atau dari tulisan
ke tulisan yang tidak ada asal usulnya (sanadnya) yang disandarkan kepada
Nabi Saw. Contohnya seperti hadits “ikhtilaafu umati rahmah/perselisihan
umatku adalah rahmat.” dan di kitab Ihya-nya imam Al-Ghazali terdapat
hadits-hadits yang tidak ada asalnya sebanyak 900 hadits lebih menurut
pemeriksaan As Subki di kitabnya Thabaqaat Asy Syafi’iyyah Al Kubra.
Meskipun hadits yang tidak ada asalnya masuk ke dalam bagian hadits
maudhu’ akan tetapi ulama ahli hadits membedakan di dalam penyebutannya.
Karena hadits maudhu’ mempunyai sanad, sedangkan hadits yang tidak ada
asalnya tidak mempunyai sanad.

Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa Hadist maudhu’


adalah segala sesuatu (riwayat) yang disandarkan pada Nabi Muhammad saw,
baik perbuatan, perkataan, maupun taqrir secara di buat-buat atau disengaja

3
dan sifatnya mengada-ada atau berbohong. Tegasnya hadis maudhu adalanh
hadis yang diada-ada atau dibuat-buat.

B. Contoh Hadis Maudhu’


Hadits Maudhu yang tersebar dikalangan umat Islam sangat banyak sekali.
Hadits-hadits tersebut juga mengenai pembahasan-pembahasan yang berbeda.
Orang-orang zindiq saja mereka sangat banyak memalsukan hadits.
Diriwayatkan dari Hammad bin Zaid bahwa beliau berkata : “Orang-orang
zindiq memalsukan hadits atas nama Rasulullah sebanyak 14.000 hadits”
Berikut adalah enam contoh hadits maudhu yang diambil dari penjelasan
Imam Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah rahimahullah :
1. Hadits :
‫من صام صبيحة يوم الفطر فكأنما صام الدهر كله‬
“Barangsiapa berpuasa di waktu pagi pada hari ‘Idul Fithri, dia
bagaikan puasa sepanjang waktu”
Ini adalah hadits palsu yang dibuat oleh Ibnu al-Bailami. Ibnu
Hibban rahimahullah berkata : “Dia meriwayatkan hadits dari ayahnya
sebanyak kurang lebih 200 hadits, semuanya palsu dan tidak boleh
berhujjah dengan dia dan juga tidak boleh disebut namanya kecuali hanya
untuk menjelaskan keheranan terhadapnya ”
2. Hadits yang disandarkan kepada Rasulullah :
‫رجب شهر هللا وشعبان شهري و رمضان شهر أمتي‬
“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadhan
bulan umatku”

4
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Jahdzom, dia adalah seorang
pemalsu hadits.
3. Hadits :
‫ة‬nn‫ة مائ‬nn‫ي) وفي الثاني‬nn‫ة الكرس‬nn‫من صام يوما من رجب و صلى أربع ركعات يقرأ في أول ركعة مائة مرة (أي‬
‫مرة (قل هو هللا أحد) لم يمت حتى يرى مقعده من الجنة‬
“Barangsiapa puasa satu hari di bulan Rajab dan melakukan
sholat empat rakaat, pada rakaat pertama ia membaca ayat kursi 100 kali
dan pada rakaat kedua dia membaca “Qul Huwallahu Ahad”, dia tidak
akan mati sebelum melihat tempatnya di surga”
Hadits ini juga disebutkan oleh Ibnu al-Jauzi (2/132)
4. Hadits :
‫من صام يوم عاشوراء كتب هللا له عبادة ستين سنة‬
“Barangsiapa yang berpuasa pada hari ‘Asyura, Allah akan
menulis baginya ibadah selama enampuluh tahun”
Hadits ini palsu diriwayatkan oleh Hubaib bin Abi Hubaib, dia
termasuk orang yang memalsukan hadits.
5. Hadits bahwa Rasulullah :
‫أمر األغنياء باتخاذ الغنم و أمر الفقراء باتخاذ الدجاج‬
“Beliau memerintahkan para orang kaya untuk memelihara
kambing dan memerintahkan para orang miskin untuk memelihara ayam”
Hadits ini palsu yang diriwayatkan oleh Ali bin Urwah ad-
Dimasyqi. Ibnu Hibban berkata tentangnya : “Dia pernah memalsukan
hadits”
6. Hadits :
‫ في الركوع فال صالة له‬n‫من رفع يديه‬
“Barangsiapa yang mengangkat kedua tangannya ketika ruku’,
maka tidak ada shalat baginya”
Hadits dipalsukan oleh Muhammad bin Ukasyah al-Kirmani.
7. Hadits :
‫لكل شيء معدن و ومعدن التقوى قلوب العاقلين‬

5
“Setiap sesuatu punya sumber dan sumbernya ketaqwaan adalah
hatinya orang-orang yang pintar berakal”
Ibnu al-Qoyyim juga menjelaskan bahwa hadits-hadits yang
membahas tentang akal semuanya adalah dusta. Wallahu Ta’ala A’lam
(Abu Maryam Abdusshomad, dinukil dari kitab Al-Manar al-Munif fii
Asshohih wa Addho’if karya Imam Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah)

C. Hukum Membuat dan Meriwayatkan Hadits Maudhu’

Umat Islam telah sepakat (ijmak) bahwa hukum membuat dan


meriwayatkan hadits maudhu’ dengan sengaja adalah haram. Ini terkait
dengan perkara-perkara hukum-hukum syarak, cerita-cerita, targhib dan tarhib
dan sebagainya. Yang menyelisihi ijmak ini adalah sekumpulan ahli bid’ah, di
mana mereka mengharuskan membuat hadits-hadits untuk menggalakkan
kebaikan (targhib), menakut-nakuti kepada kejahatan (tarhib) dan mendorong
kepada kezuhudan. Mereka berpendapat bahwa targhib dan tarhib tidak masuk
dalam kategori hukum-hukum syarak. Pendapat ini jelas salah karena,
Rasulullah dengan tegas memberi peringatan kepada orang-orang yang
berbohong atas nama beliau seperti sabdanya “Sesungguhnya pembohongan
atas namaku tidak seperti pembohongan atas siapapun. Siapa yang berbohong
atas namaku, maka dia dengan sengaja menyiapkan tempatnya di dalam
neraka”, “Janganlah kamu berbohong atas namaku, karena sesungguhnya
orang yang berbohong atasku akan masuk neraka”.

Para ulama Ahlu Sunnah wal Jamaah, sepakat mengharamkan berbohong


dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan hukum dan perkara-perkara
yang berkaitan dengan targhib dan tarhib. Semuanya termasuk dalam salah
satu dari dosa-dosa besar. Para ulama telah berijmak bahwa haram berbohong
atas nama seseorang, apalagi berbohong atas seorang yang diturunkan wahyu
kepadanya. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahlu Sunnah wal

6
Jamaah berkenaan dengan kedudukan orang yang membuat hadits tersebut,
apakah dia menjadi kafir dengan perbuatannya itu dan adakah periwayatannya
diterima kembali sekiranya dia bertaubat. Jumhur Ahlu Sunnah berpendapat
bahwa orang yang membuat hadits-hadits maudhu’ tidak menjadi kafir dengan
pembohongannya itu, kecuali ia menganggap perbuatannya itu halal. Tetapi
menurut Abu Muhammad al-Juwaini, ayah Imam alHaramain Abu al-Ma’ali
salah seorang mazhab Syafie, orang tersebut menjadi kafir dengan melakukan
pembohongan tersebut secara sengaja dan boleh dijatuhi hukuman mati.
Pendapat ini dianggap lemah oleh Imam al-Haramain sendiri.

D. Ciri – Ciri Hadits Maudhu


1. Ciri yang berkaitan dengan rawi / sanad

a. Periwayatnya dikenal sebagai pendusta, dan tidak ada jalur lain yang
periwayatnya tsiqoh meriwayatkan hadist itu.
b. Periwayatnya mengakui sendiri membuat hadist tersebut.
c. Ditemukan indikasi yang semakna dengan pengakuan orang yang
memalsukan hadist, seperti seorang periwayat yang mengaku
meriwayatkan hadist dari seorang guru yang tidak pernah bertemu
dengannya
2. Ciri yang Berkaitan Dengan Matan

a. Kerancuan redaksi atau Kerusakan maknanya.


b. Berkaitan dengan kerusakan ma.na tersebut, Ibnu Jauzi berkata: Saya
sungguh malu dengan adanya pemalsuan hadis. Dari sejumlah hadis
palsu, ada yang mengatakan: “ Siapa yang salat, ia mendapatkan 70
buah gedung, pada setiap gedung ada 70.000 kamar, pada setiap kamar
ada 70 000 tempat tidur, pada setiap tempat tidur ada 70 000 bidadari.
Perkataaan ini adalah rekayasa yang tak terpuji

7
c. Setelah diadakan penelitian terhadap suatu hadis ternyata menurut ahli
hadis tidak terdapat dalam hafalan para rawi dan tidak terdapat dalam
kitab-kitab hadis.
d. Perkataan diatas tidak diketahui sumbernya. Hadisnya menyalahi
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, seperti ketentuan akal,
tidak dapat ditakwil, ditolak oleh perasaan, kejadian empiris dan fakta
sejarah
3. Musthafa Assiba’i

Musthafa Assiba’i memuat tujuh macam ciri Hadis palsu yaitu:

a. Susunan Gramatikanya sangat jelek.


b. Maknanya sangat bertentangan dengan akal sehat.
c. Menyalahi Al qur’an yang telah jelas maksudnya.
d. Menyalahi kebenaran sejarah yang telah terkenal di zaman Nabi saw.
e. Bersesuaian dengan pendapat orang yang meriwayatkannya, sedang
orang tersebut terkenal sangat fanatic terhadap mazhabnya.
f. Mengandung suatu perkara yang seharusnya perkara tersebut
diberitakan oleh orang banyak, tetapi ternyata diberitakan oleh seorang
saja.
g. Mengandung berita tentang perberian pahala yang besat untuk
perbuatan kecil, atau ancaman siksa yang berat terhadap suatu
perbuatan yang tidak berarti
4. Hasbi Ashshddiqy

Menurut Hasbi Ashshddiqy, ciri Hadis palsu apabila:

a. Maknanya berlawanan dngan hal-hal yang mudah dipahami.


b. Berlawanan dengan ketentuan umum dan akhlak atau menyalahi
kenyataan.

8
c. Berlawanan denga ilmu kedokteran.
d. Menyalahi peraturan- peaturan akal terhadap Allah.
e. Menyalahi ketentuan Allah dalam menjadikan alam.
f. Mengandung dongengan- dongengan yang tidak dibenarkan akal.
g. Menyalahi keterangan Al Qur’an yang terang tegas.
h. Menyalahi kaedah umum.
i. Menyalahi hakikat sejarah yang telah terkenal dimasa Nabi saw.
j. Sesuai dengan mazhab yang dianut perawi, sedang perawi itu orang
sangat fanatic mazhabnya.
k. Menerangkan urusan yang seharusnya kalau ada dinukilkan oleh
orang banyak.
l. Menerangkan pahala yang sangat besar terhadap suatu perbuatan kecil
atau siksaan yang amat besar terhadap suatu amal yang tak berarti.

E. Akibat Munculnya Hadits Maudhu

Tersebarnya hadis Maudlu di tengah-tengah masyarakat, meskipun ada


hadits maudlu yang isinya baik , namun banyak diantaranya yang membawa
dampak negative (akibat) antara lain :

1. Menimbulkan dan mempertajam perpecahan dikalangan ummat


Islam.

Suatu mazhab/golongan yang diserang oleh pihak / golongan lain


dengan menggunakan hadis palsu, berusaha membela dan mempertahankan
kelompoknya, dan bahkan dengan balas menyerang kelompok
penyerangnya dengan membuat hadis palsu juga. Akibatnya terjadilah
saling menyerang dan merendahkan. Ini berakibat pada semakin tajamnya
perpecahan dikalangan ummat Islam. Tajamnya pertentangan ini tentu akan

9
melemahkan persatuan dan kesatuan ummat Islam dan bahkan dapat
mengakibatkan ummat Islam menjadi bercerai berai. Akibat semacam ini
sungguh sangat tidak diharapkan, karena ummat Islam disuruh untuk
bersatu, sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an:

Artinya: “dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,


dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka
Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah,

Perpecahan tentu dapat menyebabkan ummat Islam semakin lemah dan


bahkan kehilangan kekuatan, saat-saat seperti itu menjadi peluang bagi
mereka yang ingin menyerang dan menghancurkan ummat Islam. Di
dalam ayat lain, Allah melarang ummat Islam untuk berepccah belah dan
berbantahbantahan, sebagai berikut:

Artinya: “dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang
kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar.

2. Mencemarkan pribadi Rasulullah saw

Munculnya hadis-hadis Maudlu yang isinya kadang-kadang


bertentangan dengan akal sehat, logika yang benar dan fakta yang ada,
dapat mencemarkan pribadi Rasulullah saw. Karena dari hadis-hadis palsu
itu tergambar bahwa Rasulullah saw seolah-olah, pelupa, bodoh, egois dan
kekanak-kanakan. Hal ini sangat bertentanagn dengan fakta pribadi
Rasulullah saw yang sebenarnya. Dari fakta sejarah diketahui bahwa
Rasulullah saw diakui memiliki kecerdasan, keluhuran budi dan

10
kemuliaannya, pengakuan itu tidak hanya datang dari para sahabat dan
orang-orang mukmin saja, tetapi juga para penentang dan musuh-musuh
beliau.

Membuat sebuah perkataan, kemudian menyandarkannya kepada


Rasulullah saw adalah sebuah kesalahan besar dan sangat berbahaya.
Dampaknya dapat menimpa dirinya sendiri dan juga orang lain. Rasulullah
saw memberikan ultimatum yang tegas kepada mereka yang berani
berdusta terhadap beliau dengan sabdanya:

َ ‫ي َل ع ً د َم َع ت م ا ْ أَّ َو‬
َ ‫ب تَ يْ َل ف هَ َد ْع‬
ْ ‫ق م َ ِن م َّ الن ِ ار‬ َ َّ ‫ب َذ ك‬
َ َ ‫نَ َم و‬.

Artinya: “Siapa yang berdusta terhadapku dengan sengaja maka


hendaklah dia menempati tempatnya di neraka”

3. Mengaburkan pemahaman terhadap Islam.

Sebagaimana disebutkan terdahulu bahwa sumber Islam setelah Al


Qur’an adalah Hadist Rasulullah saw. Dalam hal ini tentulah bahwa nilai-
nilai keislaman yang menjadi pedoman bagi ummat Islam banyak
bersumber dari Al Hadits. Kalau hadis yang menjadi sumber itu palsu,
berbeda dan bahkan bertentangan dengan Islam yang sebenarnya, akan
terjadilah pemahaman yang salah terhadap Islam, sehingga Islam tidak
dapat diakui dan dipercaya sebagai agama fitrah yang dapat membimbing
dan membawa manusia untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan
dunia dan akhirat.

11
Akibat semacam ini dapat kita lihat sekarang, bahwa masyarakat Islam
tidak sepenuhnya menjadikan Islam sebagai pedoman hidupnya, hal ini
mungkin disebabkan mereka belum yakin sepenuhnya terhadap Islam.

Golongan dari luar Islam yang ingin mempelajari Islam, bila mereka
mendapatkan informasi tentang Islam dari sumber yang salah (palsu)
mungkin perhatian mereka terhadap Islam akan berkurang, atau mungkin
pula mereka meremehkan dan mencemoohkannya karena menganggap
Islam tidak logis, tidak masuk akal karena bertentangan dengan data dan
fakta yang ada.

4. Melemahkan jiwa dan semangat keislaman.


Salah paham terhadap Islam, dapat menimbulkan keraguan dan
kebimbangan terhadap Islam menyelimuti ummat Islam yang tentu saja hal
ini dapat membawa akibat yang fatal yaitu melemahnya jiwa dan semangat
keislaman. Bila jiwa dan semangat keislaman ini lemah, maka dikuatirkan
kekuatan yang ada pada ummat Islam akan lumpuh, sehingga ummat Islam
tidak lagi menjadi Ummat yang disegani sebagaimana ummat Islam
terdahulu yang sanggup mengalahkan lawan meskipun jumlah mereka jauh
lebih sedikit disbanding dengan jumlah lawan yang jauh lebih banyak,
sebagaimana disebutkan dalam Al qur’an: Artinya: “Hai Nabi,
Kobarkanlah semangat Para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh
orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua
ratus orang musuh. dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu,
niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir,
disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti

12
Kemenangan yang diperoleh ummat Islam yang minoritas saat itu
terhadap orang kafir yang mayoritas, disebabkan karena ummat Islam saat
itu mempunyai jiwa semangat Islam yang kuat dan mantap. Tetapi bila
jiwa dan semangat Islam sudah lemah, maka meskipun dalam kaadaan
mayoritas, tentu kekalahan yang didapat nauzubillahi min zalik.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Yang dimaksud hadis maudlu (palsu) adalah: Segala riwayat yang


dinisbahkan kepada Rasulullah saw dengan jalan mengada-ada atau
berbohong tentang apa yang tidak pernah diucapkan dan dikerjakan oleh
Rasulullah saw, serta tidak pula disetujui beliau. 2. Faktor yang menyebabkan
munculnya hadis maudhu adalah: Kebencian dan permusuhan, politik,
fanatisme yang keliru, kebodohan, popularitas dan ekonomi.

Ciri-ciri hadis maudhu diantaranya adalah: Perawinya pendusta,


pengakuan dari pembuatnya, terdapat kerancuan lafaz dan makna.
bertentangan dengan akal sehat, bertentangan dengan Al qur’an dan Hadits
Mutawatir, meyalahi fakta sejarah, menyalahi kaedah umum dan disepakati
(ijma) ulama, isinya sejalan dengan fanatisme perawinya, menjanjikan pahala
yang sangat besar terhadap perbuatan kecil dan memberikan ancaman besar
terhadap kesalahan kecil.

Penanggulangan terhadap hadist maudhu dilakukan para ulama dilakukan


dengan: Meneliti perawi hadist, pencarian dan penelitian sanad, tindakan tegas
terhadap pemalsu hadis dan mengungkap keburukannya, menetapkan
ketentuan untuk mengungkap hadis Maudlu, dan menyusun kitab-kitab
kumpulan hadis maudlu agar diketahui masyarakat. Akibat dari munculnya
hadis maudlu (palsu) diantaranya adalah: Menimbulkan dan mempertajam
perpecahan dikalangan ummat Islam, mencemarkan pribadi Nabi saw,
mengaburkan pemahaman terhadap Islam. melemahkan jiwa dan semangat
keislaman.

14
B. Saran

Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu
penulis mengharapakan kritik dan saran dari pembaca sebagai pedoman
penulisan makalah yang lebih baik kedepannya
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Hadits Lemah dan Palsu yang
Populer di Indonesia. Gresik : Pustaka AL FURQAN. 2009

Lajnah Ilmiah. Pengantar Ilmu Hadits. Bogor : LESAT Al-Hidayah. 2001

Fatchur Rahman. Ikhtisar Mushthalah Al-Hadits. Bandung : PT AL MA’ARIF.


1970

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits,


Edisi 3, Cetakan Pustaka Rizki Putra, Semarang. 2009

Abdul Hakim bin Amir Abdat, Hadits-Hadits Dha’if dan Maudhu’, Cet. V,
Jakarta: Bulan Bintang, 2016

15
Agus Solahudin. Ulumul Hadist. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Ajaj Al-Khathib, As-Sunnah Qabla At-Tadwin, cetakan Maktabah Wahbah,


Kairo.1963

16

Anda mungkin juga menyukai