ULUMUL HADIS
“Hadis Maudhu’”
Disusun Oleh:
Debi 2111150043
Ayub Muzaki Nur 2111190048
Anita Rachman 2111150041
Dosen :
Amir Abdullah, Lc., MA
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Hadis Maudhu’” tepat
pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah
memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
Penyusun
i
2
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits Madhu..................................................................... 3
B. Contoh Hadis Maudhu’......................................................................... 4
C. Hukum Membuat dan Meriwayatkan Hadits Maudhu’........................ 5
D. Ciri – Ciri Hadits Maudhu.................................................................... 6
E. Akibat Munculnya Hadits Maudhu...................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
berkembang sesuai dengan perkembangan sekaligus kompliksnya problema
yang dihadapi dalam kehidupan umat Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Hadits Madhu?
2. Bagaimana Contoh Hadis Maudhu’?
3. Bagaimana Hukum Membuat dan Meriwayatkan Hadits Maudhu’?
4. Bagaimana Ciri – Ciri Hadits Maudhu?
5. Bagaimana Akibat Munculnya Hadits Maudhu?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Pengertian Hadits Madhu
2. Untuk mengetahui Contoh Hadis Maudhu’
3. Untuk mengetahui Hukum Membuat dan Meriwayatkan Hadits Maudhu’
4. Untuk mengetahui Ciri – Ciri Hadits Maudhu
5. Untuk mengetahui Akibat Munculnya Hadits Maudhu
2
BAB II
PEMBAHASAN
Hadits maudhu’ atau hadits palsu ialah hadits yang di dalam sanadnya
(umumnya) ada seorang atau beberapa orang rawi yang pendusta. Sedangkan
hadits yang tidak ada asalnya ialah hadits yang tidak mempunyai sanad untuk
diperiksa. Yakni, perkataan yang beredar dari mulut ke mulut atau dari tulisan
ke tulisan yang tidak ada asal usulnya (sanadnya) yang disandarkan kepada
Nabi Saw. Contohnya seperti hadits “ikhtilaafu umati rahmah/perselisihan
umatku adalah rahmat.” dan di kitab Ihya-nya imam Al-Ghazali terdapat
hadits-hadits yang tidak ada asalnya sebanyak 900 hadits lebih menurut
pemeriksaan As Subki di kitabnya Thabaqaat Asy Syafi’iyyah Al Kubra.
Meskipun hadits yang tidak ada asalnya masuk ke dalam bagian hadits
maudhu’ akan tetapi ulama ahli hadits membedakan di dalam penyebutannya.
Karena hadits maudhu’ mempunyai sanad, sedangkan hadits yang tidak ada
asalnya tidak mempunyai sanad.
3
dan sifatnya mengada-ada atau berbohong. Tegasnya hadis maudhu adalanh
hadis yang diada-ada atau dibuat-buat.
4
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Jahdzom, dia adalah seorang
pemalsu hadits.
3. Hadits :
ةnnة مائnnي) وفي الثانيnnة الكرسnnمن صام يوما من رجب و صلى أربع ركعات يقرأ في أول ركعة مائة مرة (أي
مرة (قل هو هللا أحد) لم يمت حتى يرى مقعده من الجنة
“Barangsiapa puasa satu hari di bulan Rajab dan melakukan
sholat empat rakaat, pada rakaat pertama ia membaca ayat kursi 100 kali
dan pada rakaat kedua dia membaca “Qul Huwallahu Ahad”, dia tidak
akan mati sebelum melihat tempatnya di surga”
Hadits ini juga disebutkan oleh Ibnu al-Jauzi (2/132)
4. Hadits :
من صام يوم عاشوراء كتب هللا له عبادة ستين سنة
“Barangsiapa yang berpuasa pada hari ‘Asyura, Allah akan
menulis baginya ibadah selama enampuluh tahun”
Hadits ini palsu diriwayatkan oleh Hubaib bin Abi Hubaib, dia
termasuk orang yang memalsukan hadits.
5. Hadits bahwa Rasulullah :
أمر األغنياء باتخاذ الغنم و أمر الفقراء باتخاذ الدجاج
“Beliau memerintahkan para orang kaya untuk memelihara
kambing dan memerintahkan para orang miskin untuk memelihara ayam”
Hadits ini palsu yang diriwayatkan oleh Ali bin Urwah ad-
Dimasyqi. Ibnu Hibban berkata tentangnya : “Dia pernah memalsukan
hadits”
6. Hadits :
في الركوع فال صالة لهnمن رفع يديه
“Barangsiapa yang mengangkat kedua tangannya ketika ruku’,
maka tidak ada shalat baginya”
Hadits dipalsukan oleh Muhammad bin Ukasyah al-Kirmani.
7. Hadits :
لكل شيء معدن و ومعدن التقوى قلوب العاقلين
5
“Setiap sesuatu punya sumber dan sumbernya ketaqwaan adalah
hatinya orang-orang yang pintar berakal”
Ibnu al-Qoyyim juga menjelaskan bahwa hadits-hadits yang
membahas tentang akal semuanya adalah dusta. Wallahu Ta’ala A’lam
(Abu Maryam Abdusshomad, dinukil dari kitab Al-Manar al-Munif fii
Asshohih wa Addho’if karya Imam Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah)
6
Jamaah berkenaan dengan kedudukan orang yang membuat hadits tersebut,
apakah dia menjadi kafir dengan perbuatannya itu dan adakah periwayatannya
diterima kembali sekiranya dia bertaubat. Jumhur Ahlu Sunnah berpendapat
bahwa orang yang membuat hadits-hadits maudhu’ tidak menjadi kafir dengan
pembohongannya itu, kecuali ia menganggap perbuatannya itu halal. Tetapi
menurut Abu Muhammad al-Juwaini, ayah Imam alHaramain Abu al-Ma’ali
salah seorang mazhab Syafie, orang tersebut menjadi kafir dengan melakukan
pembohongan tersebut secara sengaja dan boleh dijatuhi hukuman mati.
Pendapat ini dianggap lemah oleh Imam al-Haramain sendiri.
a. Periwayatnya dikenal sebagai pendusta, dan tidak ada jalur lain yang
periwayatnya tsiqoh meriwayatkan hadist itu.
b. Periwayatnya mengakui sendiri membuat hadist tersebut.
c. Ditemukan indikasi yang semakna dengan pengakuan orang yang
memalsukan hadist, seperti seorang periwayat yang mengaku
meriwayatkan hadist dari seorang guru yang tidak pernah bertemu
dengannya
2. Ciri yang Berkaitan Dengan Matan
7
c. Setelah diadakan penelitian terhadap suatu hadis ternyata menurut ahli
hadis tidak terdapat dalam hafalan para rawi dan tidak terdapat dalam
kitab-kitab hadis.
d. Perkataan diatas tidak diketahui sumbernya. Hadisnya menyalahi
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, seperti ketentuan akal,
tidak dapat ditakwil, ditolak oleh perasaan, kejadian empiris dan fakta
sejarah
3. Musthafa Assiba’i
8
c. Berlawanan denga ilmu kedokteran.
d. Menyalahi peraturan- peaturan akal terhadap Allah.
e. Menyalahi ketentuan Allah dalam menjadikan alam.
f. Mengandung dongengan- dongengan yang tidak dibenarkan akal.
g. Menyalahi keterangan Al Qur’an yang terang tegas.
h. Menyalahi kaedah umum.
i. Menyalahi hakikat sejarah yang telah terkenal dimasa Nabi saw.
j. Sesuai dengan mazhab yang dianut perawi, sedang perawi itu orang
sangat fanatic mazhabnya.
k. Menerangkan urusan yang seharusnya kalau ada dinukilkan oleh
orang banyak.
l. Menerangkan pahala yang sangat besar terhadap suatu perbuatan kecil
atau siksaan yang amat besar terhadap suatu amal yang tak berarti.
9
melemahkan persatuan dan kesatuan ummat Islam dan bahkan dapat
mengakibatkan ummat Islam menjadi bercerai berai. Akibat semacam ini
sungguh sangat tidak diharapkan, karena ummat Islam disuruh untuk
bersatu, sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an:
Artinya: “dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang
kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar.
10
kemuliaannya, pengakuan itu tidak hanya datang dari para sahabat dan
orang-orang mukmin saja, tetapi juga para penentang dan musuh-musuh
beliau.
َ ي َل ع ً د َم َع ت م ا ْ أَّ َو
َ ب تَ يْ َل ف هَ َد ْع
ْ ق م َ ِن م َّ الن ِ ار َ َّ ب َذ ك
َ َ نَ َم و.
11
Akibat semacam ini dapat kita lihat sekarang, bahwa masyarakat Islam
tidak sepenuhnya menjadikan Islam sebagai pedoman hidupnya, hal ini
mungkin disebabkan mereka belum yakin sepenuhnya terhadap Islam.
Golongan dari luar Islam yang ingin mempelajari Islam, bila mereka
mendapatkan informasi tentang Islam dari sumber yang salah (palsu)
mungkin perhatian mereka terhadap Islam akan berkurang, atau mungkin
pula mereka meremehkan dan mencemoohkannya karena menganggap
Islam tidak logis, tidak masuk akal karena bertentangan dengan data dan
fakta yang ada.
12
Kemenangan yang diperoleh ummat Islam yang minoritas saat itu
terhadap orang kafir yang mayoritas, disebabkan karena ummat Islam saat
itu mempunyai jiwa semangat Islam yang kuat dan mantap. Tetapi bila
jiwa dan semangat Islam sudah lemah, maka meskipun dalam kaadaan
mayoritas, tentu kekalahan yang didapat nauzubillahi min zalik.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu
penulis mengharapakan kritik dan saran dari pembaca sebagai pedoman
penulisan makalah yang lebih baik kedepannya
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Hadits Lemah dan Palsu yang
Populer di Indonesia. Gresik : Pustaka AL FURQAN. 2009
Abdul Hakim bin Amir Abdat, Hadits-Hadits Dha’if dan Maudhu’, Cet. V,
Jakarta: Bulan Bintang, 2016
15
Agus Solahudin. Ulumul Hadist. Bandung: CV. Pustaka Setia.
16