Anda di halaman 1dari 5

Nama : Zaidan Hanif

Nim : 11910112794

Kelas / Semester : PAI II B

Matkul : Aqidah Akhlak

Jurusan / Fakultas : Tarbiyah Dan Keguruan

Dalil Aqli dan Naqli Tentang Bertetangga

1. Dalil Naqli

۟ ۟
ِ ‫ار ِذى ْٱلقُرْ بَ ٰى َو ْٱل َج‬
‫ار‬ ِ ‫ين َو ْٱل َج‬ِ ‫َوٱ ْعبُدُوا ٱهَّلل َ َواَل تُ ْش ِر ُكوا بِِۦه َش ْئـًًٔا ۖ َوبِ ْٱل ٰ َولِ َد ْي ِن إِحْ ٰ َسنًا َوبِ ِذى ْٱلقُرْ بَ ٰى َو ْٱليَ ٰتَ َم ٰى َو ْٱل َم ٰ َس ِك‬
‫ت أَ ْي ٰ َمنُ ُك ْم ۗ إِ َّن ٱهَّلل َ اَل يُ ِحبُّ َمن َكانَ ُم ْختَااًل فَ ُخورًا‬ ْ ‫يل َو َما َملَ َك‬ ِ ِ‫ب َوٱ ْب ِن ٱل َّسب‬ ِ ‫ب بِ ْٱل َج ۢن‬
ِ ‫ب َوٱلصَّا ِح‬ ِ ُ‫ْٱل ُجن‬

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri,” (Qs. An Nisa:36)

2. Dalil Aqli

Beribadahlah kalian hanya untuk Allah dan janganlah meminta sekutu bagi-Nya dalam
hal-hal ketuhanan dan peribadatan. Berbuat baiklah kepada orangtuamu tanpa kelalaian. Juga
untuk sanak keluarga, anak yatim, orang-orang yang memerlukan bantuan karena
ketidakmampuan atau karena tertimpa kesulitan, tetangga dekat, baik ada hubungan keluarga
atau tidak, teman dekat seperjalanan, sepekerjaan atau sepergaulan, orang musafir yang
membutuhkan bantuan karena tidak memerlukan bantuan di negara tertentu, dan laki-laki-laki
atau perempuan yang kamu miliki Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
menyombongkan diri kepada sesama, yaitu orang yang tidak memiliki rasa belas kasihan dan
orang yang selalu menghargai diri sendiri.
Kepada tetangga yang paling dekat rumahnya dengan kita hendaknya sering-sering
berbagi makanan. Dengan begini, hubungan kita dengan tetangga akan menjadi semakin baik
dan harmonis. Hal ini telah dicontohkan oleh Rasul kepada para tetangganya.

Kemudaian dijelaskan pula oleh Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Sembahlah
Allah saja dengan cara tunduk kepada-Nya, dan jangan menyembah selain Dia. Berbuat baiklah
kepada kedua orangtua dengan memuliakan dan berbakti kepada keduanya. Berbuat baiklah
kepada karib kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Berbuat baiklah kepada
tetangga yang memiliki hubungan kekerabatan dan tetangga yang tidak memiliki hubungan
kekerabatan. Berbuat baiklah kepada sahabat yang menemani kalian. Berbuat baiklah kepada
musafir yang kehabisan bekal di perjalanan. Dan berbuat baiklah kepada hamba-hamba sahaya
kalian. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang suka membanggakan dirinya sendiri,
sombong kepada sesama, dan gemar menyanjung dirinya sendiri secara angkuh di hadapan
manusia.

Dan juga Kementrian Agama RI menjelaskan tentang ayat-ayat di atas yang berbicara
tentang aturan dan tuntunan kehidupan rumah tangga dan harta waris, memerlukan tingkat
kesadaran untuk mematuhinya. Ayat ini menekankan kesadaran tersebut dengan menunjukkan
perincian tempat tumpuan kesadaran itu dipraktikkan. Dan sembahlah Allah tuhan yang
menciptakan kamu dan pasangan kamu, dan janganlah kamu sekali-kali mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah dengan sungguh-sungguh kepada kedua orang tua,
juga kepada karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga
jauh walaupun tetangga itu nonmuslim, teman sejawat, ibnu sabil, yakni orang dalam perjalanan
bukan maksiat yang kehabisan bekal, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak
menyukai dan tidak melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada orang yang sombong
dan membanggakan diri di hadapan orang lain. Ayat yang lalu ditutup dengan ungkapan
ketidaksenangan Allah kepada orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Mereka itu
adalah orang yang kikir, dan juga menyuruh orang lain agar berbuat kikir dengan cara
menghalangi orang lain berinfak dengan ucapan, dan memberi contoh berinfak dengan jumlah
yang sangat ke-cil, dan juga secara terus menerus menyembunyikan karunia yang telah diberikan
Allah kepadanya dengan tidak mau menginfakkannya. Untuk itu, kami telah menyediakan
hukuman untuk orang-orang kafir dalam bentuk azab yang menghinakan atas kesombongan
mereka itu.

3. Dalil Naqli

َّ‫ ( َواَلَّ ِذي نَ ْف ِسي بِيَ ِد ِه اَل ي ُْؤ ِمنُ َع ْب ٌد َحتَّى ي ُِحب‬:‫س رضي هللا عنه ع َْن اَلنَّبِ ِّي صلى هللا عليه وسلم قَا َل‬ ٍ َ‫َوع َْن أَن‬
ٌ َ‫ َما يُ ِحبُّ لِنَ ْف ِس ِه ) ُمتَّف‬-‫ أَوْ أِل َ ِخي ِه‬- ‫ار ِه‬
‫ق َعلَ ْي ِه‬ ِ ‫لِ َج‬
Hadits No. 1487 Dari Anas bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Demi Tuha
yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang hamba (dikatakan) beriman sehingga ia
mencintai tetangganya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." Muttafaq Alaihi.

4. Dalil Aqli

Yang dimaksud tetangga di sini adalah tetangga muslim maupun kafir, tetangga saleh
atau rusak, juga tetangga yang masih punya hubungan kerabat ataukah tidak. Yang dicintai pada
tetangga atau saudaranya adalah ketataan (segala kebaikan) dan segala hal yang mubah. Dalam
hadits Qatadah radhiyallahu ‘anhu, Anas bin Malik menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, Jika yang dicintai adalah tetangga yang menjadi saudara se-Islam,
maka yang dicintai adalah kebaikan. Sedangkan jika tetangganya itu kafir, maka yang dicintai
adalah mengharap ia masuk Islam. Tanda sempurnanya iman seseorang ketika ia mencintai
tetangga atau saudaranya seperti ia mencintai apa yang ia suka jika ada pada dirinya. Bentuknya
adalah ia bahagia jika melihat kebahagiaan yang dirasakan saudaranya. Juga bentuknya adalah ia
tidak suka jika melihat sesuatu yang ia benci ada pada saudaranya. Bentuknya pula, ia senang
bermuamalah (bergaul) dengan orang lain sebagaimana ia suka jika orang lain
memperlakukannya seperti itu pula. Bentuknya juga adalah mengajak pada yang makruf dan
melarang dari kemungkaran. Mukmin yang satu dan lainnya adalah seperti satu jiwa.
Pengamalannya, ia suka pada kebaikan yang ada pada saudaranya seperti ia suka kebaikan itu
ada pada dirinya sendiri karena sesama mukmin itu satu jiwa. Begitu pula, ia tidak suka melihat
saudaranya mendapatkan apa yang ia tidak sukai.

5. Dalil Naqli

ِ ‫ َقا َل َرسُو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم ( َيا ن َِسا َء اَ ْلمُسْ لِ َما‬: ‫َو َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة رضي هللا عنه َقا َل‬
َّ‫ت ! اَل َتحْ ق َِرن‬
ٌ َ‫َجا َرةٌ لِ َجا َرتِهَا َولَوْ فِرْ ِسنَ َشا ٍة ) ُمتَّف‬
‫ق َعلَيْه‬

Hadits No. 963 Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Wahai kaum muslimat, janganlah sekali-kali seorang wanita meremehkan pemberian
tetangganya walaupun hanya ujung kaki kambing." Muttafaq Alaihi.

6. Dalil Aqli

Larangan bagi tetangga meremehkan hadiah tetangganya, meskipun hadiah itu pada
umumnya kurang berguna, atau tidak berkenan dan tidak bernilai di hati. Karena itulah tetangga
dapat memberikan dan menerima hadiah yang ada meskipun kecil nilainya. Hal ini lebih baik
daripada tidak ada sama sekali. Dengan ini pula kebiasaan memberikan hadiah dapat terus
berlangsung antara tetangga karena dengan sesuatu yang murah dan mudah, dapat dilakukan
dalam keadaan miskin maupun kaya, dapat membuahkan rasa cinta dan kasih sayang. Dengan ini
pula tidak diperbolehkan bagi laki-laki meremehkan hadiah antara mereka. Penyebutan larangan
secara khusus pada wanita karena merekalah yang lebih cepat bereaksi dalam cinta dan benci,
sehingga mereka lebih berhak mendapatkan perhatian, agar dapat menghindarkan diri dari
larangan itu, menghilangkan kebenciaan antara mereka dan mempertahankan rasa cinta antar
mereka.

7. Dalil Naqli

ْ‫اآلخ ِر فَ ْليَقُل‬ِ ‫ َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمنُ بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬ َ ِ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ أَ َّن َرسُوْ َل هللا‬ ِ ‫ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
‫اآلخ ِر فَ ْليُ ْك ِر ْم‬
ِ ‫ َو َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمنُ بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم‬،ُ‫اره‬ َ ‫ َو َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمنُ بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم اآل ِخ ِر فَ ْليُ ْك ِر ْم َج‬،‫ت‬ْ ‫َخيْراً أًوْ لِيَصْ ُم‬
]‫[رواه البخاري ومسلم‬ ُ‫ض ْيفَه‬
َ

Hadits Ke-15

Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu, sesungguhnya Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia
berkata baik atau diam. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, maka
hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhori dan Muslim)

8. Dalil Aqli

Pada hadits di atas menunjukkan ada 2 hak yang harus ditunaikan, yaitu hak Allah dan
hak hamba. Penunaian hak Allah porosnya ada pada senantiasa merasa diawasi oleh Allah. Di
antara hak Allah yang paling berat untuk ditunaikan adalah penjagaan lisan. Adapun penunaian
hak hamba, yaitu dengan memuliakan orang lain. Dengan berkata baik atau kalau tidak mampu
maka diam. Dengan demikian diam kedudukannya lebih rendah dari pada berkata baik, namun
masih lebih baik dibandingkan dengan berkata yang tidak baik. Serta memuliakan berarti
melakukan tindakan yang terpuji yang bisa mendatangkan kemuliaan bagi pelakunya. Dengan
demikian memuliakan orang lain adalah melakukan tindakan yang terpuji terkait dengan tuntutan
orang lain. Perintah memuliakan tetangga terdapat puladalam hadits, Rasulullah shallallahu
‘alahi wassalam bersabda kepada Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu,

َ ‫يَا أَبَا َذرٍّ إِ َذا طَبَ ْختَ َم َرقَةً فَأ َ ْكثِرْ َما َءهَا َوتَ َعاهَ ْد ِج‬
َ َ‫يران‬
‫ك‬

“Wahai Abu Dzar, apabila kamu memasak sayur (daging kuah) maka perbanyaklah airnya dan
berilah tetanggamu” (HR. Muslim).

Anda mungkin juga menyukai