Anda di halaman 1dari 12

RINGKASAN MATERI FIKIH KELAS XII SEMESTER

GENAP

No absen: 06
Nama: Azahra Sayfina Fadhilla
Kelas: XII MIA 2

BAB 1: Kaidah ‘Amar dan Nahi


A. ‘Amar
1. Definisi ‘Amar
Lafaz Amar secara bahasa yang berarti ‘perintah’. Amar adalah
kebalikan dari Nahi yaitu yang berati larangan. Adapun pengertian
‘Amar secara istilah sebagai berikut.

‫امر هو طلب الفعل على وجه االستعال اى ان االمر يكون اعلى من المأمو‬
Artinya:
“ Suatu lafaz yang dipergunakan oleh orang yang lebih tinggi
derajatnya kepada orang yang lebih rendah untuk meminta
bawahannya mengerjakan suatu pekerjaan yang tidak boleh
ditolak”.

2. Bentuk- Bentuk ‘Amar


a. Fi’il ‘amar atau perintah langsung. Misalnya, kata ‫ َو ا ْس َت ِع ي ُن وا‬, pada
surah Al-Baqarah ayat 45 yang memerintahkan untuk memohon
pertolongan kepada Allah
b. Fi’il mudari’ yang bersambung dengan lam ‘amar. Misalnya,
kata ‫ َو ْلَتُك ن‬pada
surah Ali ‘Imran ayat 104

3. Kaidah- Kaidah ‘Amar


Kaidah ‘amar adalah ketentuan mujtahid dalam penentuan hukum
(istinbath al-ahkam). Kaidah-Kaidah amar dalam Alquran juga
adalah ketentuan-ketentuan yang dipakai oleh para ulama dalam
menentukan suatu hukum yaitu yang terdapat dalam
Alquran.Terdapat 5 kaidah ‘amar berikut penjelasan kaidah-kaidah
‘amar.
a. Menunjukkan wajib, yaitu apabila perintah itu tidak dikerjakan
akan berdosa.
b. Menunjukkan kebolehan, artinya Apabila ada larangan lalu
diperintahkan untuk dikerjakan, perintah itu boleh dikerjakan.
c. Menunjukkan penundaan, artinya perintah yang tidak perlu
dilakukan dengan segera.
d. Menunjukkan tidak adanya pengulangan, artinya perintah yang
sudah dikerjakan tidak perlu lagi diulang.
e. Menunjukkan wasilahnya, yaitu perintah juga terhadap
perantaranya juga terhadap perantaranya.

B. Nahi
1.Definisi Nahi
Lafaz nahi secara bahasa adalah ‫ لنهي‬yang berarti larangan. Sedangkan
menurut istilah para ulama mendefinisikan nahi sebagai berikut.

‫النهي هو قول الذي يستد عي به القاىل ترك الفعل ممن هو دونه‬

Artinya:
Nahi adalah suatu lafaz yang digunakan oleh seseorang yang tinggi
tingkatannya kepada yang rendah tingkatannya untuk meninggalkan
suatu pekerjaan.

2. Bentuk – Bentuk Nahi


A. fi'il mudari' yang disertai lam nahiyah. Misalnya, lafaz ‫اَل ُتْف ِس ُد وا‬
pada Surah Al-Baqarah ayat 11 yang artinya janganlah berbuat
kerusakan.
B. Fi'il mudari' yang disertai lam nafi. Misalnya, lafaz ‫ اَل َر ْيَب‬pada
Surah as-Sajdah ayat 2 yang artinya tidak ada keraguan.

3.Kaidah-Kaidah Nahi
A. Adapun maksud nahi yang sebenarnya adalah menunjukkan haram.
B. Menunjukkan tanda bahaya.
C. Menunjukkan suatu larangan bersifat kekal atau selamanya.
D. Kebalikan akan suatu larangan.

BAB 2: Kaidah ‘Am dan Khas beserta Kaidah Takhsis dan


Mukhasis
A. 'AM
1.Definisi ‘Am
‘Am menurut bahasa artinya merata, yang umum; dan menurut
istilah adalah “lafadz yang memiliki pengertian umum, terhadap semua
yang termasuk dalam pengertian lafadz itu” . Dengan pengertian lain,
‘am adalah kata yang memberi pengertian umum, meliputi segala
sesuatu yang terkandung dalam kata itu dengan tidak terbatas.Dibawah
ini definisi lafadz ‘am.

‫َلْفُظ ُوِض َع ِللَّداَل َلِة َع َلى اَأْلْفَر اِد َغْيِر اْلَم ْخ ُصوِص‬
Artinya:
“lafaz yang dibuat untuk mrnunjukkan makna banyak, tak terbatas.”

2. Bentuk-Bentuk Lafaz ‘Am


a. lafaz yang mengandung arti umum, seperti kullun, jami'an.
(surah al-An'am ayat 102 dan Surah Ali Imran ayat 185)
b. isim istifham, yaitu man (siapa), ma (apa), aina (di mana) dan
mata (kapan). (Surah al-Qari’ah ayat 2)
c. Isim Mufrad yang ma’rifat dengan alif lam atau idhafah. (Surah
an-Nur ayat 2)
3.Kaidah-Kaidah dan Pengalaman ‘Am
a. ‫ اْلُع ُم ْو ُم اَل َيَتَص َّوُر ِفي اَأْلْح َك اِم‬artinya keumuman itu tidak
menggambarkan suatu hukum. Misalnya terdapat pada Surah Hüd
ayat 6.

b. ‫ اْلَم ْفُهْو ُم َلُه ُع ُم ْو ٌم‬artinya makna tersirat (mathum) itu mempunyai bentuk
umum. Misalnya, pada surah al isra ayat 23.

B. Khas
a. Definisi Khas
Khaş adalah kebalikan dari 'ām. Apabila lafaz 'äm memberi
pengertian secara umum, maka khaş memberi pengertian secara
khusus. Adapun secara istilah pengertian khaş sebagai berikut.

‫َلْفُظ ُوِض َع ِللَّداَل َلِة َو اِحٍد ُم ْنَفِر ٍد‬

Artinya:
"Lafaz yang mengandung satu pengertian secara tunggal atau beberapa
pengertian terbatas."

b. Bentuk-Bentuk Lafaz Khas


A. lafaz khas yang berbentuk mutlak.
B. lafaz khas yang muqayyad-nya diputuskan berdasarkan sesuatu.
C. lafaz khas dalam 'amar dan mengandung arti wajib.
D. lafaz khas dalam nahi.
E. lafaz khas dalam bentuk beritam

C.Takhsis dan Mukhasis


Takhsis secara bahasa artinya ‘mengkhususkan’. Maksudnya adalah
mengkhususkan lafaz-lafaz ‘am. Adapun takhsis menurut istilah ada lah
mengubah sebagian hukum pada lafaz ‘am dan mukhasis. Takhşiş
dikelompokkan menjadi beberapa macam berikut.
1. Menakhsiş Al-Qur'an dengan Al-Qur'an.
2. Menakhsiş Al-Qur'an dengan as-Sunah.
3. Menakhsiş as-Sunah dengan Al-Qur'an.
4. Menakhsiş as-Sunah dengan as-Sunah.
5. Menakhsiş Al-Qur'an dengan ijma'.
6. Menakhsiş Al-Qur'an dengan qiyas.

Adapun mukhas is, yaitu suatu dalil (alasan) yang menjadi dasar adanya
pengeluaran lafaz tersebut. Mukhas is terbagi menjadi dua macam, yaitu
mukhas is muttas il dan mukhas is munfasil.

BAB 3: Kaidah Mujmal dan Mubayyan


A. Mujmal
1. Pengertian Mujmal
Secara bahasa, mujmal artinya ‫ اْلَم ْبُهْو ُم َو اْلَم ْج ُم وُع‬yaitu yang tidak diketahui dan
yang terkumpul. Mujmal juga dapat diartikan rancu, tidak terperinci, bersifat
global, dan bercampur aduk. Mujmal juga ialah suatu lafaz yang belum jelas,
yang tidak dapat menunjukkan arti sebenarnya apabila tidak ada keterangan
lain yang menjelaskan. Mujmal secara istilah memiliki arti sebagai berikut.

‫الَّلْفُظ اَّلِذ ي اَل َيُدُّل ِبِص يَفِتِه َع َلى اْلُمَر اِد ِم ْنُه‬
Artinya:
"Lafaz yang sighatnya tidak menunjukkan apa yang dimaksud."

Lafaz mujmal Jika dilihat dari segi penyebab ke-mujemal-annya terbagi


menjadi tiga macam.
a. lafaz itu mengandung makna lebih dari satu dan tidak ada makna
yang menentu untuk diketahui atau lafaz itu musytarak.
b. lafaz- lafaz yang membutuhkan ayat lainnya dalam menjelaskan
tata caranya.
c. lafaz yang maknanya asing ketika digunakan.

2.Pembagian Lafaz Mujmal


Pembagian Lafaz Mujmal Lafaz mujmal dapat kita temui dengan kriteria
sebagai berikut.
a. Lafaz mufrad, baik bentuknya isim, fi'il, maupun harf. Contohnya, Surah al-
Baqarah ayat 228, dalam lafaz quru' karena mempunyai dua arti yaitu haid dan
suci.
b. Lafaz murakkab (susunan kata). Contohnya, Surah al-Baqarah ayat 237.

3.Hukum Mujmal
Apabila terdapat lafaz mujmal, maka status hukumnya ditangguhkan sampai
ada al-bayyan yang menjelaskan hukum tersebut. Al-bayyan tersebut bisa
berupa dalil dari Al-Qur'an maupun dari hadis. Apabila syari' mendatangkan
penjelasan (bayan) untuk lafaz mujmal dengan bayan yang sempurna lagi
qath'i, maka lafaz mujmal tersebut tergolong lafaz mujmal mufassar, seperti
bayan yang datang secara terperinci terhadap perintah salat, zakat, haji, dan
sebagainya.
B.Mubayyan
1.Pengertian Mubayyan
Secara Bahasa, mubayyan artinya ‘penjelasan’.Mubayyan juga bisa diartikan
sebagai yang ditampilkan dan yang dijelaskan, secara istilah berarti lafadz
yang dapat dipahami maknanya berdasar asal awalnya atau setelah dijelaskan
oleh lainnya.. Dalam kaidah ushul fikih, pengertian mubayyan sebagai berikut.
‫الَّلْفُظ اَّلِذ ي َيُدُّل ِبِص يَفِتِه َع َلى اْلُمَر اِد ِم ْنُه‬
Artinya:
"Lafaz yang sigatnya jelas menunjukkan apa yang dimaksud.".

2.Macam-Macam Mubayyan
a. Bayyan menggunakan kata-kata ( ‫)اْلَبَياُن ِباْلَقْو ِل‬, disebut sebagai bayyan
penguat.
b. Bayyan dengan perbuatan ( ‫)اْلَبَياُن ِباْلِفْع ِل‬.
c. Bayyan dengan isyarat ( ‫)اْلَبَياُن ِباْلِع َش اَرِة‬
d. Bayyan dengan meninggalkan sesuatu ( ‫)اْلَبَياُن ِبالَّتْر ِك‬
e. Bayyan dengan diam setelah ada pertanyaan (‫)اْلَبَياُن ِبالُّس ُك ْو ِت َبْع َد الُّس َو ال‬

3.Contoh Mujmal Mubayyan


a. Menghubungkan hukum haram atau halal kepada orang (manusia).
Misalnya, kata ibu dalam Surah an-Nisa' ayat 23.
b. Perkataan yang meniadakan suatu perbuatan. Misalnya, "Tidak ada nikah
kecuali dengan wali." (H.R. Ahmad dan at-Tirmidzi).

BAB 4: Kaidah Muradif dan Musytarak


A.Muradif
1.Definisi Muradif
Muradif secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang artinya ‘sinonim’.
Sinonim dalam istilah Indonesia adalah bentuk kata yang maknanya mirip
atau sama dengan bentuk kata lain. Misalnya kata al -asad dan al-lais.
Keduanya sama-sama memiliki arti ‘singa’. Adapun pengertian muradif secara
istilah sebagai berikut.

‫الَّلْفُظ اْلُم َتَع ِّدُد ِلْلَم ْعَنى اْلَو اِحِد‬


Artinya:
"Beberapa kata yang memiliki arti sama."

2.Hukum Muradif
‫ِإْيَقاُع ُك ِّل ِم َن اْلُمَر اِد َفْيِن َم َك اَن اَأْلَخ ُر َيُجْو ُز ِإَذ ا َلْم َيُقْم َع َلْيِه َطاِلُع َشْر ِع َي‬
Artinya:
“Menduduklah dua muradif pada tempat yang sama itu diperbolehkan jika
tidak ditetapkan oleh syara’.”
Pendapat lain mengatakan bahwa meletakkan lafaz murādif di tempat
lainnya diperbolehkan asal masih satu bahasa. Pendapat paling kuat adalah
membolehkan lafaz murādif selama tidak ada halangan syariat. Namun, lafaz
murādif tidak diperbolehkan diterapkan pada ayat- ayat Al-Qur'an.
Al-Qur'an adalah firman Allah yang bersifat mukjizat yang tidak boleh
ditukar apalagi diganti. Alasan yang membolehkan adalah adanya kesamaan
makna tanpa mengurangimaksud ibadah tersebut. Adapun yang tidak
membolehkan beralasan adanya halangan syariat, yaitu bersifat ta'abud
(menerima apa adanya, tidak boleh diubah).

3. Contoh Lafaz Murādif dalam Al-Qur'an


Berikut beberapa contoh lafaz murādif dalam Al-Qur'an.
a. Lafaz al-khauf dan al-khasyah (Surah ar-Ra'd ayat 21)
b. Lafaz as-syukh dan al-bukhl dengan lafaz ad-dannu di Surah at-Takwir
ayat 24.
C. Lafaz al-hasad di Surah al-Fath ayat 15 dengan al-hiqdu

B.Musytarak
1.Pengertian Musytarak
Secara bahasa musytarak artinya bersekutu, musytarak ialah satu lafadz
yang menunjukkan dua makna atau lebih. Maksudnya satu lafaz mengandung
maknanya yang banyak atau berbeda-beda. Adapun lafaz musytarak memiliki
arti sebagai berikut.

‫الَّلْفُظ اْلَم ْو ُض وُع ِلَح ِقيَقَتْيِن ُم ْخ َتِلَفَتْيِن َأْو َأْك َث‬


Artinya:
"Satu lafaz yang menunjukkan dua makna atau lebih."

2. Hukum Musytarak
Hukum musytarak memiliki perbedaan pendapat dari setiap ulama.
Namun, menurut jumhur ulama termasuk Imam asy-Syafi'i berpendapat
hukum musytarak sebagai berikut.

‫ِإْس ِتْع َم اُل اْلُم ْش َتَرِك ِفي َم ْع َنْيِه َأْو َم َع اِنْيِه َيُجْو ُز‬
Artinya:
"Penggunaan musytarak menurut makna yang dikehendaki ataupun untuk
beberapa maknanya itu diperbolehkan."

3. Contoh Musytarak dalam Al-Qur'an


Berikut beberapa contoh lafaz musytarak dalam Al-Qur'an.
a. Al-jannah (Surah al-Baqarah ayat 218)
b. An-nubuwwah (Surah al-Baqarah ayat 105)
c. Al-Qur'an (Surah Yūnus ayat 58)
d. Al-matar (Surah al-A'raf ayat 57)
e. An-nikmah wa rizqi (Surah az-Zumar ayat 38)

BAB 5: Kaidah Mutlaq dan Muqayyad


A.Mutlaq
Mutlaq secara Bahasa berasal dari dari Bahasa Arab mutlaqun, yang
artinya ‘tidak terikat’, ‘terlepas’. Artinya: melepaskan, tidak mengikatnya.
Adapun pengertian Mutlaq menurut para ulama sebagai berikut.
‫َلْفُظ َخ اٌص َلْفِظ ٌّي ُيَقِّلُل ُش ُيْو َعُه‬
Artinya:
"Suatu lafaz tertentu yang tidak terikat oleh batasan lafaz yang
mengurangi keumumannya/keluasannya."

B.Muqayyad
Muqayyad secara Bahasa artinya ‘batasan’. Muqayyad itu lawan kata
muthlaq. Bila muqayyad itu artinya diikat, maka muthlaq itu artinya dilepas.
Menurut para ulama, muqayyad artinya sebagai berikut.
l‫َلْفُظ َخ اُص ُيَقِّيُد َلْفِظٌّي ُيَقِّلُل ُهَيْو َعُه‬
Artinya:
“ Suatu lafaz tertentu yang dibatasi oleh suatu Batasan lafaz lain yang
mengurangi keumumannya”

C.Ketentuan Hukum Mutlaq dan Muqayyad


Ijtihad para ulama dalam pembagian hukum Mutlaq dan muqayyad sebagai
berikut.
1. Jika ada lafaz mutlaq yang hukum dan objeknya sama maka yang dipegang
adalah muqayyad.
2. Jika permasalahannya berbeda, namun hukumnya sama, menurut ulama
Syafi'iyah yang dipegang adalah yang muqayyad.

D.Kaidah Hukum Mutlaq dan Muqayyad


Berikut kaidah hukum mutlaq dan muqayyad.
1. Lafaz mutlaq dapat digunakan sesuai ke-mutlaq- annya.
2. Lafaz muqayyad tetap dinyatakan muqayyad selama belum ada bukti
yang me-mutlaq-kan.

BAB 6: Kaidah Zahir dan Takwil


A.Zahir
1.Pengertian Zahir
Secara Bahasa, Zahir artinya ‘jelas’, Sedangkan menurut istilah ialah
suatu lafadz yang jelas, lafadznya menunjukkan kepada suatu arti tanpa
memerlukan keterangan lain di luar lafadz itu. Adapun lafadz Zahir menurut
ulama fikih sebagai berikut.
‫اْلُم َتَر ِّدُد َبْيَن َأَم َر ْيِن ُهَو ِفي َأَح ِدِهَم ا َأْظَهُر‬
Artinya:
"Keragu-raguan di antara dua perkara atau dua lafaz, sedangkan salah satunya
adalah lebih jelas."

2.Hukum Zahir
Mengamalkan hukum yang tedapat dalam lafaz zahir adalah wajib, kecuali
terdapat dalil lain yang memalingkan dari makna zahir-nya. Para ulama ushul
fikih menjelaskan sebagai berikut.
‫الَّظاِهُر َد ِلْيٌل َشْر ِع ٌّي ُيِح ُّب ِإِّتَباِع ِه ِإاَّل َيُدُّل َع َلى ِخ اَل ِفِه‬
Artinya:
“Zahir adalah dalil syar'i (yang) wajib diikuti, kecuali terdapat dalil yang
menunjukkan lain daripadanya.”

B.Takwil
1.Pengertian Takwil
Takwil secara Bahasa berati berbelok atau berpaling apabila Kembali.
Menurut istilah adalah memalingkan arti Zahir kepada makna lain yang
memungkinkan berdasarkan dalil/bukti, sehingga menjadi jelas. Takwil
merupakan maksud atau makna lain dari perkataan. Makna lain yang
dimaksud imam asy-Syafi’I adalah makna batin bukan makna Zahir yang
dikandung lafaz tersebut.
2.Ketentuan Takwil
Hukum mengambil hukum dari suatu lafaz takwil sebagai berikut.
a. Jika arti nash itu sudah tentu mengandung hukum, jelas, dan dalalah-nya
qath'i, tidak boleh di-takwil-kan dengan akal.
b. Jika arti nash yang zahir itu berarti umum atau berarti zanni yang tidak
pasti, wajib mengamalkan sesuai maknanya.
Takwil berkaitan dengan salah satu metode ijtihad dengan ra'yu, yaitu
membatasi arti yang dimaksud dengan dalil. Adapun syarat takwil sebagai
berikut.
a. Lafaz yang di-takwil memenuhi kriteria dan masuk dalam kajiannya.
b. Takwil harus berdasarkan dalil sahih yang bisa menguatkan takwil.

BAB 7: Kaidah Mantuq dan Mafhum


A.Mantuq
1.Pengertian Mantuq
Mantuq secara bahasa artinya ‘diucapkan’. Mantuq adalah suatu makna yang
ditunjukkan oleh lafaz menurut ucapannya, yakni petunjuk makna berdasarkan
materi huruf-huruf yang diucapkan. berikut pengertian mantuq

‫َم ا َدَّل َع َلْيِه الَّلْفُظ ِفي َم َح ِّل الُّنْطِق‬


Artinya:
"Apa yang ditunjukkan oleh lafaz sesuai yang diucapkan."

2.Macam- Macam Mantuq


a) Mantuq nash, yaitu lafadz yang sudah tidak membutuhkan penafsiran
lain.
b) Mantuq Zahir, yaitu mungkin lafadz yang mungkin masih memiliki
makna lain.

B.Mafhum
1.Pengertian Mafhum
Mafhum secara Bahasa artinya ‘dipahami’. Mathüm adalah antonim dari
manţüq. Mafhüm adalah makna yang tersirat atau makna yang harus
dipahami. Apabila ada permasalahan yang diambil dari suatu lafaz dari Al-
Qur'an maupun hadis, maka lafaz tersebut dinamakan mafhum. Adapun
pengertian mafhüm secara istilah sebagai berikut.

‫َم ا َدَّل َع َلْيِه الَّلْفُظ اَل ِفي َم َح ِّل الُّنْطِق‬


Artinya:
“Pengertian suatu lafaz, bukan arti harifiah dari yang diucapkan”

2.Macam -Macam Mafhum


a.Mafhüm muwafaqah, yaitu sesuatu yang tidak diucapkan (tersirat)
hukumnya sesuai yang dilafazkan. Mafhüm muwafaqah dibagi menjadi dua
macam, yaitu fahwal khitab dan lahnul khitab.
b. Mafhüm mukhalafah, yaitu penetapan lawan hukum yang diambil dari dalil
yang disebutkan dalam nash (manţūq bih) kepada sesuatu yang tidak
disebutkan dalam nash (maksud 'anhu). Macam- Macam mafhum mukhalafah
sebagai bertikut.
1.mafhum sifat.
2.mafhum syarat.
3.mafhum ghayah.
4.mafhum hasr.
5.mafhum laqab.

Anda mungkin juga menyukai