Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“BENTUK-BENTUK HADITS, SANAD dan MATAN”


Dibuat untuk Memenuhi Tugas:
MATA KULIAH: Ulumul Hadits
DOSEN PENGAMPU: Nasirudin Al Ahsani, Lc., M.Ag.

DISUSUN OLEH:
Dinda Listya Devi 224103030012
Widdiya Jundiyah 222103030051
Rachmatia Aura Amanda 222103030072
Moh.Shohibul Hikam Asshofi Mp 224103030010

Program Studi Bimbingan Konseling Islam


Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Kyai Haji Ahmad Shiddiq Jember
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Bentuk-Bentuk
Hadist, Sanad dan Matan” materi perkuliahan Ulumul Hadits.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah Ulumul
Hadits ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat dan memberikan informasi
kepada pembaca.

Jember, 20 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

BAB I .............................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan hadist qawli, fi’il dan taqriri? .......................................... 1
1.2.2 Apa saja contoh hadist qawli, fi’il dan taqriri? ............................................................. 1
1.2.3 Apa pengertian dari sanad dan matan? ......................................................................... 1
1.2.4 Bagaimana lambag periwayatan sanad dan matan? ..................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 1
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari hadits qawli, fi’il, dan taqriri. ............................ 1
1.3.2 Untuk mengetahui contoh dari hadits. ...................................................................... 1
1.3.3 Untuk mengetahui pengertian dari sanad dan matan. ............................................... 1
1.3.4 Untuk mengetahui lambing dari sanad dan matan. ................................................... 1

BAB II ............................................................................................................................................ 2

PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 2
2.1 Pengertian Hadits Qawli, Fi’il, dan Taqriri ...................................................................... 2
2.2 Contoh Hadits Qawli, Fi’il, dan Taqriri............................................................................ 4
2.3 Pengertian Sanad dan Matan ............................................................................................ 5
2.4 Lambang periwayatan ....................................................................................................... 6

BAB III........................................................................................................................................... 8

PENUTUP...................................................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 8
3.2 Saran .......................................................................................................................... .8

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hadits yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada
orang lain. Pembahasan bentuk-bentuk hadits di sini dikhususkan untuk hadits-hadits yang
disandarkan kepada Rasul SAW, sehingga bentuk qauli, fi'li dan taqrir yang disandarkan
kepada sahabat dan tabi'in tidak termasuk dalam pembahasan ini.

Sanad dan matan merupakan dua unsur pokok hadits yang harus ada pada setiap
hadist, antara keduanya memiliki kaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Suatu
berita tentang Rasulullah SAW (matan) tanpa ditemukan rangkaian atau susunan
sanadnya, yang demikian tidak dapat disebutkan hadits, sebaliknya suatu susunan sanad,
meskipun bersambung sampal rasul, jika tidak ada berita yang dibawahnya, juga tidak bisa
disebut hadits.
Pembicaran istilah diatas sebagai dua unsur pokok hadist, matan dan sanad
diperlukan setelah rasul wafat. Hal ini karna berkaitan dengan perlunya penelitian terhadap
otentitas isi berita itu sendiri apakah benar sumbernya dari Rasul atau bukan. Upaya ini
akan menentukan bagaimana kualitas hadits tersebut yang akan dijadikan dasar dalam
penetapan syari'at islam.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan hadist qawli, fi’il dan taqriri?
1.2.2 Apa saja contoh hadist qawli, fi’il dan taqriri?
1.2.3 Apa pengertian dari sanad dan matan?
1.2.4 Bagaimana lambag periwayatan sanad dan matan?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari hadits qawli, fi’il, dan taqriri.
1.3.2 Untuk mengetahui contoh dari hadits.
1.3.3 Untuk mengetahui pengertian dari sanad dan matan.
1.3.4 Untuk mengetahui lambing dari sanad dan matan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hadits Qawli, Fi’il, dan Taqriri

“Hadis” atau al-hadits menurut bahasa, berarti al-jadid (sesuatu yang baru), lawan
kata dari al-qadim. Kata hadits juga berarti al-khabar (berita), yaitu sesuatu yang
dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain.1
Pembahasan bentuk-bentuk hadits di sini dikhususkan untuk hadits-hadits yang
disandarkan kepada Rasul SAW, sehingga bentuk qauli, fi'li dan taqrir yang disandarkan
kepada sahabat dan tabi'in tidak termasuk dalam pembahasan ini.
Hadist qawli adalah hadist (ucapan) yang berasal daripada ucapan Nabi
Muhammad SAW, yang berisi tuntutan dan petunjuk syara’, peristiwa-peristiwa dan kisah-kisah
baik yang berkaitan dengan aspek akidah, syariah maupun akhlak.

Salah satu sabda beliau, yaitu:

‫انما األعمال بالنيات وإنما لكل امرئ مانوي‬

“Sesungguhnya keberadaan amal-amal itu tergantung niatnya. Dan seseorang


hanyalah akan mendapatkan sesuatu sesuai niatnya.”

Hadits fi’il adalah hadist (perbuatan) yang berasal daripada perbuatan Nabi
Muhammad SAW, yang menjadi panutan perilaku para, sahabat pada saat itu, dan menjadi
keharusan bagi semua umat Islam untuk mengikutinya, seperti praktek wudlu, praktek salat
lima waktu dengan sikap-sikap dan rukun-rukunnya, praktek manasik haji, cara,
memberikan keputusan berdasarkan sumpah dan saksi, dan lain-lain.

Hadist taqriri adalah hadist (persetujuan) yang berasal daripada diamnya Nabi
Muhammad SAW atas apa yang sahabatnya lakukan. Misalnya, riwayat yang ditakhfi oleh
Abu Dawud dan An Nasa’i dari Abu Said al Khudry ra. Bahwasanya ada dua perang yang
keluar rumah untuk bepergian tanpa memiliki persediaan air. Lalu, tibalah waktu shalat.
Kemudian keduanya bertayamum dengan debu yang baik, lalu melakukan shalat.
Beberapa, saat kemudian keduanya mendapatkan air, masih dalam waktu shalat tersebut.

1
Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, (Surabaya: al-Muna, 2010). Hlm.1

2
Yang satu mengulang wudlu dan shalatnya, sedang yang lain tidak. Kemudian keduanya
datang menghadap Nabi SAW melaporkan perihal keduanya lalu kepada yang tidak
mengulang, beliau bersabda: “Engkau telah mengerjakan sunnah (ku). Dan kepada yang
mengulang, beliau bersabda: “Engkau mendapatkan pahala dua kali lipat.”2

Ada perbedaan pendapat di kalangan Ulama Hadits, tentang apakah setiap peristiwa
yang berkaitan dengan Nabi memiliki akibat hukum yang wajib atau tidak harus dilakukan
oleh semua anggota masyarakat . Jika analisis dilakukan dengan pasti, hadits – hadits yang
memiliki konsekuensi halal akan terungkap. Terdiri dari hadits – hadits ucapan ( qauli ),
perbuatan (fi’il), dan tujuan (taqriri). Oleh karena itu, sekelompok ahli hadits (muhadisin)
mengklasifikasikan banyak objek yang berhubungan dengan hadis, diantaranya:

a. Hadits qawli yaitu perkataan Nabi yang pernah beliau dengarkan baik itu terkait
dengan hukum (syari’ah), manajemen , akhlak, pendidikan, atau yang lainnya
(sesuatu yang lain).
b. Hadits fi’il yaitu perbuatan Nabi yang merupakan penjelasan praktis dari
peraturanperaturan syara’ ini (Khatib, 1975 hal. 66) Adanya hadits itu sama halnya
dengan Al- Quran. Kitab al- Qur’an memiliki asbabun nuzul yang khusus dan
disetujui ummat .Begitu hadits juga memiliki sifat umum asbab yang tidak jelas.
Konteks hadits fi’li biasanya tentang tata cara sholat, baik dari segi teknis
pelaksanaannya maupun waktu pelaksanaannya. Dengan perlahan dan hati – hati,
Nabi melaksanakan dan mengawasi tugas itu, dan kemudian agar ditiru dan
diteladani. Kisah hadis fi’li lainnya tentang tata cara menunaikan ibadah haji yang
benar. Mula – mula Nabi melakukannya sendiri untuk memberikan teladan.
c. Hadits taqriri mengacu pada maksud atau pernyataan Nabi kepada beliau, atau
apapun yang beliau katakan kepada beliau. Sudah menjadi kebiasaan mereka untuk
memulai dengan “diamkan” dan bukan “menyanggah” untuk mencapai tujuan al-
wurud.

2
Rofiah, Khusniati, M.Si. Studi Ilmu Hadis. (Ponorogo: IAIN PO Press, 2018) hlm. 12-13

3
2.2 Contoh Hadits Qawli, Fi’il, dan Taqriri

1. Contoh hadits qawli


Contoh Hadist qauli yang mengandung akhlak, misalnya sabda Nabi:

‫االنصاف من نفسه وبذل السالم واالنفاق من االفتقار )رواه‬: ‫ثالث من مجعهن فقد مجع االميان‬

‫البخاري‬
Artinya: Perhatikan tiga hal, yang barang siapa sanggup mengumpulkannya
maka sungguh ia telah mengumpulkan iman yang sempurna, yakni: mampu
mengendalikan dirinya sendiri, memberikan salam perdamaian dan mendermakan apa
yang menjadi kebutuhan umum (Al-Bukhari, 2000).

2. Contoh hadits fi’il


Contoh Hadis fi’il yang lain tentang tata cara melaksanakan ibadah haji. Mula-
mula Nabi melakukannya dan memberikan teladan kemudian beliau bersabda :

‫خذوا عين مناسككم )رواه مسلم عن جابر‬


Artinya: Ambillah dariku cara-cara engkau melakukan ibadah haji
(H.R.Muslim dari Jabir).

3. Contoh hadits taqriri


Contoh taqriri Nabi ini misalnya tentang halalnya daging dab atau biawak.
Diriwayatkan bahwa sahabat Khalid bin Walid mengadakan jamuan makan, di mana
ia mengundang Nabi bersama para sahabat yang lain. Dalam perjamuan makan itu
disajikan masakan daging dab atau biawak, dan dipersilahkan kepada para sahabat
untuk makan bersama, namun beliau tidak memakannya. Ketika ditanyakan kepada
beliau: “Apakah diharamkan kita memakannya, ya Rasulullah ? Nabi menjawab:

‫ قال خالد فأجتززته فاكلته ورسول هللا ينظر ال )متفق عليه‬، ‫الولكن مل يكن ابرض قومي فاجدين أعافه‬
Artinya: Tidak, hanya saja binatang itu tidak terdapat di negeri kaumku, karena
itu aku menjadi jijik. Khalid berkata: “Maka aku memotongnya seraya memakannya
sedang Rasulullah melihat kepadaku. (H.R. Bukhari Muslim).

4
2.3 Pengertian Sanad dan Matan

Sanad berasal dari bahasa Arab (‫ ) املعتمد‬yang artinya adalah pedoman dan sandaran.

Selain itu, juga berarti tinggi, karena sanad meninggikan atau mengangkat hadis ke atas
menuju sumbernya dalam hal ini adalah Nabi SAW.
Menurut Istilah sanad berarti silsilah periwayat hadis yang menghubungkan kepada
matan hadis dari periwayat terakhir sampai kepada Nabi Muhammad Saw. Sedangkan
isnad sebagai penyangganya. Secara bahasa isnad berarti mengangkat atau
menyederhanakan suatu hadist kepada yang mengatakannya.
Sementara Ibnu Hajar dalam Syarh Nukhban al-Fikar mendefenisikan sanad
adalah: “jalan yang menghubungkan ke matan”. Dapat dikatakan bahwa sanad adalah jalan
untuk menuju kepada materi hadis. Jalan tersebut berisi rangkaian para periwayat dari
zaman ke zaman yang meriwayatkan matan Hadis dari Rasulullah yang selanjutnya jalan
ini menjadi sandaran para ahli hadis dalam meneliti keautentikan suatu Hadis. Dengan
adanya mata periwayat tersebut, suatu Hadis dapat diteliti apakah sanadnya bersambung
atau terputus, periwatnya terpercaya (tsiqoh) atau tidak, terdapat cacat, kejanggalan atau
tidak, sehingga diketahui dengan jelas status keautentikan hadis berdasar keberadaan
sanadnya.
Kata matan menurut bahasa berarti keras, kuat, sesuatu yang tampak dan yang asli.3

Merupakan bentuk jamak dari mutūn ( ‫ ) موتون‬dan mitān ( ‫) املنت‬. Sedangkan matan menurut

istilah:

‫ما إنتهي إليه السند من الكالم فهو نفس احلديث الذي ذكر اإلسناد له‬

Artinya: “Perkataan yang disebutkan pada akhir sanad, yakni sabda Nabi SAW.
yang disebut sesudah selesai disebutkan sanadnya”4

3
Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Ulumul Hadis. (Jakarta : AMZAH, 2010) Cet. Ke-4, hlm.113
4
M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadits. (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), Cet. ke-2, hlm. 97-98.

5
Definisi lain menyebutkan:

‫الفاظ احلديث اليت تقوم هبا معانيه‬

Artinya: “Beberapa lafal hadits yang membentuk beberapa makna.” 5

Ada juga yang mengartikan matan adalah ujung sanad (gayah as-sanad).

Dari beberapa istilah ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan matan
adalah suatu penelitian yang membahas hadits dengan melakukan penelitian serta kajian
terhadap orang-orang yang meriwayatkannya dan redaksinya, sehingga akan diketahui
kualitas dari hadits tersebut.

2.4 Lambang periwayatan

Lambang periwayatan adalah bentuk pertanggung jawaban seorang perawi ketika


meriwayatkan sebuah hadits. Karena perawi diharuskan memakai ungkapan yang mewakili
kondisinya ketika menerima hadis tersebut dari pendahulunya.
Lambang-lambang atau lafal-lafal yang digunakan dalam periwayatan hadits,
dalam hal ini untuk kegiatan tahammul-hadits, bentuknya bermacam-macam, misalnya:

1. Lambang periwayatan : ‫حدثنا‬ – ‫مسعت – حدثي‬dipergunakan dalam

metode As-sama’ (‫)السماع‬ artinya seoroang murid mendengarkan

penyampaian hadis dari seorang guru (syaikh) secara langsung.

2. Lambang periwayatan : ‫اخربنا‬ – ‫اخربين‬ dipergunakan dalam metode Al-

qira’ah atau Al-‘ardh (‫الغرض‬ ‫ ) القراءة او‬artinya seorang murid membaca atau
yang lain ikut mendengarkan dan didengarkan oleh seorang guru, guru
mengiyakan jika benar dan meluruskan jika terjadi kesalahan.

5
Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Ulumul Hadis. (Jakarta : AMZAH, 2010) Cet. Ke-4. hlm. 114.

6
3. Lambang periwayatan : ‫انباين – انبا ان‬ dalam metode ijazah seorang guru

memberikan ijin periwayatan kepada seorang atau beberapa orang muridnya.

4. Lambang periwayatan : ‫عن‬

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Hadits yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada
orang lain.
Hadits qawli adalah hadist (ucapan) yang berasal daripada ucapan Nabi
Muhammad SAW.
Hadits fi’il adalah hadist (perbuatan) yang berasal daripada perbuatan Nabi
Muhammad SAW.
Hadis taqriri mengacu pada maksud atau pernyataan Nabi kepada beliau , atau
apapun yang beliau katakan kepada beliau .
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, menurut Istilah sanad berarti silsilah periwayat
hadis yang menghubungkan kepada matan hadis dari periwayat terakhir sampai kepada
Nabi Muhammad Saw.
Matan adalah suatu penelitian yang membahas hadits dengan melakukan penelitian
serta kajian terhadap orang-orang yang meriwayatkannya dan redaksinya, sehingga akan
diketahui kualitas dari hadits tersebut.
Lambang-lambang atau lafal-lafal yang digunakan dalam periwayatan hadis, dalam
hal ini untuk kegiatan tahammul-hadis, bentuknya bermacam-macam, misalnya sami'tu,
sami'na, haddasani, haddasana, 'an, dan anna.

3.2 Saran

Demikian makalah yang bisa kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca
sekalian. Apabila ada saran dan kritik yang membangun, sampaikan kepada kami.
Apabila terdapat kesalahan mohon dapat dimaklumi, karena kami adalah hamba
Allah yang tak luput dari kekurangan dan kekhilafan. Atas pengertiannya kami sampaikan
terima kasih.

8
DAFTAR PUSTAKA
Khon, Abdul Majid. 2010. Ulumul Hadis. Jakarta : AMZAH
M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi. 2011. Ulumul Hadits. Bandung: CV. Pustaka Setia
Rofiah, Khusniati, M.Si. Studi Ilmu Hadis. 2018. Ponorogo: IAIN PO Press
Agus Solahudin, M. dan Agus Suyadi. 2011. Ulumul Hadits. Bandung: CV. Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai