MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
UJI PUBLIK
ISBN XXX-XXX-XXXX-XX-X (jilid lengkap)
ISBN XXX-XXX-XXX-XXX-X (jilid 6)
UJI PUBLIK
berbangsa dan bernegara.
Pemahaman Islam yang moderat dan penerapan nilai-nilai keagamaan dalam kurikulum PAI di
madrasah tidak boleh lepas dari konteks kehidupan berbangsa dan bernegara yang berdasarkan
Pancasila, berkonstitusi UUD 1945 dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika. Guru sebagai ujung tombak implementasi kurikulum harus
mampu mengejawantahkan prinsip tersebut dalam proses pembelajaran dan interaksi pendidikan di
lingkungan madrasah.
Kurikulum dan buku teks pelajaran adalah dokumen hidup. Sebagai dokumen hidup memiliki
fleksibilitas, memungkinkan disempurnakan sesuai tuntutan zaman dan imlementasinya akan terus
berkembang melalui kreatifitas dan inovasi para guru. Jika ditemukan kekurangan maka harus
diklarifikasi kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI c.q. Direktorat Kurikulum
Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah (KSKK) untuk disempurnakan.
Buku teks pelajaran PAI dan Bahasa Arab yang diterbitkan Kementerian Agama merupakan buku
wajib bagi peserta didik dan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran di Madrasah. Agar ilmu
berkah dan manfaat perlu keikhlasan dalam proses pembelajaran, hubungan guru dengan peserta didik
dibangun dengan kasih sayang dalam ikatan mahabbah fillah, diorientasikan untuk kebaikan dunia
sekaligus di akhirat kelak.
Akhirnya ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan atau
penerbitan buku ini. Semoga Allah Swt. memberikan fahala yang tidak akan terputus, dan semoga
buku ini benar-benar berkah-manfaat bagi Agama, Nusa dan Bangsa. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Jakarta, Januari 2020
Direktur Jenderal Pendidikan Islam
Kamaruddin Amin
UJI PUBLIK
2. VOKAL ARAB
Vokal Tunggal (Monoftong)
3. TA’ MARBUTAH
Transliterasi untuk ta’ marbutah ada dua, yaitu:
1. Ta’ marbutah yang hidup atau berharakat fathah, kasrah, atau dammah
ditransliterasikan adalah “ t “.
2. Ta’ marbutah yang mati atau yang mendapat harakat sukun ditransliterasikan
dengan “ h ”.
UJI PUBLIK
Pra wacana
Peta Konsep
UJI PUBLIK
Tujuan Pembelajaran …………………………………………...
…………………………………………...
…………………………………………...
54
55
55
Uraian Materi …………………………………………... 56
Aktifitas Peserta didik …………………………………………... 62
Wawasan …………………………………………... 63
Penugasan Mandiri …………………………………………... 63
Rangkuman Materi …………………………………………... 63
Uji Kompetensi 3 …………………………………………... 64
Uji Kompetensi 4 …………………………………………... 64
PENILAIAN AKHIR SMESTER GANJIL …………………………………………... 65
KALAMULLAH
Tujuan Pembelajaran …………………………………………... 77
DAFTAR GAMBAR
Gambar dan Perenungan 1 …………………………………………... 12
Gambar dan Perenungan 2 …………………………………………... 30
Gambar dan Perenungan 3 …………………………………………... 50
Gambar dan Perenungan 4 …………………………………………... 62
Gambar dan Perenungan 5 …………………………………………... 83
UJI PUBLIK
Gambar dan Perenungan 6
Gambar dan Perenungan 7
…………………………………………...
…………………………………………...
98
113
UJI PUBLIK
6. Silahkan pelajari buku ini dengan tulus, bertanyalah dengan adab, yakinlah bahwa Allah
Swt.. akan membuka berkah dan futuh bagi hambanya yang ikhlas belajar.
7. Tutup buku ini dengan hamdalah, semoga ananda semua, benar-benar menjadi muslim
yang membanggakan agama, bangsa dan negara. Aamiin.
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
2. Mengomunikasikan hasil evaluasi perbandingan konsep akal dan wahyu dalam aliran
kalam
Memiliki sikap istiqamah sebagai hasil dari evaluasi terhadap konsep akal dan wahyu
Menghayati akidah yang benar sebagai hasil dari evaluasi terhadap konsep akal dan
wahyu
UJI PUBLIK
UJI PUBLIK
UJI PUBLIK
URAIAN MATERI
A. Pengantar Pemikiran
Akal dan wahyu, sampai saat ini masih menjadi perdebatan, mengenai dominasi keduanya
dalam kehidupan umat Islām khususnya. Diturunkannya QS. al-Alaq yang dimulai dengan
kata ( اقرأbacalah), memberikan nuansa dan penafsiran yang berbeda, tentang apa yang harus
dibaca? Apakah hanya wahyu, atau seluruh alam semesta yang tentu saja akan lebih banyak
melibatkan akal pikiran. Bacaan umat Islām pada akhirnya semakin berkembang, baik bacaan
naqliyah (wahyu) ataupun aqliyah (akal). Berkembangnya kualitas baca ini, kemudian
mempengaruhi pada cara pandang masing-masing tentang hidup dan kehidupan.
Muktazilah, -aliran yang dipelopori oleh Waṣil bin Atho- karena terbiasa berfikir secara
rasional, melakukan berbagai penelitian, maka menghasilkan banyak temuan yang
menakjubkan dalam konteks ilmu pengetahuan pada dunia Islām. Iklim aqliyah ini, terus
mempengaruhi kehidupan mereka, sehingga wajar jika mereka melakukan pembelaan
terhadap akal, ketika merasa akal yang mereka agungkan, tersaingi oleh hal lain (dalam hal
ini adalah wahyu). Pembelaan terhadap akal, pada akhirnya menemukan titik puncak dengan
Perlawanan terhadap para ulama yang menjurus kepada kekerasan, justru menjadikan kaum
muslimin yang pada awalnya pengikut muktazilah, akhirnya tidak sepaham dan keluar dari
muktazilah. Di antara orang yang tidak sepaham itu, adalah Abu Hasan al-Asy’ary. Dengan
pengalamannya yang telah puluhan tahun menjadi pengikut setia muktazilah, Abu Musa
kemudian mendirikan sekte baru yang disebut Asy’ariyyah.
Asy’ariyyah, yang merupakan anti tesis dari Muktazilah, mendapat sambutan baik dari umat
Islām. Kecenderungannya kepada wahyu, seperti mengobati dahaga kaum muslimin,
terutama mereka yang ikut merasakan sakit hati akan pembantaian terhadap para ulama oleh
pemerintah (yang waktu itu dipengaruhi paham Muktazilah).
Posisi Asy’ariyyah yang lebih mengutamakan wahyu daripada akal, sepertinya belum
memuaskan sebagian kaum muslimin. Maka lahirlah Māturidiyyah, yang digagas oleh Abu
Mansur almaturidy. Beliau (Abu Mansur al-Maturidy), meski sama sama mengutamakan
UJI PUBLIK
wahyu, namun porsi terhadap akal, lebih besar jika dibandingkan dengan Asy’ariy
B. Rincian Pemikiran
B.1. Perspektif Muktazilah
Dr. Mustafa as-Syak’ah, mengatakan bahwa, aqidah Muktazilah berdiri di atas pondasi akal
dan perdebatan. Bahkan di antara kaum Muktazilah -yakni sekte Jahidiyah-, mencela para
fuqaha dan Muhaddiṡin, seraya mengatakan bahwa mereka termasuk orang awam, karena
mereka melakukan taqlīd dan tidak ber inovasi.
Dalam posisi atau kedudukan akal -sebagaimana dikatakan oleh al-Syahrastani-, Mereka
(Muktazilah) sepakat bahwa meskipun wahyu belum diturunkan, manusia pasti mampu
mengetahui pokok-pokok makrifat (mengetahui Tuhan) dan Syukur atas anugerah nikmat
yang Tuhan berikan (kedua hal tersebut bisa diketahui melalui akal). Begitupun dengan
keburukan dan kebajikan, mengikuti kebajikan dan menjauhi keburukan, merupakan hal-hal
yang pasti bisa diketahui melalui akal (tidak mesti melalui wahyu). Adapun diutusnya para
nabi, tidak lebih hanya sebagai ujian dan cobaan.
Sementara itu, Ibrahim bin Yasar, mengatakan:” Bagi orang yang berpikir, jika ia berakal dan
memungkinkan untuk berpendapat, -meskipun wahyu belum diturunkan- semestinya ia
mampu menghasilkan pengetahuan tentang Allāh Swt., dengan pertimbangan baik dan buruk
berdasarkan akal pikiran terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan pengetahuan tentang
Allāh Swt.
Kemudian Isa bin Ṣobih lebih jauh menjelaskan, bahwa akal mampu mewajibkan mengetahui
Allāh Swt, dengan seluruh hukum dan sifatnya (sebelum syari’at diturunkan), dan seseorang
UJI PUBLIK
wajib mengetahui bahwa jika ia membatasi pengetahuan tentang Allāh Swt (Allāh hanya
diketahui melalui wahyu), dan ia juga belum mengetahui Allāh, dan belum bersyukur kepada
Allāh (padahal ia berakal), maka ia akan mendapatkan hukuman yang kekal, dan menetapkan
kekelan hukuman bagi orang tersebut adalah hal yang wajib berdasarkan pertimbangan akal.
Bahkan lebih jauh lagi, Amr bin Bahr mengatakan, bahwa seluruh Makhluk berakal
mengetahui bahwa Allāh Swt lah yang telah menciptakan mereka, dan merak mengetahui
bahwa mereka membutuhkan nabi, dan mereka dapat membuktikan pengetahuan mereka.
Dari pernyataan para tokoh Muktazilah tersebut, sepertinya memang akal dapat mengcover
segala kebutuhan manusia, lalu jika demikian, di manakah letak pentingnya wahyu bagi kaum
Muktazilah?
Melirik pendapat Abdul Jabbar al-Qadhi, sebagaimana dikutip oleh Afraniyati Affan, bahwa
akal hanya dapat mengetahui, bahwa yang baik itu memberikan kemaṣlahatan dan yang
buruk itu mengakibatkan kerusakan (hanya secara garis besar saja), sementara yang
menetapkannya secara terperinci adalah wahyu. Abdul Jabbar Qadli juga membedakan antara
perbuatan-perbuatan yang dicela oleh akal (manakir ‘aqliyah), seperti bersikap tidak adil dan
Menurut al-Ghazaly, sebagaimana dikutip oleh Afraniati Affan bahwa akal tidak dapat
membawa kewajiban-kewajiban bagi manusia, kewajiban-kewajiban bagi manusia ditentukan
oleh wahyu.
UJI PUBLIK
Al-Syahrastani juga mengatakan bahwa menurut Asy’ariyyah kewajiban seluruhnya
berdasarkan wahyu sedangkan akal tidak mewajibkan apapun, dan tidak menentukan baik
dan buruk. Mengetahui Allāh dapat diketahui melalui akal, tetapi kewajiban mengetahui
Allāh Swt, diketahui melalui wahyu. Hal ini sebagaimana firman Allāh Swt. dalam QS al-
Isra: 15.
علَ ْي َه ۗا َو ََل ت َِز ُر َو ِاز َرة ٌ ِو ْز َر اُ ْخ ٰر ۗى َو َما ُكنَّا ُمعَ ِذبِيْنَ َحتّٰى َ ي ِلنَ ْفس ِٖۚه َو َم ْن
ِ َض َّل فَ ِانَّ َما ي
َ ض ُّل ْ َم ِن ا ْهت َ ٰدى فَ ِانَّ َما يَ ْهت َ ِد
س ْو ًَل
ُ ث َر َ َنَ ْبع
Terjemah Kemenag 2002
15.Barangsiapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah), maka sesungguhnya itu untuk
(keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa tersesat maka sesungguhnya (kerugian) itu
bagi dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, tetapi
Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul.
Begitu pula kewajiban bersyukur kepada Allāh Swt, penetapan ketaatan dan balasan bagi
orang yang bermaksiyat juga dapat diketahui melalui wahyu, bukan akal”.
Al-Maturidi berada pada jalan tengah antara Asy’ariyyah dan Muktazilah, jika Asy’ariyyah
menjadikan tolok ukur baik dan buruk, kewajiban melakukan yang baik dan meninggalkan
yang buruk adalah wahyu, kemudian Muktazilah menjadikan tolok ukur baik dan buruk,
kewajiban melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk adalah akal, maka
Māturidiyyah menjadikan tolok ukur baik dan buruk dengan akal, dan kewajiban melakukan
UJI PUBLIK
yang baik dan meninggalkan yang buruk dengan wahyu
Meskipun demikian, Māturidiyyah juga mengakui bahwa tidak segala sesuatu bisa dikenali
baik dan buruknya oleh akal. Māturidiyyah membagi sesuatu yang berkaitan dengan akal ke
dalam 3 bagian, yaitu:
1) Sesuatu yang hanya bisa diketahui kebaikannya oleh akal
2) Sesuatu yang hanya bisa diketahui keburukannya oleh akal
3) Sesuatu yang tidak bisa diketahui kebaikan dan keburukannya oleh akal, kecuali
setelah ada petunjuk wahyu
UJI PUBLIK
Lalu apa yang harus anda lakukan sekarang?
1. Silahkan dibagi ke dalam 3 Kelompok (Muktazilah, Asy’ariyyah dan Māturidiyyah)
2. Setiap Kelompok menyediakan 1 buah Karton dan alat tulis
3. Buatlah Designe evaluasi, dengan baik dan indah, dikembangkan dari karakter umum
contoh di bawah ini:
UJI PUBLIK
WAWASAN
RANGKUMAN MATERI
UJI PUBLIK
UJI KOMPETENSI K3
UJI PUBLIK
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
3. Memiliki sikap istiqamah sebagai hasil dari evaluasi terhadap konsep pengaruh dosa
besar terhadap keimanan
4. Menghayati akidah yang benar sebagai hasil dari evaluasi terhadap pengaruh dosa
besar terhadap keimanan
UJI PUBLIK
UJI PUBLIK
URAIAN MATERI
A. Pengantar Pemikiran
Persoalan kafir mengkafirkan, dimulai sejak peristiwa tahkim -sebuah peristiwa yang
UJI PUBLIK
mengantarkan pada peperangan 2 sahabat terkemuka, yaitu Ali Ra dan Muawwiyah Ra-.
Pengkafiran, ini dilakukan oleh kaum khowārij terhadap orang-orang yang terlibat dalam
peristiwa tahkim. Mereka beranggapan bahwa tahkim sebuah keputusan yang batil, maka
kafirlah orang-orang yang berada di dalamnya, dan yang mendukung keputusan tersebut.
Konsep pengkafiran yang berkaitan dengan tahkim ini, kemudian berkembang menjadi
pengkafiran terhadap para pelaku dosa besar oleh kaum khowārij. Pada akhirnya, penetapan
keputusan bagi para pelaku dosa besar (mukmin), tidak hanya menjadi sorotan kaum
khowārij, tetapi juga menjadi sorotan kaum murji’ah dan Muktazilah.
Bagi kaum murji’ah, para pelaku dosa besar tetap dalam keadaan mukmin. Sementara
menurut kaum Muktazilah, mukmin berbuat dosa besar termasuk ke dalam kategori fāsiq,
maka dikenallāh istilah al-Manzilah baina al Manzilatain (tempat di antara dua tempat).
UJI PUBLIK
dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.
Pemikiran kaum khowārij tentang dosa besar dan keimanan, terlihat lebih ektrem dibanding
dengan pemikiran lainnya. Bagi golongan ini, siapapun yang beriman, tetapi tidak
melaksanakan perintah agama, bahkan melakukan dosa, maka ia dianggap sebagai kafir. Hal
ini, karena dalam pandangan mereka, amal itu bagian dari keimanan (al-‘amal juz’u min
iman).
Namun di sisi lain, sekte Ibadiyah, jauh lebih moderat. Bagi Ibadiyah, pelaku dosa besar tetap
sebagai muwahhid, tapi bukan mukmin. Pendeknya, dia tetap kafir, hanya saja dia termasuk
kafir nikmat, bukan kafir millāh (agama).
Berikut ini, disajikan pemikiran sekte-sekte khowārij, yang berkaitan dengan keimanan dan
dosa besar:
B.1.1 . Muhakkimah
Muhakkimah mengkafirkan Ali dan Usman, juga orang orang yang terlibat dalam perang
jamal, Muawiyah dan para sahabatnya, Abu Musa al-‘Asy’ary dan Amr bin Aṣ, orang-orang
B.1.2. Azariqah,
Sekte ini meyakini sebagai berikut:
a) Mengkafirkan Ali Ra, dengan dalil QS al-Baqarah; 204, dan membenarkan Ibn
Muljam dengan dalil QS al-Baqarah: 207.
ص ِام ْ ِع ٰلى َما ف
َ ي قَ ْل ِبه ۙ َو ُه َو اَلَدُّ ْال ِخ ّٰ ُاس َم ْن يُّ ْع ِجب َُك قَ ْولُهٗ فِى ْال َح ٰيوةِ الدُّ ْنيَا َويُ ْش ِهد
َ َّٰللا ِ ََّو ِمنَ الن
Terjemah Kemenag 2002
204.Dan di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia
mengagumkan engkau (Muhammad), dan dia bersaksi kepada Allah mengenai isi
hatinya, padahal dia adalah penentang yang paling keras.
QS al-Baqarah: 207
ف بِ ْال ِعبَا ِد
ٌ ٌۢ ّٰللاُ َر ُء ْو
ّٰ ّٰللاِ ۗ َو
ّٰ ت َ سهُ ا ْبتِغ َۤا َء َم ْر
ِ ضا َ ي نَ ْف
ْ اس َم ْن يَّ ْش ِر
ِ ََّو ِمنَ الن
Terjemah Kemenag 2002
207.Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari
keridaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.
UJI PUBLIK
c) Boleh membunuh wanita dan anak-anak dari kelompok yang menyelisihi mereka
d) Menggugurkan rajam bagi pezina, karena tidak ada dalam naṣ al-Qur’ān. Kemudian
mengugurkan had bagi orang yang menuduh zina muhson laki-laki, juga mewajibkan
had bagi orang yang menuduh zina muhson perempuan.
e) Anak kecil (yang belum baligh) dari kelompok Musyrik, kelak kekal dalam neraka
bersama kedua orangtuanya
f) Tidak bolehnya bertaqiyah, baik lisan maupun perbuatan
g) Bisa jadi Allāh mengutus nabi yang kafir setelah kenabiannya, atau kafir sebelum
kenabiannya. Dan barang siapa yang memperbolehkan seorang nabi berdosa besar
ataupun kecil, maka ia termasuk kafir
h) Orang yang berdosa besar, termasuk ke dalam kafir Millah, keluar dari barisan Islām
dan kekal di neraka bersama orang-orang kafir. Yang menjadi alasan mereka adalah
kekafiran Iblis.
B.1.4. Sufriyah
Dalam penetapan dosa, mereka terbagi ke dalam 3 kelompok:
a) Kelompok yang menganggap setiap pelaku dosa adalah Musyrik
b) Kelompok yang menganggap bahwa yang termasuk ke dalam kategori kafir adalah
mereka yang melakukan dosa yang tidak ada had nya dalam nas al-Qur’ān. Sementara
UJI PUBLIK
jika ada naṣ nya, maka mereka termasuk yang keluar dari iman, namun tidak termasuk
dalam kategori kafir
c) Kelompok yang menganggap bahwa yang termasuk dalam kategori kafir adalah jika
seseorang melakukan dosa, lalu penguasa memutuskan untuk melakukan had atas
dosanya.
Dalam masalah dosa besar, atau bahkan meninggalkan kewajibannya sebagai seorang
UJI PUBLIK
mukmin, murji’ah tetap menganggapnya sebagai mukmin. Murji’ah yang lebih ekstrem
berpendapat, bahwa keimanan itu terletak di hati, meskipun seseorang menyatakan kufr
dalam ucapan, menyembah berhala, berperangai seperti Yahudi dan Naṣrani di negara Islām,
ia tetap Mukmin. Jelaslah, bahwa keimanan bagi golongan ini, tidak ada kaitannya dengan
amal perbuatan, tapi cukup dengan meyakini saja.
Secara rinci, sebenarnya sekte murji’ah sangat banyak, al-Baghdadi dan al-Syahrastani
membaginya ke dalam 3 golongan, sementara al-Asy’ary membaginya ke dalam 12 sekte.
Namun secara garis besar terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu ekstrem dan moderat.
Berikut akan disajikan pemikiran Murji’ah ekstrem dan moderat yang berkaitan dengan dosa
besar, kufur dan keimanan:
B.2.1. Murji’ah Ekstrem
a) Golongan Jahmiyah, berpendapat bahwa muslim tidak menjadi kafir disebabkan
penyembahannya terhadap berhala dan salib, selama dia masih meyakini Allāh lah
Tuhannya, karena keyakinan terletak di hati
b) Golongan Ṣalihiyah, berpendapat bahwa Iman merupakan pengetahuan mutlak kepada
Tuhan, dan ketidak tahuan seseorang terhadap Tuhan, merupakan kekufuran.
UJI PUBLIK
poros tengah dalam penentuan, kafir atau tidaknya seorang mukmin yang berbuat dosa besar.
Ketika di Majlis Hasan Basri, Waṣil bin Atha’ menyanggah jawaban beliau yang mengatakan
bahwa orang mukmin berbuat dosa besar disebut Munāfiq, karena menurut Waṣil, orang
Mukmin berbuat dosa besar, tidak bisa lagi dikatakan sebagai mutlak mukmin, dan tidak pula
bisa dikatakan sebagai mutlak kafir, tetapi ia berada di antara dua tempat (al-manzilu baina al
manzilatain).
al-Manzilu baina al-Manzilatain adalah posisi di antara iman dan kafir, atau disebut dengan
fāsiq. Bahkan Waṣil bin Atha pernah mengatakan:”orang mukmin yang berdosa besar, jika ia
wafat sebelum bertaubat, maka akan kekal di dalam neraka, namun akan diringankan
siksanya.
Dengan demikian, sesungguhnya bisa mafhum bahwa Muktazilah (sebagaimana kaum
khowārij), mereka juga termasuk penjunjung amal dalam ke Imanan. Hanya saja, kaum
Muktazilah lebih ringan, dengan tidak menetapkan kafir kepada mukmin pelaku dosa besar,
tetapi hanya diberi gelar fāsiq.
UJI PUBLIK
Sementara itu, al-Syahrastani, mencoba memadukan kedua konsep Asy’ariyyah tersebut,
bahwa: “… iman (secara esensial) adalah taṣdīq bi al-janan (membenarkan dengan qalbu).
Sedang mengatakan dengan lisan (qawl) dan melakukan berbagai kewajiban utama (amal bi
al arkan) sekadar furu’ saja. Oleh sebab itu, siapapun yang membenarkan keesaan Tuhan
dengan kalbunya dan membenarkan utusan-utusan Nya beserta yang mereka bawa darinya,
iman orang semacam ini merupakan iman yang ṣahih …. Dan seseorang tidak akan tanggal
keimanannya, kecuali jika mengingkari salah satu dari hal-hal tersebut.”
Dengan demikian, iman menurut Asy’ariyyah, hanyalah taṣdīq, karena taṣdīq merupakan
hakikat dari ma’rīfah terhadap Allāh, sebesar apapun dosa yang dilakukan oleh seseorang,
selama masih ada taṣdīq di dalam dirinya, maka ia tetap dikatakan beriman, meskipun
keimananya tidak sempurna lagi karena dosa-dosanya. Adapun iqrār bi lisan, merupakan
syarat iman, tetapi tidak termasuk dalam kategori hakikat iman (hakikat iman adalah taṣdīq).
Hal ini berdasarkan QS. an-Nahl: 106.
ٌۢ ْ م ْن َكفَر باّٰلل ِم ٌۢ ْن بع ِد اِ ْيمانِهٓ ا ََِّل م ْن ا ُ ْكره وقَ ْلبُهٗ م
ب
ٌ ض
َ غ َ ان َو ٰل ِك ْن َّم ْن ش ََر َح بِ ْال ُك ْف ِر
َ صدْ ًرا فَعَلَ ْي ِه ْم ِ ْ ِط َم ِٕىن ب
ِ اَل ْي َم ُ َ َ ِ َ َ َْ ِ ّٰ ِ َ َ
اب عَ ِظ ْي ٌم َ
ٌ عذ َ
َ ّٰللا َۗول ُه ْم
ِ ّٰ َِمن
Asy’ariyyah juga berkeyakinan, bahwa iman bisa bertambah dan bisa berkurang (tidak seperti
khowārij, yang menyatakan bahwa iman itu tetap). Perubahan kualitas iman tersebut, terletak
pada ketundukan hati seseorang terhadap Allāh Swt dan Rasul Nya. Hal tersebut berdasarkan
pada QS. al-Anfal: 2
َع ٰلى َر ِب ِه ْم يَت ََو َّكلُ ْو ۙن
َ علَ ْي ِه ْم ٰا ٰيتُهٗ زَ ادَتْ ُه ْم اِ ْي َمانًا َّو ْ َت قُلُ ْوبُ ُه ْم َواِذَا ت ُ ِلي
َ ت ّٰ اِنَّ َما ْال ُمؤْ ِمنُ ْونَ الَّ ِذيْنَ اِذَا ذُ ِك َر
ْ َّٰللاُ َو ِجل
Terjemah Kemenag 2002
2.Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat)
imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal,
Berkaitan dengan dosa Mukmin yang berbuat dosa besar, jika ia wafat sebelum bertaubat
kepada Allāh Swt, maka hukumnya dikembalikan kepada Allāh Swt. Apakah ia akan
dimaafkan karena rahmat Allāh Swt, atau mendapatkan syafa’at dari Rasulullāh Saw, atau
UJI PUBLIK
mungkin ia akan disiksa sebanyak dosa yang ia lakukan, lalu dimasukkan ke dalam surga
dengan rahmat Allāh Swt. Mukmin yang berdosa besar juga tidak mungkin kekal bersama
orang-orang kafir, karena wahyu telah menjelaskan bahwa akan dikeluarkan dari neraka,
siapapun yang masih ada iman di dalam dirinya, meskipun sebesar biji zarrah pun.
Meskipun demikian, ma’rīfah bukan menjadi esensi iman, tapi penyebab lahirnya iman
Adapun Māturidiyyah Bukhara, menjelaskan bahwa iman adalah taṣdīq bi qalb dan taṣdīq bi
lisan. Artinya pengakuan lisan merupakan bagian dari esensi iman.
Orang mukmin yang berbuat dosa besar, menurut al-Maturidy tidaklah keluar dari Islām,
tetap mukmin, meskipun diangap sebagai sosok yang durhaka. Bagi Māturidiyyah, tidak ada
UJI PUBLIK
posisi antara kafir dan mukmin, tidak ada yang disebut al-Manzilu baina Manzilatain, karena
al-Qur’ān tidak pernah menyebutkan hal tersebut. Oleh sebab itu, mukmin berdosa besar
tidaklah kekal di neraka, tidak sebagaimana orang-orang kafir dan Musyrik
Konsep keimanan syi’ah ada yang lebih ekstrem lagi, yaitu keimanan syi’ah Ghulat
(berlebihan). Syi’ah ghulat mempercayai Ali R.a sebagai nabi, bahkan lebih tinggi derajatnya
dari nabi Muhammad Saw. Lebih ekstrem lagi, mereka memposisikan Ali R.a pada derajat
Tuhan.
Anda masih ingat cara mengevaluasi pada pertemuan sebelumnya? Ingat juga proses
evaluasi itu, agar anda terbiasa.
1.Silahkan dibagi ke dalam 6 Kelompok (Khowārij, Murji’ah, Muktazilah, Asy’ariyyah,
Māturidiyyah dan Syi’ah)
2.Setiap Kelompok menyediakan 1 buah buku dan alat tulis
3.Buatlah disain evaluasi dengan baik dan indah, dikembangkan dari karakter umum contoh
di bawah ini:
Nama Kelompok:……, ……………., ………..
Tanggal dibuat tugas
UJI PUBLIK
PEMIKIRAN ALIRAN MU’TAZILAH
ARGUMENT AQLIYAH
RINCIAN PEMIKIRAN PEMBELAAN KRITIK TERHADAP
TERHADAP PEMIKIRAN PEMIKIRAN
1. Iman …. Mungkin yang dimaksud Meskipun demikian, yang
adalah….. dimaksud Muktazilah, namun
semestinya….
2……..dst
ARGUMENT NAQLIYAH
RINCIAN PEMIKIRAN PEMBELAAN KRITIK TERHADAP
TERHADAP PEMIKIRAN PEMIKIRAN
1. QS. …. Merupakan Ayat tersebut pada satu sisi Namun ayat tersebut
dasar dari pemikiran… memang bisa dijadikan sebetulnya lebih tepat
mengenai… landasan tentang…. menjadi landasan dari….
Karena… Berdasarkan tafsīr…
2…….. dst
4. Presentasikan hasil evaluasi di depan kelompok lain dengan cara bergantian dalam 1 waktu
6. Setiap kelompok wajib mendatangi seluruh kelompok, untuk menjelaskan materinya,
dengan durasi setiap kunjungan adalah 15 menit (10 menit untuk penyampaian materi, dan 5
menit untuk tanya jawab).
Mohon dicarikan gambar tentang para ulama yang berkumpul dengan membawa
kitab, dan ditulis dibawahnya: sebuah pemikiran pasti melalui proses kerja keras oleh
karenanya jika kita ingin ide kita mendapatkan apresiasi dari orang lain maka jangan
lupa untuk bekerja keras.
WAWASAN
UJI PUBLIK
PENUGASAN MANDIRI
UJI KOMPETENSI K3
UJI PUBLIK
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan argumentasi yang kuat!
1) Jika mengikuti konsep khowārij tentang keimanan, apakah anda secara pribadi masih
layak dikatakan sebagai seorang mukmin? Jelaskan!
2) Setelah anda melihat berbagai aliran kalam tentang ke Imanan, aliran manakah yang
menurut anda paling masuk akal dan bisa dipertanggungjawabkan? Jelaskan!
3) Seandainya amal perbuatan tidak termasuk ke dalam esensi ke Imanan, lalu bagaimana
cara mengarahkan umat, agar tidak menganggap remeh amal perbuatan? Jelaskan!
UJI PUBLIK
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
3. Memiliki sikap istiqamah sebagai hasil dari evaluasi terhadap konsep kehendak dan
perbuatan Allāh Swt. Serta perbuatan manusia
4. Menghayati akidah yang benar sebagai hasil dari evaluasi terhadap konsep kehendak
dan perbuatan Allāh Swt, serta perbuatan manusia
UJI PUBLIK
UJI PUBLIK
URAIAN MATERI
UJI PUBLIK
A. Perbuatan Manusia
1. Pengantar Pemikiran
Manusia, sebagai khalifah di muka bumi ini, tentu saja diberikan kecerdasan oleh Allāh Swt.
Kecerdasan merupakan bukti yang Allāh Swt. tunjukkan langsung di depan para Malaikat,
ketika mereka bertanya tentang hikmah penciptaan Adam As. yang pada masanya
melahirkan keturunan yang mampu membawa kemajuan peradaban yang signifikan di muka
bumi, terutama dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Kemajuan tersebut, bukan lah yang diperdebatkan, karena memang begitu lah kenyataannya.
Namun ada sisi lain dari sebuah kemajuan, yang menjadi titik fokus pantauan para
mutakallimin (ahli kalam).
Kemajuan sebuah peradaban, tentu saja tidak lepas dari kreasi pemikiran dari individu dan
juga kelompok. Kreasi pemikiran dan perbuatan inilah yang menjadi fokus perhatian
mutakallimiin, sehingga muncul pertanyaan dari sebagian mereka apakah yang dipikirkan
dan yang diperbuat manusia, adalah hasil kesadaran diri sendiri, atau merupakan kehendak
Tuhan yang Maha kuasa, yang menggerakkan setiap pemikiran dan perbuatan hambaNya.
2. Rincian Pemikiran
2.1. Perspektif Jabariyyah
Jabbariyah terbagi ke dalam kelompok Ekstrem dan Moderat. Dalam perspetif kelompok
ekstrem, manusia terpaksa oleh Allāh Swt, dalam segala hal. Manusia dikatakan melakukan
sesuatu, hanya sebuah kiasan belaka, sebagaimana sungai mengalir, batu bergerak dan
sebagainya. Sejatinya manusia tidak bisa berbuat apapun, ia tidak memiliki daya, tidak
memiliki kehendak dan tidak mempunyai pilihan. Bahkan dalam masalah taklīfi sekalipun,
sesungguhnya manusia hanya dipaksakan untuk memperoleh pahala dan menerima siksaan,
karena perbuatan manusia, baik ataupun buruk sesungguhnya sudah ditaqdirkan Allāh Swt
baginya.
Adapun menurut Jabbariyah moderat, Allāh Swt memang menciptakan segala perbuatan
UJI PUBLIK
manusia (perbuatan baik dan jahat), hanya saja manusiapun memiliki andil dalam
mewujudkan perbuatan tersebut melalui tenaga yang dimilikinya. Paham tersebut, terlihat
memiliki kesaman dengan paham kasb versi Asy’ariyyah, sehingga ada yang menduga bahwa
paham Asy’ariyyah lebih dekat dengan paham jabariyyah. Di sisi lain, jabariyyah moderat
juga berpendapat bahwa, sebuah perbuatan bisa saja ditimbulkan oleh dua pelaku secara
bersamaan, yaitu Allāh Swt yang mencipta perbuatan, dan manusia yang mengusahakan
perbuatan. Akan tetapi pada dasarnya ada perbedaan yang mencolok di antara keduanya,
yaitu dalam hal mengimani nas-nas al-Qur’an tentang kasb sebagaimana keyakinan
Asy’ariyah.
QS. al-Hadid: 22
ّٰللاِ يَ ِسي ٌْر َ ب ِم ْن قَب ِْل ا َ ْن نَّب َْراَهَا ۗا َِّن ٰذ ِل َك
ّٰ علَى ٍ ض َو ََل ِف ْٓي ا َ ْنفُ ِس ُك ْم ا ََِّل ِف ْي ِك ٰت
ِ ص ْيبَ ٍة ِفى ْاَلَ ْر
ِ اب ِم ْن ُّم
َ صَ َ َما ٓ ا
Terjemah Kemenag 2002
22.Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah
tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang
demikian itu mudah bagi Allah.
QSl-Insan: 30
ّٰ َِل ا َ ْن يَّش َۤا َء
ّٰ ّٰللاُ ۗا َِّن
َ ّٰللاَ كَا َن
ع ِل ْي ًما َح ِك ْي ًما ٓ َّ َو َما تَش َۤا ُء ْونَ ا
Terjemah Kemenag 2002
30.Tetapi kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali apabila Allah kehendaki.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.
Paham Qodariyyah tentang perbuatan manusia, secara umum berdasarkan penafsiran mereka
terhadap QS al-Kahfi:29, Ali Imran: 165, ar-Ra’d: 11 dan an-Nisa: 111.
QS. al-Kahfi:29
ط بِ ِه ْم سُ َرا ِدقُ َه ۗا َوا ِْن
َ َار ۙا ا َ َحا ّٰ َوقُ ِل ْال َح ُّق ِم ْن َّربِ ُك ۗ ْم فَ َم ْن ش َۤا َء فَ ْليُؤْ ِم ْن َّو َم ْن ش َۤا َء فَ ْليَ ْكفُ ٖۚ ْر اِنَّا ٓ ا َ ْعتَدْنَا ِلل
ً ظ ِل ِميْنَ ن
ت ُم ْرتَفَقًاْ س ۤا َءَ اب َو ُ ۗ ش َر َّ س ال َ ْيَّ ْست َ ِغ ْيث ُ ْوا يُغَاث ُ ْوا بِ َم ۤاءٍ ك َْال ُم ْه ِل يَ ْش ِوى ْال ُو ُج ْو ۗهَ بِئ
Terjemah Kemenag 2002
29.Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barangsiapa
menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir)
biarlah dia kafir.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang
gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan
diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang
paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
QS. ar-Ra’d: 11
ّٰٓللاَ ََل يُغَيِ ُر َما بِقَ ْو ٍم َحتّٰى يُغَيِ ُر ْوا َما بِا َ ْنفُ ِس ِه ۗ ْم َواِذَا ُ َلَهٗ ُمعَ ِق ٰبتٌ ِم ٌۢ ْن بَي ِْن يَدَ ْي ِه َو ِم ْن خ َْل ِفه يَ ْحف
ِ ّٰ ظ ْونَهٗ ِم ْن ا َ ْم ِر
ّٰ ّٰللا ۗا َِّن
س ۤ ْو ًءا فَ ََل َم َردَّ لَهٗ َٖۚو َما لَ ُه ْم ِم ْن دُ ْونِه ِم ْن َّوا ٍل ّٰ َا َ َراد
ُ ّٰللاُ بِقَ ْو ٍم
Terjemah Kemenag 2002
11.Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan
dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Tidak sampai di situ, mu’tazilah juga mengakui bahwa daya (istitha’ah), itu berasal dari
manusia itu sendiri, ia ada sebelum adanya perbuatan. Jadi jelas bahwa Allāh Swt tidak
memiliki andil dalam perbuatan manusia, bahkan sekedar menetapkan daya (untuk
mewujudkan kehendak)
Selain itu, mereka juga berpendapat bahwa, perbuatan Allāh Swt hanyalah perbuatan baik,
sementara dalam perbuatan manusia terdapat perbuatan buruk. Oleh sebab itu, perbuatan
Allāh Swt, bukanlah perbuatan manusia. Hal tersebut berdasarkan QS. as-Sajdah: 7
ان ِم ْن ِطي ٍْن
ِ س ِ ْ َش ْيءٍ َخلَقَهٗ َوبَدَا َ خ َْلق
َ اَل ْن َ سنَ ُك َّل ْٓ الَّ ِذ
َ ي ا َ ْح
Terjemah Kemenag 2002
7.Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan
manusia dari tanah,
Selain argumentasi naqli tersebut, Muktazilah juga menyodorkan dalil aqli penolakannya
terhadap paham perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan (versi jabariyyah).
Argumentasi tersebut, dapat dipahami sebagaimana berikut:
a) Jika Allāh Swt yang menciptakan perbuatan manusia, apa gunanya taklīf syar’i (beban
hukum syari’at). bukankah taklīf syar’i harus ada kemampuan, kebebasan dan pilihan
manusia?
b) Jika Allāh Swt yang menciptakan perbuatan manusia, apa gunanya ada pahala dan
UJI PUBLIK
dosa, janji dan ancaman? Sementara manusia sendiri dipaksa oleh Allāh Swt untuk
melakukan perbuatan yang tidak dikehendakinya
c) Jika Allāh Swt yang menciptakan perbuatan manusia, apa gunanya ada nabi dan Rasul.
Bukankah pengutusan para nabi dengan sendirinya meniadakan pemaksaan Allāh
terhadap manusia, dan memberikan kebebasan manusia untuk memilih atau menerima
perintah dan larangan Allāh Swt melalui para Rasul tersebut?
Secara umum, esensi dalil naqli yang digunakan oleh Muktazilah, sama dengan Qodariyyah,
di antaranya: QS. al-Mudaṡir: 38, al-Insan:3, al-Muzamil: 19, fuṣilat: 46,dan an-Najm:39-41.
QS. al-Mudaṡir: 38
ٌت َر ِه ْينَ ۙة َ ُك ُّل نَ ْف ٍ ٌۢس ِب َما َك
ْ َسب
Terjemah Kemenag 2002
38.Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya,
QS. al-Insan:3
َّ اِنَّا َهدَ ْي ٰنهُ ال
س ِب ْي َل اِ َّما شَا ِك ًرا َّواِ َّما َكفُ ْو ًرا
Terjemah Kemenag 2002
3.Sungguh, Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan
ada pula yang kufur.
QS. fuṣilat: 46
َ س ۤا َء فَعَلَ ْي َها َۗو َما َرب َُّك ِب
ظ ََّل ٍم ِل ْلعَ ِب ْي ِد ۔ َ َ صا ِل ًحا فَ ِلنَ ْفسِه َۙو َم ْن ا َ َم ْن
َ ع ِم َل
Terjemah Kemenag 2002
46.Barangsiapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan
barangsiapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan
Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya).
QS. an-Najm:39-41
ف ي ُٰرى ث ُ َّم يُج ْٰزىهُ ْال َجزَ ۤا َء ْاَلَ ْو ٰف ۙى
َ س ْو َ ٰى َوا َ َّن
َ ٗس ْعيَه َ ان ا ََِّل َما
ۙ سع ِ س َ َوا َ ْن لَّي
ِ ْ ْس ِل
َ َل ْن
Terjemah Kemenag 2002
39.dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, 40.dan
sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), 41.kemudian akan diberi
balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,
Pemikiran Mu’tazilah dan Qodariyyah memang sangat sejalan, meskipun demikian ada hal
yang membedakan di antara keduanya. Hal tersebut bahwa, mu’tazilah masih mengakui akan
UJI PUBLIK
keazalian pengetahuan Allāh Swt, bahwa Allāh mengetahui apa yang akan dan yang telah
diperbuat manusia.
Di antara dalil Asy’ariyyah tentang perbuatan manusia adalah penafsiran mereka terhadap
QS. al-Ṣaffat: 96, al-Qaṣaṣ: 68, al-kahfi: 23-24.
ّٰللاُ َخلَقَ ُك ْم َو َما ت َ ْع َملُ ْو َن
ّٰ َو
Terjemah Kemenag 2002
96.Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.”
QS. al-Qaṣaṣ: 68
Terjemah Kemenag 2002 UJI PUBLIK َّٰللا َوتَع ٰٰلى عَ َّما يُ ْش ِر ُك ْون
68.Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia)
ُ َو َرب َُّك يَ ْخلُ ُق َما يَش َۤا ُء َويَ ْخت
ُ ۗ ُ َار ۗ َما كَا َن لَ ُه ُم ْال ِخيَ َرة
ِ ّٰ َسبْحٰ ن
tidak ada pilihan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
Sementara itu, Māturidiyyah Bukhara lebih membatasi lagi mengenai perbuatan manusia.
Bagi mereka, untuk mewujudkan perbuatan, perlu ada dua daya. Allāh Swt lah yang
menciptakan daya, sementara manusia hanya mampu melakukan perbuatan yang telah
diciptakan Tuhan untuknya.
B. Kehendak dan Perbuatan Allāh Swt
1. Pengantar Pemikiran
Pemikiran kalam Qodariyyah dan jabariyyah tentang perbuatan manusia, membawa aliran
UJI PUBLIK
yang baru muncul untuk juga ikut adil menyikapinya. Lebih jauh lagi, pemikir kalam yang
baru muncul seperti Mu’tazilah, Asy’ariyyah dan Māturidiyyah, memperluas objek
permasalahan. Sehingga bukan hanya manusia yang menjadi objek kajian kalam, tetapi Allāh
Swt juga tidak lepas dari objek kajian mereka.
Di antara kajian tentang Allāh Swt, yang berhubungan erat dengan perbuatan manusia adalah
tentang kehendak dan perbuatan Tuhan. Keterkaitan antara Kholik dan makhluk dengan
sendirinya memberikan celah para mutakallimin untuk memikirkan hubungan perbuatan di
antara keduanya.
2. Rincian Pemikiran
2.1. Perspektif Mu’tazilah
Mengenai kehendak Allāh Swt. Mu’tazilah mengatakan bahwa sebetulnya kehendak dan
kekuasaan Allāh Swt, sudah tidak mutlak lagi. Hal tersebut disebabkan oleh kebebasan yang
diberikan Allāh Swt kepada manusia, serta keadilan yang tertuang dalam sunatullāh (hukum
alam) yang menurut al-Qur’ān tidak pernah berubah. Kekuasaan dan kehendak mutlak Allāh
QS. al-Ahzab: 62
ّٰللاِ ت َ ْب ِدي ًَْل ُ ّٰللا فِى الَّ ِذيْنَ َخلَ ْوا ِم ْن قَ ْب ُل َٖۚولَ ْن ت َِجد َ ِل
ّٰ سنَّ ِة ِ ّٰ َسنَّة
ُ
Terjemah Kemenag 2002
62.Sebagai sunnah Allah yang (berlaku juga) bagi orang-orang yang telah terdahulu
sebelum(mu), dan engkau tidak akan mendapati perubahan pada sunnah Allah.
QS. al-Anbiyā: 47
شيْـًٔ ۗا َوا ِْن َكانَ ِمثْقَا َل َحبَّ ٍة ِم ْن َخ ْردَ ٍل اَت َ ْينَا ِب َه ۗا َوك َٰفى ِبنَا ْ ُ ط ِليَ ْو ِم ْال ِق ٰي َم ِة فَ ََل ت
ٌ ظلَ ُم نَ ْف
َ س َ ض ُع ْال َم َو ِازيْنَ ْال ِق ْس
َ ََون
َحٰ ِس ِبيْن
Terjemah Kemenag 2002
47.Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang
pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya
(pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan.
QS. yāsīn: 54
َشيْـًٔا َّو ََل تُجْزَ ْونَ ا ََِّل َما ُك ْنت ُ ْم ت َ ْع َملُ ْون ْ ُ فَ ْاليَ ْو َم ََل ت
ٌ ظلَ ُم نَ ْف
َ س
Terjemah Kemenag 2002
54.Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak akan
diberi balasan, kecuali sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan.
QS. fuṣilat: 46 UJI PUBLIK َ ِس ۤا َء فَعَلَ ْي َها َۗو َما َرب َُّك ب
ظ ََّل ٍم ِل ْلعَبِ ْي ِد ۔ َ َ صا ِل ًحا فَ ِلنَ ْفسِه َۙو َم ْن ا
َ َم ْن عَ ِم َل
Terjemah Kemenag 2002
46.Barangsiapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan
barangsiapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan
Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya).
QS. an-Nisa: 40
ع ِظ ْي ًما ً َ ت ِم ْن لَّدُ ْنهُ ا
َ جْرا ٰ سنَةً ي
ِ ُّْض ِع ْف َها َويُؤ ْ َّٰللاَ ََل ي
َ ظ ِل ُم ِمثْقَا َل ذَ َّرةٍ َٖۚوا ِْن ت َكُ َح ّٰ ا َِّن
Terjemah Kemenag 2002
40.Sungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada
kebajikan (sekecil dzarrah), niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan
pahala yang besar dari sisi-Nya.
QS. ar-Rum: 8
ِ ض َو َما بَ ْينَ ُه َما ٓ ا ََِّل ِب ْال َح
َ ق َوا َ َج ٍل ُّم
َس ًّم ۗى َواِ َّن َكثِي ًْرا ِمن َ ت َو ْاَلَ ْر ّٰ ا َ َولَ ْم يَتَفَ َّك ُر ْوا فِ ْٓي ا َ ْنفُ ِس ِه ْم ۗ َما َخلَ َق
ِ ّٰللاُ السَّمٰ ٰو
ِ اس ِب ِلقَ ۤا
َئ َر ِب ِه ْم لَ ٰك ِف ُر ْون ِ َّالن
Terjemah Kemenag 2002
8.Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak
menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan
UJI PUBLIK
(tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di
antara manusia benar-benar mengingkari pertemuan dengan Tuhannya.
Selain itu, Allāh Swt. adil, keadilan Allāh Swt. menghendaki manusia untuk menciptakan
perbuatan mereka sendiri, adapun Allāh Swt. tidak menciptakan perbuatan manusia. Konsep
keadilan Allāh Swt., akhirnya mendorong mu’tazilah pada pemahaman bahwa Allāh Swt
berkewajiban berbuat yang terbaik bagi manusia. Di antara kewajiban tersebut adalah:
a) Kewajiban tidak memberikan beban di luar kemampuan manusia
b) Kewajiban mengirimkan Rasul, karena akal tidak akan mengetahui tentang yang ghaib.
c) Kewajiban menepati janji (al-wa’d) dan ancaman (al-Wa’id).
Dalil yang digunakan Asy’ariyyah yang menunjukkan kehendak dan kekuasaan mutlak Allāh
Swt adalah QS. al-Buruj: 16, Yunus: 99, as-Sajdah: 13, al-An’am: 112, dan al-Baqarah: 253.
QS. al-Buruj: 16
ُ فَعَّا ٌل ِل َما ي ُِر ْي ۗد
Terjemah Kemenag 2002
16.Mahakuasa berbuat apa yang Dia kehendaki.
QS. Yunus: 99
َ ض ُكلُّ ُه ْم َج ِم ْيعً ۗا اَفَا َ ْن
َ َّت ت ُ ْك ِرهُ الن
َاس َحتّٰى يَ ُك ْونُ ْوا ُمؤْ ِمنِيْن ِ َولَ ْو ش َۤا َء َرب َُّك َ َٰل َمنَ َم ْن فِى ْاَلَ ْر
Terjemah Kemenag 2002
99.Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya.
Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang
beriman?
QS. as-Sajdah: 13
ِ ََّولَ ْو ِشئْنَا َ َٰلت َ ْينَا ُك َّل نَ ْف ٍس ُه ٰدى َها َو ٰل ِك ْن َح َّق ْالقَ ْو ُل ِمنِ ْي ََلَ ْملَـَٔ َّن َج َهنَّ َم ِمنَ ْال ِجنَّ ِة َوالن
َاس اَجْ َم ِعيْن
Terjemah Kemenag 2002
13.Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami berikan kepada setiap jiwa petunjuk (bagi)nya,
tetapi telah ditetapkan perkataan (ketetapan) dari-Ku, “Pasti akan Aku penuhi neraka
Dalam perbuatan Allāh Swt, Asy’ariyh jelas tidak melakukan pembatasan, sebagaimana tidak
dibatasinya kehendak Allāh Swt. Bagi Asy’ariyyah Allāh Swt bebas melakukan apapun, dan
kehendakNya pasti terlaksana. Salah seorang pengikut Asy’ariyyah (pengarang kitab
jawharat tauhid) mengatakan: “Jika Allāh Swt memberikan pahala kepada kita, itu semua
karena kemurahanNya. Dan jika dia menyiksa kita, maka semata-mata karena keadilanNya.
Oleh sebab itu, Asy’ariyyah tidak sependapat dengan mu’tazilah tentang kewajiban Allāh
Swt. Bagi Asy’ariyyah, sangat tidak masuk akal jika Allāh Swt memiliki kewajiban, karena
hal tersebut jelaslah bertentangan dengan ke Maha kuasaanNya sebagai Tuhan.
UJI PUBLIK
memberikan balasan baik atau buruk sesuai dengan apa yang telah diperbuat manusia.
Adapun dalam versi Māturidiyyah Bukhara, bahwa Allāh Swt memiliki kekuasaan mutlak.
Tidak ada yang bisa melarang Allāh Swt dan menandingi kehendakNya, karena tidak ada satu
pun dzat yang lebih berkuasa daripada Allāh Swt. Mereka mengatakan bahwa alam semesta
ini diciptakan bukan untuk kepentingan manusia. Keadilan Allāh Swt tidak diletakkan di atas
kepentingan manusia, tapi Allāh adalah Sang pemilik mutlak. Apapun sah Allāh Swt lakukan
kepada yang dimilikiNya. Sejatinya, semua hal adalah milik Allāh Swt.
Matiridiyyah Bukhara, sependapat dengan Asy’ariyyah, bahwa Allāh Swt tidak dibebani
kewajiban-kewajiban. Hanya saja Bukhara juga menekankan bahwa Allāh Swt juga harus
menepati janji dan ancamannya.
Masih ingat bukan, cara melakukan sebuah evalusi pemikiran? Mari kita lakukan ulang!
1. Silahkan dibagi ke dalam 8 Kelompok (5 kelompok membahas perbuatan manusia, dan 3
kelompok membahas kehendak dan perbuatan Allāh Swt)
2. Silahkan setiap kelompok melakukan evaluasi -sebagaimana yang telah diajarkan-, sesuai
materi kelompoknya. Evaluasi cukup ditulis dalam buku, bukan karton.
3. Setelah evaluasi tertulis dilakukan, hasil evaluasi setiap kelompok, kemudian dikemas
dalam bentuk talkṣow (masing-masing kelompok).
4. Rekamlah (audio visual) talkṣow tersebut, dan designelah hasil rekaman sebaik mungkin
untuk menjadi tontonan publik
5. Tayangkan video talkṣow masing-masing kelompok di kelas, dan silahkan ṣare di publik
(youtube), setelah mendapatkan sensor dari guru bidang studi.
6. Serahkan video tersebut kepada guru bidang studi, untuk dikoreksi dan dibagikan kepada
seluruh siswa
UJI PUBLIK
Allah memerintahkan kita untuk berusaha dan mencari sebab rizki, seberapa banyak
kadar rizki yang akan kita dapatkan tergantung kehendakNya.
PENUGASAN MANDIRI
UJI PUBLIK
RANGKUMAN MATERI
1. Jabariyah : meyakini bahwa manusia tidak memiliki daya, ia hanya terpaksa dalam
segala perbuatannya.
2. Qadariyah : meyakini bahwa setiap tingkah laku manusia, merupakan kehendak sendiri
3. Muktazilah : meyakini bahwa manusia bebas untuk mewujudkan tindakannya, melalui
daya yang datang sebelum perbuatannya. Kehendak Allah dibatasi oleh kepentingan manusia
dan keadilannya. Menurut mereka Allah wajib hanya berbuat baik, memenuhi janji dan
ancaman, mengutus Rasul, dan tidak boleh memberikan beban di luar kemampuan manusia
4. Asy'ariyah : meyakini manusia memiliki kehendak akan tetapi kehendaknya bergantung
kepada kehendak Allah.
5. Maturidiyah : menyakini manusia bebas melakukan tindakan dengan daya yang diciptakan
Allah kepadanya.
UJI PUBLIK
5) Jika hari ini, anda tidak mampu menjawab soal-soal yang saya berikan, padahal anda
sudah berusaha semaksimal mungkin, apakah argument and ajika dihubungkan dengan
masalah kehendak Allah?
UJI KOMPETENSI K4
KOMPETENSI INTI
UJI PUBLIK
dan tempat perilaku anak
bermain beriman dan
berakhlak mulia
KOMPETENSI DASAR
TUJUAN PEMBELAJARAN
4. Menghayati akidah yang benar sebagai hasil dari evaluasi terhadap tentang kedudukan
Allāh Swt.
PRAWACANA
UJI PUBLIK
PENDAPAT AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH
PRA WACANA
UJI PUBLIK
melatar belakangi paham aliran kalam Asy’ariyah dan Maturidiyah yang mengatakan bahwa
Allah ada tanpa tempat dan arah. Jika disebutkan bahwa Allah Maha Besar maka artinya
maha besar kekuasaanNya dan jika disebutkan Allah Maha Tinggi maka artinya maha tinggi
kedudukanNya.
Meskipun demikian dalam perkembangan ilmu kalam ada aliran yang cenderung meyakini
Allāh Swt bertempat, mereka ini disebut dengan Musyabihah atau Hawasyiah, dan
Karromiyyah.
2. Rincian Pemikiran
1.1. Pendapat Musyabbihah dan Karromiyyah
Kelompok Musyabbihah meyakini bahwa Allah bertempat. Di antara guru besar
Musyabbihah adalah Abu Abdillāh bin Hamid bin ‘Ali al-Baghdadi al-Waraq (w. 403H),
Qadi Abu Ja’la Muhammad bin Husein bin Khalaf bin Farra’ al-Hanbali (w. 458), Abu Hasan
Ali bin Ubaidillāh bin Naṣar az Zaghwani al-Hanbali (w. 527 H).
Selain kelompok Musyabbihah, yang mendukung paham Allāh Swt bertempat adalah
kelompok Karromiyyah. Tokoh dari kelompok ini adalah Muhammād bin Karrōm. Ia
QS. al-A’raf:54
ْ َار ي
ٗطلُبُه َ ش يُ ْغشِى الَّ ْي َل النَّ َه ۗ ِ علَى ْالعَ ْر
َ ي ِست َّ ِة اَي ٍَّام ث ُ َّم ا ْست َٰوى ْ ِض ف َ ت َو ْاَلَ ْر ِ ي َخلَ َق السَّمٰ ٰو ْ ّٰللاُ الَّ ِذ
ّٰ ا َِّن َربَّ ُك ُم
ّٰ ت بِا َ ْم ِر ٓه ۙا َ ََل لَهُ ْالخ َْل ُق َو ْاَلَ ْم ۗ ُر ت َٰب َر َك
َّٰللاُ َربُّ ْالعٰ لَ ِميْن َ س َو ْالقَ َم َر َوالنُّ ُج ْو َم ُم
ٍ ٌۢ س َّخ ٰر َ ش ْمَّ َحثِ ْيث ً ۙا َّوال
Terjemah Kemenag 2002
54.Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya
dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-
seluruh alam.
QS. al-Furqan: 59
UJI PUBLIK
Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Mahasuci Allah, Tuhan
QS. as Sajdah: 4
ۗ ِ علَى ْالعَ ْر
ٍ ش َما لَ ُك ْم ِم ْن د ُْونِه ِم ْن َّو ِلي َ ي ِست َّ ِة اَيَّ ٍام ث ُ َّم ا ْست َٰوى َ ت َو ْاَلَ ْر
ْ ِض َو َما بَ ْينَ ُه َما ف ِ ي َخلَقَ السَّمٰ ٰو ْ ّٰللاُ الَّ ِذ
ّٰ َ
ش ِفي ۗ ٍْع اَفَ ََل تَتَذَ َّك ُر ْو َن
َ َّو ََل
Terjemah Kemenag 2002
4. Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam
enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Bagimu tidak ada seorang pun
penolong maupun pemberi syafaat selain Dia. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
QS. Ṭāhā: 5
علَى ْالعَ ْر ِش ا ْست َٰوى َّ َ ا
َ لر ْحمٰ ُن
Terjemah Kemenag 2002
5.(yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas ‘Arsy.
QS. al-Mulk: 16
ِي ت َ ُم ْو ۙ ُر َ س َم ۤا ِء ا َ ْن يَّ ْخس
َ ِف بِ ُك ُم ْاَلَ ْر
َ ض فَ ِاذَا ه َّ َءا َ ِم ْنت ُ ْم َّم ْن فِى ال
Terjemah Kemenag 2002
16.Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu
ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang?
Dalam hal ini mereka juga memahami hadis-hadis secara tekstual di antaranya, sabda
Rasululah Saw:
لخل هق هك هت هب عن هده هفو هق هعرشه إن هرح همتي هس هب هقت هغ ه
ه ه ه ه
)ضبي (رواه البخاري للا لا ق هض ى ا إن
Sesungguhnya Allāh Swt, ketika selesai penciptaan, Ia menuliskan di atasy Arsy: “RahmatKu
UJI PUBLIK
melebihi murkaKu” (HR. al-Bukhari).
Juga Hadīṡ Rasulullāh Saw tentang jāriyah (budak perempuan):
ه ه ه ه ه ه ه هه ه ه ه ه ه ه ه هقوله ه
ال أعتق هها فإن هها مؤم هنةال همن أنا قالت أن هت هرسول َّللا قصلى َّللا هعليه هو هسل هم أي هن َّللا قالت في السماء ق
Perkataan nabi Muhammad Saw: di mana Allāh Swt? Budak perempuan tersebut menjawab:
di langit. Rasulullāh Saw bertanya lagi, siapa saya?, budak itu menjawab, engkau Rasulullāh
Saw. Rasulullāh Saw bersabda, merdekakanlah dia, karena dia seorang yang beriman.”
(HR. Muslim)
Pemahaman ayat-ayat al-Qur’an dan hadis secara tekstual akan menjadikan ayat yang satu
dengan ayat yang lainnya bertentangan, begitu juga pada nash-nash hadis. Karena secara
tekstual terdapat banyak ayat yang seakan-akan Allah di ‘arsy dan ayat lainnya seakan-akan
mengatakan Allah di langit, bahkan ada juga ayat yang secara tekstual seakan-akan Allah
berada dimana-mana. Jelas ada pertentangan pada ayat al-Qur’an merupakan sesuatu yang
tidak mungkin terjadi pada Kalam Allah Swt.
Ahl sunnah wa al-jamā’ah sangat menghindari tasybih dan tajsim bagi Allāh Swt. Penolakan
terhadap tasybih berlandaskan pada QS. as-Syura: 11.
َ ض َجعَ َل لَكُ ْم ِم ْن ا َ ْنفُ ِس ُك ْم ا َ ْز َوا ًجا َّو ِمنَ ْاَلَ ْنعَ ِام ا َ ْز َوا ًج ٖۚا يَذْ َرؤُ ُك ْم ِف ْي ِۗه لَي
ْس ك َِمثْ ِله ۗ ِ ت َو ْاَلَ ْر ِ اط ُر السَّمٰ ٰو ِ َف
صي ُْر ِ َس ِم ْي ُع ْالب
َّ ش ْي ٌء َٖۚو ُه َو الَ
Terjemah Kemenag 2002
UJI PUBLIK
11.(Allah) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari
jenis kamu sendiri, dan dari jenis hewan ternak pasangan-pasangan (juga). Dijadikan-Nya
kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.
Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat.
Adapun penolakan terhadap tajsim ( meyakini Allāh Swt berbentuk fisik, seperti dibatasi oleh
ruang dan waktu), berlandaskan kepada Hadīṡ Rasūlullāh Saw:
ه ه ه هك ه
ان للا هولم هيكن ش يء غيره
“Allāh Swt ada (tanpa permulaan), sementara belum ada sesuatu apapun selain diriNya”
(HR. Bukhari, Ibn Jaruudi dan Baihaqi).
Selain dalil tersebut, terdapat juga Hadīṡ Rasulullāh yang lain yang memperkuat argumentasi
mereka, yaitu:
هه ه ه ه ه هه ه ه ه ه ه
....س دون هك ش ىء س فوق هك ش ىء هوأن هت ا هلباطن فلي أن هت الظاهر فلي...
Engkaulah yang Maha dzahir, tidak ada sesuatu di atasMu, dan engkaulah yang Maha Batin,
tidak ada sesuatu di bawah Mu…. (HR. Muslim)
Jika tidak ada sesuatu di atas dan di bawahNya, maka Allāh Swt tidak bertempat.
Selain itu, bagi Ahl sunnah wal jamā’ah, jika memang penafsiran QS. Țāhā: 5 tidak boleh
dita’wil, maka semestinya ayat-ayat lain yang menunjukkan Allāh Swt bertempat di selain
‘arsy atau selain arah atas juga tidak boleh dita’wil, seperti QS. al-Hadīd: 4, dan QS. fuṣilat:
54. Jika konsisten tidak ditakwil semua, maka yang terjadi adalah pertentangan dalam
menentukan tempat Allāh Swt, apakah di ‘arsy, di langit, bersama setiap manusia, atau
meliputi semua?
UJI PUBLIK
Perhatikan ayat-ayat berikut ini yang jika diartikan secara tektual akan sama-sama
menunjukkan Allah bertempat, dengan tempat yang berbeda!
QS. Țāhā: 5
Oleh sebab itu, Ahl Sunnah wal jamā’ah, tidak sepakat memahami ayat-ayat tersebut secara
tekstual, tetapi lebih memilih ta’wil atau tafwid.
Adapun Hadīṡ riwayat muslim yang berkaitan dengan budak wanita yang ditanya oleh Rasul:
َّ َ ?أَيْنMereka melakukan kritik terhadap Hadīṡ tersebut, karena bagi mereka Imam Muslim,
ُّٰللا
tidaklah maksum, sehingga wajar jika menerima kritik. Hadīṡ tersebut dianggap tidak ṣhahih
karena dua perkara, yaitu: 1) idhtirob (diriwayatkan dengan beberapa redaksi); karena selain
dengan lafadz أين هللا ؟juga menggunakan dua lafadz lainya dalam riwayat yang berbeda,
yaitu من ربك؟dan أتشهدين أن َل اله اَل هللا؟.
َّ َ أَيْنmenyalahi uṣul (pokok agama); Karena dalam masalah uṣul,
2) bahwa riwayat ّٰللاُ ؟
seseorang tidak dihukumi beriman hanya dengan mengatakan “Allāh Swt di langit”
(sebagaimana jawaban اين هللا ؟dalam riwayat imam muslim, tetapi seseorang dihukumi
beriman ketika ia mengatakan “bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain
Allāh Swt, dan Muhammād utusan Allāh Swt”. Maka riwayat Imam Malik lah yang cocok
dengan Uṣul akidah اتشهدين أن َل اله اَل هللا؟. Begitupun tentang Hadīṡ – Allāh Swt menulis
UJI PUBLIK
kalimat “rahmatku mendahului murkaku”-, bagi ahl-sunnah, jika hadis ini tidak dita’wil maka
terjadi mumāśalah (persamaan) Allāh Swt dengan kitab, karena sama-sama menetapkan
keduanya di ‘Arsy. Jelas hal ini merupakan tasybih dan tajsim.
Masih ingat bukan, cara melakukan sebuah evalusi pemikiran? Mari kita lakukan ulang!
1. Silahkan dibagi ke dalam beberapa Kelompok
2. Silahkan setiap kelompok mencari ayat-ayat atau hadis-hadis mutasyabihat (masih samar
maknanya)
3. Setelah itu carilah kitab tafsir ahlus Sunnah tentang penjelasan ayat atau hadis tersebut.
4. Diskusikan hasil penasiran tersebut dengan kelompok lainnya.
5. Tulislah rangkuman dari hasil diskusi kelompok kalian
Allah Maha mengetahui dimana kita berada dan perbuatan yang kita
lakukan. Ini artinya Ilmu Allah meliputi segala sesuatu. Hal ini tidak
mengharuskan Dia bertempat atau bersama dengan makhlukNya.
Karena tempat adalah makhluk dan Allah tidak membutuhkan
UJI PUBLIK
makhlukNya.
WAWASAN
RANGKUMAN MATERI
UJI PUBLIK
2. Aliran Ahl Sunnah wal Jama’ah yang meyakini bahwa Allah tidak bertempat
karena memahami bahwa Allah tidak membutuhkan makhlukNya dan tidak
mungkin terjadi perubahan pada Dzat Allah dan sifat-sifatNya.
UJI KOMPETENSI K3
UJI PUBLIK
UJI PUBLIK
3. Abu Mansur, merupakan tokoh dari aliran... .
a) Mu’tazilah
b) Māturidiyyah
c) Khowārij
d) Asy’ariyyah
e) Syi’ah
6. Tokoh Mu’tazilah yang mewajibkan seseorang untuk mengetahui Allāh Swt. beserta
alasannya, meskipun belum turunnya wahyu adalah... .
a) Abdu al-Jabbar al-Qadhi
b) Isa bin Ṣobih
c) Abu Hudzail Hamdan
d) Al-Juba’i
e) Waṣil bin Atha’
7. Akal tidak bisa mengetahui kewajiban-kewajiban, bahkan tidak bisa mengetahui yang baik
UJI PUBLIK
dan yang buruk. Pendapat tersebut merupakan pendapat dari golongan… .
a) Mu’tazilah
b) Asy’ariyyah
c) Māturidiyyah Samarqand
d) Māturidiyyah Bukhōro
e) Khowārij
8. Yang merupakan sikap Māturidiyyah samarkand tentang akal dan wahyu adalah… .
a) Segala kewajiban bisa diketahui oleh akal
b) Kewajiban mengetahui Tuhan, hanya bisa diketahui oleh wahyu
c) Akal tidak bisa mengetahui kewajiban apapun
d) Akal tidak bisa mengetahui kewajiban berbuat baik
e) Hanya wahyu yang mengetahui kewajiban berbuat baik
10. Mukmin yang berbuat dosa besar termasuk ke dalam kategori kafir, merupakan corak
pemikiran dari… .
a) Mu’tazilah
b) Asy’ariyyah
c) Māturidiyyah
d) Murji’ah
e) Khowārij
UJI PUBLIK
11. Mu’min berbuat dosa besar, adalah fāsiq merupakan corak pemikiran dari… .
a) Mu’tazilah
b) Asy’ariyyah
c) Māturidiyah
d) Murji’ah
e) Khowārij
12. Syahid menyatakan bahwa yang termasuk dalam kategori kafir adalah mereka yang
melakukan dosa yang tidak ada hadnya dalam naṣ. Pemikiran tersebut mewakili khowārij
sekte…
a) Ajaridah
b) Ajariqah
c) Sufriyyah
d) Najdat
e) Ibāḍiyah
14. Dalam konsep ke Imanan, ada yang dikenal dengan istilah taṣdīq, yaitu... .
a) Pengakuan secara lisan
b) Pembenaran dengan hati
c) Pembuktian dengan amal perbuatan
d) Penyucian segala kesalahan
e) Syahadatain
15. Bagi golongan Ibadhiyah, orang mukmin berbuat dosa besar tidak termasuk kafir millah,
tetapi dalam kategori kafir nikmah, dia bukan juga mukmin, tetapi... .
a) Fāsiq
b) Kafir
c) Munāfiq
d) Musyrik
UJI PUBLIK
e) Muwahhid
16. Dalam konsep ke Imanan, ada yang dikenal dengan istilah Iqrār, yaitu... .
a) Pengakuan secara lisan
b) Pembenaran dengan hati
c) Pembuktian dengan amal perbuatan
d) Penyucian segala kesalahan
e) Syahadatain
18. Yang merupakan corak pemikiran Murji’ah ekstrem golongan Jahmiyyah adalah… .
a) ke Imanan tidak dapat bertambah dan berkurang
b) keburukan juga tidak akan merubah kedudukan dari mukmin menjadi Musyrik
d) Iman merupakan pengetahuan mutlak kepada Tuhan, dan ketidak tahuan seseorang
terhadap Tuhan, merupakan kekufuran.
e) Muslim tidak menjadi kafir disebabkan penyembahannya terhadap berhala dan salib,
selama dia masih meyakini Allāh Swt lah Tuhannya
19. Ma’rīfah bagi Māturidiyyah Samarkand, tidak hanya berdasarkan wahyu, tetapi juga
berdasarkan... .
a) penembusan mata batin
b) penyucian jiwa
c) penalaran akal pikiran
d) penghayatan
e) Hati nurani
UJI PUBLIK
20. Mun’im mengatakan bahwa, bisa saja satu perbuatan dikendalikan dua pelaku, yaitu
Allāh Swt sebagai pencipta perbuatan dan manusia yang mengusahakan perbuatan.
Pemikiran Mun’im selaras dengan pemikiran... .
a) Qadāriyyah
b) Jabāriyyah ekstrem
c) Jabāriyyah moderat
d) Mu’tazilah
e) Khowārij
23. Manusia dipaksa oleh Allāh Swt dalam perbuatannya. Semua yang dilakukan manusia,
tidak lebih dari kiasan belaka. Pemahaman tersebut merupakan corak pemahaman
a) Qadāriyyah
b) Jab`1āriyyah ekstrem
c) Jabāriyyah moderat
d) Mu’tazilah
e) Asy’ariyyah
24. Manusia memiliki kebebasan melakukan tindakannya, karena jika manusia dipaksakan,
maka tidak sah konsep surga dan neraka. Pemahaman tersebut merupakan corak
pemahaman
a) khowārij
UJI PUBLIK
b) Jabbāriyyah ekstrem
c) Māturidiyyah Samarkqand
d) Mu’tazilah
e) Asy’ariyyah
25. Bagi Musa, apa yang dia peroleh adalah hasil dari apa yang dia usahakan, Tuhan yang
menilai usahanya tersebut. Pemikiran Musa, selaras dengan paham... .
a) Qadāriyyah
b) Jabāriyyah ekstrem
c) Jabāriyyah moderat
d) Khowārij
e) Asy’ariyyah
UJI PUBLIK
28. Taklīf Syar’i adalah... .
a) Beban hukum syari’at
b) Kebebasan bersyari’at
c) Halal dan Haram dalam Syari’at
d) Syariat hukum Islām
e) Corak bersyari’at
UJI PUBLIK
33. Musyabihah biasa juga dikenal dengan… .
a) Hasyawiyah
b) Māturidiyyah
c) Asy’ariyyah
d) Muktazilah
e) jabariyyah
36. Hadīṡ jāriyah adalah Hadīṡ yang membicarakan tentang tanya jawab Rasulullāh Saw
dengan... .
a) Budak wanita
b) Budak laki-laki
c) Tawanan perang
d) Kaum Naṣrani
e) Kaum Yahudi
UJI PUBLIK
b) Memalingkan makna sesuai kehendak manusia
c) Menghilangkan makna sifat bagi Allāh Swt
d) Memalingkan kepada makna yang pantas bagi Allāh Swt
e) Menafsirkan sesuai dengan kehendak malaikat pembawa wahyu
38. QS. Ṭāhā: 5, dijadikan dalih oleh musyabihah untuk menunjukkan bahwa Allāh Swt …
a) tidak bertempat
b) bertempat di langit
c) bertempat di ‘Arsy
d) turun ke langit dunia
e) bertempat di ka’bah
39. di antara kritik ahl sunnah wal-jamā’ah terhadap hadit jāriyah adalah terjadinya iḍṭirōb.
Yang dimaksud iḍṭirōb adalah... .
a) memiliki banyak redaksi yang saling bertentangan
b) memiliki banyak redaksi yang saling mendukung
c) memiliki banyak redaksi yang tidak sesuai uṣul
UJI PUBLIK
hari? Jelaskan!
2) Anda hidup di Indonesia, dengan berlandaskan pancasila. Di negeri ini tidak semuanya
beragama Islām. Masih pentingkah konsep Iman dan kafir dalam kehidupan anda sebagai
muslim di Indonesia? Jelaskan!
4) Di negara kita ini, jika anda melakukan pelanggaran lalu lintas pun, sudah ada rekam
jejak pelanggaran anda dengan adanya E-Tilang. Akan tetapi masih saja banyak
pelanggaran lalu lintas yang terjadi. Bagaimanakah menumbuhkan sifat mawas diri agar
selalu patuh dan tidak melanggar aturan, bukankah Allah maha tahu tentang apa yang
kita lakukan? Jelaskan!
5) Apa hikmah yang dapat anda ambil dari 4 (empat) pertanyaan sebelumnya? Jelaskan!
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
3. Memiliki sikap istiqamah sebagai hasil dari analisa terhadap konsep kalamullāh
4. Menghayati akidah yang benar sebagai hasil dari analisa terhadap konsep kalamullāh
UJI PUBLIK
Musyabbihah
ah
URAIAN MATERI
A. Pengantar Pemikiran
UJI PUBLIK
Sebelum membahas lebih jauh, anda harus memahami istilah al-Qur’an sebagai kalamullāh.
Istilah al-Qur’an menurut para Mutakallim bisa berarti sifat kalamullāh. Sebagaimana sifat-
sifat Allah yang lainnya maka al-Qur’an disini bukanlah makhluk dan tidak sama dengan
kalam makhlukNya. Al-Qur’an bisa berarti wahyu yang Allah turunkan kepada nabiNya
melalui malaikat Jibril. Al-Qur’an dalam pengertian yang kedua ini ada yang dalam Bahasa
Arab. Sebagaimana kitab Taurat dan Injil, dalam Bahasa Suryani dan Bahasa Ibrani. Adapun
Zabur terdapat perbedaan di antara para ulama apakah ia dalam Bahasa Suryani atau Bahasa
Ibrani.
Al-Qur’an yang merupakan wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammad disebut
kalamullāh karena bukan karangan malaikat Jibril ataupun karangan Nabi Muhammad akan
tetapi murni ciptaan Allah Swt. Dan penyebutan dengan kalamullāh karena al-Qur’an tersebut
menunjukkan akan adanya kalamullāh yang sesungguhnya. Begitu juga halnya dengan
Taurat, Zabur dan Injil.
Pembahasan masalah kalamullāh begitu rumit dan banyak menyita waktu dan pikiran.
Berikut penjelasan tentang kalamullāh tersebut secara rinci.
B. 2. Perspektif Qodariyyah
Qodariyyah, dalam masalah taqdir memang mereka sangat berseberangan dengan kaum
Jabariyyah. Namun dalam masalah kalamullāh, memliki persepsi yang sama dengan
Jabariyyah, terutama dengan tokoh jabariyyah bernama Jahm bin Sofwan. Qodariyyah dan
Jabariyyah sama-sama berpendapat bahwa Allāh Swt tidak berkalam.
B. 3. Perspektif Muktazilah
Mu’tazilah dengan klaim dan slogan akan pemurnian Allāh Swt dari segala yang mencemari
UJI PUBLIK
nilai ketawhidanNya, maka pada akhirnya membawa mu’tazilah pada penegasan segala hal
yang mampu menyaingi ke Qadīman Allāh Swt. Maka mu’tazilah tidak mempercayai sifat
Allāh Swt, karena jika Allāh bersifat, berarti sifat itu Qadīm. Jika sifat juga Qadīm, maka
yang Qadīm bukan hanya Allāh Swt, tetapi juga sifatNya.
Paham tersebut juga pada akhirnya menolak al-Qur’ān sebagai kalamullāh. Karena jika al-
Qur’ān kalamullāh, berarti ia Qadīm. Kalau ada al-Qur’ān Qadīm, Allāh juga Qadīm, berarti
yang Qadīm tidak satu tapi ta’addud qudamā. Jika yang Qadīm berbilang itu artinya yang
Qadīm sudah tidak esa lagi, padahal mestinya yang Qadīm itu hanya Allāh Swt. Oleh sebab
itu maka al-Qur’ān bukan kalamullāh, tetapi al-Qur’ān Makhluk, dengan demikian al-Qur’ān
tidak Qadīm, maka yang Qadīm hanya Allāh Swt.
Pendapat Muktazilah tentang keMakhlukan al-Qur’ān mendapatkan kecaman dari para ulama
waktu itu, terutama bagi para ahli Hadīṡ. Namun karena muktzailah yang sedang berkuasa,
maka para ulama tidak bisa berbuat apa-apa. Justru bagi yang tidak sepakat dengan
mu’tazilah, akan dihukum oleh penguasa. Lahirlah apa yang dikenal dengan peristiwa
mihnah (persekusi ulama).
Kata kallama yang kemudian dikuatkan dengan takliman menunjukkan bahwa benar-benar
berkalam kepada nabi Musa. Artinya, Allah memperdengarkan kalamNya kepada nabi Musa.
Dan sifat kalam ini merupakan sifat ma’ani yang bisa diketahui (didengar) oleh makhluk jika
Allah menghendakinya. Jika Allah menghendaki di antara makhlukNya ada yang mendengar
kalamNya maka Allah buka “penghalang” sehingga makhluk tersebut mendengarnya.
Al-Asy’ary tidak sependapat dengan Muktazilah yang menyebutkan istilah ta’addud al-
qudama. Kalam adalah sifat Allah, sebagaimana sifat-sifat yang lainnya. Karena Dzat Allah
UJI PUBLIK
qadim maka semua sifatnya juga qadim, hal ini tidak berarti ada banyak yang qadim karena
sifat Allah tidak bisa dipisahkan dengan DzatNya, berbeda dengan sifat makhluk. Sifat
makhluk baru karena makhluknya baru. Contohnya manusia pada awalnya tidak bisa
berbicara kemudian bisa berbicara, pada awalnya tidak bisa berjalan kemudian bisa berjalan
dan begitulah seterusnya.
B. 5. Perspektif Maturuidiyah
Māturidiyyah membedakan kalamullāh menjadi dua bagian: 1) kalam yang tersusun dari
huruf dan suara, ini baharu (hadis). Yang dimaksud dalam hal ini adalah al-Qur’an yang
merupakan kitab. 2) kalam yang abstrak, tidak tersusun dari huruf dan suara, disebut juga
dengan kalam nafsi, inilah yang Qadīm. al-Qur’ān termasuk ke dalam kategori kalam baharu,
karena tersusun dari huruf dan kata-kata. Sementara kalam nafsi, bukan berupa huruf, Bahasa
dan suara.
Menurut maturidi, pertentangan antara mu’tazilah dan Asy’ariyyah antara pertentangan sudut
pandang, mu’tazilah melihat al-Qur’ān dari sudut pandang tersusun dari huruf dan kata-kata,
sementara Asy’ariyyah melihatnya dari segi makna abstrak.
UJI PUBLIK
ARGUMENT AQLIYAH
2……..dst
ARGUMENT NAQLIYAH
RINCIAN PEMIKIRAN PEMBELAAN TERHADAP PEMIKIRAN
2…….. dst
UJI PUBLIK
4. Presentasikan hasil analisis secara bergantian
5. Dibuka forum tanya jawab
Tanggal dibuat tugas
UJI PUBLIK
PENUGASAN MANDIRI
UJI PUBLIK
RANGKUMAN MATERI
UJI KOMPETENSI K4
UJI PUBLIK
4) Bagaimana cara anda menjaga negara dengan kalamullāh?
KOMPETENSI DASAR
TUJUAN PEMBELAJARAN
3. Memiliki sikap istiqamah sebagai hasil dari analisis terhadap konsep pemikiran ulama
Indonesia
4. Menghayati akidah yang benar sebagai hasil dari analisis terhadap pemikiran ulama
Indonesia
UJI PUBLIK
URAIAN MATERI
A. Pengantar Pemikiran
UJI PUBLIK
Ulama dan Indonesia, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Sejak sebelum
kemerdekaan, ketika kemerdekaan, bahkan pasca kemerdekaan pun, ulama selalu memiliki
peran besar dinegara ini.
Sebelum kemerdekaan, ulama dan para santrinya sibuk melakukan perlawanan terhadap
penjajah. Ketika kemerdekaan,ulama juga dimintai pendapatnya mengenai sistem yang tepat
untuk negara yang multi kultural ini. Setelah kemerdekaan pun, ulama juga yang terus
menjaga kedaulatan bangsa ini hingga sekarang.
Mempelajari pemikiran para ulama, selain sebagai bentuk pengetahuan baru, juga bentuk
kecintaan kita terhadap mereka, sang paku bangsa, warosatul anbiya. Memperlajari
perjalanan hidup dan pemikiran mereka, merupakan sebuah inspirasi untuk mengikuti jejak
perjuangannya terutama dalam menjaga nilai ke Islāman dan ke Indonesiaan, di NKRI ini.
UJI PUBLIK
Abdullāh bin Husain bin Thahir dan Habib Abdullāh bin Umar bin Yahya. Di Hadramaut,
beliau juga sempat menikah dengan seorang syarifah atas saran dari gurunya. Setelah
beberapa gurunya wafat, ia kemudian kembali ke Makah dan melanjutkan perjalanan ke
Madinah.
Demi perjalanan tholab ‘ilm, syekh sayid Uṡman kemudian melanjutkan perjalanannya dari
Madinah ke Mesir, kemudian ke Tunis, Maroko dan al-Jazair. Kemudian menetap beberapa
bulan di Istanbul, lalu ke Palestina, Suriah dan Hadramaut, hingga akhirnya ia ke Batavia
melalui jalur Singapura pada tahun 1279, untuk berdakwah baik bi lisan atau pun bi kitabatil
kitab. Maka lahirlah ulama ulama besar hasil didikan beliau, di antaranya: Habib Ali al-
Habsy Kwitang, Habib Umar Purwakarta, dan Habib Falakiyah Bogor.
Dalam bidang kalam, sebetulnya bisa dilihat dari salah satu kitab beliau yang berjudul sifat
20. Kitab tersebut mengindikasikan langsung bahwa sayid bin Yahya merupakan seorang
Asy’ariyyah. Di antara pemahaman beliau tentang makrifatullāh, beliau mengatakan bahwa
makrifatullāh adalah I’tiqad yang Menjazimkan, yang selaras pada kebenaran disertai dengan
dalil. Adapun yang dimaksud dengan jazm adalah itikad yang pasti, yang tidak ada sekat lagi,
bukan berupa prasangka lagi.
UJI PUBLIK
B.2. Syekh Arsyad al-Banjari
1. Biografi
Beliau lahir pada 17 maret 1710 di Lok Gabang dan meninggal
pada 3 Oktober 1829 M di Dalam Pagar, Kalimantan Selatan.
Beliau anak dari pasangan Abdullāh bin Abu Bakar bin
Abdurrasyid (Abdullāh Hariṡ) bin Abdullāh, dengan Aminah.
Di usia 30 tahun, beliau dinikahkan dengan seorang wanita ṣolihah bernama Tuan Bajut.
Namun, karena semangat mencari ilmu pengetahuan terus mengalir dalam dirinya, maka sekh
Arsyad meminta izin kepada istrinya dan Sultan, untuk melanjutkan studi di negeri Makah,
Syekh Muhammad Arsyad menuntut ilmu di Makah dan Madinah selama 35 tahun.
Meskipun demikian, beliau masih belum puas dan berniat melanjutkan masa belajarnya di
Mesir. Namun gurunya memerintahkan syekh Arsyad dan rekan-rekannya dari Indonesia
untuk kembali ke negara mereka untuk berdakwah.
Sekembalinya ke kesultanan Banjar, beliau disambut oleh Sultan Tahmidillāh II, dan
masyarkat Banjar. Beliau sangat dihormati dan diadakan agenda besar penyambutannya.
Syekh Arsyad juga diminta oleh Sultan Tahmidillāh II untuk membuat kitab hukum ibadat,
maka terbitlah kitab beliau yang terkenal dengan nama Kitab Sabil Muhtadin.
UJI PUBLIK
dari sang pencipta. Tuhan itu Qadīm dan abadi, dan tidak ada satu Makhlukpun yang
menyerupainya, baik dalam dzat, af’al dan ṣifatnya.
Kedua, pemikiran beliau tentang manusia. Menyatakan bahwa manusia berasal dari Nur
Muhammad. Manusia jika ingin mengenal Allāh Swt, tidak cukup hanya dengan akal dan
indra, tetapi harus dengan akal ruhani. Akal ruhani dalam taSawuf disebut qalb yang
berfungsi mengetahui sifat-sifat Allāh Swt, ruh yang berfungsi mencintai Allāh Swt, dan sirr
yang berfungsi untuk melihat Allāh Swt.
Ketiga, tentang jalan menuju Allāh Swt. Beliau menjelaskan bahwa cara untuk menuju Allāh
Swt adalah dengan lebih dahulu mengenal diri, dan untuk mengenal diri maka harus
mengenal asal kejadian yaitu Nur Muhammad. Selain itu masih ada dua cara yang bisa
dilakukan untuk mengenal Allāh Swt, yaitu dengan cara mati sebelum mati, dan memfanakan
diri ke dalam qudrah, iradah dan ilmu Allāh Swt, sehingga manusia tidak lagi merasakan
keberadannya (hilang sifat ke akuannya).
1. Biografi
Beliau lahir pada tahun 1335H/1915 M di Makah, dan meninggal
pada tahun 1990 M juga di Tanah suci. Pertama kali ia mempelajari
agama, dari ayahnya bernama Syekh Muhammad Isa. Kemudian ia
melanjutkan studinya ke Madrasah as-Syauthiyah. Karena ada
ulama india yang dianggap menghinakan para pelajar Indonesia,
maka beliau dan kawan-kawannya kemudian menginisiasi
Id.wikipedia.org
pendirian Madrasah Khusus orang Indonesia, akhirnya terbentuklah
Madrasah Darul Ulum al-Diniyah.
Setelah menjalani pendidikan formal, maka ia berpindah-pindah ke beberapa Ulama Timur
tengah untuk belajar ilmu pengetahuan agama. Yang dicarinya terutama ilmu Hadīṡ, maka
wajar jika kemudian beliau dikenal dengan musnid dunya pada jamannya. Beliau belajar
kepada banyak guru, sehingga sanad keIlmuannya pun sangat banyak, bahkan tercatat ia
pernah belajar kepada 700 orang ulama.
UJI PUBLIK
Syekh yasin termasuk ulama ahl sunnah. Beliau selain aktif mengajar, juga produktif dalam
menulis kitab. Ini terbukti dengan jumlah karyanya sebanyak 97 kitab, yaitu (9 buku tentang
Hadīṡ, 25 buku tentang ilmu dan uṣul fiqh, dan 36 buku tentang ilmu falak)
Hadīṡ tersebut, digunakan oleh kaum syi’ah pada waktu itu, untuk mencela Muawiyah bin
Abi Sofyan, maka syekh yasin pun tampil memberikan pembelaan. Bahwa Hadīṡ tersebut
harus dipahami konteksnya. Syekh yasin mengutip pendapat Imam Nawawi bahwa: “jika ada
orang yang bertanya: “mengapa Rasulullāh Saw mengutuk orang yang tidak pantas dikutuk
dan dicaci, maka katakan ada dua pendapat ulama tentang hal tersebut. Pertama, hakikatnya
kutukan tersebut tidak dianggap oleh Allāh Swt, karena pada kenyataannya kutukan tersebut
bentuk penghargaan. Kedua, panggilan nama, laknat dan caci maki yang pernah dilontarkan
1. Biografi
Beliau bernama lengkap Abu Abdul Muth’I Muhammad Nawawi
bin Umar bin ‘Arabi. Beliau lahir pada tahun 1230 H atau 1815 M
di kampung Tanara, kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang,
provinsi Banten. Beliau wafat pada 25 syawal 1340 H/1897 M di
Makah. Beliau masih keturunan Maulana Hasanudin Banten, putra
Sunan Gunung Jati Cirebon.
twgram.me
Syekh Nawawi memang cerdas, di usia 5 tahun beliau sudah
mampu menyerap setiap pelajaran yang diberikan oleh ayahnya, ia
juga melontarkan pertanyaan-pertanyaan kritis yang membuat ayahnya sendiri kewalahan
untuk menjawab. Maka pada usia 8 tahun, beliau sudah mulai belajar ke berbagai pondok
pesantren. Beliau belajar kepada kiyai Sahal Banten, kemudian kepada kyai Yusuf
UJI PUBLIK
Purwakarta. Belum genap 15 tahun, beliau sudah diminta mengajar banyak orang.
Belum puas menimba ilmu, maka ketika genap 15 tahun, beliau berangkat haji ke Makah,
sekaligus menimba ilmu di tanah suci tersebut. Beliau di Makah tinggal di Syi’ib Ali. Di sana
beliau belajar kepada banyak ulama termasyhur.
Beliau hanya tiga tahun di Makah, ia kembali ke Indonesia. Di Indonesia dia dihadapkan
dengan kondisi memprihatinkan, yaitu penjajahan Belanda. Kondisi ini membuat beliau
tampil di mimbar-mimbar khutbah, untuk memberikan semangat kemerdekaan. Namun
karena semakin lama, gerak beliau semakin dibatasi penjajah Belanda, pada akhirnya beliau
kembali ke Makah, dan menetap cukup lama, yaitu sekitar 30 tahun. Beliau menjadi pengajar
bahkan Imam Masjid al-Haram. Beliau juga aktif dalam tulis menulis, menurut sebuah
riwayat karya beliau mencapai 99 karya, bahkan ada yang mengatakan 115 buah karya.
Banyak ulama-ulama Indonesia yang belajar kepada Beliau di Masjidil Haram. Murid-murid
beliau inilah yang kelak melanjutkan perjuangan beliau di Indonesia terutama dalam meraih
kemerdekaan.
Daur terbagi ke dalam dua yaitu daur ṣarih dan daur mudhmar. Daur ṣarih adalah daur yang
sebabnya hanya 1, contohnya A sebab bagi B, dan B sebab bagi A. Sementara dauh mudhmar
adalah A sebab bagi B, B sebab bagi C, C sebab bagi D, dan D sebab bagi A. sedangkan
contoh tasalsul, A akibat dai B, B akibat dari C, dan C akibat dari D, D akibat dari E, dan
begitu seterusnya. Intinya, tasalsul tidak ada ujungnya, yang ada hanya sebab saja yaitu A.
Karangan beliau yang menjelaskan tentang tawhid, sangat banyak. Di antaranya Qami’
Tughyan yang membahas 77 cabang iman. Qami’ Tughyan merupakan Syarh dari Nadzhom
Syu’ab al-Iman, karya syekh Zaenudin bin Ali bin Ahmad as-Syafi’i. Di antara karya lain
dalam tawhid adalah tijan al-Darori. Kitab ini menjelaskan argument rasional sifat 20
(Asy’ariyyah). Kitab ini sebagai syarah dari kitab Risalah fii Ilmi Tawhid karya Imam
Ibrahim al-Bajuri.
UJI PUBLIK
B.5. Tuanku M Zainuddin Abdul Majid
1. Biografi
Beliau lahir pada tanggal 17 Rabiul awal 1316 H/1898 M di
kampung Bermi desa Pancor Lombok Timur. Beliau anak dari
pernikahan H. Abdul Majid dengan Hj. Halimatussa’diyah. Nama
kecil beliau adalah Muhammad Saggaf. Muhammad Saggaf
belajar kepada keluarganya mengenai dasar-dasar agama. Di usia 8
tahun, beliau masuk sekolah rakyat selama 4 tahun. Beliau juga
wikipedia belajar kepada beberapa ulama di Nusantara, di antaranya kepada
TGH Syafruddin Pancor dan TGH Abdullāh bin Amak Dulaji.
Pada Tahun1341H/1923 beliau berngkat ke Makkah untuk belajar ilmu agama, dengan di
antar kedua orang tuanya. Di Makkah beliau belajar di Madrasah al-Ṣoulatiyah, madrasah
yang juga menghasilkan ulama besar lainnya di nusantara, seperti K.H. Hasyim Asy’ary
(pendiri NU) dan K.H Ahmad Dahlan, (Pendiri Muhammadiyah).
UJI PUBLIK
Nahdlatul wathon berdasarkan Islām ahl sunnah wal jamā’ah ‘ala madzhab Imam as-Syafi’i.
Maka corak yang berada dalam Nahdlatul watan sangat jelas aswaja. Bahkan, bagi pengikut
Nahdlatul Wathon dan Nahdlatu Banat terkenal dengan ṣolawat Nahdlatain. Amaliah NWDI
dan NBDI adalah Ṣolawat Nahdlatain dan Hizb. Kebanyakan orang tertarik mempelajari
Hizb, lalu kemudian ikut serta menjadi anggota Nahdlatul wathon.
1. Biografi
Beliau lahir pada 11 Jumadil Akhirt 1235H atau 27 Januari 1820
M di kampung senenan desa Kemayoran, kec. Bangkalan,
Kabupaten Bangkalan, Madura Jawa Timur. Syekh Khalil kecil
belajar langsung kepada ayahnya, menginjak usia dewasa,
ayahnya mengirim beliau untuk belajar di beberapa pondok
pesantren di pulau Jawa, seperti ponpes Langitan, Tuban Jawa
The Truly Islām
Timur. Di Pondok ini, beliau yang sudah berusia 30 tahun,
Setelah merasa cukup belajar, beliau akhirnya kembali ke Bangkalan. Kemudian beliau
menikah dan mendirikan sebuah pesantren pada sebidang tanah hadiah dari mertuanya yaitu
Raden Ludrapati.
UJI PUBLIK
Beliau merupakan salah satu guru dari pendiri NU (K.H Hasyim Asy’ari), bahkan beliau
salah satu di antara dua orang yang menentukan (dimintai izin dan saran) oleh Kyai Hasyim
Asy’ari tentang pendirian Nahdlotul Ulama. Dengan kata lain, beliau pun seorang Aswaja
yang bermadzhabkan fiqh safi’i.
Ketika di Makah, beliau sempat berguru dan mendapatkan mandat Thariqat Qodariyyah wa
Naqsyabandiyah langsung dari syekh Khatib as Sambasi. Dengan demikian, selainsebagai
seorang ahli fiqh, beliau juga sebagai seorang ahl taSawuf. Maka corak yang digunakan
dalam pembelajarannya di pesantren adalah corak fiqh sufistik.
Syekh Kholil berusaha untuk tidak mempertentangkan antara fiqh dengan taSawuf, beliau
justeru mencoba mengintegrasikan keduanya. Syekh Kholil mengambil jalan tengah antara
ajaran agama yang bersifat normatif dan substantif. Syekh Kholil adalah potret nyata dari
Ulama yang mampu menjalankan syareat dengan benar, dan ajaran tarekat sebagai sebuah
jalan untuk mendekatkan diri kepada Allāh Swt, dengan kata lain, ia adalah cerminan dari
keṣolehan eksetoris dan esoteris
Masih ingat bukan, cara melakukan sebuah analisis pemikiran? Mari kita lakukan ulang!
1. Silahkan dibagi ke dalam 6 Kelompok. (setiap kelompok mendapatkan satu ulama
nusantara)
2. Silahkan setiap kelompok melakukan analisis -sebagaimana yang telah diajarkan-, sesuai
materi kelompoknya. analisis cukup ditulis dalam buku, bukan karton.
3. Setelah analisis tertulis dilakukan, hasil analisis setiap kelompok, kemudian dikemas dalam
bentuk dialog interaktif (masing-masing kelompok).
4. Rekamlah (audio visual) dialog interaktif tersebut, dan designe hasil rekaman sebaik
mungkin untuk menjadi tontonan publik
5. Tayangkan video dialog interaktif masing-masing kelompok di kelas, dan silahkan ṣare di
publik (youtube), setelah mendapatkan sensor dari guru bidang studi.
6. Serahkan video tersebut kepada guru bidang studi, untuk kemudian dibagikan kepada
setiap siswa.
UJI PUBLIK
PENUGASAN MANDIRI
UJI PUBLIK
RANGKUMAN MATERI
UJI KOMPETENSI K3
UJI KOMPETENSI K4
UJI PUBLIK
2) Bagaimana cara anda melanjutkan perjuangan ulama di Indonesia?
3) Bagaimana cara anda mempertahankan nilai ke Islāman di Indonesia?
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
3. Memiliki sikap istiqamah sebagai hasil dari analisis terhadap konsep pemikiran
ulama Indonesia KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari serta
pengaruhnya
4. Menghayati akidah yang benar sebagai hasil dari analisis terhadap konsep pemikiran
ulama Indonesia KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari serta
pengaruhnya
UJI PUBLIK
UJI PUBLIK
PRA WACANA
A. Pengantar Pemikiran
K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari, merupakan dua ulama besar, yang selalu
menjadi buah bibir manis para pengagumnya. Keduanya telah melahirkan organisasi Islām
terbesar di Indonesia, yang loyalitas organisasi mereka terhadap bangsa, sudah tidak
diragukan lagi.
Beliau berdua, telah menjawab kebutuhan umat di masa nya. Sehingga sangat diwajarkan,
jika kemudian organisasi Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama menjadi organisasi Islām
terbesar di Indonesia, yang eksistensi keduanya, masih subur hingga hari ini. Bahkan kader-
kader dari Muhammadiyah dan NU, sudah mampu mengisi ruang-ruang penting di negara
Indonesia ini.
K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari, merupakan potret dari muslim Indonesia,
yang sangat paham akan arti kebhinekaan. Di antara hal yang menarik dari keduanya adalah,
UJI PUBLIK
bahwa silsilah keduanya bertemu dalam satu titik, pernah belajar kepada satu guru, tetapi
memiliki konsep pemikiran keagamaan yang berbeda satu dengan yang lainnya, namun
perseudaraan di antara keduanya tetap terjaga, justru fokus pada kesamaan mereka, yaitu
kemajuan bangsa Indonesia.
B. Rincian Pemikiran
B.1. K.H. Ahmad Dahlan
1. Biografi
Beliau lahir pada 1 Agustus 1868 M. Merupakan putra dari
putra ke empat dari tujuh berseudara dari pasangan K.H Abu
Bakar (seorang khatib dan ulama terkemuka di Masjid Besar
Kesultanan Yogyakarta) dengan putri H. Ibrahim (penghulu
kesultanan Yogyakarta pada masa itu).
InfoBiorafi.com Sejak kecil, beliau sudah terlihat cerdas dan berwatak baik.
K.H Ahmad Dahlan mendapatkan pembelajaran langsung dari ayahnya. Pada usia 22 tahun,
beliau berangkat menunaikan ibadah haji untuk pertama kalinya. Pada tahun 1903, beliau
melaksanakan ibadah haji yang ke dua kalinya, bersama putra beliau yang bernama Siraj
Dahlan atau biasa dipanggil Djumhan. Sepulang ibadah haji (tahun 1904-1905), beliau
mendirikan pondok untuk menampung para pelajar luar daerah yang belajar di Yogyakarta.
Beliau memang tidak pernah merasakan pendidikan formal, namun beliau pernah mondok
dan belajar kepada beberapa ulama baik di dalam maupun di luar negeri. Bahkan dikisahkan,
bahwa beliau pernah berada dalam satu majlis ilmu bersama pendiri Nahdlotul Ulama (K.H.
Hasyim Asy’ary). Oleh sebab itu, ilmu pengetahuan beliau juga luAs.
UJI PUBLIK
menerapkannya di Indonesia. Mulailah beliau merintis dengan mengadakan pengajian di
langgar atau muṣola, beliau juga sempat bergabung dengan pergerakan Boedi Oetomo pada
tahun 1909, yang merupakan organisasi kepemudaan pertama di Indonesia.
Pertama Faktor Subjektif. Merupakan hasil tafakkur beliau terhadap QS. an-Nisa: 82, QS
Muhammad: 24 dan QS Ali Imran: 104.
QS. an-Nisa: 82
ّٰللاِ لَ َو َجد ُْوا ِف ْي ِه ا ْخ ِت ََلفًا َك ِثي ًْرا َ اَفَ ََل يَتَدَب َُّر ْونَ ْالقُ ْر ٰانَ ۗ َولَ ْو َكانَ ِم ْن ِع ْن ِد
ّٰ غي ِْر
Terjemah Kemenag 2002
82.Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur'an? Sekiranya (Al-Qur'an) itu
bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.
QS Muhammad: 24
24.Maka tidakkah mereka menghayati Al-Qur'an ataukah hati mereka sudah terkunci?
Kedua faktor Objektif. Faktor ini terdiri dari obejktif internal dan objektif eksternal. Faktor
objektif internal, antara lain: 1)Sebagian besar umat Islām sudah tidak lagi menjadikan al-
Qur’ān dan sunnah sebagai pegangan pokok amalan Islām; 2)Lembaga pendidikan umat
Islām belum bisa menyiapkan kader yang bisa menjadi khalifatullāh fii al-Ardh. K.H. Ahmad
Dahlan kemudian berpandangan bahwa untuk menyelamatkan dari pola pikir statis ke
dinamis adalah melalui jalur pendidikan. Adapun faktor objektif eksternal antara lain: 1).
UJI PUBLIK
antaranya adalah Universitas Muhammadiyah Jakarta yang berdiri sejak 3 Rabi’ul akhir
1375/18 november 1955 di Padang panjang dengan nama awal PTPG Muhammadiyah, untuk
selanjutnya dipindahkan ke Jakarta pada tahun 1956 M. lalu berubah menjadi UMJ pada
tahun 1958 M.
Dari sisi sosial, muhammadiyah tidak pernah absen. Fokus Muhammadiyah adalah pendirian
Rumah sakit, rumah yatim dan fakir miskin. Fokus Muhammadiyah baik dari sisi pendidikan
maupun sosial masyarakat, terus menerus dilanjutkan oleh para pengganti K.H. Ahmad
Dahlan. Karena kesuksesannya ini, pemerintah Indonesia kemudian menetapkanya sebagai
pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961.
1. Biografi
Beliau lahir pada selasa kliwon, 24 Dzul Qa’dah 1287 H/14
Februari 1871 M di Gedang, Jombang Jawa Timur. Beliau
merupakan putra ke tiga dari 11 berseudara dari hasil pernikahan
K.H. Asy’ari dengan Nyai Halimah.
UJI PUBLIK
Setelah menikah, beliau dan istrinya melaksanakan ibadah Haji. Sekembalinya dari Makah,
mertua beliau memerintahkan agar kembali ke Makah untuk menuntut ilmu. Di Makkah,
beliau belajar kepada banyak ulama nusantara yang mengajar di sana, juga kepada ulama
Makah langsung. Beliau di Makah belajar selama 7 tahun.
Setelah ilmu beliau memadai, maka barulah beliau kembali ke Indonesia lalu mengajarkan
ilmu yang didapatnya, di pesantren ayahnya. Akhirnya beliau mendirikan pesantren sendiri di
daerah Cukir, kemudian pesantren itu di beri nama pesantren Tebu Ireng. Selain mendirikan
Tebu Ireng, K.H. Hasyim Asy’ari juga berhasil membentuk organisasi sosial keagmaan yang
menjadi wadah bagi para ulama Nusantara, yaitu Nahdlotul Ulama.
Nahdlatul ‘Ulama, dengan prinsip :( املحافظة على القديم الصالح واالخد على الجديد األصلحmenjaga
tradisi yang baik, dan berinovasi lebih baik), awal berdirinya, selain sebagai wadah ulama
ahl sunnah wal jamā’ah, juga sebagai respon terhadap wacana khilafah dan gerakan purifikasi
di Mesir, juga Arab Saudi. Pada perkembangan selanjutnya, Nahdlatul Ulama kemudian juga
bergerak di segala bidang.
K.H. Hasyim Asy’ari, merupakan kaum pesantren yang sudah kental dengan tradisi-tradisi ke
Islāman pesantren di Indonesia. Maka agenda seperti tahlilan, merupakan agenda yang sudah
biasa dan dinilai memiliki landasan yang kuat dalam al-Qur’ān, Hadīṡ serta Ijma Qiyas para
ulama. Hal tersebut, sebagaimana beliau nyatakan dalam kitabnya (Risalah Ahl Sunnah wal
UJI PUBLIK
jamā’ah): a). Dalil aqli diperbolehkannya membacakan al-Qur’ān kepada mayit adalah
perkataan salaf as-Ṣolih, di antaranya fatwa Imam as-Syafi’I: “bahwa disunnahkan membaca
ayat-ayat al-Qur’ān kepada mayit, dan jika sampai khatam al-Qur’ān maka akan lebih baik”;
b) Dalil naqli diperbolehkannya membaca yasin pada mayit adalah Hadīṡ riwayat Abu Daud:
“Dari sahabat Ma’qal bin Yasar r.a, bahwa Rasulullāh Saw bersabda: surat yasin adalah
pokok al-Qur’ān, tidak dibaca oleh seseorang yang mengharapkan ridla Allāh Swt, kecuali
diampuni dosa-dosanya. Bacakanlah surat yasin kepada orang-orang yang meninggal di
antara kalian”
Selain itu, syekh Hasyim Asy’ari justru mewajibkan taqlīd kepada yang tidak mampu. Beliau
mengatakan, bahwa orang awam pada generasi sahabat dan tabi’in selalu meminta fatwa
kepada para Ulama’ (dari kalangan sahabat) mengenai masalah agama. Dan para ulama pada
masa itu langsung merespon pertanyaan tersebut tanpa harus menjelaskan secara rinci dalil-
dalilnya. Hal ini, tidak dilarang di masa sahabat, bahkan menjadi ijma’ bahwa orang awam
harus mengikuti ulama’. Pewajiban taqlīd oleh Syekh Hasyim Asy’ari juga berlandaskan QS.
an-Nahl: 43
QS. an-Nahl: 43
Dari sisi pendidikan, NU banyak menghasilkan lembaga pendidikan, baik berupa lembaga
pendidikan formal ataupun non formal. Lahirlah lembaga-lembaga pendidikan yang
berlabelkan NU, seperti MALNU Kananga dan Menes, MA NU Tasik Malaya, MA NU
Banat Qudus, MA NU Walisongo Sidoarjo dan sebagainya. Selain itu, lahir pula melalui
pendidikan K.H. Hasyim Asy’ary di Tebu Ireng, para ulama besar yang pada akhirnya juga
mendirikan lembaga pendidikan berbasiskan ahl sunnah wal-jamā’ah. Hari ini, NU bukan
UJI PUBLIK
hanya di sekolah atau madrasah, namun sudah memiliki institut bahkan Universitas berbasis
NU, seperti Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia yang berdiri pada 1 Ramadhan 1436
H/18 juni 2015
Dari sisi politik, Nahdlotul ulama, sejak sebelum kemerdekaan menjadi garda terdepan bagi
perjuangkan bangsa Indonesia. Meski pada mulanya terfokus pada respon berkembangnya
wahabiyah di Saudi, pada akhirnya NU, juga terlibat dalam politik praktis negara ini. Hal
tersebut bisa dilihat dari beberapa peristiwa, misalnya: 1) Terlibatnya K.H. Wahid Hasyim
(putra dari K.H. Hasyim Asy’ari) dalam BPUPKI; 2) Keterlibatan NU dalam penetapan
pancasila sebagai ideologi bangsa; 3) keterlibatan NU dalam perlawanan terhadap agresi
militer Belanda. Maka lahirlah resolusi jihad pada 22 oktober 1945 yang digelorakan oleh
K.H. Hasyim Asy’ari. Dalam Muktamar ke-16, pada 26-29 Maret 1946, K.H. Hasyim Asy’ari
kembali menggelorakan resolusi Jihad, beliau berkata: “tidak akan tercapai kemuliaan Islām
dan kebangkitan syari’atnya di dalam negeri-negeri jajahan”; 4)terpilihnya K.H. Wahid
Hasyim sebagai menteri agama; 5) keterlibatan NU dalam pembentukan Masyumi dan
membawa K.H. Hasyim Asy’ari sebagai ketua Masyumi; 6). Terplihnya K.H. Abdurrahman
Masih ingat bukan, cara melakukan sebuah analisis pemikiran? Mari kita lakukan ulang!
1. Silahkan dibagi ke dalam 2 Kelompok besar. (kelompok membahas K.H. Ahmad Dahlan
dan kelompok membahas K.H. Hasyim Asy’ari)
2.Silahkan setiap kelompok melakukan analisa -sebagaimana biasa-, sesuai materi
kelompoknya. analisis cukup ditulis dalam buku, bukan karton.
3. Setelah analisis tertulis dilakukan, kemudian membentuk lingkaran Besar (setengah
lingkaran untuk kelompok 1, dan setengan lingkaran untuk kelompok 2).
4. Silahkan kemas hasil analisa dalam bentuk dialog interaktif dengan guru sebagai
moderator.
5. Dialog tidak hanya membahas tentang hasil analisa terhadap pemikiran dan pengaruh K.H.
Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ary, tetapi hasil analisa dijadikan modal awal untuk
UJI PUBLIK
membahas tantangan dan kiprah anda (generasi Muslim di Indonesia) sampai 10 tahun
mendatang, demi kepentingan Agama, bangsa dan negara.
6. Abadikan kegiatan dialog anda, dalam bentuk audio visual, dan silahkan ṣare di publik,
setelah mendapatkan restu dari guru bidang studi anda
7. Serahkan rekaman kepada guru bidang studi anda, agar selanjutnya dimiliki oleh setiap
siswa.
UJI PUBLIK
WAWASAN
PENUGASAN MANDIRI
UJI KOMPETENSI K3
UJI PUBLIK
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan argumentasi yang kuat!
1) Bagaimanakah pemikiran K.H. Ahmad Dahlan tentang bid’ah?
2) Kenapa K.H. Hasyim Asy’ari mewajibkan taqlīd bagi yang tidak mampu?
3) Apa usaha yang dilakukan K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Ahmad Dahlan untuk kemajuan
umat Islām di Indonesia?
4) Bagaimana sisi baik tahlilan dari sudut pandang sosial? Jelaskan!
5) Di Indonesia ini ada banyak paham ke Islāman, bahkan ada banyak agama. Menurut anda
apa yang bisa menyatukan mereka semua?
UJI KOMPETENSI K4
UJI PUBLIK
3. UJI PUBLIK
Aliran yang mengatakan bahwa al-Qur’ān bukan sifat Allāh Swt, karena tidak mungkin
Allāh Swt bersifat dengan sesuatu yang baru adalah… .
a) Qadāriyyah
b) Jabbāriyyah
c) Khowārij
d) Bukhōro
e) Asy’ariyyah
6. Syakira mengaku sebagai Qodariyyah, dia mengatakan bahwa al-Qur’ān itu Qadīm.
Tanggapan yang tepat untuk Syakira adalah… .
UJI PUBLIK
a) Anda bukan Qādariyyah, karena bagi Qādariyyah, Al-Qur’ān itu sifat
b) Anda bukan Qādariyyah, karena bagi Qādariyyah, Al-Qur’ān itu kalam Hadīṡ
c) Anda bukan Qādariyyah, karena bagi Qādariyyah, Al-Qur’ān itu kalam nafsi
d) Anda bukan Qādariyyah, karena bagi Qādariyyah, Allāh Swt tidak berkalam
e) Anda bukan Qādariyyah, karena bagi Qādariyyah, Al-Qur’ān itu Makhluk
7. Peristiwa Mihnah, terjadi karena pemaksaan pemikiran tentang al-Qur’ān oleh aliran… .
a) Samarqand
b) Bukhōro
c) Jabbāriyyah
d) Mu’tazilah
e) Asy’ariyyah
8. Di antara aliran kalam, menolak al-Qur’ān sebagai Qadīm karena dihawatirkan
terjadinya ta’addud Qudamā. ta’addud Qudamā maksudnya adalah.. .
a) Tidak ada yang Qadīm
b) Yang Qadīm itu tunggal
c) Yang Qadīm itu ada
9. Dzat yang tidak di awali oleh sesuatu pun hanya Allāh Swt, tidak mungkin ada yang lain
sejajar dengan Allāh Swt atas keberadaannya, oleh sebab itu al-Qur’ān tidaklah qadīm.
Kalimat tersebut sejatinya menggambarkan pemikiran aliran kalam, yaitu… .
a) Samarqand
b) Bukhōro
c) Jabbāriyyah
d) Mu’tazilah
e) Asy’ariyyah
UJI PUBLIK
e) Makhluk tapi tidak Qadīm
11. Menurut Asy’ariyyah, jika ada orang yang menganggap bahwa al-Qur’ān tidak qadīm,
itu sama saja dia mengatakan Allāh Swt bisu, sebagaimana bisunya… .
a) Patung yang berada di ka’bah
b) Patung yang dipahat oleh paman Ibrāhīm As
c) Patung yang dibawa oleh Amir bin Luay
d) Patung yang dihancurkan Ibrāhīm As
e) Patung yang dimakan oleh Umar bin Khattab
UJI PUBLIK
d) Syekh Ibn Taimiyyah
e) Syekh Bin Baz
20. Pemikiran Sayid Uṡman bin Yahya dalam Ilmu Kalam adalah… .
a) Pembelaan terhadap Muawwiyah dari Syi’ah
b) Pemberantasan taqlīd bid’ah dan kurafat
UJI PUBLIK
c) Pengharaman sifat 20
d) Ketat terhadap tarekat
e) Fiqh sufistik
21. Syekh Arsyad al-Banjari pergi ke Makkah untuk menuntut ilmu pada usia… .
a) 15 tahun
b) 25 tahun
c) 35 tahun
d) 30 tahun
e) 19 tahun
22. Menurut Syekh Arsyad, yang wujud itu hanya Allāh Swt, sementara alam semesta… .
a) hanyalah perwujudan dzahir Allāh Swt
b) hanyalah bayangan Allāh Swt
c) hanyalah khayalan belaka
d) sesungguhnya tidak ada
e) hanyalah makhluk biasa
24. Syekh Yasin al-Fadani memiliki banyak silsilah Ilmu Agama, terutama ilmu hadiṣ, oleh
sebab itu beliau dikenal pada zamannya dengan julukan… .
a) Tarjumul-Qur’ān
b) Huffadz
c) Musnid Dunya
d) Bahrul ‘Ulūm
e) Tajud-Dīn
UJI PUBLIK
madrasah di Makkah bernama… .
a) Nidzamiyyah
b) Dārul-‘Ulum al-Diniyyah
c) Ṣaulatiyah
d) Al-Ursufiyah
e) Amir al-Zanjili
27. Syekh Nawawi termasuk ‘ulamā’ Indonesia yang peroduktif dalam menulis. Karya
beliau diperhitungkan mencapai… .
a) 55 buah
b) 91 buah
c) 115 buah
d) 215 buah
e) 300 buah
28. Salah satu cara yang diperkenalkan oleh syekh Nawawi dalam mengetahui ada atau tidak
b) Daur Mudzmar
c) Daur Tasalsul
d) Fanteisme
e) Fanenteisme
29. Syekh Nawawi menjelaskan sifat 20 dalam kitabnya bernama Qami’ Tughyan, ini
menunjukkan bahwa Syekh Nawawi seorang… .
a) Asy’ariyyah
b) Jabbāriyyah
c) Qadāriyyah
d) Syi’ah
e) Khowārij
32. Solawat yang terkenal menjadi Ciri Khas NWDI dan NBDI adalah Ṣolawat… .
a) Nariyah
b) Badar
c) Nahdlatain
d) Burdah
UJI PUBLIK
e) Fatih
33. Syekh Kholil pertama kali belajar di Langitan, di usia beliau yang ke-… .
a) 10 tahun
b) 15 tahun
c) 20 tahun
d) 25 tahun
e) 30 tahun
34. Syekh Kholil al-Bankalani pernah mendapatkan langsung mandat Thariqat Qodariyyah
wa NaQSabandiyah dari… .
a) Syekh Khotib as-Sambasy
b) Syekh Arsyad al-Banjary
c) Syekh Nawawi al-Bantany
35. Dalam memahami ajaran fiqh dan tasowuf, syekh Kholil mencoba untuk… .
a) Mempertentangkan
b) Melupakan
c) Memahami
d) Mengkombinasikan
e) Menolak
36. K.H. Ahmad Dahlan merupakah tokoh besar Islām, dan pendiri dari… .
a) Nahdlatul Ulama
b) Muhammadiyah
c) Nahdlatul Wathan Diniyah al-Islāmiyah
d) Madrasah Ṣolutiyah
e) Madrasah Nidzhamiyah
UJI PUBLIK
37. Dalam pandangannya terhadap perkara taqlīd, K. H. Ahmad Dahlan cenderung… .
a) menerima
b) melarang
c) memperjuangkan
d) memberi kelonggaran
e) membiarkan
38. K.H. Hasyim Asy’ary merupakan tokoh besar Islām, dan pendiri dari… .
a) Nahdlatul Ulama
b) Muhammadiyah
c) Nahdlatul Wathan Diniyah al-Islāmiyah
d) Madrasah Ṣolutiyah
e) Madrasah Nidzhamiyah
B. ESSAY
Jawablah Pertanyaan di Bawah ini dengan Tepat!
1. Jelaskan faktor subjektifitas berdirinya Muhammadiyah!
2. Jelaskan kontribusi Muhammadiyah untuk Bangsa dan Negara!
3. Jelaskan latar belakang teologis berdirinya Nahdlatul ‘Ulama!
4. Jelaskan kontribusi Nahdlatul ‘Ulama untuk Bangsa dan Negara!
5. Jelaskan pelajaran yang dapat anda petik dari kisah teladan K.H. Idham Chalid dan Buya
Hamka, bagi kehidupan beragama di NKRI ini!
6. Apa yang sudah dan anda lakukan, untuk agama, bangsa dan tanah air anda? Jelaskan
minimal 3 paragraf!
UJI PUBLIK
Abdul Qaher ben Taher ben Muhammed Al-Baghdadi, Al-Farq Bayn al-Firaq, (Beirut-
Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, 1971)
Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, Imu Kalam, (Bandung: CV. PUSTAKA SETIA, 2019)
Abi al-Fathi M bin ‘Abd al-Karim Abi Bakr Ahmad as-Syahrastany, al-Milal wa an-Nihal,
(Beirut-Libanon: Dar al-Ma’rifah)
Abu Hasan al-‘Asyary, al-Ibanah ‘an Ushulid-Diyanah, (Kairo: Dar al-Anshar, 1988)
Ashadi, Nahdlatul Wathon dalam Gerakan Islam di Nusantara; Studi Atas Pemikiran dan
UJI PUBLIK
Model Dakwah Tuan Guru Muhammad, Zaenuddin Abdul Majid di Kabupaten Lombok
Timur Nusa Tenggara Barat,(Malang: Pasca Sarjana UIN Maulana Malik Ibrahim,
2019)
Fachruddin ar-Razi, al-Isyaarah fii ‘Ilmi Kalam, (Kairo: al-Maktabah al-Azhariyah lit-
Turots)
Muhammad Hasyim Asy’ary, Risalah Ahl Sunnah wal-Jama’ah (terj. Ngaburrohman al-
Jawi), (LTM PBNU dan Pesantren Ciganjur)
Mushthofa Muhammad as-Syuk’ah, Islam bi laa Madzaahib, (Kairo: ad-Dar al-Mishriyah al-
Bananiyah, 1994)
Nunu Burhanudin, Ilmu Kalam dari Tauhid menuju Keadilan, (Depok: PRANAMEDIA
GROUP, 2018)
UJI PUBLIK
Sayfa Aulia Achidsti, Kiyai dan Pembangunan Institusi Sosial, (Yogyakarta: PUSTAKA
PELAJAR, 2015)
Siradjudin Abbas, I’tiqad Ahlu sunnah wal-jama’ah, (Jakarta: CV. Pustaka Tarbiyah, 2006)
Suryan A. Jamrah dkk, Sejarah Pemikiran Islām; Telologi-Ilmu Kalam, (Jakarta: AMZAH,
2016)
Yasin al-Fadany, al-Arba’una Haditsan min Arba’ina Kitaban ‘an Arba’ina Syaikhon,
(Jakarta: Dar al-Basyair al-Islamy, 1987).
Abdul Wahab Ahmad, (2018, 27 Agustus), Dua Sikap Ahlussunnah tentang sifat khabariyah
Allah, dikutip 10 nopember 2019 dari nuonline:
UJI PUBLIK
UJI PUBLIK
-hasanah (perkara baru yang tidak bertentangan dengan dalil-dalil
keagamaan).
-saiah (perkara baru yang bertentangan dengan dalil-dalil keagamaan)
D
Daur tasalsul
: perputaran tiadak henti; dalam kontek penciptaan yaitu mustahilnya
terjadi proses saling menciptakan antara satu dengan yang lain.
E
Ekstrem
: 1 paling ujung (paling tinggi, paling keras dan sebagainya); 2 sangat
keras dan teguh; fanatik.
F
Fāsiq
: telah keluar dari batas-batas istiqamah, dengan melakukan dosa-dosa
besar selain syirik, seperti berzina, mencuri, minum khamr, durhaka
Fuqaha dan keluar dari hukum-hukum syari’at.
Furu’ : ahli fiqih
E
Ekstrem
UJI PUBLIK
E
: 2/17, 19, 20, 23; 3/31.
F
Fāsiq F
Fuqaha : 2/16, 20, 21.
Furu’ : 1/5
: 2/21
H
Hadīṡ
: 2/20, 5/45, 4/46, 47, 5/64, 65, 66; 6/78;7/ 94.
I
I’tiqad
Idhtirob : 6/76
Iqrār :4/47
Q
Qadīm : 5/64, 65, 66; 6/ 77
Qalb : 2/21, 22; 6/ 77
Qodariyyah : 3/31, 32, 33, 35; 5/64,6/ 82.
S
Salafi : 5/66
Sekte : 1/4; 2/17, 19, 23.
Syi’ah : 3/23, 6/78.
T
Ta’addud qudamā : 5/65
Ta’wil : 44, 46,47.
Tafwīḍ
Tahayul
Tahkim
UJI PUBLIK
: 46, 47
: 7/91
: 2/16, 17.
Tahrīf : 4/44
Taklīfi : 3/31
Tanzīh :4/46, 47
Taqlīd : 6/75, 76, 94.
Tarekat : 6/75, 76, 82
Taṣdīq : 2/19, 21.
U
Uṣul :4/ 47.