HADITS MAUDHU’
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
AMIRUDDIN
NIM : 232023019
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul "Hadits Maudhu’". Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan
makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan
dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
penulis dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini dikemudian hari.
Penulis berharap semoga makalah ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
Penulis
AMIRUDDIN
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 2
A. Pengertian Hadits Maudhu’.................................................... 2
B. Hukum Periwayatan................................................................ 3
C. Metode Pendeteksian Hadits Maudhu’................................... 4
1. Ciri-ciri Hadits Maudhu’ pada Sanad.............................. 4
2. Ciri-ciri hadits maudhu’ pada matan............................... 4
D. Alasan Pemalsuan Hadits....................................................... 5
1. Faktor Politik................................................................... 5
2. Faktor Kebencian dan Permusuhan................................ 6
3. Faktor Kebodohan........................................................... 6
4. Fanatisme yang Keliru..................................................... 6
5. Faktor Popularitas dan Ekonomi..................................... 7
E. Kitab-Kitab yang Memuat Hadits Maudhu’........................... 7
F. Upaya Penyelamatan Hadits dari Maudhu’............................ 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah penting dibicarakan ulama hadits adalah
tentang hadits maudhu’ (hadits palsu). Di dalam ilmu hadits, hadits
maudhu’ dikelompokkan ke dalam pembahasan hadits dha’if. Namun
karena ia dianggap cukup penting, ia dibahas secara khusus dalam subbab
tersendiri. Upaya dimaksud meskipun dilakukan dari dulu hingga kini, namun
disinyalir bahwa hadits pasu masih tetap subur berkembang di tengah-tengah
masyarakat islam. Mudahnya perkembangan hadits maudhu’ ini juga
tidak dapat dipisahkan dengan faktor minimnya pengetahuan masyarakat
suatu Kawasan tentang hadits maudhu’ ini. Pada sisi lain, juga tidak dapat
dipungkiri bahwa penyebaran hadits maudhu’ justru disampaikan oleh para
mubaligh di mimbar-mimbar dakwah mereka. Kebanyakan hadits maudhu’ ini
memiliki daya Tarik yang tinggi dikarenakan isinya cenderung melebih
lebihkan sesuatu sampai diluar batas yang dapat diterima oleh akal, serta
bertentangan dengan nash Al Quran dan hadits yang maqbul.1 Untuk itu dalam
makalah ini secara khusus ingin mendiskusikan tentang hadits maudhu’
dimulai dari pengertian, bagaimana hukum meriwayatkannya, cara mengetahuinya
dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Dari paparan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah :
1. Apa yang dimaksud hadits maudhu’?
2. Bagaimana hukum meriwayatkannya?
3. Bagaimana cara mengetahui ke maudhu’an suatu hadits?
4. Apa alasan pemalsuan hadits maudhu’ ini?
5. Kitab apa saja yang memuat hadits maudhu’
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian hadits maudhu’
2. Mengetahui hukum meriwayatkan hadits maudhu’
3. Mengetahui ciri-ciri hadits maudhu’
4. Mengetahui alasan pemalsuan hadits
1
Hadits maqbul adalah hadits-hadits yang dapat diamalkan atau dijadikan hujjah sebagai
dalil dalam melaksanakan berbagai amalan. Jumhur ulama sepakat bahwa kategori
hadits maqbul adalah hadits-hadits yang memiliki tingkatan: mutawattir, shahih, serta hasan.
1
5. Mengetahui kitab-kitab yang memuat hadits maudhu’
BAB II
PEMBAHASAN
2
Edi Kuswadi. 206. Hadits Maudhu’ dan Hukum Mengamalkannya, Jurnal Pemikiran dan
Pendidikan Islam Vol. 6, No. 1. Hlm. 81
3
Edi Kuswadi. 206. Hadits Maudhu’ dan Hukum Mengamalkannya, Hlm. 81
4
M. Solahudin, dkk. 2008, Ulumul Hadits. Bandung : CV. Pustaka Setia. Hlm. 172
2
sudah sangat terkenal dikalangan masyarakat. Contoh Hadits Maudhu'
yang tersebar diantara masyarakat:
B. Hukum Periwayatan
Sudah disepakati oleh umat Islam bahwa membuat atau meriwayatkan
hadits Maudhu' dengan sengaja hukumnya adalah haram. Rasulullah
memperingatkan dengan tegas kepada orang-orang yang berbohong dengan
mengatasnamakan Rasulullah "Sesungguhnya pembohong atas namaku tidak
seperti pembohong atas sipapun. Siapa yang berbohong atas namaku, maka dia
dengan sengaja menyiapkan tempatnya di Neraka."
Dari penjelasan tersebut juga dapat disimpulkan bahwa membuat hadits
Maudhu' hukumnya haram, maka meriwayatkan atau menyebarkan hadits
Maudhu' pun hukumnya adalah haram. Barangsiapa tetap meriwayatkan hadits
tersebut padahal ia mengetahui dengan yakin bahwa hadits tersebut merupakan
hadits Maudhu' dan tidak menjelaskan kedudukannya, maka ia dianggap sebagi
pendusta atas nama Rasulullah. "Barangsiapa yang menceritakan satu hadits
dariku dan dia mengira bahwa hadits itu adalah dusta, maka dia termasuk di dalam
salah seorang pendusta."
3
Tetapi barang siapa tetap meriwayatkan hadits Maudhu' namun
menjelaskan kedudukan hadits tersebut merupakan hadits Maudhu' agar orang
bisa membedakan mana hadits yang sahih dan mana yang Maudhu' maka itu tidak
masalah.
C. Metode Pendeteksian Hadits Maudhu’
Para ulama telah merumuskan kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan
untuk mengetahui hadist shahih, hasan, ataupun dha’if, mereka juga menentukan
ciri-ciri kemaudhu’an suatu hadits. Ciri-ciri ini dapat diketahui melalui sanad atau
matan.5
5
Abd. Wahid. 2018. Strategi Ulama Mengantisipasi Penyebaran Hadist Maudhu’ di
Kecamatan Pereulak. Jurnal ar-rainy. Vol. 20. No. 2. Hlm. 125-127.
6
Abd. Wahid. 2018. Strategi Ulama Mengantisipasi Penyebaran Hadist Maudhu’ di
Kecamatan Pereulak. Jurnal ar-rainy. Vol. 20. No. 2. Hlm. 126.
4
a. Bertentangan dengan nash Al-Qurran. Contohnya hadits yang
berkenaan dengan umur dunia hanya tuju puluh ribu tahun, hadits
ini merupakan suatu kedustaan karena seandainya hadits tersebut
shahih pasti setiap orang akan mengetahui jarak waktu saat ini
hingga hari kiamat. Hal ini bertentangan dengan ayat al-Quran
yang menyebutkan bahwa hari kiamat hanyalah hal ghaib yang
hanya diketahui oleh Allah SWT.
b. Bertentangan dengan sunnah. Setiap hadits yang memberi makna
kepada keruusakan, kedzaliman, sia-sia, pujian yang batil, celaan
yang benar, semuanya tidak berhubungan dengan Nabi. Contohnya
hadits tentang orang yang bernama Muhammad dan Ahmad tidak
akan masuk neraka, hadits ini betentangan dengan ajaran islam,
karena orang tidak dapat diselamatkan dari neraka hanya karena
nama orang atau nama gelar, akan tetapi diperoleh melalui iman
dan amal shalih.
c. Bertentangan dengan ijma’. Setiap hadits yang menyebutkan
dengan jelas tentang wasiat Nabi kepada Ali bin Abi Thalib atau
pemerintahannya adalah maudhu’. Karena pada dasarnya Nabi
tidak pernah menyebut tentang seorangpun yang menjadi khalifah
setelah wafat.
d. Kandungan hadits yang mengada-ada dalam pemberian pahala
terhadap sesuatu amalan kecil dan ancaman yang besar terhadap
perbuatan yang buruk. Contohnya “ Barangsiapa yang shalat dhuha
sekian rakaat, akan diberi pahala tuju puluh orang Nabi.” Begitu
juga dengan hadits “ Siapa yang berkata Laa ilaaha illallah, Allah
akanmencipta seekor burung dari kalimat tersebut yang mempunya
tuju puluh ribu lidah. Setiap lidah memiliki tuju puluh ribu Bahasa.
Lidah-lidah ini akan mohonkan ampunan untuknya.”7
e. Kandungan hadits yang tidak dapat diterima oleh akal, seperti
hadits “ Terong itu mengikuti apa yang diniat ketika memakannya”
atau “ Terong itu penyembuh setiap penyakit”.8
7
M. Solahudin, dkk. 2008. Ulumul Hadis. Bandung : CV Pustaka Setia. Hlm. 186.
8
Hasbi Ash Shiddieqy. 2010. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis . semarang. Hlm. 186
9
Rabiatu Aslamiah. 2016. Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah. Vol. 4, No. 7. hlm. 25-27.
5
cara mengambil dalil Al-quran dan Hadist. Jika tidak ada dalil yang
mendukung kelompoknya, mereka mencoba mentakwilkan dan
memberiakn interpretasi (penafsiran) yang terkadang tidak layak.
Sehingga mereka membuat hadist palsu seperti hadist-hadist tentang
keutamaan para khalifah, pimpinan kelompok, dan aliran-aliran dalam
agama. Yang pertama dan yang paling banyak membuat hadist maudhu
adalah golongan Syiah dan Rafidhah. Kelompok Syiah membuat hadist
tentang wasiat Nabi bahwa Ali adalah orang yang paling berhak
menjadi khalifah setelah beliau dan mereka menjatuhkan orang-orang
yang dianggap lawan-lawan politiknya seperti Abu Bakar, Umar, dan
Usman.
6
5. Faktor Popularitas dan Ekonomi
Sebagian tukang cerita yang ingin agar apa yang disampaikannya
menarik perhatian orang, dia berusaha mengumpulkan orang dengan cara
membuat hadist-hadist palsu yang membuat masyarakat suka dan tertarik
kepada mereka, menggerakkan keinginan, juga memberikan harapan bagi
mereka. Demikian juga para pegawai dan tokoh masyarakat yang ingin
mencari muka kepada penguasa membuat hadist-hadist maudhu
untuk tujuan supaya lebih dengan penguasa agar mendapatkan fasilitas
tertentu atau popularitas saja.
10
Iqra’ Firdaus, Moh. Fathor Rois. Para Pemalsu Hadis. Yogyakarta : DIVA Press, 2014.
Hlm. 88-117.
11
Abd. Muchith, Djafar. Al-Hadis Sebagai Sumber Hukum. Bandung : Diponegoro, 1993.
Hlm.143-154.
7
3. Agar para muhaditsin dan ulama-ulama lainnya lebih berhati hati
dalam meriwayatkan suatu hadits, terutama kepada masyarakat.
Perlu diketahui di era yang serba global seperti sekarang ini, kita
sebenarnya bisa memanfaatkan beberapa literatur kajian hadits yang sudah digital
slah satu contohnya ialah sofware digital jawami’ul kalem atau
Islamweb.org.com, sebenarnya telah lama didirikan oleh lembaga departemen
Agama dan Wakaf kementerian Qatar, lembaga ini sudah berdiri sejak tahun
1998. Islamweb.org ini berisi banyak kolom, diantaranya fatwa, multimedia,
ensiklopedi, dan lain sebagainya. web ini dapat memproyeksikan penelusuran
hadits dengan sangat mendalam mulai dari kualitas hadits hingga penyebaranya.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadits maudhu’ adalah Segala sesuatu yang disanddarkan kepada Nabi
Muhammad SAW, baik perbuatan, perkataan, maupun taqrirnya, secara
rekaan atau dusta semata-mata. membuat hadits Maudhu' hukumnya haram, maka
meriwayatkan atau menyebarkan hadits Maudhu' pun hukumnya adalah haram.
Terdapat faktor-faktor penyebab munculnya hadist maudhu’diantaranya, a) Faktor
Politik, b) Faktor Kebencian dan Permusuhan, c) Faktor Kebodohan, d) Fanatisme
yang Keliru, e) Faktor Popularitas dan Ekonomi. Para ulama telah merumuskan
kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan untuk mengetahui hadist shahih, hasan,
ataupun dha’if, mereka juga menentukan ciri-ciri kemaudhu’an suatu hadits. Ciri-
ciri ini dapat diketahui melalui sanad atau matan.
Kitab-Kitab yang Memuat Hadits Maudhu’ yaitu, 1) Kitab Al-
Mabda’ (karya Ishaq bin Bisyr), 2) Kitab Ahwalu Yaumil Qiyamah (karya
Mujasyi’ bin Amr), 3) Kitab Kitabul Asrar Was Sirrul Iskar, Mathiyatun Naqli
Wa Athiyatul Aqli, Al-Farqu Bainas Shufi Wal Faqir, Jamhatun Nuha Fi
Lamhatil Maha (karya Muhammad bin Ibrahim), 4) Kitab As-Suruj Wal Lijam,
Gharibul Quran, Al- Muqtabas (karya Muhammad bin Hasan bin Duraid), 5)
Kitab Al-Mukhtalif Wal Mu’talif, Al-Mansyur (karya Muhammad bin Thahir).
B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan-kesimpulan diatas, dapat diambil beberapa
saran, diantaranya :
1. Jangan langsung mempercayai hadits yang baru saja didengar.
2. Telitilah dalam menggunakan hadits, pastikan hadits yang akan
digunakan sebagai hujjah adalah memang benar-benar hadits shahih, atau
setidaknya dipastikan ada dalam kitab-kitab hadits seperti kitab shahih
bukhori atau shahih muslim.
3. Memilah-milah hadits, apabila akan disampaikan dalam acara besar,
misalnya, jangan sampai dalam penyampaian menggunakan hadits yang
masih diragukan keshahihannya.
4. Telitilah dengan sungguh-sungguh, meskipun berisi amalan-amalan baik,
tidak boleh keliru, karena hadits palsu tidak dapat dijadikan dalil,
meskipun berisi isian yang indah.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ash Shiddieqy, Hasbi. 2010. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Semarang.\
Aslamiah, Rabiatu. 2016. Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah. Vol. 4, No. 7.
Firdaus, Iqra’ & Moh. Fathor Rois. 2014. Para Pemalsu Hadis. Yogyakarta
: DIVA Press.
10