Anda di halaman 1dari 13

Makalah

HADITS MAUDHU’

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

AMIRUDDIN
NIM : 232023019

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI


TEUNGKU DIRUNDENG MEULABOH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul "Hadits Maudhu’". Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan
makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan
dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
penulis dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini dikemudian hari.
Penulis berharap semoga makalah ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Penulis

AMIRUDDIN

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1


A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 2
A. Pengertian Hadits Maudhu’.................................................... 2
B. Hukum Periwayatan................................................................ 3
C. Metode Pendeteksian Hadits Maudhu’................................... 4
1. Ciri-ciri Hadits Maudhu’ pada Sanad.............................. 4
2. Ciri-ciri hadits maudhu’ pada matan............................... 4
D. Alasan Pemalsuan Hadits....................................................... 5
1. Faktor Politik................................................................... 5
2. Faktor Kebencian dan Permusuhan................................ 6
3. Faktor Kebodohan........................................................... 6
4. Fanatisme yang Keliru..................................................... 6
5. Faktor Popularitas dan Ekonomi..................................... 7
E. Kitab-Kitab yang Memuat Hadits Maudhu’........................... 7
F. Upaya Penyelamatan Hadits dari Maudhu’............................ 7

BAB III PENUTUP .................................................................................... 9


A. Kesimpulan ............................................................................ 9
B. Saran ...................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah penting dibicarakan ulama hadits adalah
tentang hadits maudhu’ (hadits palsu). Di dalam ilmu hadits, hadits
maudhu’ dikelompokkan ke dalam pembahasan hadits dha’if. Namun
karena ia dianggap cukup penting, ia dibahas secara khusus dalam subbab
tersendiri. Upaya dimaksud meskipun dilakukan dari dulu hingga kini, namun
disinyalir bahwa hadits pasu masih tetap subur berkembang di tengah-tengah
masyarakat islam. Mudahnya perkembangan hadits maudhu’ ini juga
tidak dapat dipisahkan dengan faktor minimnya pengetahuan masyarakat
suatu Kawasan tentang hadits maudhu’ ini. Pada sisi lain, juga tidak dapat
dipungkiri bahwa penyebaran hadits maudhu’ justru disampaikan oleh para
mubaligh di mimbar-mimbar dakwah mereka. Kebanyakan hadits maudhu’ ini
memiliki daya Tarik yang tinggi dikarenakan isinya cenderung melebih
lebihkan sesuatu sampai diluar batas yang dapat diterima oleh akal, serta
bertentangan dengan nash Al Quran dan hadits yang maqbul.1 Untuk itu dalam
makalah ini secara khusus ingin mendiskusikan tentang hadits maudhu’
dimulai dari pengertian, bagaimana hukum meriwayatkannya, cara mengetahuinya
dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah
Dari paparan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah :
1. Apa yang dimaksud hadits maudhu’?
2. Bagaimana hukum meriwayatkannya?
3. Bagaimana cara mengetahui ke maudhu’an suatu hadits?
4. Apa alasan pemalsuan hadits maudhu’ ini?
5. Kitab apa saja yang memuat hadits maudhu’

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian hadits maudhu’
2. Mengetahui hukum meriwayatkan hadits maudhu’
3. Mengetahui ciri-ciri hadits maudhu’
4. Mengetahui alasan pemalsuan hadits
1
Hadits maqbul adalah hadits-hadits yang dapat diamalkan atau dijadikan hujjah sebagai
dalil dalam melaksanakan berbagai amalan. Jumhur ulama sepakat bahwa kategori
hadits maqbul adalah hadits-hadits yang memiliki tingkatan: mutawattir, shahih, serta hasan.

1
5. Mengetahui kitab-kitab yang memuat hadits maudhu’

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits Maudhu’


Hadits Maudhu' berasal dari dua suku kata dalam bahasa Arab yaitu "al-
Hadits" dan "al-mawdu' ". Al-Hadits dalam segi bahasa memiliki arti 'baru' (al-
jadid) dan 'cerita' (al-khabar). Sedangkan al-Maudhu bersal dari kata wada'a-
yada'u-wad'an wa mawdu'an yang memiliki beberapa arti yaitu telah menggugur
kan, menghinakan, mengurangkan, melahirkan, merendahkan, membuat, dan
lain sebagainya.2
Pengertiann Hadits Maudhu’ menurut istilah para muhaditsin adalah
“Sesuatu yang dinisbatkan krpada Rasulullah SAW secara mengada-ada
dan dusta, yang tidak beliau sabdakan, beliau kerjakan, ataupun beliau
taqrirkan. ”jadi mnurut penjeasan tersebut Hadits Maudhu’ adalah Segala sesuatu
yang disanddarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik perbuatan, perkataan,
maupun taqrirnya, secara rekaan atau dusta semata-mata.
Berdasarkan arti dari al-Hadits dan al-mawdhu dapat disimpulkan arti dari
Hadits Maudhu adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
baik perkataan, perbuatan, taqrir maupun sifat secara dusta. Ulama hadits
mengartikan. Hadits Maudhu ini sebagai segala sesuatu yang tidak keluar dari
Nabi SAW baik dalam bentuk perkataan, perbuatan, ataupun taqrir, tetapi
disandarknan kepada beliau secara sengaja.3
Hadits ini merupakan hadits terjelek diantara hadits dhaif lainnya. Hadits-
hadits palsu ini bermunculan setelah islam tersebar ke segala penjuru dunia. Ada
beberapa kelompok orang yang masuk Islam karena keterpaksaan
saja,karena pada saat itu kekuatan Islam sangatlah kuat. Golong tersebut
menyimpan dendam kepada Islam dan kaum muslimin sehingga mereka
menyebarknan hadits-hadits palsu.
Pada zaman Khalifah Abbasiyyah pernah terjadi penyebaran
hadits Maudhu untuk menarik simpati para khalifah pada masa itu. Seperti yang
terjadi pada masa Harun al-Rasyid ketika ada seorang lelaki menemuinya pada
saat ia sedang menerbangkan burung merpati. Lelaki tersebut menanyaknan
apakah ia menghafal sebuah hadits yang menerangkan tentang burung merpati,
kemudia ia meriwayatkan sebuah hadits palsu yang berbunyi: "Bahwa Nabi
Shalallahu 'Alaihi Wassallam selalu menerbangkanburung merpati." Harun
mengetahui bahwa hadits tersebut merupakan hadits palsu, kemudian ia
menghardik lelaki tersebut. Harun mengatakan : "Jika engkau bukan dari
keturunan Quraisy, pasti aku akan mengusir mu”.4
Meskipun para ulama sudah memperingatkan untuk berhati-hati dengan
sebuah hadits yang belum jelas kebenarannya, tapi tetap saja ada hadits palsu yang

2
Edi Kuswadi. 206. Hadits Maudhu’ dan Hukum Mengamalkannya, Jurnal Pemikiran dan
Pendidikan Islam Vol. 6, No. 1. Hlm. 81
3
Edi Kuswadi. 206. Hadits Maudhu’ dan Hukum Mengamalkannya, Hlm. 81
4
M. Solahudin, dkk. 2008, Ulumul Hadits. Bandung : CV. Pustaka Setia. Hlm. 172

2
sudah sangat terkenal dikalangan masyarakat. Contoh Hadits Maudhu'
yang tersebar diantara masyarakat:

Yang artinya: "Kebersihan sebagian dari Iman."

Ungkapan ini sangat terkenal dikalangan masyarakat. Kita menganggap


ungkapan ini berasal dari Nabi atau ungkapan ini merupakan Hadits Nabi, padahal
bukan. Mengapa hadits tersebut masih digunakan sampai saat ini? karena masih
kurangnya pengetahuan manusia tentang ilmu hadits dan tentang kedudukan
hadits tersebut. Bisa jadi diantara kita ini masih belum tahu bahwa potongan itu
bukan hadits yang sahih. Lalu bagaimana cara menyikapi jika masih ada yang
menggunakan hadits tersebut, alangkah baiknya kita yang sudah mengetahui
kedudukannya memberitahukan kepadanya tentang kedudukan hadits tersebut dan
juga memberitahukan bahwa ada hadits yang sudah jelas kebenarannya, dan
menggantinya dengan hadits tersebut.
Lalu Hadits yang menjelaskan kebersihan sebenarnya ada banyak, salah
satunya:

Yang artinya: "Kesucian itu Sebagian dari Iman." (HR.Muslim)

Tujuan atau motivasi penyebaran hadis maudhu di zaman sekarang salah


satunya disebabkan karena fanatik terhadap suatu golongan yang ingin merusak
agama islam dari dalam , maksudnya agar orang orang islam meninggalkan ajaran
yang benar dan mengamalkan hadis maudhu atau hadis palsu. Contohnya itu hadis
yang mengagungkan Ali bin Abi Thalib secara berlebihan yang mana itu lebih
condong ke aliran Syiah.

B. Hukum Periwayatan
Sudah disepakati oleh umat Islam bahwa membuat atau meriwayatkan
hadits Maudhu' dengan sengaja hukumnya adalah haram. Rasulullah
memperingatkan dengan tegas kepada orang-orang yang berbohong dengan
mengatasnamakan Rasulullah "Sesungguhnya pembohong atas namaku tidak
seperti pembohong atas sipapun. Siapa yang berbohong atas namaku, maka dia
dengan sengaja menyiapkan tempatnya di Neraka."
Dari penjelasan tersebut juga dapat disimpulkan bahwa membuat hadits
Maudhu' hukumnya haram, maka meriwayatkan atau menyebarkan hadits
Maudhu' pun hukumnya adalah haram. Barangsiapa tetap meriwayatkan hadits
tersebut padahal ia mengetahui dengan yakin bahwa hadits tersebut merupakan
hadits Maudhu' dan tidak menjelaskan kedudukannya, maka ia dianggap sebagi
pendusta atas nama Rasulullah. "Barangsiapa yang menceritakan satu hadits
dariku dan dia mengira bahwa hadits itu adalah dusta, maka dia termasuk di dalam
salah seorang pendusta."

3
Tetapi barang siapa tetap meriwayatkan hadits Maudhu' namun
menjelaskan kedudukan hadits tersebut merupakan hadits Maudhu' agar orang
bisa membedakan mana hadits yang sahih dan mana yang Maudhu' maka itu tidak
masalah.
C. Metode Pendeteksian Hadits Maudhu’
Para ulama telah merumuskan kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan
untuk mengetahui hadist shahih, hasan, ataupun dha’if, mereka juga menentukan
ciri-ciri kemaudhu’an suatu hadits. Ciri-ciri ini dapat diketahui melalui sanad atau
matan.5

1. Ciri-ciri Hadits Maudhu’ pada Sanad


Berhubungan dengan masalah ini, ulama telah mengemukakan beberapa
cara untuk dikunjunginya. Oleh sebab itu, ulama hadits membagi
perawi kepada beberapa peringkat dan mengenali mereka dari semua
sudut sehingga mengetahui hadits maudhu’ berdasarkan perawi-
perawinya:
a. Melalui pengakuan dari perawi tersebut yang menyatakan
bahwa dia telah membuat hadits-hadits tertentu. Ini adalah
bukti yang paling kuat untuk menilai suatu hadist. Hal ini
dilihat pada pengakuan yang dibuat oleh beberapa individu
yang mengaku telah menciptakan hadits.
b. Melihat tanda-tanda atau bukti yang dianggap seperti
pengakuan dan pemalsu hadist. Cara ini tidak dapat dilakukan
kecuali dengan mengetahui tahun lahir dan kematian perawi, serta
melacak negeri-negeri yang pernah tidak tersembunyi sesuatupun
keadaan perawi tersebut.
c. Dengan melihat pada perawi yang telah dikenal dan dinyatakan
sebagai pendusta. Baik melalui suatu riwayat yang berbeda dengan
riwayat yang shahih, dan tidak ada perawi tsiqah yang
meriwayatkannya.

2. Ciri-ciri hadits maudhu’ pada matan


Selain berdasarkan kepada kedudukan seorang perawi, hadits
maudhu’ juga bisa dilihat dari matan hadits. Ibnu Qayyim pernah
ditanya apkah bisa mengenali hadits maudhu’ berdasarkan tanda-tanda
tanpa melihat sanad. Ibn Qayyim mengatakan bahwa masalah ini
hanya dapat dilakukan oleh orang yang mempunyai penguasaan yang
mendalam ketika mengenali hadits yang shahih.6
Ada beberapa kaidah yang dihimpunkan oleh ulama yang
dijadikan sebagai tanda untuk mengetahui kepalsuan suatu hadits
berdasarkan pada matan, diantaranya :

5
Abd. Wahid. 2018. Strategi Ulama Mengantisipasi Penyebaran Hadist Maudhu’ di
Kecamatan Pereulak. Jurnal ar-rainy. Vol. 20. No. 2. Hlm. 125-127.
6
Abd. Wahid. 2018. Strategi Ulama Mengantisipasi Penyebaran Hadist Maudhu’ di
Kecamatan Pereulak. Jurnal ar-rainy. Vol. 20. No. 2. Hlm. 126.

4
a. Bertentangan dengan nash Al-Qurran. Contohnya hadits yang
berkenaan dengan umur dunia hanya tuju puluh ribu tahun, hadits
ini merupakan suatu kedustaan karena seandainya hadits tersebut
shahih pasti setiap orang akan mengetahui jarak waktu saat ini
hingga hari kiamat. Hal ini bertentangan dengan ayat al-Quran
yang menyebutkan bahwa hari kiamat hanyalah hal ghaib yang
hanya diketahui oleh Allah SWT.
b. Bertentangan dengan sunnah. Setiap hadits yang memberi makna
kepada keruusakan, kedzaliman, sia-sia, pujian yang batil, celaan
yang benar, semuanya tidak berhubungan dengan Nabi. Contohnya
hadits tentang orang yang bernama Muhammad dan Ahmad tidak
akan masuk neraka, hadits ini betentangan dengan ajaran islam,
karena orang tidak dapat diselamatkan dari neraka hanya karena
nama orang atau nama gelar, akan tetapi diperoleh melalui iman
dan amal shalih.
c. Bertentangan dengan ijma’. Setiap hadits yang menyebutkan
dengan jelas tentang wasiat Nabi kepada Ali bin Abi Thalib atau
pemerintahannya adalah maudhu’. Karena pada dasarnya Nabi
tidak pernah menyebut tentang seorangpun yang menjadi khalifah
setelah wafat.
d. Kandungan hadits yang mengada-ada dalam pemberian pahala
terhadap sesuatu amalan kecil dan ancaman yang besar terhadap
perbuatan yang buruk. Contohnya “ Barangsiapa yang shalat dhuha
sekian rakaat, akan diberi pahala tuju puluh orang Nabi.” Begitu
juga dengan hadits “ Siapa yang berkata Laa ilaaha illallah, Allah
akanmencipta seekor burung dari kalimat tersebut yang mempunya
tuju puluh ribu lidah. Setiap lidah memiliki tuju puluh ribu Bahasa.
Lidah-lidah ini akan mohonkan ampunan untuknya.”7
e. Kandungan hadits yang tidak dapat diterima oleh akal, seperti
hadits “ Terong itu mengikuti apa yang diniat ketika memakannya”
atau “ Terong itu penyembuh setiap penyakit”.8

D. Alasan Pemalsuan Hadits


Terdapat faktor-faktor penyebab munculnya hadist maudhu’diantaranya:9
1. Faktor Politik
Pertentangan di anatara umat Islam timbul setelah terjadinya
pembunuhan terhadap khalifah Usman bin Affan oleh para pemberontak
dan kekhalifahan digantikan oleh Ali bin Abi Thalib menyebabkan
umat Islam terpecah belah menjadi beberapa golongan. Masing-masing
dari mereka mengklaim bahwa kelompoknya yang paling benat sesuai
dengan ijtihad mereka, masing-masing ingin mempertahan kan
kelompoknay, dan menvcari simpati massa yang paing besar dengan

7
M. Solahudin, dkk. 2008. Ulumul Hadis. Bandung : CV Pustaka Setia. Hlm. 186.
8
Hasbi Ash Shiddieqy. 2010. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis . semarang. Hlm. 186
9
Rabiatu Aslamiah. 2016. Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah. Vol. 4, No. 7. hlm. 25-27.

5
cara mengambil dalil Al-quran dan Hadist. Jika tidak ada dalil yang
mendukung kelompoknya, mereka mencoba mentakwilkan dan
memberiakn interpretasi (penafsiran) yang terkadang tidak layak.
Sehingga mereka membuat hadist palsu seperti hadist-hadist tentang
keutamaan para khalifah, pimpinan kelompok, dan aliran-aliran dalam
agama. Yang pertama dan yang paling banyak membuat hadist maudhu
adalah golongan Syiah dan Rafidhah. Kelompok Syiah membuat hadist
tentang wasiat Nabi bahwa Ali adalah orang yang paling berhak
menjadi khalifah setelah beliau dan mereka menjatuhkan orang-orang
yang dianggap lawan-lawan politiknya seperti Abu Bakar, Umar, dan
Usman.

2. Faktor Kebencian dan Permusuhan


Keberhasilan dakwah Islam menyebabkan masuknya pemeluk
agama lain kedalam Islam, namun ada diantara mereka yang masih
menyimpan dendam dan sakit hati melihat kemajuan Islam. Mereka
inilah yang kemudian membuat hadist-hadist maudhu. Golongan ini
terdiri dari Zindiq, Yahudi, Majusi, dan Nasrani yang senantiasa
menyimpan dendam dan benci terhadap agama Islam. Mereka tidak
mampu melawan kekuatan Islam secara terbuka maka meraka
mengambil jalan yang buruk ini, yaitu menciptakan sejumlah hadist
maudhu dengan tujuan merusak ajaran Islam dan menghilangkan
kemurnian dan ketinggiannya dalam pandangan ahli fiqih dan ahli ilmu.
Ada yang berpendapat bahwa faktor ini merupakan faktor awal
munculnya hadist palsu. Hal ini berdasarkan peristiwa Abdullah bin
Saba’ yang mencoba memecah belah umat islam dengan mengaku
kecintaannya kepada Ahlul Bait. Sejarah mencatat bukti bahwa ia adalah
seorang Yahudi yang berpura-pura memeluk agama Islam.
3. Faktor Kebodohan
Ada golongan dari umat Islam yang suka beramal ibadah namun
kurang memahami agama, mereka membuat hadist-hadist maudhu
dengan tujuan menarik orang untuk berbuat lebih baik dengan cara
membuat hadist yang berisi dorongan-dorongan untuk meningkatkan
amal dengan menyebutkan kelebihan dan keutamaan dari amalan tertentu
tanpa dasar yang benar. Biasanya hadist palsu semacam ini menjanjikan
pahala yang sangat besar kepada perbuatan yang kecil. Mereka juga
membuat hadist palsu yang berisi dorongan untuk meninggalkan
perbuatan yang dipandangnya tidak baik dengan cara membuat hadist
maudhu yang memberikan ancaman besar terhadap perbuatan salah yang
sepele.
4. Fanatisme yang Keliru
Sikap sebagian penguasa Bani Umayyah yang cenderung fanatisme
dan rasialis, telah ikut mendorong kalangan Mawali untuk membuat
hadist-hadist palsu sebagai upaya untuk mempersamakan mereka dengan
orang-orang Arab. Selain itu, fanatisme madzhab dan teologi juga
menjadi faktor munculnya hadist palsu seperti yang dilakukan oleh para
pengikut madzhab fiqh dan teolagi.

6
5. Faktor Popularitas dan Ekonomi
Sebagian tukang cerita yang ingin agar apa yang disampaikannya
menarik perhatian orang, dia berusaha mengumpulkan orang dengan cara
membuat hadist-hadist palsu yang membuat masyarakat suka dan tertarik
kepada mereka, menggerakkan keinginan, juga memberikan harapan bagi
mereka. Demikian juga para pegawai dan tokoh masyarakat yang ingin
mencari muka kepada penguasa membuat hadist-hadist maudhu
untuk tujuan supaya lebih dengan penguasa agar mendapatkan fasilitas
tertentu atau popularitas saja.

E. Kitab-Kitab yang Memuat Hadits Maudhu’


Para ulama muhaditsin dengan menggunakan berbgai kaidah studi kritis
hadits, berhasil mengumpulkan hadits-hadits maudhu’ dalam sejumlah karya yang
cukup banyak, diantaranya :10
1. Kitab Al-Mabda’ (karya Ishaq bin Bisyr)
2. Kitab Ahwalu Yaumil Qiyamah (karya Mujasyi’ bin Amr).
3. Kitab Kitabul Asrar Was Sirrul Iskar, Mathiyatun Naqli Wa Athiyatul
Aqli, Al-Farqu Bainas Shufi Wal Faqir, Jamhatun Nuha Fi Lamhatil
Maha (karya Muhammad bin Ibrahim).
4. Kitab As-Suruj Wal Lijam, Gharibul Quran, Al-Muqtabas (karya
Muhammad bin Hasan bin Duraid).
5. Kitab Al-Mukhtalif Wal Mu’talif, Al-Mansyur (karya Muhammad bin
Thahir).

F. Upaya Penyelamatan Hadits dari Maudhu’


Upaya penyelamatan hadis dari maudhu’ yaitu melalui:11
1. Pembukuan hadis dan mengukuhkan hadis-hadis.
2. Meneliti sanad hadis.
3. Meneliti rawi hadis dalam menetapkan status kejujuran mengenai
periwayat hadis.
4. Menetapkan kaidah-kaidah umum untuk menggolongkan istilah- istilah
hadis.
5. Dan pembentukan ilmu-ilmu hadis.

Tujuan Pembukuan Hadits, yaitu :


1. Agar hadits-hadits palsu itu tidak hilang yang berakibat bercampurnya
dengan hadits-hadits lain yang dinilai shahih, hasan dan sebagainya.
2. Agar lebih mudah bagi orang awam mengetahuinya dan tidak mudah
menyebarkan semaunya.

10
Iqra’ Firdaus, Moh. Fathor Rois. Para Pemalsu Hadis. Yogyakarta : DIVA Press, 2014.
Hlm. 88-117.
11
Abd. Muchith, Djafar. Al-Hadis Sebagai Sumber Hukum. Bandung : Diponegoro, 1993.
Hlm.143-154.

7
3. Agar para muhaditsin dan ulama-ulama lainnya lebih berhati hati
dalam meriwayatkan suatu hadits, terutama kepada masyarakat.

Perlu diketahui di era yang serba global seperti sekarang ini, kita
sebenarnya bisa memanfaatkan beberapa literatur kajian hadits yang sudah digital
slah satu contohnya ialah sofware digital jawami’ul kalem atau
Islamweb.org.com, sebenarnya telah lama didirikan oleh lembaga departemen
Agama dan Wakaf kementerian Qatar, lembaga ini sudah berdiri sejak tahun
1998. Islamweb.org ini berisi banyak kolom, diantaranya fatwa, multimedia,
ensiklopedi, dan lain sebagainya. web ini dapat memproyeksikan penelusuran
hadits dengan sangat mendalam mulai dari kualitas hadits hingga penyebaranya.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hadits maudhu’ adalah Segala sesuatu yang disanddarkan kepada Nabi
Muhammad SAW, baik perbuatan, perkataan, maupun taqrirnya, secara
rekaan atau dusta semata-mata. membuat hadits Maudhu' hukumnya haram, maka
meriwayatkan atau menyebarkan hadits Maudhu' pun hukumnya adalah haram.
Terdapat faktor-faktor penyebab munculnya hadist maudhu’diantaranya, a) Faktor
Politik, b) Faktor Kebencian dan Permusuhan, c) Faktor Kebodohan, d) Fanatisme
yang Keliru, e) Faktor Popularitas dan Ekonomi. Para ulama telah merumuskan
kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan untuk mengetahui hadist shahih, hasan,
ataupun dha’if, mereka juga menentukan ciri-ciri kemaudhu’an suatu hadits. Ciri-
ciri ini dapat diketahui melalui sanad atau matan.
Kitab-Kitab yang Memuat Hadits Maudhu’ yaitu, 1) Kitab Al-
Mabda’ (karya Ishaq bin Bisyr), 2) Kitab Ahwalu Yaumil Qiyamah (karya
Mujasyi’ bin Amr), 3) Kitab Kitabul Asrar Was Sirrul Iskar, Mathiyatun Naqli
Wa Athiyatul Aqli, Al-Farqu Bainas Shufi Wal Faqir, Jamhatun Nuha Fi
Lamhatil Maha (karya Muhammad bin Ibrahim), 4) Kitab As-Suruj Wal Lijam,
Gharibul Quran, Al- Muqtabas (karya Muhammad bin Hasan bin Duraid), 5)
Kitab Al-Mukhtalif Wal Mu’talif, Al-Mansyur (karya Muhammad bin Thahir).

B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan-kesimpulan diatas, dapat diambil beberapa
saran, diantaranya :
1. Jangan langsung mempercayai hadits yang baru saja didengar.
2. Telitilah dalam menggunakan hadits, pastikan hadits yang akan
digunakan sebagai hujjah adalah memang benar-benar hadits shahih, atau
setidaknya dipastikan ada dalam kitab-kitab hadits seperti kitab shahih
bukhori atau shahih muslim.
3. Memilah-milah hadits, apabila akan disampaikan dalam acara besar,
misalnya, jangan sampai dalam penyampaian menggunakan hadits yang
masih diragukan keshahihannya.
4. Telitilah dengan sungguh-sungguh, meskipun berisi amalan-amalan baik,
tidak boleh keliru, karena hadits palsu tidak dapat dijadikan dalil,
meskipun berisi isian yang indah.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Muchith, Djafar. 1993. Al-Hadis Sebagai Sumber Hukum. Bandung


: Diponegoro.

Abd. Wahid. 2018. Strategi Ulama Mengantisipasi Penyebaran Hadist


Maudhu’ di Kecamatan Pereulak. Jurnal ar-rainy. Vol. 20. No. 2.

Ash Shiddieqy, Hasbi. 2010. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Semarang.\

Aslamiah, Rabiatu. 2016. Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah. Vol. 4, No. 7.

Firdaus, Iqra’ & Moh. Fathor Rois. 2014. Para Pemalsu Hadis. Yogyakarta
: DIVA Press.

Kuswadi, Edi. 2016. Hadis Maudhu’ dan Hukum Mengamlakannya. Jurnal


Pemikiran dan Pendidikan Islam. Vol. 6. No. 1.

M. Solahudin, dkk. 2008. Ulumul Hadis. Bandung : CV Pustaka Setia

10

Anda mungkin juga menyukai