Dosen Pengampu:
Dr. Devi Arisanti, M.Ag
Disusun Oleh :
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Kelas....................................................................... 3
B. Pengertian Dari Hadis, Sunah, Khabar, Dan Atsar Rasulullah
SAW............................................................................................ 4
C. Perbedaan Hadis, Sunah, Khabar Dan Atsar ..............................
D. Persamaan Hadits, Sunah, Khabar Dan Atsar ...........................
E. Hadis Sebagai Salah Satu Sumber Ajaran Islam ........................
F. Sejarah Perkembagan Hadis .......................................................
G. Unsur-Unsur Hadis .....................................................................
H. Contoh Sanad, Matan, Rawi Hadis..............................................
A. Kesimpulan ................................................................................. 6
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Al Qur’an merupakan kitab suci umat Islam sekaligus sebagai dokumen
bagi umat manusia yang menjadi sumber hukum dan petunjuk serta menjelaskan
sistem yang komprehensif dan metode praktis bagi kehidupan. Begitu pula hadis
yang merupakan salah satu sumber ajaran islam, sekaligus penjelas dari al quran.
“Al Qur’an menempati posisi sentral, bukan saja dalam perkembangan dan
pengembangan ilmu-ilmu keIslaman tetapi juga merupakan inspirator, pemandu,
dan pemadu gerakan-gerakan umat Islam sepanjang empat belas abad sejarah
pergerakan umat ini.
Dengan demikian hapalan dan pemahaman terhadap ayat-ayat Al Qur’an
dan hadis mempunyai peran yang sangat signifikan bagi maju mundurnya umat.
Disamping itu pemahaman tersebut dapat mencerminkan perkembangan
pemikiran mereka. Kendatipun demikian, Al Qur’an dalam keyakinan kaum
muslimin tetap merupakan wahyu Ilahi yang kebenarannya bersifat mutlak, baik
bagi kalangan ulama konservatif maupun ulama modernis radikal.
Seiiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern ini, semakin
kompleks pula permasalahan yang muncul di masyarakat. Begitu juga dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi yang semakin pesat memberikan
dampak positif dan negatif bagi para penggunanya. Tergantung dari sisi mana
seseorang menggunakannya.
Pendidikan merupakan hak yang wajib diterima anak, karena pendidikan
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang
bertujuan untuk mengembangkan peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Disini sekolah sangat perlu memberikan
pemahaman terhadap ayat-ayat Al-quran supaya pemahaman itu ada pada siswa,
1
sehingga tidak terjadi kekeliruan serta kesalahan ilmu terkait Al quran dan Hadis.
Oleh karena itu disini kita akan membahas sedikit tentang Al quran dan Hadis.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari hadis, sunah, khabar, dan atsar ?
2. Bagaimanakah perbedaan hadis, sunah, khabar dan atsar ?
3. Bagaimanakah persamaan hadits, sunah, khabar dan atsar ?
4. Bagaimanakah hadis sebagai salah satu sumber ajaran islam ?
5. Bagaimanakah sejarah perkembagan hadis ?
6. Apa sajakah unsur-unsur hadis ?
7. Bagaimanakah contoh sanad, matan, rawi hadis ?
8.
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertiandari hadis, sunah, khabar, dan atsar ?
2. Memahami perbedaan hadis, sunah, khabar dan atsar ?
3. Memahami persamaan hadits, sunah, khabar dan atsar ?
4. Memahami hadis sebagai salah satu sumber ajaran islam ?
5. Memahami sejarah perkembagan hadis ?
6. Memahami unsur-unsur hadis ?
7. Memahami contoh sanad, matan, rawi hadis ?
8.
D. Kompetensi Dasar (KD)
2
Kompetensi Dasar (KD)
Materi
Spritual Sosial Pengetahuan Psikomotor
Hadis, Sunah, Menerima Mengamalkan Membandingkan Menyajikan
Khabar, Dan perbedaan sikap kritis pengertian hadis, hasil
Atsar hadis, sunah, dalam sunah, khabar dan perbandingan
Rasulullah khabar, dan mempelajari atsar (macam- hadis, sunnah,
Saw atsar perbedaan macam sunnah khabar dan
rasulullah antara hadis, atsar
saw sunah, khabar
dan atsar
Hadis Menghayati Mengamalkan Menganalinis Menyajikan
Rasulullah hadis sikap jujur sejarah hasil analisis
Sebagai rasulullah sebagai perkembangan sejarah
Sumber sebagai salah implementasi hadis perkembangan
Ajaran Islam satu sumber dari hadis
ajaran islam pemahaman
sejarah
perkembangan
hadis
Memahami Menghargai Mengamalkan Menganalisis Menyajikan
Unsur-Unsur pentingnya sikap kritis unsur-unsur hadis unsur-unsur
Hadis berpegang sebagai hadis sebagai
teguh kepada perwujudan hasil analisis
hadis dari hadis
rasulullah pemahaman
saw unsur unsur
hadis
3
BAB II
PEMBAHASAN
Contoh hadits
1
Mahmud Thanan, Ilmu hadits praktis, Terj: Abu Fuad, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah,
2010), hlm 13
2
Syaifullah Amin, Al-Qur’an Hadis Ma Kelas X, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2020) hlm. 84
3
Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Hadits Edisi Revisi, (Jakarta: Penerbit Qibla,
2014), hlm 107
4
صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اِنَّ َم ْااالَ ْع َما ُل بِالنِّيَاتِ َواِنَّ َمالِ ُك ِّل
َ ِ قَا َل َرسُوْ ُل هللا: ال ِ ع َْن ُع َم َر ْب ِن ْالخَطَّا
َ َب ق
)عليه ( متفقuئ َمان ََوى
ٍ ا ْم ِر
2. Pengertian Sunah
5
dalam keadaan sehari-harinya, baik sebelum atau sesudah bi’sah atau di
angkat sebagai nabi.7
ِ ْصنُ لِ ْلفَر
،ج َ ْص ِر َوأَح
َ َ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِ ْلب، ْب َم ِن ا ْستَطَا َع ِم ْن ُك ُم ْالبَا َءةَ فَ ْليَتَ َز َّوج
ِ يَا َم ْع َش َر ال َّشبَا
م فَإِنَّهُ لَهُ ِو َجا ٌءuِ ْصو
َّ َو َم ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَ َعلَ ْي ِه بِال.
3. Pengertian Khabar
7
Syaifullah Amin, op.cit., hlm 87
8
Ibid. 88
9
Ibid.
10
Mahmud Thanan, op.cit., hlm 13
11
Khadijah, Ulumul Hadis, (Medan: Perdana Publishing, 2011) hlm 11
6
Adapun pengertian khabar menurut ahli hadits yaitu:
“Segala sesuatu yang disandarkan atau berasal dari Nabi saw. atau
dari yang selain Nabi saw”.
a. Khabar merupakan sinonim bagi hadis, yakni keduanya berarti satu atau
sama.
b. Khabar berbeda dengan hadis, karena hadis adalah segala sesuatu yang
datang dari Nabi saw, sedang khabar adalah sesuatu yang datang dari
selain Nabi saw.
c. Khabar lebih umum dari hadis, karena hadis hanya datang dari Nabi
saja, sedang khabar datang dari Nabi saw maupun para sahabat.
4. Pengertian Atsar
12
Mahmud Thanan, op.cit., hlm 13
13
Ibid. hlm. 13-14
14
Nur Syam, Al-Qur’an Hadis (Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah, 2014),
hlm 83-84
7
Atsar menurut bahasa Sisa dari sesuatu (jejak). 15 Bekas atau
pengaruh. Atsar juga berarti nukilan (yang dinukilkan). Sesuatu do’a
umpamanya yang dinukilkan dari Nabi dinamai do’a ma’tsur.Atsar lebih
sering digunakan untuk sebutan bagi ucapan sahabat Nabi Muhammad
Rasulullah Saw.16
ْ ال ُّسنَّةُ اَ ْن يُ َكب َِّر ْا ِال َم ِام يَوْ َم ْاالَضْ َحى ٍح ْينَ يَجْ لِسُ َعلَى ْال ِم ْنبِ ِر قَ ْب َل ْال ُخ
ٍ طبَ ِة تِ ْس َع تَ ْكبِي َْرا
ت
)(رواه البيهقى
15
Ibid.
16
Syamsul Rijal Hamid, op.cit., hlm 110
17
Mahmud Thanan, op.cit., hlm 14
8
lebih sering digunakan untuk sebutan bagi perkataan sahabat Nabi Muhammad
saw, meskipun kadang-kadang dinisbahkan kepada beliau.
C. Persamaan Hadits, Sunah, Khabar dan Atsar
Menurut sebagian ulama, keempat hal ini adalah sama atau muradif.
Dianggap sama karena sama-sama disandarkan kepada nabi, baik perkataan,
perbuatan maupun ketetapannya.18
ما أضيف إلى النبي صلى هللا عليه وسلم من قول أو فعل أو تقرير
. Artinya: “Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw.., baik berupa
perkataan, perbuatan maupun taqrir (ketetapan) beliau.”
Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa hadits merupakan salah satu
sumber ajaran Islam dan bahwa umat Islam diwajibkan mengikuti hadits,
sebagaimana diwajibkan mengikuti al-Qur'an.
18
Syaifullah Amin, op.cit., hlm 89
19
Khadijah, op.cit. hlm 14
9
mana kedudukan hadits sebagai sumber hukum Islam, dapat dilihat beberapa dalil,
sebagai berikut:
َل لَ َعلَّ ُكمۡ تُ ۡر َح ُم ۡو ۚنuَ َواَ ِط ۡيعُوا هّٰللا َ َوال َّرس ُۡو
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul (Muhammad), agar kamu diberi
rahmat”. (Qs. Ali Imran : 132)
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul melainkan untuk ditaati dengan
izin Allah”. (Qs. An Nisa : 64)
Dan untuk selanjutnya periksa dan baca surat All Imran: 31,32,dan 179;
An-Nisa': 59, 65, 80, dan 136; L Maidah: 92; Al-A'raf: 158; Al Nur: 54,56, 62-63;
Al Hasyr: 7; Al Ahzab: 21.
10
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Barangsiapa yang mentaatiku
niscaya ia akan masuk surga, dan siapa yang bermaksiat kepadaku maka dia
enggan (untuk masuk surga).”
Dari dalil Al-Quran dan Hadits di atas, menunjukkan kepada kita bahwa
berpegang teguh kepada hadits sebagai pegangan dan pedoman hidup adalah
wajib, sebagaimana wajibnya berpegang teguh kepada al-Qur'an.
Sejarah penulisan hadis merupakan masa atau periode yang telah dilalui
oleh hadis dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan, penghayatan, dan
pengamalan umat dari generasi ke generasi. Dengan memerhatikan masa yang
telah dilalui hadis sejak masa timbulnya/lahirnya di zaman Nabi SAW meneliti
dan membina hadis, serta segala hal yang memengaruhi hadis tersebut, para ulama
ahli hadis (muhaddisin) membagi sejarah hadis dalam beberapa periode.20
11
Adapun penerimaan secara tidak langsung adalah mendengar dan sahabat yang
lain atau dari utusan-ut usan, batk dari utusan yang dikirim oleh Nabi ke
daerah-daerah atau ut usan dacrah yang datang kepada Nabi.
Pada masa Nabi saw kepandaian baca tulis di kalangan para sahahat
sudah bernculan, hanya saja terbatas sekali. Karena kecakapan baca tulis di
kalangan sahabat masih kurang, Nah menekankan untuk menghafal
memahami. memelihara. mematerkan. dan memantapkan hadis dalam amalan
sehari-hari serta menyebarkan kepada orang lain.
Pada masa Khalifah Abu Bakar dan Umar, periwayatan hadis tersebar
secara terbatas. Penulisan hadis pun masih terbatas dan belum dilakukan secara
resmi. Bahkan, pada masa itu, Umar melarang para sahabat untuk
memperbanyak meriwayatkan hadis, dan sebaliknya, Umar menekankan agar
para sahabat mengerahkan perhatiannya untuk menyebarluaskan al-Qur'an.
a. Dengan lafaz asli, yakni menurut lafaz yang mereka terima dari Nabi
saw. yang mereka hafal benar lafaz dari Nabi.
b. Dengan maknanya saja yakni para sahabat meriwayatan maknanya
karena tidak hafal lafaz asli dari Nabi saw.
3. Periode Ketiga: Perkembangan pada Masa Sahabat Kecil dan Tabiin
12
Periode ini disebut 'Aşr Intisyar al-Riwayah ila al-Amslaar' (masa
berkembang dan meluasnya periwayatan hadis). Pada masa ini, daerah Islam
sudah meluas, yakni ke negeri Syam, Irak, Mesir, Samarkand, bahkan pada
tahun 93 H, meluas sampai ke Spanyol. Hal ini bersamaan dengan
berangkatnya para sahabat ke daerah-daerah tersebut, terutama dalam rangka
tugas memangku jabatan pemerintahan dan penyebaran ilmu hadis.
Para sahabat kecil dan tabiin yang ingin mengetahui hadis-hadis Nabi
saw. diharuskan berangkat ke seluruh pelosok wilayah Daulah Islamiyah untuk
menanyakan hadis kepada sahabat-sahabat besar yang sudah tersebar di
wilayah tersebut. Dengan demikian, pada masa ini, di samping tersebarnya
periwayatan hadis ke pelosok-pelosok daerah Jazirah Arab, perlawatan untuk
mencari hadis pun menjadi ramai.
Pada periode ketiga ini mulai muncul usaha pemalsuan oleh orang-
orang yang tidak bertanggung jawab. Hal ini terjadi setelah wafatnya Sahabat
Ali r.a. Pada masa ini, umat Islam mulai terpecah-pecah menjadi beberapa
golongan: Pertama, golongan Ali Ibn Abi Talib, yang kemudian dinamakan
golongan Syiah. Kedua, golongan Khawarij, yang menentang Ali, dan
golongan Muawiyah, dan ketiga: golongan Jumhur (golongan pemerintah pada
masa itu).
13
4. Periode Keempat: Perkembangan Hadis pada Abad II dan III Hijrah
Masa pembukuan secara resmi dimulai pada awal abad II H, yakni pada
masa pemerintahan Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz tahun 101 H, Sebagai
khalifah, Umar Ibn Abdul Aziz sadar bahwa para perawi yang menghimpun
hadis dalam hafalannya semakin banyak yang meninggal. Beliau khawatir
apabila tidak membukukan dan mengumpulkan dalam buku-buku hadis dari
para perawinya, ada kemungkinan hadis-hadis tersebut akan lenyap dari
permukaan bumi bersamaan dengan kepergian para penghafalnya ke alam
barzakh.
14
urusan fikih dan hadis. Mereka inilah ulama yang mula-mula membukukan
hadis atas anjuran Khalifah.
Semua ulama yang membukukan hadis ini terdiri dari ahli-ahli pada
abad kedua Hijriah Kitab-kitab hadis yang telah dibukukan dan dikumpulkan
dalam abad kedua ini, jumlahnya cukup banyak. Akan tetapi, yang masyhur di
kalangan ahli hadis adalah:
15
f. Al-Muşannaf, susunan Al-Laits Ibn Sa'ad (175 H)
g. Al-Muşannaf, susnan Al-Auza'i (150 H)
h. Al-Muşannaf, susunan Al-Humaidy (219 H)
i. Al-Magazi an-Nabawiyah, susunan Muhammad Ibn Waqid Al-Aslamy.
j. Al-Musnad, susunan Abu Hanifah (150 H).
k. Al-Musnad, susunan Zaid Ibn Ali.
l. Al-Musnad, susunan Al-Imam Asy-Syafi'i (204 H).
m. Mukhtalif Al-Hadis, susunan Al-Imam Syafi'i.
16
Imam Bukhari membuat terebosan dengan mengumpulkan hadis yang
tersebar di berbagai daerah. Enam tahun lamanya al-Bukhari terus menjelajah
untuk menyiapkan kitab Sahih-nya.
Para ulama pada mulanya menerima hadis dari para rawi lalu menulis
ke dalam kitabnya, tanpa mengadakan syarat-syarat menerimanya dan tidak
memerhatikan sahih-tidaknya. Namun, setelah terjadinya pemalsuan hadis dan
adanya upaya dari orang-orang zindiq untuk mengacaukan hadis, para ulama
pun melakukan hal-hal berikut:
17
kitab-kitab induk itu menjadi sebuah, yang kemudian dikenal dengan nama al-
Kutub al Sittah.
Periode keenam ini dimulai dari abad IV hingga tahun 656 H, yaitu
pada masa Abasiyyah angkatan kedua. Periode ini dinamakan Aşr at-Tahzīb
wa at-Tartibi wa al-Istidraqi wa al-jami.
Ulama-ulama hadis yang muncul pada abad ke-2 dan ke-3, digelari
Mutaqaddimin, yang mengumpulkan hadis dengan semata-mata berpegang
pada usaha sendiri dan pemeriksaan sendiri, dengan menemui para
penghafalnya yang tersebar di setiap pelosok dan penjuru negara Arab, Parsi,
dan lain-lainnya.
18
Mutaqaddimin, hanya sedikit yang dikumpulkan dari usaha mencari sendiri
kepada para penghafalnya
Pada periode ini muncul kitab-kitab sahih yang tidak terdapat dalam
kitab sahih pada abad ketiga. Kitab-kitab itu antara lain:
19
d. Mengumpulkan hadis-hadis hukum dan menyusun kitab-kitab Atrāf.
7. Periode Ketujuh (656 H-Sekarang)
20
Atraf al- Musnad al-Hanbali olch Ibnu Hajar, dan masih banyak lagi kitab
Atraf yang lainnya.
Tokoh-tokoh hadis yang terkenal pada masa ini adalah: (1) Adz-
Dzahaby (748 H), (2) Ibnu Sayyidinnas (734 H), (3) Ibnu Daqiq al-Id, (4)
Muglathai (862 H). (5) Al-Asqalany (852 H), (6) Ad-Dimyaty (705 H), (7) Al-
Ainy (855 H), (8) As-Suyuthi (911 H), (9) Az-Zarkasy (794 H), (10) Al-Mizzy
(742 H), (11) Al Alay (761 H). (12) Ibnu Katsir (774 H). (13) Az-Zaily (762
H), (14) Ibnu Rajab (795 H), (15) Ibnu Mulaqqin (804 H), (16) Al-Bulqfny
(805 H). ( 7) Al-Iraqy (w. 806 H). (18) Al-Haisamy (807 H), dan (19) A'u
Zurah (826 H).
21
Beliau sangat waspada dan sadar bahwa para perawi yang
mengumpulkan hadis dalam ingatannya semakin sedikit jumlahnya karena
meninggal dunia. Beliau khawatir apabila tidak segera dikumpulkan dan
dibukukan dalam buku buku hadis dari para perawinya, mungkin hadis-
hadis itu akan lenyap bersama lenyapnya para penghafalnya. Tergeraklah
hatinya untuk mengumpulkan hadis hadis Nabi dari para penghafal yang
masih hidup. Pada tahun 100 H, Khalifah Umar bin Abdul Aziz
memerintahkah kepada Gubernur Madinah, Abu Bakar bin Muhammad
bin Amr bin Hazm untuk membukukan hadis-hadis Nabi dari para
penghafal.
Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada Abu Bakar bin Hazm,
yaitu, "Perhatikanlah apa yang dapat diperoleh dari hadis Rasul lalu
tulislah karena aku takut akan lenyap ilmu disebabkan meninggalnya
ulama, dan jangan diterima selain hadis Rasul saw., dan hendaklah
disebarluaskan ilmu dan diadakan majelis-majelis ilmu supaya orang yang
tidak mengetahuinya dapat mengetahuinya, maka sesungguhnya ilmu itu
dirahasiakan."
22
tampak gerakan secara aktif untuk membukukan ilmu pengetahuan,
termasuk pembukuan dan penulisan hadis-hadis Rasul saw. Kitab-kitab
yang terkenal pada waktu itu yang ada hingga sekarang dan sampai kepada
kita, antara lain al-Muwatta olch Imam Malik dan al-Musnad oleh Imam
as-Syafi'i (w. 204 H). Pembukuan hadis itu kemudian dilanjutkan secara
lebih teliti oleh imam-imam ahli hadis, seperti Bukhari, Muslim, Tirmizi,
Nasai, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan lain-lain.
b. Penulisan Hadis
23
Banyak kabar yang menunjukkan bahwa para penulis lebih banyak
terdapat di Makkah daripada di Madinah, Hal ini dibuktikan dengan
adanya izin Rasulullah kepada para tawanan dalam Perang Badar dari
Makkah yang mampu menulis untuk mengajarkan menulis dan membaca
kepada 10 anak Madinah sebagai tebusan diri mereka.
24
oleh beberapa sahabat secara tidak resmi karena tidak diperintahkan oleh
Rasul. Diriwayatkan bahwa beberapa sahabat memiliki catatan hadis-hadis
Rasulullah. Mereka mencatat sebagian hadis yang pernah mereka dengar
dari Rasulullah SAW.
G. Unsur-Unsur Hadis
Suatu hadis harus memenuhi tiga unsur. Unsur-unsur ini dapat
mempengaruhi tingkatan hadis, apakah hadis tersebut asli atau tidak. Unsur-unsur
tersebut yaitu:
1. Sanad
Dari segi bahasa, sanad berarti mu’tamad artinya yang menjadi
sandaran, tempat bersandar, arti yang lain sesuatu yang dapat dipegangi atau
dipercaya. Dikatakan demikian karena hadits itu bersandar kepadanya dan
dipegangi atas kebenaranya.
Sedangkan menurut istilah, sanad adalah jalan yang dapat
menghubungkan matan hadis sampai kepada Nabi Muhammad saw. Dengan
kata lain, sanad adalah rentetan perawi-perawi (silsilah). Artinya susunan atau
rangkaian orang-orang yang meyampaikan materi hadis tersebut, sejak yang
disebut pertama sampai kepada Rasul saw. Dengan pegertian ini, maka
sebutan sanad hanya berlaku pada serangkaian (banyak) orang, bukan dilihat
dari sudut pribadi secara perorangan.
Dalam istilah ilmu hadis sanad ialah rangkaian urutan orang-orang
yang menjadi sandaran atau jalan yang menghubungkan satu hadis atau
sunnah sampai pada Nabi saw.22
Sanad menurut istilah ahli hadis yaitu:
الموصل إلى التنuالطريق
25
“Dan sanad adalah jalan yang menyampaikan kepada matan Hadis,
yaitu nama-nama para perawinya secara berunutan. Jalan matan tersebut
dinamakan dengan sanad adalah karena musnid berpegang kepadanya ketika
menyandarkan matan ke sumbernya. Demikian juga, para Huffazh
menjadikannya sebagai pegangan (pedoman) dalam menilai sesuatu Hadis,
apakah Shahih atau Dha'if”
Sanad adalah jalan menuju matan, yaitu para perawi Hadits yang
meriwayatkan matan dan menyampaikannya, dimulai dari perawi yang
terakhir yang mengarang kitab sampai kepada Rasulullah Sallallahu 'alaihi
wasallam.24
Menerangkan rangkaian urutan sanad suatu hadis disebut isnad. Orang
yang menerangkan sanad suatu hadis disebut musnid. Sedangkan hadis yang
diterang kan dengan menyebutkan sanadnya sehingga sampai kepada Nabi
saw. disebut musnad25
2. Matan
Dari segi bahasa, matan berarti Punggung jalan, Tanah gersang atau
tandus, membelah, mengeluarkan, mengikat.26 Matan ini adalah inti dari apa
yang dimaksud oleh hadis. Matan menurut istilah ilmu hadis yaitu:
ما انتهى إليه السند من الكالم فهو نفس الحديث الذي ذكر االسناد له
"Perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Nabi saw. yang
disebut sesudah habis disebutkan sanadnya."
3. Rawi
Rawi yaitu orang yang memindahkan hadis dari seorang guru kepada
orang lain atau membukukannya ke dalam suatu kitab hadis. Rawi pertama
adalah para sahabat dan rawi terakhir adalah orang yang membukukannya,
seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad dan lain-lain.27
24
Muhammad 'Id Al Abbasi, Hadits Sebagai Landasan Akidah dan Hukum, Terj:
Mohammad Irfan Zein, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002) hlm 22
25
Mukarom Faisal Rosidin, dkk, Al-Qur’an Hadis Ma Kelas X, , (Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2014), hlm 92
26
Ibid. hlm 93
27
Ibid.
26
Suatu Hadis yang telah sampai kepada kita dalam bentuknya yang
sudah ditadwin/terkodifikasikan (terbukukan) dalam buku-buku Hadis,
melalui beberapa rawi dan sanad. Rawi terakhir Hadis yang termaksud dalam
sahih Bukhari atau dalam Sahih Muslim, ialah Imam Bukhari atau Imam
Muslim.
Orang-orang yang menerima hadis kemudian mengumpulkanya dalam
suatu kitab tadwin disebut dengan rawi. Perawi dapat disebutkan dengan
mudawwin (orang yang mengumpulkan). Sedangkan orang-orang yang
menerima hadis dan hanya meyampaikan kepada orang lain, tanpa
membukukannya disebut sanad hadis. Setiap sanad adalah perawi pada setiap
tabaqah (levelnya), tetapi tidak setiap perawi disebut sanad hadis karena ada
perawi yang langsung membukukanya.28
H. Contoh Sanad, Matan, Rawi Hadis
Untuk lebih memperjelas pemahaman kalian tentang berbagai unsur dalam
sebuah hadis, perhatikan contoh berikut:
ب ع َْن َح ْمزَ ةَ ب ِْن ٍ ْث قَا َل َح َّدثَنِي ُعقَ ْي ٌل ع َْن اب ِْن ِشهَا ُ َح َّدثَنَا َس ِعي ُد بْنُ ُعفَي ٍْر قَا َل َح َّدثَنِي اللَّي
ُ ِال بَ ْينَا أَنَا نَائِ ٌم أُت
يت َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق
َ ِ ُول هَّللا
َ ْت َرس ُ ال َس ِمع َ ََع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن ُع َم َر أَ َّن ا ْبنَ ُع َم َر ق
َْت فَضْ لِي ُع َم َر ْبن ُ اري ثُ َّم أَ ْعطَي ْ َي يَ ْخ ُر ُج فِي أ
ِ َ ظف َّ ْت َحتَّى إِنِّي أَل َ َرى ال ِّر ُ َح لَبَ ٍن فَ َش ِربِ بِقَد
رواه البخارى.. ال ْال ِع ْل َم uَ ب قَالُوا فَ َما أَ َّو ْلتَهُ يَا َرس
َ َُول هَّللا ِ ق ِ ْالخَطَّا
27
ب ع َْن َح ْمزَ ةَ ب ِْن ُ َح َّدثَنَا َس ِعي ُد بْنُ ُعفَي ٍْر قَا َل َح َّدثَنِي اللَّي
ٍ ْث قَا َل َح َّدثَنِي ُعقَ ْي ٌل ع َْن اب ِْن ِشهَا
َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق
ال َ ِ ُول هَّللا ُ ال َس ِمع
َ ْت َرس َ ََع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن ُع َم َر أَ َّن ا ْبنَ ُع َم َر ق
اري ثُ َّم
ِ َ ظف ْ َي يَ ْخ ُر ُج فِي أ َّ ْت َحتَّى إِنِّي أَل َ َرى ال ِّر ُ َح لَبَ ٍن فَ َش ِرب ُ ِبَ ْينَا أَنَا نَائِ ٌم أُت
ِ يت بِقَد
ال ْال ِع ْل َم
َ َب قَالُوا فَ َما أَ َّو ْلتَهُ يَا َرسُو َل هَّللا ِ ق
ِ ُع َم َر ْبنَ ْالخَطَّاuْت فَضْ لِي ُ أَ ْعطَي
“Ketika aku tidur, aku bermimpi diberi segelas susu lalu aku meminumnya
hingga aku melihat pemandangan yang bagus keluar dari kuku-kukuku, kemudian
aku berikan sisanya kepada sahabat muliaku Umar bin Al Khathab”. Orang-orang
bertanya: “Apa ta’wilnya wahai Rasulullah Saw.?” Beliau menjawab: “Ilmu”.
Rasulullah SAW » Ibnu Umar » Hamzah bin Abdullah bin Umar » Ibnu Syihab »
‘Uqail » Al Laits » Sa’id bin ‘Ufair » Bukhairi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
28
membolehkan atau persetujuan), dan sifat-sifat Nabi Muhammad SAW. As-
Sunnah secara etimologi yaitu berarti, jalan yang ditempuh seseorang dan yang
terbiasa dilakukannya dalam kehidupan. Sedangkan secara terminologinya
memiliki pengertian yang hampir sama yaitu segala yang bersumber dari Nabi
SAW, baik berupa perkataan dan perbuatan taqrir, tabiat, budi pekerti, perjakanan
hidip, baik sebelum menjadi rasul maupun sesudah. Kabar menurut bahasa an-
Naba (berita), bentuk jamaknya adalah akhbaar. Sedangkan menurut istilah khabar
adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi dan para sahabat, jadi setiap
hadis termasuk khabar tetapi tidak setiap khabar adalah hadis. Atsar menurut
bahasa Sisa dari sesuatu (jejak). Sedangkan menurut istilah, terdapat dua pendapat
mengenai atsar. Pertama, kata atsar sinonim atau artinya sama dengan hadis.
Kedua, Berbeda dengan hadits. Yaitu sesuatu yang disandarkan kepada para
sahabat dan tabi'in, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Menurut sebagian
ulama, keempat hal ini adalah sama atau muradif. Dianggap sama karena sama-
sama disandarkan kepada nabi, baik perkataan, perbuatan maupun ketetapannya.
29
Punggung jalan, Tanah gersang atau tandus, membelah, mengeluarkan, mengikat.
Rawi yaitu orang yang memindahkan hadis dari seorang guru kepada orang lain
atau membukukannya ke dalam suatu kitab hadis.
B. Saran
Penenulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan
karena kurangnya ilmu dan pengalaman yang dimiliki penulis, sehingga penulis
memohon maaf atas kekurangan terebut dan meminta kritik dan saran dari
pembaca agar menjadi motivasi bagi penyusun untuk lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Al Abbasi Muhammad 'Id. 2002. Hadits Sebagai Landasan Akidah dan Hukum.
Terj: Mohammad Irfan Zein. Jakarta: Pustaka Azzam
Al Bani M. Nashiruddin. 2002. Hadits Sebagai Landasan Akidah Dan Hukum,
Terj: Mohammad Irfan Zein. Jakarta: Pustaka Azzam
Amin Syaifullah. 2020. Al-Qur’an Hadis Ma Kelas X. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI
Hamadah, Abbas. Al-Sunnah al-Nabawtyah wa Makanatuha Fi al-Tasyr Kairo: al
Qounlyah
Hamid Syamsul Rijal. 2014. Buku Pintar Hadits Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit
QiblaThanan Mahmud. 2010. Ilmu hadits praktis. Terj: Abu Fuad, Bogor:
Pustaka Thariqul Izzah
30
31