Anda di halaman 1dari 17

i

AS-SUNNAH
Makalah

Untuk memenuhi tugas kuliah


Uhsul Fiqih
Yang diampuh oleh Bapak Muhammad Arif, S.Pd, M.Pd

Ummi Rahmiatun Juhairiah


190101100053 190101100377

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDY TADRIS FISIKA
BANJARMASIN
2020

i
ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala berkah dan rahmat dari Allah Swt. Yang Maha
Esa maka terselesaikanlah makalah ini dengan tepat waktu dan semoga sebaik-baiknya untuk
memenuhi mata kuliah Usgul Fiqih.

Penyusunan makalah ini merupakan pengkajian dalam bidang atau mata kuliah Ushul
Fiqih Ucapan terimakasih saya sampaikan Bapak Muhammad Arif, S.Pd, M.Pd selaku dosen
pengajar Ushul Fiqih.

Semoga amal baik yang telah diberikan dan dapat diterima disisi allah dan mendapat
ridho-Nya. Amin

Banjarmasin, 8 Februari 2020

Penyusun

ii
iii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................,, 1
A. LATAR BELAKANG………….. ................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 1
C. TUJUAN PENULISAN ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3


A. PENGERTIAN AS-SUNNAH ........................................................................ 3
B. TOKOH-TOKOH PERAWI............................................................................. 4
C. PEMBaGIAN AS-SUNNAH ........................................................................... 7
D. HUBUNGAN AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH........................................... 7

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 12


A. Simpulan ............................................................................................................ 12
B. Saran .................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 13

iii
iv

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an diturunkan sebagai pedoman hidup manusia yang tersaji dalam
bentuk kitab suci dengan isi bacaan Bahasa kosa kata yang begitu indah dan luar
biasa. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw melalui
perantara malaikat jibri sebagai bentuk salah satu kemukjizatannya yang luar biasa.
Nabi Muhammad sebagai penjelas, sebagai pemimpin umat islam, sebagai
penuntut membawa ke jalan yang lurus serta jalan yang di ridhoi Allah SWT. Lewat
perkataan beliau, perbuatan beliau serta sikap beliau, dari hal inilah istilah as-sunnah
yang bersandar kepada beliau. As-sunnah yang berguna sebagai penjelas dari
pedoman hidup yang harus dipelajari dan diperaktikkan oleh umat beragama islam
pengikut Nabi Muhammad SAW.

Sebagian besar umat Islam sepakat menetapkan sumber ajaran Islam itu
adalah al-Qur’an, al-Sunnah (Hadits) dan Ijtihad. Sunnah (Hadits) yang mempunyai
pengertian menurut ulama Hadits sebagai segala sesuatu yang berasal dari Nabi
Muhammad s.a.w., baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, budi pekerti, perjalanan
hidup, baik sebelum menjadi Rasul maupun sesudahnya, inilah yang menjadikan
kedudukan Sunnah (Hadits) menjadi dasar dalam ajaran Islam yang kedua setelah al-
Qur’an.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dibuat rumusan masalah adapun
rumusan masalahny adalah :
1. Apa pengertian as-sunnah ?
2. Siapa saja tokoh-tokoh periwayat as-sunnah?
3. Berapa pembagian as-sunnah?
4. Apa hubungan antara al-Qur’an dan as-sunnah?

1
2

C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat disimpulkan tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami pengertian as-sunnah.
2. Mengetahu tokoh-tokoh periwayat as-sunnah.
3. Mengetahui pembagian as-sunnah.
4. Memahami hubungan al-qur’an dan as-sunnah.

2
3

BAB II
ISI

A. PENGERTIAN AS-SUNNAH
Kita melihat bahwa hadis dan Sunnah adalah suatu lafal yang bersamaan
pengertiannya dan berbeda dalam bentuk lafalnya, yang semuanya disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW. dalam bentuk perkataan, perbuatan, ketetapan dan
cita-cita Nabi SAW.
Menurut Bahasa, kata Sunnah berarti jalan atau tuntunan baik yang terpuji
maupun yang tercela. Hal ini dapat diketahui melalui sabdah Nabi SAW :
“Barang siapa memberi contoh tuntunan perbuatan yang baik ia akan mendapatkan

pahala perbuatan tersebut serta pahala mereka yang mengikutinya sampai hari kiamat.
Dan barang siapa yang memberi contoh perbuatan buruk ia akan mendapat siksa
perbuatan tersebut dan siksa mereka yang menirunya sampai hari kiamat”. (HR.
Muslim)

Firman Allah SWT:

“Allah hendak menerangkan kepada kamu dan menunjukimu kepada jalan orang yang
sebelum kamu. Dan Allah mengetahui lagi maha bijaksana.” (QS.An-Nisa : 26)

3
4

Menurut istilah dapat dikemukakan bahwa Sunnah yaitu :


1) Menurut Ulama Ushul
Sunnah ialah apa-apa yang berasal dari Nabi Muhammad SAW selain al-Qur’an
yaitu berupa perkataan,, perbuatan dan persetujuan.
2) Ahli Hadis (Muhaddisin)
Sunnah atau hadis ialah segala yang dinukilkan dari Nabi Muhammad SAW baik
berupa perkataan, perbuatan, maupun berupa takrir pengajaran sifat, kelakuan,
perjalanan hidup, baik yang demikian itu.

B. TOKOH-TOKOH PERAWI
1.Ahmad
    Dia adalah Abu Abdullah, Ahmad bin Muhammad bin Hambal. Beliau dilahirkan
pada bulan Rabiul Awal tahun 164 hijriah. Dan meninggal pada tahun 241 Hijriah
dikota Bagdad. Beliau telah mempelajari hadits ini sejak kecil dan untuk mempelajari
hadits ini, beliau pernah pindah atau merantau ke Syam (Syuriah), Hijas,Yaman, dan
negara-negara lainnya, sehingga beliau menjadi tokoh ulama, yang bertaqwa sholeh
dan zuhud.
    Abu Zur'ah mengatakan : Kitabnya sebanyak 12 buah yang sudah beliau hafal
diluar kepala. Beliau menghafal sejuta hadits.
    Asy-Syafi'i mengatakan tentang diri Ahmad bin Hambal itu sebagai berikut :
"Setelah saya keluar dari Bagdad, tidak ada orang yang saya tinggalkan disana yang
lebih terpuji, lebih sholeh dan lebih berilmu daripada Ahmad bin Hambal. Beliau
mengarang Kitab: "Al-Musnadul Kabir" yang termasuk sebesar-besarnya
kitab "Musnad" dan sebaik-baiknya karangan beliau dan sebaik-baiknya penelitian
hadits. Beliau tidak memasukkan dalam kitabnya itu selain yang dibutuhkan sebagai
hujjah. Kitab Musnad ini berisi lebih dari 750.000 (tujuh ratus lima puluh ribu) hadits.

2.Al-Bukhari
    Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Isma'il Al Bukhari,  beliau
dilahirkan pada bulan Syawal tahun 194 di negeri Bukhara dan meninggal di negeri
Samarkand, waktu isya hari jumat malam sabtu, bertepatan dengan malam Idul Fitri
tahun 256 Hijriyah dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau sudah mempelajarri
hadits sejak kecil. Beliau mendatangi beberap guru sejak berumur 11 tahun. Dan
mulai mendengar hadits ini sejak di negeri kelahirannya Bukhara, kemudian beliau

4
5

merantau ke beberapa negara. Beliau telah mendengar hadit dan mengarang Kitab


Shahih yang memuat 600.000 (enam ratus ribu hadits). Beliau menyusun kitabnya itu
di Mekkah. Pernyataan beliau tentang kitab shahihnya itu sebagai berikut : "Tidak ada
yang saya masukkan dalam kitab shahih ini kecuali hadits-hadits shahih saja".
Selanjutnya beliau juga mengataka : " Saya telah menghafal 100.000 (seratus ribu
hadits shahih itu dan 1000 (seribu) hadits yang tidak shahih.

3.Muslim
    Nama lengkapnya, Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairly. Beliau dilahirkan pada
tahun 204 Hijrah dan meninggal dunia pada sore hari ahad bulan Rajab tahun 261
hijrah dan dikuburkan di Naisaburi. Beliau juga sudah belajar hadits sejak kecil
seperti Al-Bukhari dan pernah mendengar dari guru-guru Al-Bukhary dan ulama-
ulama lainselain mereka. Orang yang menerima hadits dari beliau itu, termasuk
tokoh-tokoh ulama pada masanya. Beliau juga juga telah menyusun beberapa
karangan yang bermutu dan bermanfaat. Yang paling bermanfaat ialah : Kitab
Shahihnya. Kitab ini mencapai mutu yang tinggi karena sistimatisnya, lebih sistimatis
dari Shahih Al-Bukhari. Sehingga ada diantara ulama yang menilai kitab Shahih
Muslim lebih tinggi mutunya dari pada kitab Al-Bukhari.
    Kedua Kitab Shahih Al-Bukhari dan Muslim ini, biasa disebut dengan istilah "Ash
Shahi-hain" atau biasa disebut dengan Shahih Al-Bukhary dan Muslim. Kedua tokoh
ulama hadits ini biasa disebut "Asy Syaikha-ni atau Asy Syaikhaini" yang berarti dua
orang tua, yang maksudnya dan tokoh ulama hadis
4.AbuDaud
    Nama Lengkapnya, Sulaiman bin Al 'Asy'ats As Sijistaniy.  Beliau dilahirkan pada
tahun 202 hijriah dan meninggal pada tahun 275 hijrah di Basrah. Dilihat dari tahun
kelahirannya, maka Abu Daud lebih tua dari pada ImamMuslim.
    Beliau pernah belajar hadits dari Imam Ahmad, Al-Qanabiy, Sulaiman bin Harb
dan ulama-ulama lainnya selain mereka. Banayak ulama yang meriwayatkan hadits
dari beliau diantaranya : At-Turmudzy dan An-Nasa'iy. Abu Daud
mengatakan : "Saya menulis hadits dari Nabi saw sebanyak 500.000 (lima ratus ribu)
hadit, lalu saya pilih dari sekian banyak hadits itu yang saya masukkan kedalam
"Kitab Sunan" sebanyak 4000 (empat ribu hadits). Beliau menyusun kitabnya
sewaktu berada di Bagdad. Beliau pernah memperlihatkan kitabnya itu kepada Imam
Ahmad untuk meminta saran-saran perbaikan bagi Kitab Sunannya.

5
6

    Al-Khathabiy mengomentari kitabnya itu dengan mengatakan : Bahwa


Kitab "Sunan Abu Daud" sebaik-baiknya karangan dan isinya lebih banyak fiqhinya
dari pada kitab shahih Al-Bukhari dan Muslim. Ibnu A'rabiy, mengomentari kitab itu
dengan mengatakan : Bahwa barang siapa yang menguasai Al-Qur'anul Karim dan
Kitab "Sunan Abu Daud"
Maka dia tidak membutuhkan kitab-kitab lain lagi. Al-Gazaly juga mengatakan :
Kitab Sunan Abu Daud itu sudah cukup bagi seorang mujtahid untuk menjadi
landasan hukum.

5.At-Turmudzy/At-Tirmidzy
    Nama Lengkapnya ialah Abu Isa Muhammad bin 'Isa bin Surah At-Turmudzy.
Beliau pernah belajar hadits di Al-Bukhary, beliau sudah menyusun "Kitab Sunan dan
Kitab Al 'ilal". Beliau mengatakan :"Saya sudah pernah menunjukkan Kitab Sunanku
kepada para ulama Hijaz, Iraq, dan Khurasan dan mereka semua setuju dengan isi
kitab itu.
Alhakim mengatakan: Saya pernah mendengar 'Umar bin 'Alak, mengomentari
pribadi At-Tuirmidzy sebagai berikut : Kematian Al-Bukhari tidak meninggalkan
muridnya yang lebih pandai di Kurasan selain dari pada Abu 'Isa At-Turmudzy dalam
hal luas ilmunya dan hafalannya.

6.AnNasa'iy
    Nama Lengkapnya, Ahmad bin Syu'aib Al Kurasany, beliau terkenal dengan nama
An Nasaiy, karena di nisbahkan dengan kota Nasa'i, salah satu kota di Kurasan.
Beliau dilahirkan pada tahun 215 hijriah. Demikian menurut Adz Dzahabiy. Dan
beliau meninggal pada hari senin tanggal 13 bulan syafar tahun 303 hijriah di
Palestina, dan beliau dikuburkan di Baitul Maqdis.
    Beliau menerima hadits dari Sa'id, Ishaq bin Rahawaih dan ulama-ulama lainnya.
Selain itu dari kalangan tokoh-tokoh ulama  hadits yang berada di Khurasan, Hijaz,
Mesir, Syam, dan Jazirah. Beliau termasuk ulama dalam ahli dalam bidang ini, dan
teristimewa dengan pengetahuannya dibidang ini karena ketinggian sanad haditsnya.
    Menurut penilaian tokoh-tokoh ulama hadits bahwa beliau lebih kuat hafalannya
dari Muslim dan kitab Sunannya termasuk yang paling hadits dla'ifnya, setelah kedua
kitab shahih Al-Bukhari dan Muslim. Beliau pernah menetap di Mesir.

6
7

7.IbnuMajah
    Nama Lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin Majah
Al Quzwainy. Beliau dilahirkan pada tahun 207 hijriah, dan meninggal pada hari
selasa 8 hari sebelum berakhirnya ramadhan tahun 275. Beliau menuntut ilmu di
beberapa negara, hingga beliau mendengar hadits dari ulama-ulama Mazhab Malikiy
dan Al laits. Sebaliknya banyak juga ulama yang menerima hadits dari beliau. Ibnu
Majah menyusun kitab "Sunan" dan kitab beliau ini seebelumnya tidak mempunyai
tingkatan, atau tidak termasuk dalam kelompok "Kutubus Sittah", karena didalam
kitabnya banyak sekali hadits dhaif bahkan banyak hadits mungkar. Oleh karena itu
ulama-ulama terdahulu memasukkan kitab "Al Muwaththa" karya Imam Malik dalam
kelompok perawi yang lima (Al Khamzah). Menurut penyusun (Ibnu Hajar) ulama
yang pertama sekali mengelompokkan atau memasukkan Ibnu Majah dalam
kelompok "Al Khamzah" ialah Abul Fadlli bin Thohir dalam kitabnya Al Atharaf "
kemudian disusul oleh "Abdul Ghany" dalam kitabnya "Asmaur Rijal".

C. PEMBAGIAN AS-SUNNAH
1. Sunnah Qauliyah (ucapan Nabi SAW)
2. Sunnah Fi’liyah (perbuatan Nabi SAW)
3. Sunnah Taqririya (persetujuan Nabi SAW)
4. Sunnah Tarkiyah (sesuatu yang ditinggalkan Nabi SAW)
5. Sunnah hammiyah (sesuatu yang ingin dikerjakan nabi tapi belum dikerjakan Nabi
SAW)

D. HUBUNGAN AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH


Ulama’ ushul fiqh membagi fungsi al-Hadits terhadap al-Qur’an menjadi tiga
kemungkinan, yaitu:
1. Al-Hadits mempunyai fungsi memperkuat dan mengokohkan kembali apa yang
pernah ditetapkan al-Qur’an. Dengan demikian, kandungan hukum yang ditetapkan
memiliki dua dalil sekaligus, yaitu al-Qur’an sebagai penyampai pesan dan al-Hadits
sebagai penguat.12 Sebagai contoh adalah hadits nabi yang berbunyi:
Artinya: Islam dibangun atas lima (fondasi): persaksian bahwa tidak ada Tuhan
selain allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah, mendirikan shalat,

7
8

membayar zakat, puasa di bulan Ramadhan, dan haji ke Baitullah bagi yang mampu
melakukan perjalanan ke sana. HR Imam Muslim.
Fungsi hadits ini tak lain memperkuat apa yang sudah pernah difirmankan Allah
dalam al-Qur’an berkaitan dengan anjuran shalat, zakat, puasa Ramadhan dan haji ke
Baitullah. Hal ini sebagaimana tercermin dalam ayat-ayat berikut:

Artinya: Dirikanlah olehmu shalat, bayarlah zakat dan ruku’lah bersama orang-orang
yang ruku’. QS al-Baqarah (2): 43;

Artinya: Wahai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu sekalian berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu. QS al-Baqarah (2):18;

Artinya: Melakukan ibadah haji ke Baitullah merupakan kewajiban manusia


terhadap Allah bagi mereka yang mampu melakukan perjalanan ke sana. QS Ali Imran
(3): 97.

2. Al-Hadits berfungsi memberikan penafsiran dan penjabaran lebih konkret


terhadap ketentuan dalam al-Qur’an yang masih mujmal, yakni hanya mengatur
persoalan secara garis besarnya saja. Sebagai contoh adalah ayat-ayat al-Qur’an yang
berbicara soal anjuaran shalat, zakat, dan haji di atas. Ayat-ayat tersebut berisi anjuran
secara global dan garis besarnya. Lalu hadits nabi datang untuk menjelaskan teknis
melakukan amalan ibadah tersebut secara lebih mendetail dan aplikatif.13 Paparan
contoh lebih terperinci menyangkut fungsi penjabar dan penjelas hadits terhadap al-
Qur’an ini adalah sbb,:
a) Dalam masalah shalat, al-Qur’an hanya menyinggung soal anjuraN melakukan shalat
secara umum (garis besarnya saja) dan tidak sampai pada aturan teknis bagaimana tata
cara meakukannya. Dalam kaitan ini, al-Hadits lahir untuk menjelaskan teknis
melakukan shalat secara benar sesuai apa yang dimaksudkan wahyu Tuhan. Lalu
Rasulullah memberi penjelasan dengan memperagakan tata cara melakukan shalat yang
benar, baik menyangkut syarat-syaratnya, jumlah raka’atnya, dan urutan rukun-
rukunnya.
b) Dalam soal zakat, teks al-Qur’an hanya berbicara soal anjuran atau kewaiaban setiap
muslim megeluarkan zakat sebagai wujud pensucian dari segala harta benda yang
dimiliki. Sementara detail operasionalnya menyangkut jenis-jenis harta beserta kadar

8
9

zakat yang mesti dikeluarkan al-Qur’an tidak merincinya secara lebih menyeluruh.
Dalam keadaan seperti ini al-Hadits datang memberikan penjelasan dan penjabaran
lebih konkret. Seperti
hadits tentang nishab zakat binatang ternak, hasil pertanian, emas dan perak, hasil
perdagangan dan lain sebagainya. Dalam soal ibadah haji demikin juga halnya, al-
Qur’an hanya memaparkan secara umum berkenaan dengan anjuran haji. Lalu
Rasulullah memperagakan praktik amalan haji yang benar secara mendetail sesuai apa
yang dimaksudkan al-Qur’an. Pen- jelasan Rasulullah tentang amalan haji dilakukan
secara praktis menyangkut syarat-syarat, rukun, dan wajib haji. Selesai mem-
peragakan amalan hai kemudian beliau bersabda:

Artinya: Ambillah dari saya praktik haji (yang mesti) engkau (lakukan). HR
Imam Muslim dan al-Turmudzi.

3. Al-Hadits memiliki fungsi dan peran memunculkan hukum yang belum pernah
diatur dalam al-Qur’an. Seperti pengharaman me- ngumpulkan atau mengawini
secara bersama-sama antara seorang perempuan dengan bibinya, pengharaman
makan daging binatang buas yang memiliki taring, burung yang mempunyai kuku
pencakar dan ketentuan-ketentuan hukum lain yang hanya dijelaskan oleh al-Hadits
namun tidak pernah disinggung oleh al-Qur’an
Fungsi al-Hadits ketiga ini memicu perdebatan di kalangan para Ulama’, atau
sekurang-kurangnya membelah sudut pandang mereka dalam memaknai fungsi
tersebut. Apa yang menjadi ajang perdebatan, adalah apakah al-Hadits dapat
menetapkan ketentuan hukum secara independen tanpa bergantung pada al-Qur’an?
Ataukah sebaliknya, penetapan itu juga mengacu pada al-Qur’an walaupun secara
tidak langsung. Dalam kaitan ini
pendapat para Ulama’ tebelah menjadi dua. Pendapat pertama menyebutkan bahwa
Rasulullah mempunyai otoritas penuh menetapkan segala ketentuan hukum yang
tidak ditetapkan oleh al-Qur’an. Alasannya, selagi Rasulullah diyakini ma’shum
(terpelihara dari dosa) maka tidak ada halangan bagi beliau untuk merumuskan
segala persoalan yang belum diatur secara khusus oleh al-Qur’an. Pendapat ini
mengajukan beberapa argumen, di antaranya sbb.:
a) Tuhan dalam banyak firmannya telah mendelegasikan Rasulullah untuk
menetapkan ketentuan hukum serta menganjurkan kepada ummat agar tunduk dan

9
10

patuh terhadap segala apa yang dibawanya. Hal ini sepeti tercermin dalam ayat
berikut:
Artinya: Ingat, demi Tuhanmu, mereka tidak akan beriman sehinga mereka
bertahkim kepadamu dalam persoalan yang mereka perdebatkan di antara mereka.
QS al-Nisa’ (4): 65.15
b) Dalam banyak teks hadits disebutkan tentang celaan bagi orang yang hanya memegangi al-
Qur’an dan mengabaikan al- Hadits.16 Logikanya, jika al-Hadits itu include kepada al-
Qur’an dan segala apa yang ada dalam al-Hadits dengan sendirinya sudah tercover dalam al-
Qur’an maka tidak terbayangkan adanya sekolompok manusia dapat mengabaikan al-Hadits
dan hanya berpegangan pada al-Qur’an. Kenyataannya, seperti diisyaratkan banyak teks
Hadits, pengingkaran pada salah satu dua sumber ajaran pokok ini terbukti ada. Atas dasar
ini, maka Rasulullah sesungguhnya mempunyai otoritas secara independen merumuskan
ketentuan yang belum pernah ditetapkan al-Qur’an. Sebab, kenyataannya tidak semua
persoalan yang tertuang dalam hadits nabi sudah pasti terwujud pula dalam al-Qur’an.17
c) Sebuah hasil penelitian menyebutkan bahwa dalam al-Hadits terdapat beragam persoalan
yang tak terhitung jumlahnya dan sama sekali belum pernah ditetapkan al-Qur’an. Kenyataan
seperti ini menyiratkan besarnya peranan al-Hadits dalam merumuskan segala persoalan
secara mandiri tanpa harus bergantung pada apa
yang pernah disinggung ayat al-Qur’an sebelumnya.18 Pendapat kedua mengatakan bahwa
Rasulullah tidak mempunyai kewenangan merumuskan syari’at sendiri. Sebaliknya, apapun
yang ditetapkan Rasululah mesti ada rujukannya dalam al-Qur’an. Bagi pendapat ini, al-
Hadits tidak lebih sebagai penjelas dan penjabar dari apa yang sudah ditetapkan dalam al-
Qur’an sebelumnya. Fungsi penjelas seperti ini sesuai apa yang sudah digariskan Tuhan
dalam sebuah ayatnya,

Artinya: Dan aku turunkan kepadamu al-Qur’an agar kamu dapat menjelaskan
kepada manusia apa-apa yang diturunkan kepada mereka. QS al-Nahl (16): 44.

Pendapat kedua ini diperkuat juga oleh ayat lain dalam al-Qur’an:
Artinya: Sesungguhnya engkau Muhammad sungguh berada dalam posisi
budi pekerti yang luhur. QS al-Qalam (68): 4.

Lantaran al-Qur’an sudah menggaransi Rasulullah berperangai baik maka segala apa yang
dilontarkan beliau sesungguhnya tidak akan berpapasan dengan apa yang digariskan al-

10
11

Qur’an itu sendiri. Karena itu, A’isyah RA, Istri Rasul, suatu ketika memberi penjelasan
bahwa ayat di atas telah mengidentikkan perangai Rasul dengan al- Qur’an. Ketika ditanya
Sahabat tentang perangai dan budi pekerti
Rasulullah, A’isyah menjawab: Artinya: Budi pekerti Rasulullah adalah al-Qur’an. HR
Imam Abu Dawud dan al-Nasa’i. Penjelasan singkat A’isyah ini menunjukkan bahwa apapun
yang dikatakan, dilakukan serta ditetapkan Rasulullah mengacu pada al-Qur’an dan tidak
berdiri sendiri. Bagi pendapat ini, anjuran tunduk kepada segala yang dibawa Rasulullah
adalah dalam kapasitas beliau sebagai penjelas terhadap al-Qur’an, bukan dalam rangka
Rasulullah membuat ketentuan sendiri di luar apa yang telah ditetapkan al-Qur’an.

BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Menjawab dari rumusan masalah diatas maka dapat disipulkan bahwa :
1.Sesuatu yang disandarkan dan bersumber dari Nabi Muhammad SAW.

2. Imam Ahmad, Bukhari, Tirmizi, Abu Daud, An-Nasai, Ibn Majah, Muslim.

11
12

3.Sunnah Qauliyah (ucapan Nabi SAW), Sunnah Fi’liyah (perbuatan Nabi SAW),
Sunnah Taqririya (persetujuan Nabi SAW), Sunnah Tarkiyah (sesuatu yang
ditinggalkan Nabi SAW), Sunnah hammiyah (sesuatu yang ingin dikerjakan nabi
tapi belum dikerjakan Nabi SAW).

4.Al-Hadits mempunyai fungsi memperkuat dan mengokohkan kembali apa yang


pernah ditetapkan al-Qur’an.

Al-Hadits berfungsi memberikan penafsiran dan penjabaran lebih konkret terhadap


ketentuan dalam al-Qur’an yang masih mujmal, yakni hanya mengatur persoalan
secara garis besarnya saja.

Al-Hadits memiliki fungsi dan peran memunculkan hukum yang belum pernah
diatur dalam al-Qur’an

B. SARAN
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini baik dari segi
penullisan maupun isi pembahasannya. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar
para pembaca dan peserta diskusi dapat menambahkan hal-hal yang kurang dari
pembuatan makalah ini.

12
13

DAFTAR PUSTAKA

Rahman, Drs. Zufran. (1995). KAJIAN SUNNAH NABI SAW SEBAGAI SUMBER
HUKUM ISLAM. Pedoman Ilmu Jaya : Jakarta.

Nur, Relit Edi. (2014). AS-SUNNAH (HADITS) (Suatu Kajian Aliran Ingkar Sunnah).
ASAS, Vol.6, No.2, h. 132-147

Yasid, abu. (2011). Hubungan Simbiotik al-Qur’an dan al-Hadits dalam Membentuk
Diktum-Diktum Hukum. Pasca sarjana IAI Ibrahimy Situbondo Jawa Timur .
Email: yazidabu@hotmail.com. Vol. 7, No. 1, h. 143-147

13

Anda mungkin juga menyukai