Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HADIS, SUUNAH, ATSAR, DAN KHABAR

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah:

“ULUMUL HADITS”

Dosen Pengampu: Riska Susanti.M.Ag.

Disusun Oleh:

Kelompok 1

AHMAD GUFRON KHARIRI 2303030003

VENNY APRILIA 2303030040

AKUNTANSI SYARIAH

FALKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul HADIS, SUUNAH, ATSAR, DAN KHABAR .
Makalah HADIS, SUUNAH, ATSAR, DAN KHABAR disusun guna memenuhi tugas
dosen pengampu Ibu Riska susanti pada matakuliah Ulumul hadits di IAIN Metro.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.
Penulis mengucapkan Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Riska
Susanti Selaku Dosen mata kuliah Ulumul hadits. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis
juga mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iii
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ...................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 1
C. TUJUAN MASALAH .................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
D. .......................................................................................................................................... 2
A. PENGERTIAN HADIS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR .......................................... 2
1. PENGERTIAN HADIS ............................................................................................... 2
2. 2. PENGERTIAN SUNNAH ...................................................................................... 2
3. 3. PENGERTIAN KHABAR ....................................................................................... 3
4. 4. PENGERTIAN ATSAR .......................................................................................... 3
B. PERBEDAAN ANTARA HADIS NABAWI, HADIS QUDSI DAN ALQURAN ............... 4
1. HADIS NABAWI ....................................................................................................... 4
2. HADIS QUDSI ........................................................................................................... 4
3. AL-QURAN ................................................................................................................ 5
C. PERBEDAAN HADIS HADIS QAULIYAH, HADIS FI’ILIYAH, HADIS TAQIRI, HADIS
AHWALI, DAN HADIS HAMMI ........................................................................................... 5
1. HADIS QAULIYAH .................................................................................................... 5
2. HADIS FI’ILIYAH ....................................................................................................... 6
3. HADIS TAQIRI .......................................................................................................... 6
4. HADIS AHWALI ........................................................................................................ 6
5. HADIS HAMMI ......................................................................................................... 6
BAB III ...................................................................................................................................... 7
PENUTUP ................................................................................................................................ 7
A. KESIMPULAN .............................................................................................................. 7

iii
B. SARAN .......................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya mulai mencatat dan
menyampaikan ucapan dan perbuatan beliau. Hadis-hadis ini ditransmisikan secara lisan
dari generasi ke generasi dan kemudian dikumpulkan dalam kitab-kitab hadis untuk
menjaga keaslian ajaran Islam
Sunah berkembang sebagai contoh-contoh perilaku Nabi Muhammad SAW yang
dianggap sebagai panduan moral dan etika bagi umat Islam. Ini juga termasuk dalam
upaya untuk memahami dan mengikuti ajaran Islam dengan lebih baik.
Atsar merupakan sumber tambahan untuk memahami praktik Islam, karena para
sahabat adalah orang-orang yang hidup bersama Nabi dan menerima langsung ajarannya.
Catatan-catatan tentang tindakan mereka penting untuk merinci praktik Islam.
Khabar adalah sumber informasi tentang peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah
Islam. Mereka membantu dalam memahami konteks sejarah dan perjalanan Islam sebagai
agama dan peradaban.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu pengerian hadits, sunah, khabar, atsar?


2. Apa perbedaan antara hadits Nabawi, hadits qudsi, dan al quran?
3. Apa perbedaan hadits qouliyah, hadits fikliyah, hadits taqiri, hadits ahwali,
dan hadits hammi?

C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui pengerian hadits, sunah, khabar, atsar


2. Untuk mengetahui perbedaan antara hadits Nabawi, hadits qudsi, dan al
quran
3. Untuk mengetahui perbedaan hadits qouliyah, hadits fikliyah, hadits taqiri,
hadits ahwali, dan hadits hammi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HADIS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR

1. PENGERTIAN HADIS

Kata "Hadits" atau al-hadits menurut bahasa berarti al-jadid (sesuatu yang
baru), lawan kata dari al-qadim (sesuatu yang lama). Kata hadits juga berarti
alkhabar (berita), yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari
seseorang kepada orang lain. Kata jamaknya, ialah al-ahadis.
Hadits, berasal dari bahasa Arab, al-hadīts, bentuk jadian dari kata hadatsa,
jamaknya adalah al-ahādīts,al-hudtsān, dan al-hidtsān. Secara etimologis, kata
ini memil iki beberapa arti, seperti; al-jadīd (yang baru), lawan dari al-qadīm
(yang lama), dan al -khabar (kabar atau berita yang diterima, sedikit maupun
banyak).
Di sisi lain, dijelaskan pula bahwa secara literal, hadits diartikan sebagai
komunikasi, cerita, perbincangan (religius atau sekul er, historis atau
kekinian).hadis adalah semua yang dinisbahkan kepada rasulullah SAW ba ik
perkataan ,perbuatan ,persetujuan dan sifat baginda,juga yang dinisbahkan
kepada sahabat dan tabiin Sumber hadis berupa:1
• Rasulullah
• Sahabat
• Tabiin

2. 2. PENGERTIAN SUNNAH

Sunnah menurut bahasa berarti : "Jalan dan kebiasaan yang baik atau yang
jelak". Menurut M.T.Hasbi Ash Shiddieqy, pengertian sunnah ditinjau dari sudut

1 Listia Rahayu ningtias, “Studi Hadis Hadis Dan Ilmu Hadis,” , 2021, 2013–15.

2
bahasa (lughat) bermakna jalan yang dijalani, terpuji, atau tidak. Sesuai tradisi
yang sudah dibiasakan, dinamai sunnah, walaupun tidak baik.
Berkaitan dengan pengertian sunnah ditinjau dari sudut bahasa, perhatikan
sabda Rasulullah SAW, sebagai berikut : "Barang siapa mengadakan sesuatu
sunnah (jalan) yang baik, maka baginya pahala Sunnah itu dan pahala orang lain
yang mengerjakan hingga hari kiamat. Dan barang siapa mengerjakan sesuatu
sunnah yang buruk, maka atasnya dosa membuat sunnah buruk itu dan dosa
orang yang mengerjakannya hingga hari kiamat" (H.R.al-Bukhary dan Muslim).
Sedangkan, Sunnah menurut istilah muhadditsin (ahli-ahli hadits) ialah segala
yang dinukilkan dari Nabi SAW., baik berupa perkataan, perbuatan, maupun
berupa taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup baik yang demikian
itu sebelum Nabi SAW., dibangkitkan menjadi Rasul, maupun sesudahnya.1

3. 3. PENGERTIAN KHABAR

Khabar menurut bahasa berarti al-naba', yaitu berita.24 Sedangkan


pengertiannya menurut istilah, terdapat tiga pendapat, yaitu:
a. Khabar adalah sinonim dari Hadis, yaitu sesuatu yang disandarkan
kepada
Nabi SAW dari perkataan, perbuatan, taqrir, dan sifat.
b. Khabar berbeda dengan Hadis. Hadis adalah sesuatu yang datang
dari Nabi SAW, sedangkan Khabar adalah berita dari selain Nabi SAW.
Atas dasar pendapat ini, maka seorang ahli Hadis atau ahli Sunnah
disebut dengan Muhaddits, sedangkan mereka yang berkecimpung
dalam kegiatan sejarah dan sejenisnya disebut dengan Akhbari.
c. Khabar lebih umum daripada Hadis, Hadis adalah sesuatu yang
datang dari Nabi SAW, sedangkan Khabar adalah sesuatu yang
datang dari Nabi SAW atau dari selain Nabi (orang lain)2

4. 4. PENGERTIAN ATSAR

Atsar secara etimologis berarti baqiyyat al-syay', yaitu sisa atau peninggalan
sesuatu.
Sedangkan pengertiannya secara terminologis, terdapat dua pendapat, yaitu:

2 Saifuddin Herlambang and Menyingkap Khazanah, “Ulumul Hadis” (PT Mutiara Sumber Widya, 2001).

3
a. Atsar adalah sinonim dari Hadis, yaitu segala sesuatu yang berasal
dari Nabi SAW.
b. Pendapat kedua menyatakan, Atsar adalah berbeda dengan Hadis.
Atsar secara istilah menurut pendapat kedua ini adalah:
ٍ ‫ﺼﺎ‬
‫ل‬ َ ‫ل َأ ْو َأْﻓ‬
ٍ ‫ﻦ َأْﻗَﻮا‬
ْ ‫ﻦ ِﻣ‬
َ ‫ﺸﺎِﻣْﻴ‬
َّ ‫ﺤﺎَﺑِﺔ َواﻟ‬
َ ‫ﺼ‬
َّ ‫ﻣﺎ أﺿﻴﻒ ِإَﻟﻰ اﻟ‬

.
Jumhur Ulama cenderung menggunakan istilah Kha- bar dan Atsar untuk
segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW dan demikian juga kepada
Sahabat dan Tabi'in. Namun, para Fuqaha' Khurasan membeda- kannya dengan
mengkhususkan al-mawquf, yaitu berita yang disandarkan kepada Sahabat
dengan sebutan Atsar dan al-marfu', yaitu segala sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi SAW dengan istilah Khabar.1

B. PERBEDAAN ANTARA HADIS NABAWI, HADIS QUDSI DAN ALQURAN

1. HADIS NABAWI

Hadis nabawi adalah hadis Nabi yang disandarkan secara keseluruhan kepada Nabi
baik makna maupun lafalnya dengan bentuk ucapan, perbuatan, taqrir dan sifat-sifatnya.
Ada dua sifat yang terkandung dalam hadis Nabawi yaitu: Pertama, Tauqifi yaitu yang
kandungannya diterima oleh Rasulullah SAW dari wahyu, lalu ia menjelaskan kepada
manusia dengan kata-katanya sendiri. Bagian ini, meskipun kandungannya dinisbahkan
kepada Allah, tetapi dari segi pembicaraan lebih dinisbahkan kepada Rasulullah SAW,
sebab kata-kata itu dinisbahkan kepada yang mengatakannya, meskipun di dalamnya
terdapat makna yang diterima dari pihak lain. Kedua, Taufiqi yaitu: yang disimpulkan oleh
Rasulullah SAW menurut pemahamannya terhadap Quran, karena ia mempunyai tugas
menjelaskan Quran atau menyimpulkannya dengan pertimbangan dan ijtihad. Bagian
kesimpulannyang bersifat ijtihad ini, diperkuat oleh wahyu jika ia benar, dan jika terdapat
kesalahan didalamnya, maka turunlah wahyu yang membetulkannya. Bagian ini bukanlah
kalam Allah secara pasti.3

3 Abdul Fatah Idris, “Memahami Kembali Pemaknaan Hadis Qudsi” 18, no. 2 (2016): 133–58,
https://doi.org/10.21580/ihya.17.2.1734.

4
2. HADIS QUDSI

Hadis Qudsy atau ilahy adalah setiap Hadis yang disabdakan Nabi SAW dengan
mengatakan “Allah berfirman” dan mengandung penyandaran Nabi SAW kepada Allah,
“Beliau meriwayatkan dari Allah SWT”. Disebut Hadis qudsi atau ilahy karena ia muncul
dari Allah SWT, dipandang dari segi keberadaan Allah SWT sebagai yang memfirmankan
dan yang memunculkan untuk mula pertamanya. Adapun keberadaannya sebagai Hadis
adalah karena Rasul SAW menceritakannya dari Allah SWT. Karena itu jika berkenaan
dengan al-Qur’a>n, dikatakan: “Allah SWT berfirman”. Sedangkan jika berkenaan dengan
Hadis qudsi dikatakan: “Rasul SAW bersabda tentang apa yzng diriwayatkan dari
Tuhannya”. Hadis qudsi disandarkan kepada Nabi SAW dan kepada Allah SWT Hadis
qudsi maknanya dinisbahkan kepada Allah SWT dan redaksinya kepada Nabi.1

3. AL-QURAN

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah1.saw. dengan lafal-
Nya. Dan karena al-Qur’an sebagai wahyu Allah yang tidak ada seorangpun yang bisa
menantang tentang kebesaranmu’jizatnya, tetapi mereka tidak mampu membuat seperti
al-Qur’an itu. Tantangan itu tetap berlaku, karena al-Qur’an adalah mukjizat yang abadi
hingga hari kiamat. Al-Qur'an juga merupakan syarat mutlak yang termasuk dalam
bagian dari ibadah wajib shalat.4

Dengan demikian, perbedaan utamanya adalah sumber wahyu, sifat makna, dan
cara penyampaian antara ketiganya. Al-Quran adalah wahyu langsung dari Allah
dalam bentuk teks tertulis, Hadis Nabawi adalah laporan tentang Nabi Muhammad
SAW, dan Hadis Qudsi adalah ucapan Allah yang disampaikan melalui kata-kata Nabi
Muhammad SAW. Semua tiga elemen ini memiliki peran penting dalam pemahaman
dan praktik Islam.

C. PERBEDAAN HADIS HADIS QAULIYAH, HADIS FI’ILIYAH, HADIS TAQIRI,


HADIS AHWALI, DAN HADIS HAMMI

1. HADIS QAULIYAH

Hadist Qauliyah atau Ucapan yaitu hadist Rasulullah yang berupa


perkataan atau pun ucapan yang berisi segala tuntunan dan petunjuk,
peristiwa, kisah kisah baik yang berhubungan dengan akidah,syariah atau pun

4 Idris, “Memahami Kembali Pemaknaan Hadis Qudsi.”

5
akhlak. Contoh hadist qauli adalah hadist tentang bacaan ringan yang dicintai
Allah SAW.1

2. HADIS FI’ILIYAH

Hadist Fi’liyah atau Perbuatan yaitu segala perbuatan perbuatan yang


dilakukan Rasulullah SAW, seprti melakukan wudhu, sholat lima waktu, haji
dan sebagainya.5

3. HADIS TAQIRI

Hadis taqriri adalah hadis berupa ketetapan Nabi SAW. Terhadap apa yang
datang atau dilakukan oleh para sahabatnya. Nabi SAW. Mebiarkan atau
mendiamkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh para sahabatnya, tanpa
memberikan penegasan, apakah beliau membenarkan atau
mempermasalahkannya. Sikap Nabi yang demikian itu dijadikan dasar oleh
para sahabat sebagai dalil taqriri, yang dapat dijadikan hujjah atau
mempunyai kekuatan hukum untuk menetapkan suatu kepastian syara.
Contohnya :
)‫اﻟﻴﺼﻠﻴﻦ اﺣﺪاﻟﻌﺼﺮ إال ﻓﻰ ﺑﻨﻰ ﻗﺮﻳﻀﻪ (رواه اﻟﺒﺨﺎرى‬
Janganlah seorangpun shalat ashar, kecuali nanti di Bani Quraidhah.
(H.R.Bukhari).1

4. HADIS AHWALI

Hadits ahwali adalah hadits yang berupa hal ikhwal Nabi SAW, yang tidak
termasuk ke dalam kategori keempat bentuk hadits di atas. Hadits yang
termasuk
kategori ini adalah hadits-hadits yang menyangkut sifat-sifat dan kepribadian,
serta keadaan fisik Nabi SAW.6

5. HADIS HAMMI

Hadits Hammi merupakan hadits yang berupa keinginan atau hasrat Nabi
SAW yang belum terealisir, seperti hasrat beliau untuk berpuasa pada tanggal
9 Asyura." Dalam sebuah hadits disebutkan:

5 Dkk.
6 Tati Suhartati, “No Title‫” آب و ﺧﺎک‬,‫آﺑﻬﺎی زیﺮزﻣیﻨی‬, no. May (2013): 106.

6
‫ل اﻟﻠﻪ ! ِإَّﻧُﻪ َﻳْﻮٌم‬
َ ‫ﺳﻮ‬
ُ ‫ﻋﺎﺷﻮراء وأﻣﺮ ﺑﺼﻴﺎﻣﻪ ﻗﺎﻟﻮا َﻳﺎ َر‬
َ ‫ﻢ َﻳْﻮَم‬
َ ‫ﺳَّﻠ‬
َ ‫ﻋَﻠْﻴِﻪ َو‬
َ ‫ل اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ‬
ُ ‫ﺳﻮ‬
ُ ‫ﺻﺎَم َر‬
َ ‫ﻟﻤﺎ‬
‫ن اﻟَﻌﺎُم‬
َ ‫ َﻓِﺈَذا َﻛﺎ‬:‫ل‬
َ ‫ُﺗﻨﻈﻢ اﻟﻴﻬﻮد واﻟﻨﺼﺎرى َﻓَﻘﺎ‬
)‫ﺳَﻊ (رواه ﻣﺴﻠﻢ‬
ِ ‫ﺻْﻤَﻨﺎ اﻟَﻴْﻮَم اﻟَّﺘﺎ‬
ُ ‫اﻟﻤﻘﺒﻞ إن ﺷﺎَء اﻟﻠُﻪ‬
"Ketika Nabi Saw, berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan para
sahabat untuk berpuasa, mereka berkata: Ya Rasul hari ini adalah hari yang
diagungkan oleh orang-orang yahudi dan Nasrani. Rasulullah SAW bersabda:
Tahun yang akan datang Insya Allah aku akan berpuasa pada hari yang ke
sembilan". (H.R.Muslim dan Abu Daud). "
Ternyata Nabi belum sempat merealisasikan hasratnya ini, karena beliau
wafat sebelum datang bulan Asyura tahun berikutnya. Menurut para ulama,
seperti Asy-Syafi'i dan para pengikutnya, bahwa menjalankan Hadits Hamami
ini disunahkan, sebagaimana menjalankan Sunnah yang lainnya.1

BAB III

7
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perbedaan antara Hadis, Sunnah, Khabar, dan Atsar adalah sebagai berikut:
1. Hadis: Merupakan segala yang dinisbahkan kepada Rasulullah SAW baik
perkataan, perbuatan, persetujuan, dan sifat baginda, serta yang dinisbahkan
kepada sahabat dan tabiin.
2. Sunnah: Merujuk pada jalan atau kebiasaan yang baik atau terpuji, baik yang
dibiasakan oleh Nabi maupun yang tidak baik. Sunnah juga mencakup segala
yang dinukilkan dari Nabi, termasuk perkataan, perbuatan, taqrir (persetujuan),
pengajaran, sifat, dan lainnya.
3. Khabar: Merupakan berita, dan ada tiga pendapat tentang pengertian Khabar.
Beberapa menganggapnya sinonim dengan Hadis, yang lain menganggapnya
berbeda, di mana Hadis datang dari Nabi, sedangkan Khabar datang dari selain
Nabi, dan ada juga yang menganggap Khabar lebih umum daripada Hadis.
4. Atsar: Secara etimologis berarti sisa atau peninggalan sesuatu. Ada
perbedaan pendapat tentang pengertian Atsar dalam terminologi. Beberapa
menganggapnya sinonim dengan Hadis, sedangkan yang lain membedakannya
dengan mengkhususkan Atsar untuk berita yang disandarkan kepada Sahabat
dan Tabi'in.
Perbedaan antara Hadis Nabawi, Hadis Qudsi, dan Al-Quran adalah sebagai
berikut:
1. Hadis Nabawi: Merupakan hadis yang disandarkan secara keseluruhan
kepada Nabi Muhammad SAW baik dalam makna maupun lafalnya, termasuk
perkataan, perbuatan, taqrir, dan sifat-sifatnya. Hadis Nabawi dibagi menjadi
dua sifat, yaitu Tauqifi (berasal dari wahyu) dan Taufiqi (disimpulkan oleh Nabi
berdasarkan pemahaman terhadap Quran).

2. Hadis Qudsi: Merupakan hadis yang disabdakan Nabi SAW dengan


mengatakan "Allah berfirman" dan mengandung penyandaran kepada Allah.
Meskipun diceritakan oleh Nabi, maknanya dinisbahkan kepada Allah SWT.
3. Al-Quran: Adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
SAW dalam bentuk teks tertulis. Al-Quran merupakan wahyu langsung dari Allah

8
dan memiliki status unik dalam Islam sebagai kitab suci yang tidak ada yang
menandinginya.
Perbedaan antara jenis-jenis Hadis (Qauliyah, Fi'liyah, Taqriri, Ahwali, dan
Hammi) adalah sebagai berikut:
1. Hadis Qauliyah (Ucapan): Merupakan hadis yang berupa perkataan atau
ucapan Nabi yang berisi tuntunan, petunjuk, peristiwa, atau kisah-kisah yang
berkaitan dengan akidah, syariah, atau akhlak.
2. Hadis Fi'liyah (Perbuatan): Merupakan hadis yang mencakup segala
perbuatan yang dilakukan oleh Nabi SAW, seperti wudhu, shalat, haji, dan
lainnya.
3. Hadis Taqriri: Merupakan hadis yang berisi ketetapan Nabi terhadap
perbuatan yang dilakukan oleh para sahabatnya. Nabi SAW. bisa saja
membiarkan suatu perbuatan tanpa memberikan penegasan, yang kemudian
dijadikan dasar oleh para sahabat sebagai dalil taqriri.
4. Hadis Ahwali: Merupakan hadis yang berhubungan dengan sifat-sifat,
kepribadian, atau keadaan fisik Nabi SAW yang tidak termasuk dalam kategori
lain.
5. Hadis Hammi: Merupakan hadis yang berisi keinginan atau hasrat Nabi yang
belum terealisasi, seperti hasrat untuk berpuasa pada tanggal 9 Asyura. Hadis
Hammi adalah sunnah, dan pelaksanannya disunahkan.

B. SARAN

1. Pelajari Sumber-sumber Utama: Mulailah dengan memahami sumber-sumber


utama ini dalam Islam. Studi Al-Quran untuk memahami wahyu langsung dari
Allah, Hadis Nabawi untuk mengenal ajaran Nabi Muhammad SAW, dan Hadis
Qudsi yang mengandung firman-firman Allah.
2. Konsultasikan dengan Ulama: Jika ada keraguan atau pertanyaan tentang
konsep ini, konsultasikan dengan ulama atau cendekiawan Islam yang
berpengalaman. Mereka dapat memberikan penjelasan lebih mendalam.
3. Baca Sumber-Sumber Sekunder: Baca buku atau artikel yang membahas
topik ini dengan lebih rinci. Sumber-sumber ini dapat membantu Anda
memahami perbedaan dengan contoh konkret.
4. Bergabung dengan Kelompok Diskusi: Bergabung dengan kelompok diskusi
atau forum yang membahas Islam dan topik-topik terkait Hadis, Sunnah, dan

9
Al-Quran. Anda dapat bertukar pikiran dengan orang lain yang memiliki minat
serupa.
5. Pelajari Konteks Sejarah: Memahami konteks sejarah di mana Hadis dan
Sunnah diterima dan dikembangkan sangat penting. Ini dapat membantu Anda
memahami mengapa perbedaan ini muncul.
6. Gunakan Sumber Terpercaya: Pastikan sumber-sumber yang Anda gunakan
untuk memahami konsep-konsep ini adalah terpercaya dan memiliki akar dalam
tradisi Islam yang sahih.
7. Berdoa dan Merenungkan: Bagi banyak orang, pemahaman mendalam
tentang ajaran agama memerlukan refleksi spiritual dan doa. Jangan ragu untuk
merenungkan makna dan implikasi dari konsep-konsep ini dalam hidup Anda.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dkk, Dahlia. “Hadis Sebagai Ajaran Islam Untuk Masa Kini Dan Nanti.”
, 2023, 155–67.
https://maryamsejahtera.com/index.php/Religion/index.

Hadis, Studi Ilmu, Khusniati Rofiah, M Si, and Aura Latifa. “Studi Ilmu Hadis.”
, 2018, 37–38.

Herlambang, Saifuddin, and Menyingkap Khazanah. “Ulumul Hadis.” PT Mutiara


Sumber Widya, 2001.

Idris, Abdul Fatah. “Memahami Kembali Pemaknaan Hadis Qudsi” 18, no. 2 (2016):
133–58. https://doi.org/10.21580/ihya.17.2.1734.

Jaya, Septi Aji Fitra. “Al-Qur’an Dan Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam.”
9, no. 2 (2020): 204–16. https://doi.org/10.15408/idi.v9i2.17542.

ningtias, Listia Rahayu. “Studi Hadis Hadis Dan Ilmu Hadis.” , 2021,
2013–15.

Rahman, Rifqi Aulia, and Universitas Sains Al-qur. “E-Prosiding Sem-Nas FITK 2021.”
, no.
January (2021).

Sohari. “2827-Article Text-7509-1-10-20200727 (1).Pdf,” 2009.

Suhartati, Tati. “No Title ”.‫آﺑﻬﺎی زیﺮزﻣیﻨی‬, no. May (2013): 106.

11

Anda mungkin juga menyukai